MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM
“EJAAN DAN SEJARAH EJAAN”
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum.
Dosen Pengampu : Nurul Rahmadani, S.Pd., M.Pd
Disusun Oleh:
REVA VIYOTRI NIM: 240701060 NAULI NABILA NIM: 240701213 USWATUN HASANAH SANI NIM: 240701057
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2024/2025
KATA PENGANTAR
Dengan segala rasa syukur, kami memulai ungkapan puji syukur kepada Allah Swt, yang telah memberikan berbagai nikmat, kesehatan dan petunjuknya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Ejaan dan Sejarah Ejaan” ini.
Shalawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi besar Muhammad Saw, yang telah memberi petunjuk dalam Al-Qur’an dan sunnahnya, sebagai pedoman hidup bagi keselamatan umat didunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang harus kami selesaikan dalam mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Program Studi Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Riau.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih dan maaf kepada Ibu Nurul Rahmadani, S.Pd., M.Pd selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Kami sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Pekanbaru, 13 April 2025
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
BAB II PEMBAHASAN ... 3
2.1 Perkembangan sistem ejaan Bahasa Indonesia dari masa ke masa...3
2.2 Peran ejaan dalam menjaga kesatuan bahasa Indonesia………... 5
2.3 Sistem ejaan yang digunakan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda... 7
BAB III PENUTUP ... 10
3.1 Kesimpulan ...10
3.2 Saran ... 10
DAFTAR PUSTAKA ... 11
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ejaan dan mengeja adalah dua hal yang berbeda.pengertian ejaan secara garis besar berkaitan dengan pemakaian dan penulisan huruf,penulisan kata,penulisan unsur kata serapan,dan pemakaian tanda baca di dalam kalimat,sedangkan mengeja merupakan kegiatan melafalkan atau menyebutkan gabungan dari beberapa huruf sehingga membentuk sebuah kata.
Proses ejaan tersebut sangat dinamis, selain perubahannya dikarenakan perkembangan teknologi dan pengetauhan di setiap zamannya. Perubahan itu mengalami proses ejaan yang juga tidak sempurna pada semua manusia. Ini dikarenakan berkaitan dengan suatu system pelafalan. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional lahir pada awal tahun 20-an.
Ejaan bahasa Indonesia selalu mengalami perubahan seiring berkembangnya waktu. Perubahan tersebut terjadi sejak dari tahun 1901 hingga saat ini. Sejak tahun 1901, ejaan masih dalam bahasa Melayu dan merupakan imbas dari gerakan pembaharuan ejaan pada abad ke-19. Saat itu, terdapat sebanyak 31 bahasa modern yang ejaannya juga diperbarui selain bahasa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan sistem ejaan Bahasa Indonesia dari masa ke masa?
2. Bagaimana peran ejaan dalam menjaga kesatuan bahasa indonesia dalam komunikasi nasional?
3. Apa saja sistem ejaan yang digunakan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan ejaan Bahasa Indonesia?
2.1 Perkembangan sistem ejaan Bahasa Indonesia dari masa ke masa 1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A. van Ophuijsen. Ejaan van Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947. Pemerintah berkeinginan untuk menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa Indonesia I, pada tahun 1938 di Solo. Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan yang baru yang disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi. Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian
3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan. Kongres ini digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.
4. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru. Pembaharuan Ejaan
berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan 2009.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar. Ejaan Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko Widodo dan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Ejaan memiliki peran penting dalam menjaga kesatuan Bahasa Indonesia dalam komunikasi nasional. Ejaan yang baku dan disepakati bersama membantu memastikan bahwa Bahasa Indonesia yang digunakan di berbagai wilayah dan oleh berbagai kelompok masyarakat memiliki kesamaan dalam penulisan. Hal ini membantu mempermudah pemahaman dan komunikasi antar individu dan antar wilayah.
Berikut beberapa contoh peran ejaan dalam menjaga kesatuan Bahasa Indonesia:
Menstandarisasi Penulisan: Ejaan yang baku, seperti Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), menetapkan aturan penulisan yang seragam untuk seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menghilangkan ambiguitas dan perbedaan penulisan yang dapat menghambat
komunikasi.
Memudahkan Pemahaman: Ejaan yang konsisten dan mudah dipahami membantu memastikan bahwa pesan yang disampaikan melalui tulisan dapat diterima dengan jelas oleh semua pihak. Keseragaman penulisan membantu mengurangi kesalahan interpretasi dan meningkatkan efektivitas komunikasi.
Meningkatkan Kualitas Komunikasi: Ejaan yang benar dan tepat menunjukkan kualitas komunikasi yang baik. Penulisan yang baik dan benar mencerminkan kepedulian terhadap bahasa dan menunjukkan rasa hormat kepada penerima pesan.
Memperkuat Identitas Nasional: Ejaan yang baku merupakan salah satu ciri khas Bahasa Indonesia. Dengan menggunakan ejaan yang sama, masyarakat Indonesia dapat merasakan kesatuan dan kebanggaan terhadap bahasa nasional.
Mempermudah Akses Informasi: Ejaan yang baku memudahkan akses informasi bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan keseragaman penulisan, informasi dapat diakses dan dipahami oleh semua orang, tanpa terhalang perbedaan dialek atau bahasa daerah.
Singkatnya, ejaan yang baku dan disepakati bersama merupakan salah satu pilar penting dalam menjaga kesatuan Bahasa Indonesia dalam komunikasi nasional. Ejaan yang baik membantu mempermudah komunikasi, meningkatkan kualitas penulisan, dan
memperkuat identitas nasional.
2.3 Sistem ejaan yang digunakan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda dan pengaruhnya terhadap perkembangan ejaan Bahasa Indonesia
Pada masa penjajahan Belanda, beberapa sistem ejaan digunakan di Indonesia untuk menulis bahasa Melayu, yang kemudian berkembang menjadi Bahasa Indonesia. Berikut beberapa sistem ejaan tersebut dan pengaruhnya:
1. Ejaan Arab-Melayu
Ciri: Menggunakan huruf Arab untuk menulis bahasa Melayu. Sistem ini banyak digunakan untuk menulis karya sastra dan buku agama.
Pengaruh: Sistem ini merupakan dasar dari ejaan bahasa Melayu awal, namun lambat laun digantikan oleh ejaan Latin karena dianggap lebih praktis dan mudah dipelajari.
2. Ejaan Van Ophuijsen
Ciri: Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan diperkenalkan oleh Charles Adriaan van Ophuijsen, seorang ahli bahasa Belanda. Ejaan ini resmi digunakan pada tahun 1901.
Pengaruh: Ejaan Van Ophuijsen menjadi sistem ejaan resmi pertama untuk bahasa Melayu di Indonesia. Ejaan ini berpengaruh besar terhadap perkembangan ejaan Bahasa Indonesia, karena menjadi dasar bagi sistem ejaan yang dipergunakan setelah kemerdekaan
3. Ejaan Soewandi
Ciri: Ejaan ini diperkenalkan pada tahun 1947 dan merupakan ejaan resmi pertama setelah kemerdekaan Indonesia. Ejaan Soewandi menggunakan tanda diakritik untuk membedakan bunyi vokal "e" yang berbeda
Pengaruh: Ejaan Soewandi menunjukkan upaya untuk menghilangkan pengaruh ejaan Belanda dan menciptakan ejaan yang lebih sesuai dengan bunyi bahasa Indonesia. Ejaan ini menjadi dasar bagi Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang diperkenalkan pada tahun 1972.
Pengaruh Keseluruhan:
Sistem ejaan yang digunakan pada masa penjajahan Belanda berpengaruh signifikan terhadap perkembangan ejaan Bahasa Indonesia. Ejaan Van Ophuijsen menjadi dasar bagi sistem ejaan yang dipergunakan setelah kemerdekaan. Namun, ejaan tersebut juga menunjukkan pengaruh bahasa Belanda yang kuat. Ejaan Soewandi merupakan upaya untuk menghilangkan pengaruh tersebut dan menciptakan ejaan yang lebih sesuai dengan bunyi bahasa Indonesia. Perkembangan ejaan Bahasa Indonesia menunjukkan proses adaptasi dan penyesuaian sistem ejaan untuk mencerminkan keunikan dan keutuhan bahasa Indonesia.
3.1 Kesimpulan
Ejaan merupakan kaidah-kaidah yang menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan huruf-huruf serta penggunaan tanda baca yang harus dipatuhi.
Ejaan itu dapat kita umpakan seperti peraturan lalu lintas yang kalau dilanggar maka jalan lalu lintas akan kacau. Itu artinya, ejaan adalah keseluruhan peraturan tentang perlambangan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah mengenai pentingnya ilmu hukum, disarankan untuk membangun argumen yang sistematis dan mendalam dengan mengaitkan teori hukum, penerapan hukum dalam kehidupan sehari-hari, serta dampaknya terhadap masyarakat. Mulailah dengan menguraikan pengertian ilmu hukum dan ruang lingkupnya, serta sejarah perkembangan ilmu hukum di Indonesia dan dunia. Hal ini penting untuk memberikan pemahaman yang komprehensif kepada pembaca mengenai dasar-dasar hukum yang mendasari keberadaan sistem hukum yang ada.
Fokuskan pembahasan pada peran dan fungsi ilmu hukum dalam menciptakan ketertiban, keadilan, dan perlindungan hak asasi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
https://an-nur.ac.id/blog/sejarah-dan-perubahan-ejaan-bahasa-indonesia-dari-zaman-kolonial- belanda-hingga-masa-kini.html
https://www.ruangguru.com/blog/perkembangan-ejaan-bahasa-
indonesia?push_animated=1&webview_progress_bar=1&show_loading=0 https://binus.ac.id/bandung/2021/09/peran-bahasa-sebagai-pemersatu- bangsa/?webview_progress_bar=1&push_animated=1&show_loading=0