i MAKALAH
FIKIH DI SMP DAN SMA
Di susun untuk memenuhi Mata Kuliah Materi PAI Dosen Pengampu : Dr.Yadi Fahmi Arifudin,M.Pd.I
Disusun Oleh:
Mutiara Ayu Pratiwi 2310631110142 Pipih Muflihah 2310631110155 Puput Fadila Layyina 2310631110156
Saddam Azhar 2310631110171
Safira Nur Azizah 2310631110172
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG 2025
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Fikih Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Dan Seklah Menengah Atas (SMA) ”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang senantiasa ikhtiar di jalan Allah SWT.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Materi PAI, pada Program Sarjana Universitas Singaperbangsa Karawang. Penulisan ini dilakukan sebagai bahan pelajaran kepada siapa saja yang membacanya, serta terlebih kepada kami yang membuatnya.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknik penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Karawang, 04 Mei 2025
Kelompok 8
3 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI... 3
BAB I ... 4
PENDAHULUAN ... 4
A. Latar Belakang ... 4
B. Rumus Masalah ... 4
C. Tujuan ... 5
D. Penelitian Terdahulu ... 5
BAB II ... 6
PEMBAHASAN ... 6
A. Deskripsi Buku ... 6
B. Pembahasan ... 7
1. Tujuan Pengajaran Fikih Di Sekolah SMP Dan SMA ... 7
2. Isi Kurikulum Pengajaran Fikih Di Sekolah SMP Dan SMA ... 8
3. Metode yang digunakan dalam pengajaran Fikih di SMP dan SMA ... 12
4. Evaluasi Terhadap Pengajaran Materi Fikih. SMP dan SMA ... 16
5. Analisis Perkembangan Siswa SMP dan SMA ... 17
BAB III ... 19
PENUTUP ... 19
A. Kesimpulan ... 19
B. Pesan dan Saran ... 20
DAFAR PUSTAKA ... 21
4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral peserta didik. Salah satu aspek utama dalam pendidikan agama Islam di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah mata pelajaran fikih. Fikih tidak hanya mengajarkan hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, toleransi, serta etika sosial dan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.
Di tengah tantangan globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, para siswa dihadapkan pada berbagai pengaruh budaya luar yang tidak selalu sejalan dengan nilai- nilai Islam. Oleh karena itu, pembelajaran fikih menjadi semakin relevan untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menyikapi persoalan keagamaan secara bijak dan kontekstual. Kurikulum pendidikan nasional pun telah memasukkan mata pelajaran fikih sebagai bagian integral dari pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI), baik di SMP maupun di SMA, guna menanamkan dasar keagamaan yang kuat sejak usia dini.
Namun demikian, dalam praktiknya, pembelajaran fikih di sekolah sering menghadapi berbagai kendala, seperti kurangnya minat siswa, metode pengajaran yang kurang variatif, serta keterbatasan dalam mengaitkan materi fikih dengan realitas kehidupan remaja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih kreatif, kontekstual, dan interaktif agar materi fikih tidak hanya dipahami secara teoritis, tetapi juga mampu diterapkan dalam kehidupan nyata.
Dengan memperhatikan pentingnya fikih dalam membentuk generasi yang religius dan berkarakter, maka perlu adanya evaluasi dan pengembangan strategi pembelajaran fikih yang lebih efektif di tingkat SMP dan SMA. Hal ini menjadi langkah strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu membentuk manusia Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia.
B. Rumus Masalah
1. Apa tujuan dari pengajaran Fikih di SMP dan SMA ?
2. Apa saja yang termasuk dalam isi Kurikulum Fikih di SMP dan SMA ? 3. Metode apa saja yang digunakan dalam pengajaran Fikih di SMP dan SMA ?
5
4. Bagaimana Evaluasi terhadap pengajaran Fikih di SMP dan SMA ? C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tujuan dari pembelajaran Fikih di SMP dan SMA
2. Untuk mengetahui yang termasuk dalam isi kurikulum pembelajaran Fikih di SMP dan SMA
3. Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam pembelajaran Fikih di SMP dan SMA
4. Untuk mengetahui evaluasi terhadap pengajaran dan pembelajaran Fikih di SMP dan SMA
D. Penelitian Terdahulu
Pertama, penelitian Heriyadi (2019) menekankan pentingnya variasi dalam pendekatan pembelajaran fikih. Penelitian ini menemukan bahwa siswa cenderung merasa jenuh jika guru hanya menggunakan metode ceramah, sehingga dibutuhkan strategi pembelajaran yang lebih menarik, seperti penggunaan studi kasus, permainan edukatif, atau proyek kelompok agar siswa tetap terlibat aktif.
Kedua, penelitian Sukisno (2020) fokus pada penerapan metode pembelajaran aktif, seperti diskusi kelompok, simulasi ibadah, atau praktik langsung. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa metode-metode ini tidak hanya meningkatkan pemahaman materi, tetapi juga memupuk rasa percaya diri siswa untuk mengaplikasikan ajaran fikih dalam kehidupan sehari-hari. Penekanan di sini lebih kepada bagaimana siswa menjadi subjek aktif dalam proses belajar, bukan sekadar penerima informasi pasif.
Ketiga, penelitian Munawaroh (2021) menggarisbawahi peran penting media pembelajaran, baik visual seperti gambar, poster, atau video, maupun media audio- visual interaktif. Temuan ini menunjukkan bahwa media pembelajaran membantu siswa memahami konsep fikih yang bersifat abstrak, misalnya tata cara shalat atau wudhu, melalui contoh konkret yang dapat dilihat dan diikuti.
Dari ketiga penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran fikih di sekolah tidak hanya bergantung pada isi materi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh kreativitas guru dalam memilih pendekatan, metode, dan media yang sesuai dengan karakteristik siswa. Pendekatan bervariasi, metode aktif, serta pemanfaatan media modern saling melengkapi untuk menciptakan suasana belajar yang lebih hidup, menarik, dan aplikatif bagi siswa.
6 BAB II PEMBAHASAN A. Deskripsi Buku
Buku kelas VII (SMP) yang berjudul “Buku panduan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” Karya Rudi Ahmad,Suryadi Sumiyati (2021) membahas tentang nilai-nilai dan ajaran Islam yang sangat mulia dan luhur untuk dijadikan suatu habbit dalam penanaman sikap, memperluas wawasan dan pengetahuan, serta
mengembangkan keterampilan peserta didik agar menjadi muslim yang kaaffah. Buku ini juga menghadirkan nilai-nilai moderasi beragama yang perlu diserap oleh siswa.
Buku kelas VIII (SMP) yang berjudul “Buku panduan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” Karya Tatik Pudjiani, Bagus Mustakim (2021) Membahas tentang untuk membimbing siswa dalam mengembangkan pemahaman agama Islam yang moderat, berakhlak mulia, dan menghargai keberagaman.
Buku kelas IX (SMP) yang berjudul “Buku panduan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” Karya IIs Suryatini, Hasyim Asy’ari (2022) membahas tentang materi pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Buku ini dirancang untuk membantu guru dalam
mengembangkan pembelajaran yang mengintegrasikan nilai-nilai agama, karakter, dan literasi abad ke 21.
Buku kelas X (SMA) yang berjudul “Buku panduan guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” Karya Ahmad Taufik,Nurwastuti Setyowati (2021)
membahas tentang Menekankan pentingnya pembentukan karakter siswa yang berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, Menjelaskan tujuan pembelajaran dan ciri khas mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Dalam buku ini dilengkapi dengan Penjelasan singkat mengenai materi yang akan dipelajari, Diagram atau alur pembelajaran yang memudahkan pemahaman.
Buku kelas XI (SMA) yang berjudul “Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti” Karya Abd. Rahman,Hery Nugroho (2021) membahas tentang pembentukan generasi muda yang beriman, berakhlak mulia, dan mampu menghadapi tantangan zaman dengan bijaksana. Setiap bab dilengkapi dengan fitur-fitur pembelajaran seperti tujuan pembelajaran, kata kunci, infografis, tadabbur, kisah inspiratif, wawasan keislaman, penerapan karakter, refleksi, rangkuman, penilaian, dan
pengayaan. Fitur-fitur ini dirancang untuk memudahkan pemahaman dan penerapan materi oleh siswa.3
7 B. Pembahasan
1. Tujuan Pengajaran Fikih Di Sekolah SMP Dan SMA
Tujuan pembelajaran Fikih di jenjang SMP adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan dan pemahaman dasar tentang hukum-hukum Islam yang berkaitan dengan ibadah dan muamalah, seperti thaharah, shalat, puasa, zakat, jual beli, dan waris secara sederhana dan menyeluruh. Pembelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menerapkan hukum-hukum fikih dalam kehidupan sehari-hari sebagai pedoman berperilaku sesuai ajaran Islam. Selain itu, pembelajaran Fikih di SMP juga diarahkan untuk menumbuhkan kesadaran dan sikap taat beribadah kepada Allah SWT serta disiplin dan tanggung jawab sosial dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Melalui proses ini, diharapkan peserta didik dapat menginternalisasi nilai-nilai moral dan akhlak mulia sehingga menjadi pribadi yang beriman, bertakwa, jujur, adil, dan bertanggung jawab. Tidak kalah penting, pembelajaran ini juga mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memahami serta menyelesaikan masalah fikih sederhana yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sementara itu, tujuan pembelajaran Fikih di jenjang SMA adalah membekali peserta didik dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai konsep- konsep fikih yang kompleks, seperti fikih mu‘āmalah, al-kulliyyāt al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam), pernikahan, mawaris, dan ijtihad.
Pembelajaran ini bertujuan mengembangkan kemampuan analisis kritis peserta didik dalam mengkaji dan menerapkan hukum Islam secara logis dan sistematis dalam konteks sosial, ekonomi, dan kehidupan modern. Selain itu, peserta didik dilatih untuk mengkomunikasikan hasil kajian fikih secara ilmiah dan bertanggung jawab, baik secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran Fikih di SMA juga menanamkan sikap positif seperti komitmen, kejujuran, keadilan, amanah, dan keterbukaan terhadap perbedaan pendapat dalam khazanah keilmuan Islam. Lebih jauh, pembelajaran ini mendorong peserta didik untuk menghayati nilai-nilai Islam rahmatan lil-‘ālamīn dan menerapkannya dalam kehidupan nyata melalui kegiatan dakwah, kewirausahaan syariah, dan kepedulian sosial. Dengan demikian, tujuan pembelajaran Fikih di SMP dan SMA tidak hanya berfokus pada penguasaan materi akademik, tetapi juga
8
berperan sebagai wahana pembentukan karakter serta pengembangan keimanan dan ketaqwaan peserta didik sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka.
2. Isi Kurikulum Pengajaran Fikih Di Sekolah SMP Dan SMA
Kurikulum Pendidikan Agama Islam pada jenjang SMP khususnya mata pelajaran Fiqih di SMP mencakup aspek ibadah dan muamalah, dengan fokus pada pemahaman dan praktik hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Peserta didik memahami internalisasi nilai-nilai dalam sujud dan ibadah salat, memahami konsep muamalah, riba, rukhsah, serta mengenal beberapa mazhab fikih, dan ketentuan mengenai ibadah qurban.Tujuan pembelajaran Fiqih adalah membentuk siswa muslim yang taat menjalankan syariat Islam secara kaffah.
Kurikulum Pendidikan Islam di jenjang SMA, Kurikulum pengajaran Fiqih di SMA umumnya mencakup berbagai aspek hukum Islam yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, termasuk ibadah, muamalah, munakahat, dan jinayah.
Materi biasanya disajikan secara bertahap, dimulai dengan dasar-dasar hukum Islam dan kemudian berkembang ke topik yang lebih kompleks. Peserta didik mampu menganalisis implementasi fikih mu'āmalah dan al-kulliyyat al- khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam; menyajikan paparan tentang fikih mu'ämalah dan al-kulliyyat al-khamsah meyakini bahwa ketentuan fikih muamalah dan al-kulliyyat al-khamsah adalah ajaran agama; serta menumbuhkan jiwa kewirausahaan, kepedulian, dan kepekaan sosial.
Peserta didik mampu menganalisis ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad;
mempresentasikan tentang ketentuan pelaksanaan khutbah, tablig dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan konsep ijtihad; menerapkan ketentuan khutbah, tabligh, dan dakwah, ketentuan pernikahan dalam Islam, mawaris, dan meyakini bahwa ijtihad merupakan salah satu sumber hukum Islam; membiasakan sikap menebarkan Islam rahmat li al-älamin, komitmen, bertanggung jawab, menepati janji, adil, amanah, terbuka terhadap ilmu pengetahuan, dan menghargai perbedaan pendapat.
Kurikulum materi Pendidikan Agama Islam (PAI) di jenjang SMP dan SMA terbagi ke dalam beberapa fase yang mencakup pembelajaran Fikih.
9
a) Fase D (umumnya untuk kelas vii, viii dan ix SMP?MTs/Program paket B)
Teori Jean Piaget menetapkan bahwa tahap-tahap perkembangan kognitif dapat disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Pada tingkat SMP di Indonesia, yang umumnya dihuni oleh siswa berusia 11-14 tahun, menurut Piaget mereka berada pada tahap operasional formal, yaitu tahap akhir perkembangan kognitif anak. Pada tahap ini, siswa sudah mampu berpikir secara lebih kompleks, konkret, abstrak, idealis, dan logistik. Oleh karena itu, pembelajaran yang diterapkan, sesuai Kurikulum 2013, harus mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran secara sistematis, di mana mereka mampu berpikir kritis, mengembangkan hipotesis, memecahkan masalah, dan menarik kesimpulan dengan matang.
Dalam konteks pembelajaran agama Islam, khususnya materi fikih, peserta didik pada tahap ini mulai memahami internalisasi nilai-nilai ibadah, seperti sujud dan salat, tidak hanya sebagai ritual kewajiban, tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter dan kedekatan spiritual kepada Allah. Mereka juga diperkenalkan pada konsep mu'āmalah, yaitu tata cara hubungan sosial dan ekonomi dalam Islam yang meliputi prinsip keadilan, kejujuran, dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa dikenalkan pada persoalan kontemporer seperti riba dan solusi yang ditawarkan Islam melalui sistem keuangan syariah. Konsep rukhsah atau keringanan hukum dalam kondisi tertentu juga mengajarkan, menggambarkan keanehan dan kemudahan dalam ajaran Islam. Peserta didik mulai memahami keberagaman pandangan dalam mazhab fikih sebagai bagian dari khazanah keilmuan Islam yang tetap berada dalam koridor syariat. Tak kalah pentingnya, mereka juga mempelajari ketentuan pelaksanaan ibadah qurban, mulai dari hukum, syarat hewan qurban, hingga hikmah sosial dan spiritual yang terkandung di dalamnya.
Dengan demikian, pembelajaran fikih di SMP yang disesuaikan dengan tahap operasional formal Piaget tidak hanya menekankan
10
penguasaan materi secara kognitif, tetapi juga penanaman nilai-nilai spiritual dan sosial yang integral dalam kehidupan sehari-hari siswa b) Fase E (Umumnya untuk kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Program
Paket C.
Fase E, yang umumnya diterapkan untuk siswa kelas X SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C, sesuai dengan teori perkembangan kognitif Jean Piaget berada pada tahap operasional formal. Pada tahap ini, peserta didik sudah mampu berpikir secara abstrak, logis, dan sistematis, sehingga mereka dapat menganalisis konsep-konsep fikih yang lebih kompleks. Dalam elemen fikih, siswa diajak untuk memahami dan menganalisis implementasi fikih mu‘āmalah serta al-kulliyyāt al-khamsah, yaitu lima prinsip dasar hukum Islam yang meliputi perlindungan terhadap agama (hifzhu al- din), jiwa (hifzhu al-nafs), akal (hifzhu al-‘aql), keturunan (hifzhu al- nasl), dan harta (hifzhu al-mal).
Peserta didik tidak hanya menyajikan paparan konseptual mengenai kedua tema tersebut, tetapi juga menunjukkan pemahaman kritis terhadap bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam kehidupan sosial dan ekonomi sehari-hari. Mereka belajar bahwa ketentuan fikih mu‘āmalah, seperti keadilan dalam transaksi, larangan riba, dan pentingnya akad yang sah, merupakan bagian integral dari ajaran Islam yang menjunjung tinggi nilai kemaslahatan (al-maslahat) dan menghindari kerusakan (mafsadat). Selain itu, pemahaman al- kulliyyāt al-khamsah sebagai dasar pertimbangan hukum dan pijakan etis dalam pengambilan keputusan hukum Islam menumbuhkan sikap positif siswa dalam menghadapi tantangan kehidupan modern, seperti kewirausahaan syariah, kepedulian sosial, dan kepekaan terhadap kondisi masyarakat sekitar.
Menurut para ahli ushul fiqih seperti Imam al-Ghazali, kelima prinsip dasar tersebut harus dijaga secara berurutan dengan menjaga agama sebagai prioritas utama, diikuti menjaga jiwa, akal, keturunan, dan harta.
Pendekatan ini menegaskan bahwa hukum Islam dirancang untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia dengan menjaga lima aspek vital tersebut dari kemudharatan.
11
Dengan demikian, pembelajaran fikih pada fase E tidak hanya menekankan aspek kognitif, tetapi juga pembentukan karakter dan sikap sosial yang sesuai dengan nilai-nilai maqashid al-syari’ah.
c) Fase F (Umumnya untuk kelas XI dan XII SMA/MA/SMK/MAK/
Program Paket C)
Fase F, yang umumnya diterapkan untuk siswa kelas XI dan XII SMA/MA/SMK/MAK/Program Paket C, sesuai dengan teori Jean Piaget berada pada tahap operasional formal. Pada tahap ini, peserta didik sudah mampu berpikir abstrak, logis, sistematis, dan kritis, sehingga dapat menganalisis konsep-konsep fikih yang kompleks dan aplikatif dalam kehidupan nyata. Dalam elemen fikih, siswa diajak untuk menganalisis ketentuan pelaksanaan khutbah, tabligh, dan dakwah, termasuk memahami syarat, rukun, serta adab-adab yang menyertainya. Mereka juga mempelajari ketentuan pernikahan dalam Islam, mulai dari syarat calon mempelai, rukun akad nikah, wali, mahar, hingga hak dan kewajiban suami istri setelah pernikahan. Selain itu, peserta didik diperkenalkan pada dasar-dasar ilmu mawaris (hukum waris Islam), seperti prinsip keadilan dalam pembagian harta warisan, golongan ahli waris, dan penghitungan bagian masing-masing.
Pemahaman konsep ijtihad juga diberikan sebagai upaya menggali hukum Islam atas persoalan baru yang tidak terdapat secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan Hadis.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik tidak hanya memahami materi secara teoritis, tetapi juga mempresentasikan hasil kajian mereka sebagai bentuk keterampilan berpikir kritis dan komunikasi ilmiah.
Mereka dilatih menerapkan nilai-nilai Islam dalam pelaksanaan khutbah, tabligh, dakwah, pernikahan, dan pembagian waris melalui studi kasus, simulasi, maupun proyek pembelajaran yang relevan dengan kehidupan nyata. Pemahaman terhadap ijtihad ditegaskan sebagai bentuk dinamis dari hukum Islam yang tetap berlandaskan dalil syar‘i. Melalui penghayatan materi fikih ini, peserta didik diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang mengamalkan nilai-nilai Islam rahmatan lil-‘ālamīn, menunjukkan komitmen, tanggung jawab, kejujuran, menepati janji, berlaku adil dan amanah, serta memiliki keterbukaan
12
terhadap ilmu pengetahuan dan menghargai perbedaan pendapat sebagai bagian dari kekayaan khazanah keislaman.
Menurut teori Piaget, pada tahap operasional formal ini, remaja sudah mampu berpikir secara abstrak dan hipotesis, serta melakukan analisis kritis yang mendalam terhadap berbagai masalah, termasuk persoalan fikih yang kompleks dan aplikatif dalam konteks sosial dan kehidupan sehari-hari. Tahap ini memungkinkan siswa untuk memahami konsep hukum Islam secara mendalam dan mengaitkannya dengan realitas kehidupan modern secara logis dan sistematis.
3. Metode yang digunakan dalam pengajaran Fikih di SMP dan SMA a) Metode Jenjang SMP
Adapun model atau metode pembelajaran atau penyampaian materi, guru dapat menggunakan teknik yang berbeda-beda sesuai dengan materi yaitu dengan menggunakan metode:
• Metode Inkuiri (Pembelajaran Inkuiri)
Metode ini tekanan pada keterlibatan aktif peserta didik dalam proses belajar dengan cara mengajak mereka untuk mengidentifikasi dan menemukan sendiri konsep atau jawaban atas suatu permasalahan. Dalam konteks PAI, langkah- langkahnya meliputi:
(1) Guru mengajak peserta didik untuk mengidentifikasi dampak perilaku yang memfungsikan Al-Qur'an dan sunnah. Peserta didik membuat karya kreatif, misalnya peta konsep tentang sumber hukum Islam.
(2) Setiap kelompok secara bergiliran menampilkan hasil karya mereka.
(3) Dilakukan evaluasi pengalaman selama membuat produk dan refleksi bersama.
(4) Guru memberikan penguatan materi agar peserta termotivasi untuk terus mengkaji Al-Qur'an dan sunnah sebagai sumber hukum Islam.
13
Metode ini bertujuan mengembangkan kemampuan berpikir kritis, logis, dan sistematis siswa serta mengaktifkan potensi intelektual mereka dalam proses pembelajaran .1
• Metode Alternatif
Metode alternatif Merujuk pada teknik pembelajaran yang berbeda dari metode konvensional, memberikan variasi dalam penyampaian materi agar siswa tidak bosan dan lebih mudah memahami pelajaran. Contohnya bisa berupa metode diskusi, tanya jawab, ceramah, atau metode lain yang disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi pembelajaran .2
• Metode Market Place
Metode Market Place adalah teknik pembelajaran di mana siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing mempelajari topik tertentu dan kemudian “menjual” atau membagikan hasil pembelajaran mereka kepada kelompok lain.
Metode ini mendorong interaksi, kolaborasi, dan keterampilan komunikasi antar siswa, sekaligus memperdalam pemahaman materi secara aktif dan kreatif .
• Metode Kunjung Karya
Metode ini melibatkan kunjungan atau observasi karya atau produk nyata yang relevan dengan materi pelajaran. Bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar langsung yang kontekstual dan nyata kepada siswa, sehingga mereka dapat mengenal teori dengan praktik di lapangan. Metode ini juga dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa melalui pengalaman belajar yang lebih hidup dan nyata .3
Metode-metode tersebut dapat dipilih dan dikombinasikan sesuai dengan karakteristik materi dan kebutuhan siswa agar pembelajaran
1 Nurhakim, A. (2022). Macam-Macam Strategi Pembelajaran serta Contoh Penerapan & Cara Menentukannya. Quipper Blog. https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/macam-macam-strategi-pembelajaran-serta-contoh-penerapan-cara- menentukannya/
2M. Anang Sholikhudin, & Nur Kholis. (2016). Komparasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smpn 01 Rembang Dan Smp Darut Tauhid Bangil. Al-Murabbi, 1(2), 359–378.
3 Nurhakim, A. (2022). Macam-Macam Strategi Pembelajaran serta Contoh Penerapan & Cara Menentukannya. Quipper Blog. https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/macam-macam-strategi-pembelajaran-serta-contoh-penerapan-cara- menentukannya/
14
Pendidikan Agama Islam di SMP menjadi lebih efektif, menarik, dan bermakna .
b) Metode Jenjang SMA
Adapun model atau metode pembelajaran atau penyampaian materi, guru dapat menggunakan teknik yang berbeda-beda sesuai dengan materi, yaitu:
• Metode Pembelajaran Saintifik
Metode saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang menuntut siswa aktif melalui lima tahap utama:
(1) Membaca (Mengamati) : Siswa mengamati fenomena atau materi pembelajaran secara cermat, misalnya membaca teks fikih atau mengamati contoh kasus hukum Islam.Artinya : Siswa diajak untuk bertanya dan mengajukan masalah terkait materi yang diamati, misalnya bertanya tentang hukum suatu perbuatan dalam fikih.
(2) Mengeksplorasi (Mencoba) : Siswa melakukan eksplorasi atau percobaan untuk menemukan konsep atau prinsip hukum Islam secara mandiri.
(3) Mengasosiasi (Menalar) : Siswa menguraikan dan menganalisis informasi yang diperoleh, menghubungkan antara teori dan praktik hukum fikih.
(4) Mengkomunikasikan : Siswa menyampaikan hasil pemahaman atau temuan mereka melalui diskusi, presentasi, atau laporan tertulis.
Pendekatan ini menjadikan pembelajaran fikih menjadi aktif, kreatif, dan bermakna, serta meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa karena mereka menjadi subjek yang mengkonstruksi pengetahuan sendiri, bukan hanya objek yang menerima materi dari guru.
• Metode Pembelajaran Kolaboratif
Metode ini menekankan kerja sama antar siswa dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama.
15
Dalam pembelajaran fikih, siswa dapat berdiskusi bersama untuk memahami konsep hukum Islam, memecahkan masalah fikih, atau membuat proyek bersama. Belajar kolaboratif meningkatkan keterampilan sosial, komunikasi, dan kemampuan berpikir kritis siswa serta memperdalam pemahaman materi melalui interaksi antar teman.
• Teknik Berpasangan Sesuai Bangku Tempat Duduk
Teknik ini mengatur siswa belajar secara berpasangan berdasarkan posisi tempat duduk mereka. Dalam pembelajaran fikih, teknik ini dapat digunakan untuk diskusi singkat, tanya jawab, atau latihan soal secara berpasangan. Teknik ini memudahkan interaksi antar siswa, mempercepat proses pembelajaran, dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling membantu memahami materi fikih secara lebih personal dan intensif.
• Teknik Penugasan Individu dan/atau Kelompok
Teknik ini memberikan tugas kepada siswa baik secara individu maupun kelompok. Dalam pembelajaran fikih, tugas individu bisa berupa mengerjakan soal, membuat ringkasan hukum fikih, atau refleksi pribadi atas materi yang dipelajari.
Sedangkan tugas kelompok bisa berupa proyek pembuatan peta konsep, debat tentang suatu masalah fikih, atau presentasi hasil diskusi kelompok. Teknik ini melatih tanggung jawab, kemandirian, dan kemampuan bekerja sama siswa serta membantu guru menilai pemahaman siswa secara lebih komprehensif.
Dengan menggabungkan metode saintifik yang menuntut aktivitas intelektual siswa dengan metode dan teknik kolaboratif serta penugasan yang variatif, pembelajaran fikih dapat menjadi proses yang lebih hidup, bermakna, dan sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013 yang tekanan keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran.4
4Maawiyah, A., & Fauziana, F. (2023). Penggunaan Metode Variatif dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah Kota Lhokseumawe. ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 14(2), 159–174.
https://doi.org/10.47766/itqan.v14i2.1112
16
4. Evaluasi Terhadap Pengajaran Materi Fikih. SMP dan SMA
Evaluasi terhadap materi pengajaran Fikih di jenjang SMP dan SMA merupakan aspek penting untuk mengukur efektivitas proses pembelajaran serta pencapaian kompetensi peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian dan kajian yang ada, evaluasi pembelajaran Fikih meliputi beberapa aspek utama.
Tahapan evaluasi pembelajaran Fikih biasanya mencakup empat tahap, yaitu perencanaan evaluasi, pengembangan alat evaluasi, pelaksanaan evaluasi, serta analisis dan refleksi hasil evaluasi. Pada tahap perencanaan, guru menetapkan tujuan evaluasi secara jelas, menentukan aspek-aspek yang akan dievaluasi seperti ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik, serta menyusun alat evaluasi yang sesuai dengan materi dan metode pembelajaran. Selanjutnya, tahap pengembangan alat evaluasi dilakukan dengan membuat instrumen yang relevan, seperti tes tertulis, observasi, penilaian kinerja, maupun asesmen formatif dan sumatif.
Pelaksanaan evaluasi dilakukan secara berkelanjutan, baik melalui evaluasi formatif selama proses pembelajaran seperti diskusi, presentasi, dan refleksi maupun evaluasi sumatif di akhir pembelajaran untuk mengukur hasil belajar siswa secara menyeluruh. Setelah itu, guru menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui tingkat penguasaan materi siswa dan efektivitas metode pembelajaran yang digunakan, sekaligus menjadikannya dasar perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya.
Dalam praktiknya, bentuk evaluasi yang digunakan mencakup asesmen formatif dan sumatif. Asesmen formatif dilaksanakan selama proses belajar untuk memberikan umpan balik dan memperbaiki proses pembelajaran, misalnya melalui tanya jawab, diskusi kelompok, presentasi, dan refleksi tertulis. Sementara itu, asesmen sumatif dilakukan pada akhir unit atau periode pembelajaran, seperti melalui ujian tertulis atau proyek akhir, guna mengukur pencapaian kompetensi siswa secara keseluruhan.
Namun, evaluasi pembelajaran Fikih di SMP dan SMA juga menghadapi sejumlah kendala, seperti alokasi waktu yang terbatas sehingga evaluasi kurang optimal, minimnya variasi metode pembelajaran yang berdampak pada rendahnya motivasi dan pemahaman siswa, keterbatasan sarana dan prasarana
17
pendukung evaluasi, serta kurangnya perhatian orang tua terhadap praktik keagamaan anak yang memengaruhi hasil pembelajaran Fikih.
Secara keseluruhan, evaluasi yang baik tidak hanya berfungsi untuk mengukur hasil belajar, tetapi juga menjadi alat untuk memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan motivasi siswa, serta menyesuaikan metode dan materi agar lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, evaluasi materi pengajaran Fikih di SMP dan SMA harus dilakukan secara terencana, berkelanjutan, dan reflektif agar mampu membentuk pemahaman serta perilaku keagamaan siswa secara optimal meskipun menghadapi berbagai tantangan di lapangan.
5. Analisis Perkembangan Siswa SMP dan SMA
Pembelajaran fikih di tingkat SMP dan SMA memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik. Siswa SMP yang berusia sekitar 12–15 tahun berada pada tahap operasional formal awal menurut teori Piaget. Mereka mulai mampu berpikir abstrak, namun masih membutuhkan banyak contoh konkret. Di usia ini, pengaruh teman sebaya sangat besar, dan mereka tengah dalam proses pencarian jati diri. Dalam konteks pembelajaran fikih, siswa SMP cenderung tertarik pada materi yang bisa langsung mereka praktikkan, seperti tata cara wudhu, salat, dan zakat. Namun, mereka cepat bosan jika pembelajaran hanya berisi teori tanpa aktivitas yang menarik.
Sementara itu, siswa SMA yang berusia sekitar 16–18 tahun telah lebih matang dalam berpikir abstrak, logis, dan kritis. Mereka mampu menganalisis perbedaan pendapat antar-mazhab, memahami konsep ijtihad, dan mendiskusikan isu-isu fikih kontemporer seperti ekonomi syariah atau etika digital. Akan tetapi, mereka juga berada pada fase kritis, sering mempertanyakan ajaran yang diterima secara turun-temurun, dan mencari relevansi fikih dengan kehidupan modern mereka.
Tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran fikih di kedua jenjang ini mencakup kurangnya relevansi langsung dengan masalah kehidupan sehari- hari, metode pembelajaran yang monoton, keterbatasan media pembelajaran, serta perbedaan pemahaman dasar. Jika siswa SMP tidak mendapatkan pondasi
18
yang kuat dalam fikih, mereka akan kesulitan mengikuti materi fikih yang lebih berat di tingkat SMA.
Meski demikian, kedua kelompok memiliki potensi besar. Siswa SMP sangat responsif terhadap pembelajaran berbasis aktivitas seperti praktik ibadah, permainan edukatif, atau pembelajaran berbasis cerita. Nilai-nilai dasar seperti kejujuran, disiplin, dan tanggung jawab dapat diserap dengan baik jika disampaikan secara menarik. Sebaliknya, siswa SMA memiliki potensi besar untuk terlibat dalam diskusi kritis, proyek sosial berbasis fikih seperti kegiatan zakat atau bakti sosial, serta memahami penerapan prinsip-prinsip hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka juga siap untuk mendalami isu-isu fikih kontemporer jika diarahkan dengan pendekatan yang sesuai.
Untuk itu, strategi pembelajaran yang efektif harus disesuaikan dengan masing-masing jenjang. Di tingkat SMP, penggunaan media visual seperti video, poster, praktik langsung, simulasi, dan permainan edukatif sangat dianjurkan. Sedangkan di tingkat SMA, guru dapat melibatkan siswa dalam debat ilmiah, studi kasus, proyek penelitian kecil, atau analisis permasalahan fikih modern. Pembelajaran yang kontekstual, aktif, dan kreatif akan membantu siswa dari kedua jenjang memahami fikih tidak hanya sebagai hafalan, tetapi sebagai pedoman hidup yang relevan dan aplikatif.
19 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Tujuan pengajaran fikih di SMP adalah membentuk siswa muslim yang taat syariat secara kaffah, dengan kurikulum mencakup aspek ibadah dan muamalah seperti pemahaman salat, muamalah, riba, rukhsah, mazhab fikih, serta ibadah kurban.
Sementara di SMA, materi fikih mencakup ibadah, muamalah, munakahat, jinayah, termasuk analisis fikih muamalah, al-kulliyyat al-khamsah, pelaksanaan khutbah, tabligh, dakwah, pernikahan, waris, dan konsep ijtihad, sambil menanamkan jiwa kewirausahaan, kepedulian sosial, tanggung jawab, keadilan, dan penghargaan atas perbedaan pendapat.
Pada fase D (kelas VII–IX SMP), sesuai teori Piaget, siswa berada di tahap operasional formal, sudah mampu berpikir kompleks, konkret, abstrak, idealis, dan logis. Oleh karena itu, pembelajaran fikih tidak hanya bersifat kognitif, tetapi juga penanaman nilai spiritual dan sosial, seperti memahami makna salat, prinsip muamalah, persoalan riba, rukhsah, keberagaman mazhab, serta ketentuan ibadah kurban. Pada fase E (kelas X SMA), siswa sudah mampu berpikir abstrak dan sistematis, sehingga mereka diajak memahami dan menganalisis fikih muamalah, al-kulliyyat al-khamsah, serta implikasinya dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan kewirausahaan. Menurut Imam al-Ghazali, kelima prinsip ini menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta secara berurutan demi kemaslahatan umat. Pada fase F (kelas XI–XII SMA), siswa diajak memahami secara mendalam konsep khutbah, tabligh, dakwah, pernikahan, mawaris, dan ijtihad, termasuk menerapkannya melalui studi kasus, simulasi, atau proyek yang relevan dengan kehidupan nyata, sehingga mereka dapat menjadi pribadi yang mencerminkan nilai Islam rahmatan lil-‘alamin.
Dalam hal metode pengajaran, di jenjang SMP guru dapat menggunakan metode inkuiri (mendorong siswa aktif mengidentifikasi konsep), metode alternatif seperti diskusi atau ceramah, metode market place (pertukaran hasil belajar antarkelompok), serta metode kunjung karya (observasi langsung di lapangan). Di SMA, guru menerapkan metode saintifik dengan lima tahap utama: mengamati, menanya, mengeksplorasi, menalar, dan mengomunikasikan, agar siswa aktif dalam menemukan konsep fikih, menganalisis, dan mempresentasikan pemahaman mereka secara ilmiah, sekaligus menanamkan sikap terbuka, kritis, dan komunikatif.
20 B. Pesan dan Saran
Pesan
Pembelajaran fikih di SMP dan SMA tidak hanya menekankan aspek kognitif atau hafalan semata, tetapi juga penanaman nilai spiritual, sosial, dan moral agar siswa menjadi muslim yang kaffah, moderat, dan siap menghadapi tantangan zaman. Buku- buku ajar yang digunakan sudah dirancang untuk mendukung guru dalam menyampaikan materi sesuai perkembangan kognitif siswa, mulai dari pemahaman ibadah sehari-hari hingga analisis masalah sosial dan ekonomi berbasis prinsip-prinsip syariat Islam. Dengan pendekatan pembelajaran yang variatif baik melalui metode inkuiri, diskusi, maupun saintifik diharapkan siswa dapat berpikir kritis, kreatif, dan mampu menerapkan ajaran agama dalam kehidupan nyata.
Saran
Agar tujuan pembelajaran fikih tercapai secara optimal, guru disarankan untuk:
1. Menyesuaikan metode pembelajaran dengan karakteristik fase perkembangan siswa, sehingga materi dapat lebih mudah dipahami dan diterapkan.
2. Mengintegrasikan nilai-nilai moderasi beragama dalam setiap materi, agar siswa terbiasa menghargai perbedaan pendapat dan hidup berdampingan secara damai.
3. Menggunakan pendekatan kontekstual yang mengaitkan konsep fikih dengan isu-isu aktual di masyarakat, seperti kewirausahaan, keadilan sosial, dan kemaslahatan bersama.
4. Melibatkan siswa secara aktif melalui diskusi, proyek, simulasi, dan studi kasus agar mereka tidak hanya paham secara teoritis tetapi juga mampu mempraktikkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
5. Melakukan refleksi dan evaluasi berkala untuk mengukur pemahaman dan sikap siswa, serta memberikan pengayaan bagi yang memerlukan pendalaman lebih lanjut.
21
DAFAR PUSTAKA
Aiza Zulmairoh, Wulan Anis Mawati, Z. (2024). Jurnal Kajian Agama dan Dakwah ISSN : 3030-8917. Tashdiq Jurnal Kajian Agama Dan Dakwah, 3(1), 1–12.
Chozin, R., & Untoro. (2022). Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK/MA Kelas XII (A. Mu’is (ed.)). Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-panduan-guru-pendidikan- agama-islam-dan-budi-pekerti-untuk-smasmkma-kelas-xii
Kusmaryono, H., & Setiawati, R. (2013). PENERAPAN INQUIRY BASED LEARNING UNTUK MENGETAHUI RESPON BELAJAR SISWA PADA MATERI KONSEP dan PENGELOLAAN KOPERASI. Jurnal Pendidikan Ekonomi Dinamika Pendidikan, VIII(2), 133–145.
M. Anang Sholikhudin, & Nur Kholis. (2016). Komparasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smpn 01 Rembang Dan Smp Darut Tauhid Bangil. Al-Murabbi, 1(2), 359–378.
Maawiyah, A., & Fauziana, F. (2023). Penggunaan Metode Variatif dengan Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah Kota Lhokseumawe.
ITQAN: Jurnal Ilmu-Ilmu Kependidikan, 14(2), 159–174.
https://doi.org/10.47766/itqan.v14i2.1112
Mauliya, A. (2019). Perkembangan Kognitif pada Peserta Didik SMP (Sekolah Menengah Pertama) Menurut Jean Piaget. ScienceEdu, II(2), 86.
https://doi.org/10.19184/se.v2i2.15059 Neisser. (1976). Kognitif 1. 01(02), 131–152.
Nurhakim, A. (2022). Macam-Macam Strategi Pembelajaran serta Contoh Penerapan & Cara Menentukannya. Quipper Blog. https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/macam- macam-strategi-pembelajaran-serta-contoh-penerapan-cara-menentukannya/
Pudjiani, T., & Mustakim, B. (2021). Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP VIII (K. Khoirudin (ed.)). Pusat Perbukuan,Badan Standar,Kurikulum dan Asasement Pendidikan. https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-panduan-guru- pendidikan-agama-islam-dan-budi-pekerti-untuk-smp-kelas-viii
22
Rahman, A., & Nugroho, H. (2021). Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas XI (3rd ed.). Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/pendidikan-agama-islam-dan-budi-pekerti- untuk-smasmk-kelas-xi
Ramadhan, S., & Muslim, M. (2020). Implementasi Pembelajaran Tematik Dalam Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Fiqih Kelas Vi Di Min 1 Kota Bima. EL-Muhbib: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Pendidikan Dasar, 4(1), 1–16. https://doi.org/10.52266/el- muhbib.v4i1.389
Suryadi, R. A., & Sumiyati. (2021). Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP VII. Pusat Kurikulum dan Perbukuan.
https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-panduan-guru-pendidikan-agama-islam- dan-budi-pekerti-untuk-smp-kelas-vii
Suryatini, Ii., & Asy’ar, H. (2022). Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMP/MTs Kelas IX (M. Fikri (ed.)). Pusat Perbukuan Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-panduan-guru-pendidikan- agama-islam-dan-budi-pekerti-untuk-smpmts-kelas-ix
Taufik, A., & Setyowati, N. (2021). Buku Panduan Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA/SMK Kelas X. Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan dan Perbukuan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/buku-panduan-guru-pendidikan- agama-islam-dan-budi-pekerti-untuk-smasmk-kelas-x
Zuhri Dwi Apriansah, Dewi Purnama Sari, & Ngadri Yusro. (2024). Strategi Pembelajaran PAI pada Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Kreatif Aisyiyah Rejang Lebong. Jurnal Pengabdian Masyarakat Dan Riset Pendidikan, 2(3), 217–232.
https://doi.org/10.31004/jerkin.v2i3.252