• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Filsafat Kedokteran

N/A
N/A
Najah Rafa

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Filsafat Kedokteran"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

FILSAFAT KEDOKTERAN

MAKALAH

DOSEN PENGAMPU: Zulhidayat, Dr. S.H., M.H.

KELOMPOK 1

Najah Rafa Fawwazia NIM 04031182328006 Salsa Claudya Nabila NIM 04031282328025 Jois Amanda Mangunsong NIM 04031282328032 Laura Wibowo Rencong NIM 04031282328033

Raisya Safira NIM 04031282328035

Tiara Adelya Hendri NIM 04031282328038 Ivo Julia Syahlendra NIM 04031282328047

Nabila Deka NIM 04031382328072

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah mengenai ejaan bahasa Indonesia ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Terima kasih juga kami sampaikan kepada Bapak Zulhidayat, Dr. S.H., M.H. selaku dosen pengampu di mata kuliah Filsafat, yang telah membimbing dan memberikan pengarahan kepada kami dalam penyusunan makalah ini. Begitu pula kepada teman-teman yang telah berjuang dan bekerja sama dengan baik dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul “Filsafat Kedokteran” ini disusun untuk memenuhi tugas semester 1 mata kuliah Filsafat. Seperti kata pepatah “tak ada gading yang tak retak”, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini kelak menjadi manfaat serta memberikan inspirasi bagi siapa pun yang membacanya.

Indralaya, Oktober 2023

(3)

DAFTAR ISI

(halaman) Halaman Muka

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah... 1

1.3 Tujuan Penulisan...2

1.4 Manfaat Penulisan...3

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Filsafat Ilmu...4

2.2 Aksiologi Ilmu Kedokteran...5

2.3 Pentingnya Pengetahuan Ilmu Aksiologi Digunakan...7

2.4 Kaitan Antarcara Penggunaan Ilmu Aksiologi dengan Kaidah-Kaidah Moral...9

2.5 Penentuan Objek Ilmu Aksiologi Berdasarkan Pilihan-Pilihan Moral. . .11

2.6 Kaitan Metode Ilmiah yang Digunakan di Ilmu Aksiologi dengan Norma-Norma Moral (Filsafat Etika) & Profesional...14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan...16

3.2 Saran...16 DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Secara historis filsafat merupakan induk ilmu, dalam perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya.

Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah tersebut. Sementara ilmu terus mengembangakan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu, oleh karena itu filsafat ilmu dapat dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu, sehingga ilmu tidak menganggap rendah pada filsafat, dan filsafat tidak memandang ilmu sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.

Pada dasarnya filsafat ilmu merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu, dengan kata lain filsafat ilmu merupakan upaya pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu (Ilmu Pengetahuan/Sains), baik itu ciri substansinya, pemerolehan nya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan manusia.

Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang tercakup dalam bidang ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan pendalaman yang dilakukan oleh para ahli.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apa hakikat filsafat?

2. Apa itu aspek aksiologi sebagai ilmu kedokteran?

3. Apa kepentingan ilmu aksiologi digunakan?

4. Apa kaitan antarcara penggunaan ilmu aksiologi dengan kaidah moral?

5. Apa penentuan objek ilmu aksiologi yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan

(5)

6. Apa kaitan metode ilmiah yang digunakan di ilmu aksiologi dengan norma- norma moral dan profesional?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan pembahasan ini adalah:

1. Mengetahui hakikat filsafat;

2. mengetahui aspek aksiologi sebagai ilmu kedokteran;

3. mengetahui pentingnya ilmu aksiologi digunakan;

4. mengetahui kaitan antarcara penggunaan ilmu aksiologi dengan kaidah moral;

5. mengetahui penentuan objek ilmu aksiologi yang ditelaah berdasarkan pilihan- pilihan moral; dan

6. mengetahui kaitan metode ilmiah yang digunakan di ilmu aksiologi dengan norma-norma moral dan profesional.

(6)

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis, yaitu memberikan pemahaman bahwa filsafat kedokteran membantu dalam mengembangkan pemahaman etika kedokteran. Ini membantu dokter dan profesional kesehatan lainnya memahami dan merenungkan masalah etis yang mungkin mereka hadapi dalam praktek klinis, seperti hak pasien, keputusan medis sulit, dan alokasi sumber daya kesehatan dan dapat membantu dalam merinci konsep-konsep seperti kesehatan, penyakit, dan pemulihan. Ini membantu memahami sifat-sifat entitas medis dan bagaimana kita mendefinisikan dan mengukur kesehatan dan penyakit.

Serta manfaat praktis, yaitu dapat membantu para profesional kesehatan dalam memberikan perawatan yang lebih baik, memahami dilema etis, dan mengambil keputusan medis yang lebih bijaksana.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Filsafat Ilmu

Ada tiga pilar utama dalam filsafat ilmu yang selalu menjadi pedoman, yaitu, ontologi, epistemologi, dan aksiologi (Suriasumantri :1987). Ketiga pilar itulah manusia berupaya untuk mencari dan menggali eksistensi ilmu sedalam- dalamnya. Hakikat apa yang ingin diketahui manusia merupakan pokok bahasan dalam ontologi. Dalam hal ini manusia ingin mengetahui tentang “ada” atau eksistensi yang dapat dicerap oleh pancaindera. Epistemologi merupakan landasan kedua filsafat yang mengungkapkan bagaimana manusia memperoleh pengetahuan atau kebenaran tersebut. Setelah memperoleh pengetahuan, manfaat apa yang dapat digunakan dari pengetahuan itu. Inilah yang kemudian membawa pemikiran kita menengok pada konsep aksiologi, yaitu, filsafat yang membahas masalah nilai kegunaan dari nilai pengetahuan.

Persoalan-persoalan filsafat dapat dideskripsikan menjadi lima berdasarkan ciri-cirinya (Tim dosen, 2007; Rapar, 1996). Kelima persoalan filsafat tersebut adalah metafisika, epistemologi, logika, etika, dan estetika.

Istilah metafisika berasal dari kata Yunani meta ta physika, yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang ada di balik atau di belakang benda-benda fisik (Tim dosen, 2007). Metafisika juga dapat diartikan sebagai pemikiran tentang sifat yang paling dalam (ultimate nature) dari kenyataan atau keberadaan.

Persoalan metafisika dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu ontologi, kosmologi (alam), dan antropologi (manusia).

(8)

2.2 Aksiologi Ilmu Kedokteran

Aksiologi adalah cabang filsafat membahas tentang nilai atau teori tentang nilai, meliputi nilai-nilai yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran dengan kata lain, aksiologi membahas tentang; etika dan estetika.

1. Etika

Etika yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral, kajian etika lebih fokus pada perilaku, norma dan adat istiadat manusia. Sejak masa Socrates dan para kaum shopis dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan dan sebagainya. Franz Magnis Suseno mengartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-

(9)

pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia.

Berbeda dengan norma itu sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah pemikiran yang kritis dan mendasar.

Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahui dan mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan. Dalam hal ini akan dibicarakan dalam kode etik kedokteran, etika biomedis, etika penelitian dan sebagainya.

2. Estetika

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata- mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Aksiologi berkaitan dengan nilai guna ilmu,baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia.

(10)

2.3 Pentingnya Pengetahuan Ilmu Aksiologi Digunakan

Pengertian Ilmu Pengetahuan Dalam bahasa Arab, kata ilmu jamaknya

“ulum” yang berarti ilmu pengetahuan (Muhammad Yunus, 1980). Adapun pengertian pengetahuan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah tahu, atau hal mengetahui sesuatu, segala apa yang diketahui, kepandaian atau segala apa yang diketahui atau akan diketahui berkenaan dengan sesuatu hal (mata pelajaran) (W. J.

S. Poerwadarminta, 1991).

Pengetahuan yang telah berkembang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya menjadi ilmu. Sedangkan ilmu terkandung pengetahuan yang pasti, sistematik, metodik, ilmiah dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi yang bersifat natural yang diperoleh melalui metode-metode ilmiah. Pengetahuan sesungguhnya hanyalah merupakan produk atau hasil dari sesuatu aktivitas yang dilakukan oleh manusia.

Menurut A.B. Shah menjelaskan terkait ciri-ciri ilmu pengetahuan yang bersifat ilmiah, yaitu sebagai berikut.

1) Memiliki objek yang jelas berupa fenomena alam maupun sosial.

2) Menggunakan metode yang jelas berupa observasi dan eksperimen.

3) Telah disusun secara sistematik dan komprehensif.

4) Rasional, yakni mengandung premis, postulas, preposisi yang masuk akal.

5) Sudah dapat diverifikasi atau dibuktikan kebenarannya di laboratorium.

6) Bersifat universal, yakni bahwa yang ditetapkan dalam teori tersebut dapat digunakan untuk menjelaskan semua fenomena yang sama dan diterima semua ahli.

(11)

8) Terkait pada hukum-hukum yang serba pasti (A. B. Shah, 1986) Manfaat Ilmu Pengetahuan bagi Manusia

Nilai dan ilmu kegunaannya secara moral dapat dilihat apakah berguna untuk peningkatan kualitas kesejahteraan dan kemaslahatan umat manusia atau tidak.

Nilai-nilai bertalian dengan apa yang memuaskan keinginan atau kebutuhan seseorang, kualitas dan harga sesuatu atau appreciative responses. (Mohammad Adib, 2010). Ilmu pengetahuan memiliki banyak fungsi, tergantung bagaimana manusia menggunakannya (Abuddin nata, 2018). Adapun fungsi ilmu adalah sebagai berikut.

Pertama, ilmu alam berfungsi sebagai dasar bagi pembentukan dan pengembangan teknologi yang merupakan konsep, gagasan, pemikiran dan idenya yang bersifat nonfisik atau yang bersifat software (perangkat lunak). Karena produk teknologi berdasar pada ilmu pengetahuan, maka yang memberi rahmat sesungguhnya adalah ilmu pengetahuan.

Kedua, ilmu alam berfungsi sebagai penjelasan atas segala hal yang terjadi. Di dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai peristiwa atau kejadian yang membutuhkan penjelasan. Misalnya terjadi tanah longsor, banjir bandang, tsunami dan sebagainya. Dari aspek teologis, kaum agamis akan memandang bahwa musibah yang terjadi tidak lepas dari akibat perbuatan yang dilakukan oleh manusia itu sendiri.

Ketiga, ilmu berfungsi sebagai penerang atau nur bagi kehidupan manusia.

Keberlangsungan masa depan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan bangsa tersebut terhadap ilmu pengetahuan.

(12)

sopan santun, dan moral yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang mulia dan harus saling memuliakan demikian juga dengan makhluk ciptaan lainnya.

Dilihat dari aspek aksiologis, ilmu pengetahuan dan teknologi harus mampu memberikan kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Aspek aksiologi ilmu dari filsafat mengkaji tentang fungsi ilmu untuk memberikan petunjuk, solusi, pikiran ilmiah dan pembebas dari kebodohan. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan ilmiah yang memiliki ciri-ciri: dapat diamati, (empiris), dapat diuji, objektif dalam arti tidak memiliki muatan rasa atau emosional serta bersifat universal.Ilmu pengetahuan di barat bersifat netral, tidak memiliki tujuan yang melekat pada dirinya sendiri melainkan sangat bergantung pada manusia yang menggunakannya.

2.4 Kaitan Antarcara Penggunaan Ilmu Aksiologi dengan Kaidah-Kaidah Moral

Aksiologi dalam riset bertujuan agar riset yang dilakukan bermanfaat bagi kemaslahatan hidup manusia, baik secara teoritis atau akademik maupun secara empirik. Nilai manfaat dari ilmu pengetahuan sebaiknya terpikirkan sejak peneliti memulai pra-riset. Seringkali kemanfaatan riset ini baru terpikirkan dan digarap pada penyusunan akhir-akhir penulisan laporan penelitian. Padahal secara eksplisit maupun implisit, nilai manfaat selalu menyertai setiap langkah riset.

Peneliti memiliki kewajiban moral dalam memikirkan manfaat setiap riset yang akan dilakukannya. Dalam setiap rancangan penelitian perlu dipikirkan manfaat dan tujuan penelitian. Kewajiban moral dan sosial dapat diaplikasikan melalui tujuan penelitian dan manfaat yang akan menjadi kontribusi terhadap kehidupan manusia. Nama lain yang sering digunakan dalam pengertian nilai manfaat adalah kontribusi penelitian atau kegunaan penelitian. Sebaiknya tujuan dan manfaat penelitian ini mengandung dua aspek manfaat yaitu aspek-aspek teoritis dan praktis. Manfaat ini akan terjelma dalam hasil riset baik itu penelitian literatur maupun penelitian lapangan.

Penelaahan terhadap pemikiran filsafat para filsuf mengenai keputusan moral memiliki kaitan erat tentang keputusan Khair (baik) yang dibuatnya. Mereka

(13)

mengandaikan, bahwa sesuatu yang dianggap baik apabila memiliki 3 unsur yaitu : (1) bermanfaat (2) elok atau indah (3) kenikmatan.

Makna ilmu secara agresif menguasai objek-objek fisik dan menganalisisnya dengan cara atomistis, mekanis dan reduksionistis. Sekalian objek-objek ilmu dipilah-pilah, kemudian digarap secara mekanis, dan dijelaskan secara rasional.

Tidak sekali-kali ilmu dipandang ilmiah kecuali memenuhi standar baku yakni rasional. Sejak adanya dominasi positivisme, dan seiring dengan kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat pada era modern yang ditata dengan hukum positif, maka kehidupan dengan segala aspeknya dipaksa harus rasional.

Itulah realitas yang dipandang benar. Manakala ilmu berbicara tentang keadilan, maka keadilan pun harus diukur dengan ukuran-ukuran yang rasional pula, bukan dengan hati nurani yang dianugerahkan kepada mereka. Rasio menjadi diatas segala-galanya. Sejak saat itu, ilmu pengetahuan menjadi ilmu yang distinct dan esoterik, baik dalam substansi, metodologi maupun administrasi.

Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi keberadaan ilmu dan teknologi yang bersifat merusak, para ilmuwan terbagi ke dalam dua golongan pendapat.

Ilmuwan golongan pertama menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik itu secara ontologis maupun aksiologis. Dalam tahap ini tugas ilmuwan dalam menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, terlepas apakah pengetahuan itu dipergunakan untuk tujuan baik ataukah untuk tujuan yang buruk.

Ilmuwan Golongan kedua sebaliknya berpendapat bahwa netralitas ilmu terhadap nilai-nilai hanyalah terbatas pada metafisik keilmuan, sedangkan dalam

(14)

2. Ilmu telah berkembang dengan pesat sehingga kaum ilmuwan lebih mengetahui tentang kejadian-kejadian yang mungkin terjadi bila terjadi salah penggunaan; dan

3. Ilmu telah berkembang sedemikian rupa sehingga terdapat kemungkinan bahwa ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling hakiki seperti pada kasus revolusi genetika dan teknik perubahan sosial.

Berdasarkan ketiga hal itu maka golongan kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat kemanusiaan.

2.5 Penentuan Objek Ilmu Aksiologi Berdasarkan Pilihan-Pilihan Moral Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.

1. Etika

Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat, dan cara hidup.

Dalam Bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003) menjelaskan etika dalam tiga arti.

Pertama, etika merupakan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).

Kedua, etika adalah kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.

Ketiga, etika ialah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.

Moral dalam KBBI (2003) didefinisikan sebagai ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai akhlak; akhlak dan budi pekerti; kondisi mental yang mempengaruhi seseorang menjadi tetap bersemangat, berani, disiplin, dan sebagainya.

Ada yang mendefinisikan etika dan moral sebagai teori mengenai tingkah

(15)

adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi yang tertentu. Fungsi etika itu ialah mencari ukuran tentang penilaian tingkah laku perbuatan manusia (baik dan buruk) akan tetapi dalam praktiknya etika banyak sekali mendapatkan kesukaran-kesukaran. Hal ini disebabkan ukuran nilai baik dan buruk tingkah laku manusia itu tidaklah sama (relatif) yaitu tidak terlepas dari alam masing masing. Namun demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika.

Tingkah laku manusia yang dapat dinilai oleh etika itu haruslah mempunyai syarat- syarat tertentu, yaitu:

1. Perbuatan manusia itu dikerjakan dengan penuh pengertian. Oleh karena itu orang-orang yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat tetapi ia tidak mengetahui sebelumnya bahwa perbuatan itu jahat, maka perbuatan manusia semacam ini tidak mendapat sanksi dalam etika.

2. Perbuatan yang dilakukan manusia itu dikerjakan dengan sengaja. Perbuatan manusia

(kejahatan) yang dikerjakan dalam keadaan tidak sengaja maka perbuatan manusia semacam itu tidak akan dinilai atau dikenakan sanksi oleh etika.

3. Perbuatan manusia dikerjakan dengan kebebasan atau dengan kehendak sendiri.

4. Perbuatan manusia yang dilakukan dengan paksaan (dalam keadaan terpaksa) maka perbuatan itu tidak akan dikenakan sanksi etika.

Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.

(16)

apa atau siapa manusia itu, tetapi bagaimana manusia seharusnya berbuat atau bertindak (Rapar,1996).

Dalam pandangan para ahli, etika secara garis besar dapat diklasifikasi ke dalam tiga bidang studi yaitu: etika deskriptif, etika normative, dan metaetika (Zaprulkhan, 2016).

a) Etika deskriptif, menguraikan dan menjelaskan kesadaran dan pengalaman moral secara deskriptif yang digolongkan dalam bidang ilmu pengetahuan empiris dan berkaitan dengan sosiologi.

b) Etika normative, memberikan petunjuk atau penuntun dalam mengambil keputusan yang menyangkut baik dan buruk atau benar dan salah.

c) Metaetika, merupakan studi terhadap disiplin etika yang menyelidiki makna istilah-istilah normative yang diungkapkan lewat pernyataan etis yang membenarkan atau menyalahkan suatu tindakan

2. Estetika

Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata Yunani yaitu aisthetika atau aisthesis. Kata tersebut berarti hal-hal yang dapat dicerap dengan indera atau cerapan indera. Estetika sebagai bagian dari aksiologi selalu membicarakan permasalahan, pertanyaan, dan isu-isu tentang keindahan, ruang lingkupnya, nilai, pengalaman, perilaku pemikiran seniman, seni, serta persoalan estetika dan seni dalam kehidupan manusia (Wiramiharja, 2006).

Estetika merupakan bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah bukan semata- mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai kepribadian. Aksiologi berkaitan dengan nilai guna ilmu,baik itu ilmu umum maupun ilmu agama, tak dapat dibantah lagi bahwa kedua ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah

(17)

2.6 Kaitan Metode Ilmiah yang Digunakan di Ilmu Aksiologi dengan Norma- Norma Moral (Filsafat Etika) & Profesional

Pendapat lain tentang aksiologi telah dikemukakan oleh Suriasumantri (2010) dan Firman (2018) yang menyatakan bahwa aksiologi adalah teori yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa yang harus kita perhatikan di dalam menerapkan ilmu menjadi hal yang praktis. Aksiologi memuat pemikiran tentang masalah nilai- nilai termasuk nilai-nilai keTuhanan. Misalnya nilai moral, nilai agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi mengandung pengertian lebih luas dari etika atau higher values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf tinggi).

Metode ilmiah adalah cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar (Arifudin, 2019), Jadi untuk membedakan jenis pengetahuan satu dari pengetahuan-pengetahuan yang lainnya maka pertanyaan yang dapat diajukan adalah untuk apa pengetahuan tersebut dipergunakan (Aksiologi), jadi aksiologi adalah nilai kegunaan ilmu.

1. Norma-Norma Moral

Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu kepada permasalahan etika dan estetika. Etika menilai perbuatan (norma-norma, kesusilaan manusia). Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya (fenomena sosial).

Perubahan-perubahan dalam nilai-nilai sosial berupa penghargaan yang lebih tinggi terhadap keuntungan secara ekonomis daripada masalah-masalah keadilan, meningkatnya kecenderungan masyarakat untuk bersikap individualistik dan semakin merajalelanya peperangan dan persenjataan.

2. Profesional (Berbicara nilai kegunaan ilmu [teknologi])

(18)

industri berupa: meningkatnya sektor jasa dan peranan teknologi canggih pada bidang manufaktur, (2) perubahan-perubahan dalam struktur pasar berupa pasar persenjataan, (3) pengelolaan bisnis menjadi semakin beragam, (4) perubahan-perubahan dalam struktur kepegawaian berupa: tenaga profesional yang telah terlatih dalam bidang teknik menjadi semakin meningkat, dan (5) perubahan-perubahan struktur masyarakat berupa: meningkatnya jumlah penduduk usia tua dan konsep “keluarga besar” dalam proses diganti dengan konsep

“keluarga kecil”.

(19)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Aksiologi mencakup pemahaman mendalam tentang sumber nilai, hierarki nilai, konflik nilai, dan relevansinya dalam membimbing tindakan manusia. Dalam praktiknya, pemahaman aksiologi membantu kita mengambil keputusan yang lebih bermakna dan moral. Filsafat aksiologi da`pat dirangkum sebagai pemahaman mendalam tentang nilai-nilai, norma, dan moralitas. Aksiologi membantu manusia merenungkan sumber nilai, memahami konflik nilai, dan memandu tindakan dengan pertimbangan etis. Dengan memahami aspek-aspek ini, seseorang dapat mencapai pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana nilai-nilai memengaruhi keputusan dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bisa menjadi bahan acuan dan semangat untuk mengkaji dan membuat makalah yang semakin baik. Pembahasan makalah ini mungkin masih kurang sempurna. Oleh karena itu penulis masih membutuhkan saran dan perbaikan dari para pembaca.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Totok Wahyu. 2016. Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika.KANAL

(JURNAL ILMU KOMUNIKASI). 4(2), 187-204.

Amsal, Bachtiar. 2004.Filsafat Ilmu.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Barnadib, Imam. 1990.Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Andi offset.

Jalius Jama. 2008.Filsafat Ilmu.Padang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang.

Jujun , S. Suriassumantri. 1999.Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer .Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan

Referensi

Dokumen terkait

(Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar-dasar Pendidikan Islam)..

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Pancasila Dan Kewarganegaraan. D I S U S

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah:..

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN. SEMESTER GENAP

Makalah ini memaparkan data statistik yang disusun oleh Kelompok 2 Kelas 6A untuk memenuhi tugas mata kuliah

Makalah ini bertajuk Majāz Mursal yang disusun sebagai tugas mahasiswa mata kuliah Ilmu

Makalah ini berjudul "Kekerasan dalam Rumah Tangga" yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hak Asasi

Makalah ini disusun oleh lima mahasiswa untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Geometri