LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN SEMESTER GANJIL 2022-2023
ACARA KE 4
Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Aktivitas Mikroorganisme
Nama Lengkap : Adithya Krisna Wira Yudha NIM : 211710101080
Kelas THP : B
PS. TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER OKTOBER 2022
Nilai : Penilai :
PENDAHULUAN
Kontaminasi mikroba menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan pada pangan dan bahan pangan. Kontaminasi biasa terjadi oleh bakteri, kapang, khamir, dan mikroba patogen lain yang menyebabkan penyakit pada manusia melalui makanan yang dikonsumsi. Oleh sebab itu, dilakukan berbagai tindakan pencegahan untuk mencegah pertumbuhan dan menghilangkan mikroba pada bahan pangan. Contoh dari tindakan pencegahan tersebut adalah perlakuan pada suhu rendah.
Perlakuan/pengolahan produk pangan menggunakan suhu rendah ada 2 macam yaitu pendinginan (cooling) dan pernbekuan (freezing). Proses ini melalui mekanisme yaitu mengurangi atau menghentikan kegiatan enzimatis, mengurangi atau menghambat pertumbuhan mikroba pada produk pangan, dan mengurangi populasi mikroba atau mematikan sebagian (Kustyawati, 2020).
Penyimpanan pada suhu rendah juga dapat membunuh 90% atau lebih populasi mikroba, akan tetapi preservasi dengan suhu rendah tidak bisa mematikan spora yang ada pada bahan pangan.
Efektivitas penanganan suhu rendah untuk mengontrol aktivitas mikroba dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu jenis proses, kondisi bahan, dan jenis mikroorganisme (Azara dan Saidi, 2020).
Berdasarkan kemampuan adaptasi terhadap suhu lingkungannya, bakteri terbagi menjadi tiga jenis, yaitu termofilik, mesofilik, dan psikrofilik. Mesofilik adalah jenis bakteri yang pertumbuhannya optimal pada suhu 20-45⁰C, psikrofilik adalah bakteri yang dapat tumbuh pada suhu dingin, dan sedangkan termofilik adalah bakteri yang mampu bertahan di lingkungan beruhu tinggi atau sekitar 41-122⁰C (Handoyono, 2021). Meskipun beberapa mikroba dapat hidup pada suhu -10 °C, tetapi mikroba termofilik dan mesofil dapat rusak bahkan mati pada suhu rendah selama pembekuan (Azara dan Saidi, 2020). Hal ini terjadi karena preservasi bahan pangan dengan suhu rendah dapat menyebabkan sel vegetatif bakteri dapat rusak dan mati. Menurut Suryani dan Taupiqurrahman (2021), penyebabnya aadalah Cold shock, yaitu penurunan suhu yang tiba-tiba menyebabkan kematian bakteri, terutama pada bakteri muda atau pada fase logaritmik; pembekuan dapat merusak sel dengan adanya kristal es di dalam air intraseluler; dan lyofilisasi, yaitu proses pendinginan di bawah titik beku dalam keadaan vakum secara bertingkat.
Praktikum ini dilakukan untuk mengetahui secara nyata pengaruh suhu rendah terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Selain pengaruh suhu rendah, praktikum dilakukan untuk mengetahui pengaruh gliserol dan garam terhadap pertumbuhan mikroba. Diharapkan mahasiswa atau praktikan dapat mengerti dan mampu menerapkan dengan benar perlakuan suhu rendah pada bahan pangan untuk menjaga bahan pangan dari pertumbuhan mikroba dan untuk menjaga umur simpannya.
ALAT
Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain:
1. Tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Cawan petri 4. Pipet ukur 5. Pipet pump 6. Erlenmeyer 7. Freezer 8. Kulkas
9. Colony counter 10. Bunsen
11. Inkubator
BAHAN
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, antara lain:
1. Gliserol 10%
2. Garam 0,5%
3. Aquades 4. E. coli 5. B. subtilis 6. Media NB 7. Media NA 8. Alkohol
PROSEDUR PRAKTIKUM
Gambar 1. Diagram alir praktikum Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan Terhadap Aktivitas Mikroorganisme
Pertama, dilakukan penyemprotan alkohol pada meja praktikum untuk mensterilkan meja kerja praktikum. Setelah itu, siapkan biakan murni dari bakteri E. coli dan B. subtilis di dalam media NB. Setelah itu, dilakukan pengambilan 5 mL suspensi bakteri E. coli dan B. subtilis menggunakan pipet ukur. Suspensi lalu dimasukkan ke dalam 3 erlenmeyer berbeda dengan masing-masing berisi 45 mL gliserol 10%, 45 mL larutan garam 0,5%, dan 45 mL aquades steril.
E. coli/ B.subtilis dalam media NB
Pengambilan sampel 5 mL
Erlenmeyer berisi 45 mL larutan gliserol 10%
Erlenmeyer berisi 45 mL larutan garam 0,5%
Erlenmeyer berisi 45 mL aquades
Dismpan dalam 3 perlakuan
Freezer 24 jam
Freezer
24 jam Kontrol
Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4
Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4
Platting, duplo, ditambah media NA
Platting, duplo, ditambah media NA
Pengenceran 10-2, 10-3 Pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 Platting, duplo, ditambah media NA Inkubasi
48 jam
Inkubasi 48 jam
Pengamatan Pengamatan
Pengamatan Inkubasi
48 jam
Pemasukkan suspense bakteri ke dalam Erlenmeyer ini bertujuan untuk pengenceran 10-1. Setelah itu, masing-masing Erlenmeyer diberi tiga perlakuan berbeda, yaitu 24 jam freezer, 24 jam kulkas, dan kontrol. Setelah 24 jam, dilanjutkan dengan pengenceran. Untuk perlakuan 24 freezer dan kulkas, suspensi akan diencerkan hingga pengenceran 10-4; sedangkan suspensi dengan perlakuan control akan diencerkan hingga pengenceran 10-6. Pengenceran dilakukan untuk mempermudah dalam penghitungan bakteri pada cawan petri nanti. Setelah itu, dilakukan platting. Perlakuan freezer dan kulkas, dilakukan platting untuk pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 pada dua cawan petri, sedangkan pada kontrol dilakukan platting untuk pengenceran 10-4, 10-5, 10-6 pada dua cawan petri. pada dalam cawan petri yang kemudian diberi media NA. Penambahan media NA dilakukan untuk menumbuhkan bakteri. Setelah itu, dilakukan inkubasi selama 48 jam. Setelah 48 jam, dilakukan pengamatan dan perhitungan jumlah total mikroba yang tumbuh di dalamnya menggunakan colony counter.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengamatan
Tabel 1. Data pengamatan koloni bakteri setelah inkubasi
Medium &
Bakteri Ulangan
∑ Bakteri (48 jam)
Freezer Kulkas Kontrol
10-2 10-3 10-4 10-2 10-3 10-4 10-4 10-
5
10-
6
Gliserol 10% & B.
subtilis
U1 TBUD 530 267 TBUD 1019 136 564 560 1 U2 TBUD 1784 371 TBUD 522 2 852 276 8 Gliserol
10% & E.
coli
U1 TBUD TBUD 800 TBUD 2.856 11 727 654 79 U2 TBUD 5200 872 TBUD 1704 5136 650 350 56 Garam 0,5%
& B. subtilis
U1 1816 481 428 TBUD 3864 1704 484 323 40 U2 1176 1052 500 TBUD 3664 860 337 340 214 Garam 0,5%
& E. coli
U1 TBUD TBUD 1948 TBUD 4096 946 563 314 46 U2 TBUD 5276 902 TBUD 3048 848 874 367 61 Aquades
steril & B.
subtilis
U1 TBUD 1324 1154 TBUD 4364 4296 1596 878 585 U2 TBUD 1296 1160 TBUD 4360 4276 1520 634 473 U1 TBUD 2468 487 TBUD 2156 692 2457 606 270
Aquades steril & E.
coli
U2 TBUD 1640 394 TBUD 1822 836 2268 540 180
B. Hasil Perhitungan
Tabel 2. Hasil perhitungan bakteri yang tumbuh Medium & Bakteri
Jumlah Total Bakteri
Freezer Kulkas Kontrol
Gliserol 10% & B.
Subtilis 3,2 x 106CFU/ ml 6,3 x 105CFU/ ml 4, 2 x 107CFU/ ml Gliserol 10% & E. coli 8,4 x 106CFU/ ml 2,6 x 106CFU/ ml 6,1 x 107CFU/ ml
Garam 0,5% & B.
Subtilis 4,6 X 106 CFU/ml 1,3 X 106 CFU/ml 1,2 X 108 CFU/ml Garam 0,5% & E. coli 1,4 X 106 CFU/ ml 8,1 X 107 CFU/ ml 4,9 X 107 CFU/ml
Aquades steril & B.
Subtilis
1 X 107 CFU/ ml 4,3 X 107 CFU/ ml 5,3 X 108 CFU/ ml
Aquades steril & E.
coli 4,4 X 106 CFU/ml 7,6 X 106 CFU/ml 2 X 108 CFU/ml
C. Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan dengan menguji bakteri E. coli dan B. subtilis pada medium yang berbeda dan perlakuan suhu rendah yang berbeda. Bakteri Escherchia coli merupakan bakteri yang termasuk dalam golongan mesofilik (Rusmantarno dkk., 2014). Bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri tipe mesofilik, dimana bakteri tipe ini dapat tumbuh diberbagai perairan (Arfianti dkk., 2020). Suhu optimum untuk bakteri yang masuk dalam tipe bakteri mesofilik berkisar antar 25-40⁰C (Arfianti dkk., 2020). Perlakuan medium berbeda yang dimaksud yaitu larutan gliserol 10%, larutan garam 0,5%, dan aquades steril. Di sisi lain, perlakuan suhu dingin yang dilakukan yaitu tanpa pendinginan atau kontrol, perlakuan freezer, dan perlakuan kulkas.
Jumlah bakteri yang tumbuh pada tiap perlakuan tertera pada tabel 2. Pada medium dan bakteri yang berbeda, terlihat perlakuan kontrol selalu memiliki jumlah bakteri yang lebih besar daripada perlakuan freezer dan kulkas. Hal ini terjadi karena pada perlakuan kontrol tidak dilakukan pendinginan. Rusmantarno dkk. (2014) menjelaskan bahwa untuk bakteri golongan mesofilik, semakin rendah suhu penyimpanan maka aktivitas bakteri akan semakin berkurang atau bisa saja berhenti. Pada medium gliserol 10% dengan E. coli dan B. subtilis, terlihat bahwa jumlah
bakteri yang tumbuh pada perlakuan freezer lebih banyak daripada jumlah bakteri yang tumbuh pada perlakuan kulkas. Hal serupa juga terjadi pada medium garam 0,5% dengan bakteri B.
subtilis. Hal ini tidak sejalan penelitian Prihharsanti (2015) yang menunjukkan bahwa perlakuan freezer menumbuhkan bakteri yang lebih sedikit daripada perlakuan refrigerator. Di sisi lain, penelitian tersebut sejalan dengan hasil praktikum pada garam 0,5% dan bakteri E. coli serta aquades steril dan kedua jenis bakteri, terlihat bahwa jumlah bakteri yang tumbuh pada perlakuan freezer lebih sedikit daripada jumlah bakteri yang tumbuh pada perlakuan kulkas. Pada perlakuan penyimpanan di dalam showcase dengan suhu 0℃-8℃, jumlah cemaran Escherichia coli pada daging broiler akan sedikit terhambat laju pertumbuhannya karena Escherichia coli tidak berada pada suhu hidup bakteri golongan mesofilik (10℃-45℃) (Rusmantarno dkk., 2014). Menurut Prihharsanti (2015), kematian bakteri pada suhu rendah disebabkan oleh terjadinya perubahan keadaan koloidal protoplasma yang tidak reversible.
Selain pengaruh oleh suhu rendah, tabel 2 juga memperlihatkan perbedaan jumlah mikroba yang tumbuh berdasarkan pengaruh dari perbedaan medium. Hasil yang didapat yaitu pada pengujian bakteri B. subtilis dan E. coli dengan medium larutan gliserol 10% cenderung memiliki jumlah bakteri tumbuh yang lebih rendah daripada larutan garam 0,5%, lalu larutan garam 0,5%
lebih sedikit daripada aquades steril, Hal ini terjadi pada B. subtilis perlakuan freezer, B. subtilis dan E. coli perlakuan kulkas, dan B. subtilis kontrol. Hal ini sejalan dengan Setiaji dkk. (2015) yang menjelaskan kemungkinan tekanan osmosis sitoplasma dari bakteri yang disimpan dengan gliserol 10% lebih tinggi dari media lingkungannya, sehingga sisa air dalam sel yang mengalami kristalisasi inilah yang merusak sel sehingga mengalami kematian. Hal ini juga sejalan dengan Puspitasari dkk. (2021) yang menjelaskan bahwa semakin tinggi konsentrasi garam yang diberikan semakin rendah jumlah koloni bakteri yang tumbuh. Menurut Marhamah dkk. (2019), aquades steril tidak punya kemampuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri karena daya hambatnya 0mm dan ini membuktikan bahwa aquades steril sebagai kontrol negatif tidak mengandung antibakteri. Pada E. coli kontrol, medium aquades menumbuhkan lebih banyak bakteri daripada larutan gliserol 10%, lalu larutan gliserol 10% lebih banyak daripada larutan garam 0,5%. Hal ini juga telah sejalan dengan penjelasan di atas bahwa aquades steril tidak mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri, meski larutan gliserol 10%
menumbuhkan lebih banyak daripada larutan garam 0,5%.
Jika dilihat pada tabel 2, E. coli perlakuan freezer tidak sejalan dengan penjelasan di atas.
Pada E. coli perlakuan freezer, medium larutan gliserol 10% menumbuhkan lebih banyak bakteri daripada aquades steril dan larutan garam. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan praktikan selama praktikum. Menurut Prayitno dan Hidayati (2015), kurang kehati-hatian mahasiswa dalam
membaca petunjuk sehingga terjadi kesalahan prosedur selama praktikum. Kesalahan seperti ini akan menurunkan tingkat keberhasilan dan kesesuaian hasil praktikum.
KESIMPULAN
Perlakuan suhu rendah efektif untuk menekan laju pertumbuhan bakteri E. coli dan B.
subtilis. Perlakuan freezer mampu menurunkan laju pertumbuhan bakteri lebih baik daripada perlakuan kulkas. Semakin rendah suhu penyimpanan, maka laju pertumbuhan bakteri mesofilik akan semakin lambat. Selain itu, pencampuran suspensi bakteri pada medium aquades steril terbukti mampu menumbuhkan lebih banyak bakteri daripada medium gliserol 10% dan larutan garam 0,5%. Hal ini terjadi karena aquades steril tidak memiliki kemampuan menghambat laju pertumbuhan bakteri, tidak seperti larutan gliserol 10% dan larutan garam 0,5%. Larutan gliserol 10% cederung untuk membunuh bakteri selama pendinginan karena gliserol 10% menyebabkan masalah tekanan osmosis pada bakteri, sedangkan larutan garam hanya menghambat laju pertumbuhan bakteri. Sehingga, medium larutan garam 0,5% mampu menumbuhkan bakteri lebih banyak daripada medium larutan gliserol 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Arfianti, D., S. Lailiyah, K. F. Dina, dan N. Cokrowati. 2020. Dinamika jumlah bakteri Bacillus subtilis dalam penurunan kadar bahan organic tom limbah budidaya Ikan Lele Sangkuriang (Clarias gariepinus). Journal of Fisheries and Marine Research. 4(2): 222- 226.
Azara, R., dan I. A. Saidi, 2020. Buku Ajar Mikrobiologi Pangan. Sidoarjo: UMSIDA Press.
Handoyono, A. T. 2021. Klasifikasi Bakteri dengan Metode Deep Learning. Skripsi. Makassar:
Departemen Teknik Informatika Universitas Hasanuddin.
Kustyawati, M. E. 2020. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Bandar Lampung: Pusaka Media.
Prayitno, T. A. dan N. Hidayati. 2015. Penerapan lesson study pada kegiatan praktikum mikrobiologi Program Studi Pendidikan Biologi IKIP Budi Utomo Malang. Bioedukasi.
9(1): 51-56.
Prihharsanti, A. H. T. 2015. Populasi bakteri dan jamur pada daging sapi dengan penyimpanan suhu rendah. Sains Peternakan. 13(2); 66-72.
Puspitasari, F., S. Aisyah, S. A. Wilianti, K. S. Albarah, dan R. Adawiyah. 2021. Pengaruh penambahan garam terhadap perubahan karakteristik kimia dan pertumbuhan bakteri pada Ikan Sepat Rawa (Trichogaster trichopterus). JPHPI. 24(1): 113-121.
Rusmantarno, S. N., I. G. K. Suarjana, dan M. D. Rudyanto. 2014. Cemaran Escherichia coli pada daging broiler dalam showcase di pasar-pasar di swalalan Denpasar. Indonesia Medicus Veterinus. 3(1): 53-59.
Setiaji, J., T. I. Johan., dan M. Widantari. 2015. Pengaruh gliserol pada media Tryptic Soy Broth (TSB) terhadap viabilitas bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Dinamika Pertanian.
30(1): 83-91.
Suryani, Y. dan O. Taupiqurrahman. 2021. Mikrobiologi Dasar. Bandung: LP2M UIN SGD.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
A. Freezer
1. Gliserol 10% & B. Subtilis 10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD 10-3 : U1 : 530
U2 : 1.784 10-4 : U1 : 267
U2 : 371 N = ∑𝐶
(2𝑋 𝑑)
= 267 + 371
2 𝑋 10−4
= 638 𝑋 10
4 2
= 319 x 104
= 3,2 x 106CFU/ ml 2. Gliserol 10% & E. coli
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : TBUD
U2 : 5200 10-4 : U1 : 800
U2 : 872 N = ∑𝐶
(2𝑋 𝑑)
= 800 + 872
2 𝑋 10−4
= 1672 𝑋 104
2
= 8,4 x 106CFU/ ml 3. Garam 0,5% & B. Subtilis Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : 1816 U2 : 1176 10-3 : U1 : 481
U2 : 1052
10-4 : U1 : 428 U2 : 500 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 428+500
2 𝑋 10−4
= 928 𝑋 104
2
= 4,6 X 106 CFU/ ml 4. Garam 0,5% & E. coli Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : TBUD
U2 : 5276 10-4 : U1 : 1948 U2 : 902 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 1948+902
2 𝑋 10−4
= 2850 𝑋 104
2
= 1,4 X 106 CFU/ ml 5. Aquades steril & B. Subtilis Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 1324
U2 : 1296 10-4 : U1 : 1154 U2 : 1160 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 1154+1160
2 𝑋 10−4
= 2314 𝑋 104
2
= 1 X 107 CFU/ ml 6. Aquades steril & E. coli
Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 2.468
U2 : 1.640 10-4 : U1 : 487
U2 : 394 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 487+394
2 𝑋 10−4
= 881 𝑋 104
2,2
= 8.810.000
2
= 4,4 X 106 CFU/ ml
B. KULKAS
1. Gliserol 10% & B. Subtilis 10-2 : U1 : TBUD
U2 : TBUD 10-3 : U1 : 1.019
U2 : 522 10-4 : U1 : 136
U2 : 2
N = ∑𝐶
((1 𝑋 𝑛1 )+(0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
= 136 +2
(1 𝑥 2 )+ (0,1𝑥 2) 𝑋 10−4
= 138 𝑋 104
2,2
= 62,7 x 104
= 6,3 x 105CFU/ ml 2. Gliserol 10% & E. coli
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 2856
U2 : 1704 10-4 : U1 : 11
U2 : 5136
N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 11 + 5136
2 𝑋 10−4
= 5147𝑋 104
2
= 2,6 x 106CFU/ ml 3. Garam 0,5% & B. Subtilis Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 3864
U2 : 3664 10-4 : U1 : 1704 U2 : 860 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 1704+860
2 𝑋 10−4
= 2564 𝑋 104
2
= 1,3 X 106 CFU/ ml 4. Garam 0,5% & E. coli Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 4096
U2 : 3048 10-4 : U1 : 946
U2 : 848 N = ∑𝐶
2 𝑋 𝑑)
= 946+848
2 𝑋 10−4
= 1749 𝑋 104
2
= 897 X 104 CFU/ ml
= 8,1 X 107 CFU/ ml 5. Aquades steril & B. Subtilis Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 4364
U2 : 4360 10-4 : U1 : 4296 U2 : 4276 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 4296+4276
2 𝑋 10−4
= 8572 𝑋 104
2
= 4,3 X 107 CFU/ ml 6. Aquades steril & E. coli
Tingkat pengenceran:
10-2 : U1 : TBUD U2 : TBUD 10-3 : U1 : 2.156
U2 : 1.822 10-4 : U1 : 692
U2 : 836 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 692 + 836
2 𝑋 10−4
= 1.528 𝑋 104
2
= 7,6 X 106 CFU/ ml
C. KONTROL
1. Gliserol 10% & B. Subtilis 10-4 : U1 : 564
U2 : 852 10-5 : U1 : 560 U2 : 276 10-6 : U1 : 1
U2 : 8
N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 560 +276
(2 𝑋10−5 )
= 836 𝑥 105
2
= 418 x 105
= 4, 2 x 107 CFU/ ml 2. Gliserol 10% & E. coli
10-4 : U1 : 727 U2 : 650 10-5 : U1 : 654 U2 : 350 10-6 : U1 : 79
U2 : 56
N = ∑𝐶
((1 𝑋 𝑛1 )+(0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
= 79+56
((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
= 135 𝑋 106
2,2
= 6,1 x 107CFU/ ml 3. Garam 0,5% & B. Subtilis Tingkat pengenceran:
10-4 : U1 : 484 U2 : 337 10-5 : U1 : 323 U2 : 340 10-6 : U1 : 40
U2 : 214
N = ∑𝐶
((1 𝑋 𝑛1 )+(0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
= 40+214
((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
= 254 𝑋 106
2,2
= 1,2 X 108 CFU/ ml 4. Garam 0,5% & E. coli Tingkat pengenceran:
10-4 : U1 : 563
U2 : 874 10-5 : U1 : 314 U2 : 367 10-6 : U1 : 46
U2 : 61
N = ∑𝐶
((1 𝑋 𝑛1 )+(0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
= 46+61
((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
= 107 𝑋 10
6 2,2
= 48,63 X 106 CFU/ml
= 4,9 X 107 CFU/ml 5. Aquades steril & B. Subtilis Tingkat pengenceran:
10-4 : U1 : 1596 U2 : 1520 10-5 : U1 : 878
U2 : 634 10-6 : U1 : 585 U2 : 473 N = ∑𝐶
(2 𝑋 𝑑)
= 585+473
2 𝑋 10−6
= 1058 𝑋 106
2
= 5,3 X 108 CFU/ ml 6. Aquades steril & E. coli Tingkat pengenceran:
10-4 : U1 : 2.457 U2 : 2.268 10-5 : U1 : 606
U2 : 540 10-6 : U1 : 270 U2 : 180
N = ∑𝐶
((1 𝑋 𝑛1 )+(0,1 𝑋 𝑛2 )𝑋 𝑑)
= 270 + 180
((1 𝑋 2)+(0,1 𝑋 2)𝑋 10−6
= 450 𝑋 106
2,2
= 2 X 108 CFU/ml
LAMPIRAN HASIL PENGAMATAN
Medium & Bakteri Freezer Kulkas Kontrol
Gliserol 10% & B.
Subtilis
Gliserol 10% & E.
coli
Garam 0,5% & B.
Subtilis
Garam 0,5% & E.
coli
Aquades steril & B.
Subtilis
Aquades steril & E.
coli
LAMPIRAN DOKUMENTASI
No. Gambar Keterangan
1. Alat – alat yang digunakan pada praktikum
2. Media Nutrient Agar (NA)
3. Cawan Petri
4. Pengambilan E. coli dan B. subtilis untuk
pengenceran
5. Pengenceran E. coli dan B. subtilis dalam 45
mL larfis (10-1)
6. Pengenceran dalam larfis 9 mL
(kulkas dan freezer hingga pengenceran 10-4, dan control hingga 10-6)
7. Proses plating pengenceran (kulkas dan
freezer pengenceran 10-2, 10-3, 10-4 dan kontrol pengernceran 10-4, 10-5, 10-6) ke dalam cawan petri dengan pengulangan 2 kali
No Gambar Keterangan
8. Proses penuangan media NA dalam cawan
petri yang berisi suspensi
9. Cawan petri berisi suspensi + media NA
sebelum diinkubasi
10 Proses peletakan pada inkubator
11. Perhitungan mikroba menggunakan colony
counter
12 Proses pendinginan dengan menggunakan
kulkas
13 Proses pembekuan dengan menggunakan
freezer