• Tidak ada hasil yang ditemukan

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

N/A
N/A
kamsia kewa

Academic year: 2023

Membagikan "LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : NURUL MUBAROKAH Kelas : 009

Kelompok : C

LK. 2.1 Eksplorasi Alternatif Solusi

No.

Masalah terpilih yang

akan diselesaikan

Akar Penyebab

masalah Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi

1

Rendahnya pemahaman siswa pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila

1. Penggunaan model pembelajaran yang kurang bervariatif.

2. Pemilihan media yang kurang tepat.

Berdasarkan kajian literatur, solusi untuk masalah ini sesuai akar penyebabnya adalah:

1. Guru menggunakan model Project Based Learning untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan hasil belajar siswa yang diperoleh dari pre-test dan post-test dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh positif dalam penerapan model project based learning pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Pengaruh positif tersebut yaitu pada penerapan model project based learning siswa diberikan kesempatan untuk bekerjasama secara berkelompok, merangkum pengetahuan dari berbagai sumber, dan mengaplikasikannya dalam sebuah hasil karya berupa produk.

Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi melalui kajian literatur dan wawancara, maka dapat dianalisis alternatif solusinya yaitu sebagai berikut.

1. Guru menggunakan model Project Based Learning untuk mata pelajaran Pendidikan Pancasila.

Pembelajaran berbasis proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

Kelebihan:

a. Meningkatkan motivasi siswa dalam menyusun proyek.

b. Meningkatkan kemampuan

(2)

Sumber: Widyastuti, I., Utami, S., &

Uliyanti, E. (2016). Pengaruh model project based learning terhadap hasil belajar

pendidikan kewarganegaraan di kelas IV SD. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Khatulistiwa, 5(10).

Model pembelajaran Project Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar PPKn karena melalui model pembelajaran ini siswa dituntut untuk memecahkan masalah. Model Project Based Learning ini lebih menuntut siswa untuk lebih aktif dan melibatkan siswa dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menghasilkan bentuk karya dalam bentuk tulisan, seni gambar video atau presentasi yang sudah di diskusikan oleh teman satu kelompoknya yang mana sebelumnya mereka harus merumuskan, merancang, merinci, melaksanakan dan mengevaluasi.

Sumber: Simanjuntak, L. (2021). Pengaruh Model Project Based Learning Dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar PPKn Di Kelas IV SD Negeri 106163 Percut Sei Tuan (Doctoral dissertation, UNIMED).

pemecahan masalah.

c. Meningkatkan kolaborasi dan kekompakan.

d. Meningkatkan ketrampilan mengelola sumber.

Kelemahan:

a. Membutuhkan waktu yang lama.

b. Membutuhkan fasilitas, peralatan dan bahan yang memadai.

c. Tidak sesuai untuk siswa yang mudah menyerah.

d. Kesulitan melibatkan semua siswa dalam kerja kelompok.

Sumber: Niswara, R., Muhajir, M., &

Untari, M. F. A. (2019). Pengaruh model project based learning terhadap high order thinking skill. Mimbar PGSD Undiksha, 7(2).

2. Guru menggunakan media Powerpoint Interaktif.

Kelebihan:

a.

Menarik: Secara penyajian media microsoft power point dapat memberi tampilan yang menarik.

Karena media ini dilengkapi dengan permainan warna, huruf, animasi, teks dan gambar atau foto.

(3)

2. Guru mengembangkan media pembelajaran Powerpoint Interaktif Berbasis Humanisme pada tema makna nilai-nilai Pancasila di kelas IV SD.

Media pembelajaran PowerPoint Interaktif Berbasis Humanis memiliki kelebihan diantaranya siswa dapat belajar dan melihat berbagai animasi gerak dan sambil bermain serta melihat beberapa gambar yang kreatif dan inovatif, maka peserta didik tidak belajar sendiri melainkan harus berpasangan/berkelompok dalam media PowerPoint Interaktif, memudahkan siswa belajar karena dibantu dengan gambar-gambar yang ada di dalam media PowerPoint Interaktif Berbasis Humanisme, proses pembelajaran tidak membosankan dan dapat meningkatkan motivasi siswa.

Sumber: Tanjung, E. S., & Silalahi, B. R.

(2022). Pengembangan Media Pembelajaran Powerpoint Interaktif Berbeasis Humanisme Pada Tema Makna Nilai-Nilai Pancasila Di Kelas IV SD. JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN TERPADU (JPPT), 4(1), 70-81.

b.

Merangsang siswa: Media microsoft power point mampu merangsang siswa untuk mengetahui lebih jauh informasi mengenai materi yang tersaji.

c.

Tampilan visual mudah dipahami:

Pesan informasi secara visual yang disajikan oleh microsof power point dapat dengan mudah dipahami siswa.

d.

Memudahkan guru: Media pembelajaran microsoft power point ini dapat membantu atau memudahkan seorang guru dalam proses belajar mengajar. Seorang guru tidak perlu banyak menerangkan materi yang sedang disajikan.

e.

Bersifat kondisional: Microsoft power point merupakan sebuah alat bantu yang bersifat kondisional.

Maksud kondisional disini adalah dapat diperbanyak dan dapat dipakai secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan.

f.

Praktis: Media microsoft power point ini juga merupakan alat yang praktis. Praktis dalam penggunaan maupun dalam penyimpanan.

(4)

3. Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila pada Anak Sekolah Dasar dengan Berlandaskan Metode Contextual Teaching Learning.

Motede pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan mengenai

mengimplementasikan nilainilai pancasila dalam kehidupan sehari hari yakni metode pembelajaran Contextual Teaching Learning, model pembelajaran ini dikembangkan pada pembelajarn ini karena dirasa selaras dengan karakteristik materi yang diajarkan kepada siswa sehinga diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.

Sumber: Azizah, S. N., Fatimah, S., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (2021).

Pengimplementasian Nilai-Nilai Pancasila pada Anak Sekolah Dasar dengan

Berlandaskan Metode Contextual Teaching Learning. EDUKATIF: JURNAL ILMU PENDIDIKAN, 3(6), 4802-4809.

4. Guru bisa mengembangkan multimedia interaktif berbasis articulate storyline.

Dari hasil penelitian yang sudah dilaksanakan, saran untuk guru dapat

Media ini dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik, seperti CD, disket, dan flashdisk.

Sehingga praktis untuk dibawa kemana-mana.

Kelemahan:

a. Memakan waktu: Microsoft power point ini memerlukan persiapan yang cukup menyita waktu dan tenaga. Untuk menggunakan media ini dibutuhkan kesabaran dan tahapdemi tahap untuk menyusun dan membuatnya. Sehingga membutuhkan waktu yang tidak sedikit.

b. Hanya bisa dioperasikan windows:

Media microsoft power point ini hanya dapat dijalankan atau dioperasikan pada sistem operasi windows saja.

c. Membutuhkan keahlian lebih:

Untuk menggunakan media microsoft power point ini dibutuhkan keahlian yang lebih untuk dapat membuat power point yang benar, baik dan menarik.

Sumber: Tarigan, L. A. C.

(2020). Pengaruh Penggunaan Model

(5)

menggunakan multimedia Articulate storyline sebagai media pembelajaran, selain tampilan yang menarik namun juga banyak fasilitas yang menunjang untuk pembelajaran dalam jaringan maupun pembelajaran diluar jaringan. Dengan menggunakan media articulate storyline selain praktis dan juga memudahkan dalam pembelajaran khususnya materi Pendidikan Kwarganegaraan tentang materi Penerapan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber: Pratama, A. N., & Batubara, H. H.

(2021). Pengembangan multimedia interaktif berbasis articulate storyline materi penerapan nilai-nilai pancasila. Bidayatuna Jurnal Pendidikan Guru Mandrasah Ibtidaiyah, 4(2), 157-168.

Hasil Wawancara:

Teman sejawat (Gita Haksina Putri, S.Pd., Hesinta Mita Aprilia, S.Pd. &Hinton Bima Mahendra, S.Pd.)

1. Model dan metode pembelajaran harus yang aktif dan menyenangkan, salah satu model yang bisa diterapkan adalah model pembelajaran yang berbasis project.

2. Media yang digunakan harus inovatif, dapat menarik perhatian siswa

3. Menggunakan metode Role Playing atau

Examples Non Examples dengan Menggunakan Media Power Point Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SDN 065011 Asam Kumbang TA 2019/2020 (Doctoral Dissertation, Universitas Quality).

3. Metode Contextual Teaching Learning

Model pembelajaran Contextual Teaching Learning ini merupakan model pembelajaran menitikberatkan keterkaitan serta menghubungkan antara pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran dan diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Elaine B. Johnson (2007: 67) dalam bukunya ” Contextual Teaching and Learning “ kelebihan dan kekurangan model pembelajaran CTL, yaitu:

Kelebihan:

a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki.

b. Siswa dapat berfikir kritis dan

(6)

demonstrasi.

4. Menggunakan media Picture and Picture.

5. Menggunakan media Make a Match.

Wawancara dengan ahli (Frans Aditia Wiguna, M.Pd.)

1. Menggunakan Model Value Clarification Approach dan metode penanaman nilai (Inculcation Approach).

2. Menggunakan PBL/PBM dengan siswa sebagai contohnya.

3. Menggunakan powerpoint interaktif.

kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif.

c. Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.

d. Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.

e. Pembelajaran lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

f. Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok.

Kelemahan:

a. Pemilihan informasi atau materi dikelas didasarkan pada kebutuhan siswa. Padahal, dalam kelas itu tingkat kemampuan siswanya berbeda-beda sehingga guru akan kesulitan dalam menentukan materi pelajaran karena tingkat pencapaiannya siswa tadi tidak sama.

b. Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam pembelajaran.

c. Nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan

(7)

siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya.

d. Kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.

e. Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model CTL ini.

f. Pengetahuan yang didapat oleh setiap siswa akan berbeda-beda dan tidak merata.

Sumber:https:jurnal.univpgri- palembang.ac.id

4. Guru menggunakan metode Role Playing

Kelebihan:

a. Dapat memberikan kesan pembelajaran yang kuat dan tahan

(8)

lama dalam ingatan siswa.

b. Bisa menjadi pengalaman belajar menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.

c. Membuat suasana kelas menjadi dinamis dan antusiastis.

d. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa kebersamaa.

e. Memungkinkan siswa untuk terjun langsung memerankan sesuatu yang akan dibahas dalam proses belajar.

Kelemahan:

a. Banyaknya waktu yang dibutuhkan.

b. Kesulitan untuk menugaskan peran tertentu kepada siswa jika tidak dilatih dengan baik.

c. Ketidakmungkinan menerapkan Role Playing jika suasana tidak kondusif.

d. Membutuhkan persiapan yang benar-benar matang yang akan menghabiskan waktu dan tenaga.

e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan dengan metode ini.

Sumber: Nugroho, M. (2017). Inovasi Pembelajaran PPKn Menggunakan Metode Role Playing. Prosiding Konferensi Nasional Kewarganegaraan III p-ISSN, 2598, 5973.

(9)

2

Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami soal cerita matematika.

1. Pembelajaran guru hanya berpedoman pada buku guru dan buku siswa.

2. Siswa belum mampu memahami dan mengintegrasikan soal cerita dengan konsep materi.

Berdasarkan kajian literatur, solusi untuk masalah ini sesuai akar penyebabnya adalah:

1. Guru menggunakan model Problem Based Learning dalam pembelajaran.

Penerapan model Problem Based Learning merupakan salah satu alternatif yang tepat dalam melibatkan seluruh siswa berperan aktif dalam pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir, karena semua pembelajaran di dalamnya dikaitkan dengan permasalahan sehari-hari.

Sumber: Eismawati, E., Koeswanti, H. D.,

& Radia, E. H. (2019). Peningkatan hasil belajar matematika melalui model pembelajaran problem based learning (PBL) siswa kelas 4 SD. Jurnal Mercumatika:

Jurnal Penelitian Matematika Dan Pendidikan Matematika, 3(2), 71-78.

Model pembelajaran yang dipilih untuk melaksanakan pembelajaran matematika adalah model PBL, sebab model tersebut mampu mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik untuk memecahkan masalah.

Sumber: Surya, Y. F. (2017). Penerapan model pembelajaran problem based learning

Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi melalui kajian literatur dan wawancara, maka dapat dianalisis alternatif solusinya yaitu sebagai berikut.

1. Guru menggunakan model Problem Based Learning untuk pelajaran matematika.

Kelebihan:

a.

Pembelajaran di kelas berpusat pada peserta didik.

b.

Meningkatkan pengendalian diri peserta didik.

c.

Peserta didik berpeluang mempelajari/menyelidiki peristiwa multidimensi dengan perspektif yang lebih dalam.

d.

Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik.

e.

Peserta didik terdorong untuk mempelajari materi dan konsep baru pada saat memecahkan masalah.

f.

Meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi peserta didik sehingga dapat belajar dan bekerja dalam kelompok.

g.

Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah peserta

(10)

untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 016 Langgini Kabupaten Kampar. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 38-53.

2. Peningkatan kemampuan menyelesaikan soal cerita dengan menggunakan media kartu kerja pada siswa kelas II Sekolah Dasar.

Media kartu kerja merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dan terus dikembangkan dalam meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita.

Guru dapat juga menggunakan media kartu kerja untuk pencapaian materi pokok lainnya, misalnya: menentukan jarak dan kecepatan, menentukan keuntungan dan kerugian, dll.

Sumber: Mahmudah, S. (2015).

Peningkatan Ketrampilan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Menggunakan Media Kartu Kerja Pada Siswa Kelas II SDN Purworejo Kecamatan Kandat Kabupaten Kediri. PINUS: Jurnal Penelitian Inovasi Pembelajaran, 1.

didik.

h.

Memadukan teori dan praktik sehingga peserta didik berpeluang memadukan pengetahuan lama dan baru.

i.

Mendukung proses pembelajaran.

j.

Peserta didik memperoleh keterampilan mengatur waktu, fokus, mengumpulkan data, menyiapkan laporan dan evaluasi.

k.

Memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.

Kelemahan:

a. Guru berpeluang mengalami kendala dalam mengubah gaya mengajar.

b. Siswa berpeluang membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah ketika pertama kali dikemukakan di kelas.

c. Individu atau kelompok dapat menyelesaikan pekerjaan mereka lebih awal atau terlambat.

d. Problem Based Learning membutuhkan materi yang kaya dan penyelidikan/riset.

e. Problem Based Learning cukup

(11)

Hasil Wawancara:

Kepala sekolah: Ahmad Muniib Muqorroba, S.Pd.

1. Menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, bisa didukung dengan media interaktif.

2. Menggunakan media benda nyata yang disesuaikan dengan materinya.

Teman sejawat (Rino Fandriato, S.Pd. &

Hesinta Mita Aprilia, S.Pd)

1. Pembelajaran dengan menggunakan model Problem Solving.

2. Guru menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis PAIKEM.

3. Pembelajaran diharapkan berpusat kepada siswa.

4. Guru menyampaikan materi harus disertai model/alat peraga atau diberikan contoh nyata.

5. Soal cerita diilustrasikan dalam bentuk gambar.

6. Menuliskan soal cerita dalam bentuk kalimat matematika.

sulit diterapkan di semua kelas.

f. Cukup sulit untuk menilai pembelajaran.

Sumber: Zainal, N. F. (2022). Problem Based Learning pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 6(3), 3584- 3593.

2. Menggunakan benda konkret sebagai media.

Kelebihan:

a. Meningkatkan keterampilan problem solving siswa.

b. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa.

c. Meningkatkan kemampuan visual thinking siswa.

Kelemahan: Media pembelajaran konkret membutuhkan perhatian lebih dari guru ketika digunakan dan juga perawatan agar tidak ada komponen yang hilang atau rusak, sehingga menyita lebih banyak waktu.

Sumber: Khairunnisa, G. F., & Ilmi, Y.

I. N. (2020). Media pembelajaran matematika konkret versus digital:

(12)

Systematic literature review di era revolusi industri 4.0. Jurnal Tadris Matematika, 3(2), 131-140.

3. Guru menggunakan model pembelajaran problem solving untuk pelajaran matematika.

Kegiatan belajar mengajar (KBM) dalam proses problem solving matematika dapat melatih siswa menemukan berbagai alternatif penyelesaian permasalahan dan mengembangkan pemikiran siswa.

Setiap proses pembelajaran terutama mata pelajaran matematika, sering terdapat temuan berupa manfaat maupun kendala dalam proses pelaksanaan pembelajaran tersebut.

Kelebihan:

a. Mendidik siswa untuk berpikir sistematis.

b. Mampu mencari jalan keluar terhadap situasi yang dihadapi.

c. Belajar menganalisis suatu masalah dari berbagai aspek.

d. Mendidik siswa percaya diri sendiri.

e. Berpikir dan bertindak kreatif.

f. Memecahkan masalah yang

(13)

dihadapi secara realistis.

g. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

Kelemahan:

a. Memerlukan waktu yang cukup banyak.

b. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah berbeda beda ada yang sempurna dalam memecahkan masalah tetapi ada juga yang kurang dalam memecahkan masalah.

Sumber: Yusuf, O. L., & Sutiarso, S.

(2017). Problem Solving Dalam Pembelajaran Matematika. In Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (Vol. 1, No. 1, pp. 281-287).

3

Rendahnya minat baca pada pelajaran bahasa

Indonesia.

1. Minat siswa dalam membaca rendah dan tidak didukung dengan kemampuan guru dalam inovasi kegiatan literasi.

2. Guru hanya berpacu pada bacaan yang ada

Berdasarkan kajian literatur, solusi untuk masalah ini sesuai akar penyebabnya adalah:

1. Penerapan metode Scrumble untuk meningkatkan minat baca siswa.

Model pembelajaran scrumble merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban

Berdasarkan eksplorasi alternatif solusi melalui kajian literatur dan wawancara, maka dapat dianalisis alternatif solusinya yaitu sebagai berikut.

1. Guru menerapkan metode Scrumble.

Scramble artinya perebutan, pertarungan atau perjuangan. Scramble

(14)

di buku paket atau tidak mencoba membuat bacaan sendiri yang lebih menarik.

3. Tidak ada refleksi setelah kegiatan membaca.(Hanya sekedar membaca)

dan menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara membagikan lembar kartu soal dan jawaban yang disertai dengan alternative jawaban yang tersedia.

Sumber: Sumira, D. Z., Deasyanti, D., &

Herawati, T. (2018). Pengaruh metode scramble dan minat baca terhadap kemampuan membaca pemahaman siswa sekolah dasar. Indonesian journal of primary education, 2(1), 62-71

2. Peningkatan minat baca melalui pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat minat baca siswa melalui PBL mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat melalui siklus/pertemuan yang telah dilakukan.

Pada siklus I hasil tes pembelajaran menggunakan PBL untuk hasil tertinggi 82 dan hasil terendah 62 dengan rata-rata 69,1%

Sumber: Aziartiya, S. (2014). Peningkatan Minat Baca Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di SDN Pamulang Permai Kelas V (Penelitian Tindakan Kelas).

merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang dapat melatih kekompakan siswa dalam kelompok dan mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan baik. Dalam metode ini, mereka tidak hanya diminta untuk menjawab soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah tersedia namun masih dalam kondisi acak. Ketepatan dan kecepatan berfikir menjawab soal menjadi salah satu kunci permainan metode pembelajaran scramble.

Kelebihan:

a. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

b. Metode pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk saling belajar sambil bermain.

c. Selain membangkitkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu metode scramble juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok.

d. Materi yang diberikan melalui salah satu metode permainan biasanya mengesankan dan sulit untuk dilupakan.

(15)

Hasil Wawancara:

Teman sejawat (Hesinta Mita Aprilia, S.Pd)

1. Pembelajaran menggunakan media yang menarik sesuai kebutuhan siswa, contohnya media audiovisual (video).

2. Guru membuat modul/bacaan yang menarik.

3. Membaca menyimak (Siswa secara bergantian membaca dan siswa yang lain menyimak, kemudian melanjutkan membaca).

Wawancara dengan pakar (Novi Nitya Santi, M.Psi)

1. Guru menyediakan bahan bacaan yang menarik.

2. Memanfaatkan perpustakaan semaksimal mungkin.

3. Siswa memilih buku yang menarik, kemudian diminta untuk membaca dan selanjutnya menceritakan kembali apa yang telah dibaca di depan teman-temannya.

Wawancara dengan pakar (Frans Aditia Wiguna, M.Pd.)

1. Guru harus menyiapkan pembelajaran yang heterogen sesuai dengan kemampuan tiap siswa yang tidak sama satu sama lainnya.

e. Sifat kompetitif dalam metode ini dapat mendorong siswa berlomba- lomba untuk maju.

f. Melatih siswa untuk berpikir cepat dan tepat.

g. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal dengan jawaban acak.

h. Melatih kedisiplinan siswa.

Kelemahan:

a. Pembelajaran ini terkadang sulit dalam merencanakannya karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

b. Terkadang dalam

mengimplementasikannya,

memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

c. Metode pembelajara ini biasanya menimbulkan suara gaduh.

d. Siswa bisa saja mencontek jawaban temannya.

e. Siswa tidak dilatih untuk berpikir kreatif.

f. Siswa menerima bahan mentah yang hanya perlu diolah dengan baik.

Sumber:Rosmanah, A. (2019, October). Pentingnya Model Pembelajaran Scramble Berbantuan

(16)

2. Menggunakan model SCL (Student Centered Learning), metode Role Playing (metode disesuaikan dengan tujuan pembelajarannya).

3. Menggunakan strategi PBL/PBM dan dengan media sekitar lingkungan siswa.

4. Menggunakan media mind map/peta konsep dengan berpedoman 5 W + 1 H.

Media Visual dalam Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan (Vol. 1, pp. 706- 712).

2. Guru menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBM/PBL) pada pelajaran bahasa Indonesia Karakteristik PBL:

Pembelajaran Problem Based Learning (pembelajaran berbasis – masalah) adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, pengaturan diri. Berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan. Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning ( PBL) sangat efektif digunaakan pada saat pembelajaran, dimana peserta didik dapat menemukan konsep, ide-ide dan juga dapat meningkatkan kemampuannya dalam berbicara.

Sumber: Amara, I. (2022, January).

Pengaruh Penggunaan Model Problem

(17)

Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berbicara Siswa di Kelas V SDN 1 Anggrek. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar.

Kelebihan:

a. Dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa, interaksi siswa dengan siswa dan dengan guru. Hal ini terbukti dengan adanya dekatnya siswa antar siswa maupun siswa dengan guru.

b. Para siswa lebih ceria dalam mengikuti pembelajaran.

c. Melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi.

d. Siswa terangsang pikiran, perasaan dan perhatiannya sehingga dapat membangkitkan minat terjadinya proses pembelajaran.

Kelemahan:

Bagi siswa yang kemampuannya rendah atau kurang terampil berbicara dalam berdiskusi kelompok untuk memecahkan masalah maka siswa tersebut kurang aktif juga dalam bekerja sama dengan

(18)

teman-temannya.

Sumber: Muchib, M. (2018).

Penerapan model PBL dengan video untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar bahasa Indonesia. Wiyata Dharma: Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan, 6(1), 25-33.

3. Penggunaan media audiovisual (Video).

Media audio visual merupakan media perantara atau penggunaan materi dan

penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Contoh media audio visual misalnya

film, film bingkai (slides), dan audio visual dalam bentuk digital (Widaryanto dan Sulfemi, 2016: 1-10).

Kelebihan:

a. Dapat digunakan untuk klasikal.

b. Dapat digunakan seketika.

c. Digunakan secara berulang.

d. Dapat menyajikan materi secara fisik tidak dapat bicara kedalam kelas.

e. Dapat menyajikan objek yang

(19)

bersifat bahaya.

f. Dapat menyajikan objek secara detail.

g. Tidak memerlukan ruang gelap.

h. Dapat diperlambat dan dipercepat.

i. Menyajikan gambar dan suara

Kelemahan:

a. Sukar untuk dapat direvisi.

b. Relative mahal.

c. Memerlukan keahlian khusus.

d. Peralatan harus lengkap.

Sumber: Nurfadhillah, S., Cahyani, A.

P., Haya, A. F., Ananda, P. S., &

Widyastuti, T. (2021). Penerapan Media Audio Visual Berbasis Video Pembelajaran Pada Siswa Kelas Iv Di Sdn Cengklong 3. PANDAWA, 3(2), 396-418.

4. Menggunakan metode Role Playing

Model pembelajaran Role Playing atau bermain peran penekannyaterletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera dalamsuatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.

(20)

Menurut Djumingin (2016: 239), kelebihan dan kelemahan metode role playing sebagai berikut.

Kelebihan:

a. Menarik perhatian siswa karena masalah-masalah sosial berguna bagi mereka.

b. Bagi siswa, berperan seperti orang lain, mereka dapat merasakan perasaan orang lain, mengakui pendapat orang lain, saling mengerti, tenggangrasa dan mempunyai rasa toleransi.

c. Melatih siswa untuk mendesain suatupenemuan.

d. Berpikir dan bertindak kreatif.

e. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis karena siswa dapat menghayatinya.

f. Dapat menstimulus perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikanmasalah yang dihadapi dengan tepat.

Kelemahan:

a. Guru harus dapat memahami betul langkah-langkah pelaksanaanya, jika tidak maka akan mengacaukan proses pembelajaran.

b. Memerlukan alokasi waktu yang lebihlama.

c. Memerlukan tempat yang cukup

(21)

luas.

Sumber: Rositadesi, R. D.

(2021). Pengaruh Model Pembelajaran Role Playing Terhadap Keterampilan Membaca Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SDN Jeddih 4 (Doctoral Dissertation, Stkip Pgri Bangkalan).

(22)

DOKUMENTASI KEGIATAN WAWANCARA

Referensi

Dokumen terkait

Patke / How I Came to be Associated with Kritika Kultura 103 Kritika Kultura 30 2018: 103–104 © Ateneo de Manila University The story of my association with Kritika Kultura starts