Makalah Keprofesian Bidang Pengawasan Sekolah
Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dosen Pengampu : Dr. Heru Santosa, M.Pd
DISUSUN OLEH :
- Andrian Juvensa (4315152631) - M. Abi Muklis (4315151779) - Nichen Nurwahyuni (4315151665) - Setyowati (4315151025)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Makalah berjudul “Keprofesian Bidang Pengawasan Sekolah“ ini kami buat demi memenuhi tugas mata kuliah dasar kependidikan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah ini, terutama kepada penyusun makalah dari kelompok 4 . Dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Heru Santosa, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Dalam penulisan ini kami menyadari bahwa penulisan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam isi maupun cara penyajiannya, karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan dari kami yang masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penyempurnaan penulisan ini. Terima Kasih.
Jakarta, 23 September 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI... ii
BAB I PENDAHULUAN...iii
A. Latar Belakang...iii
B. Rumusan Masalah...iv
C. Tujuan dan Manfaat...iv
BAB II PEMBAHASAN...1
A. Pengertian Supervisi...1
B. Fungsi dan Peran Supervisi...5
C. Pelaksanaan Supervisi...6
D. Teknik Supervisi...9
E. Peranan Guru dalam Supervisi...20
BAB III PENUTUP...22
A. Kesimpulan...22
DAFTAR PUSTAKA...23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan pendidikan bangsa Indonesia dapat dilihat dan diukur dari kualitas lembaga pendidikan, baik formal, nonformal, dan informal. Sedangkan, kemunduran kualitas pendidikan yang menyebabkan tidak bisa melahirkan kader yang mampu bersaing global menjadi salah satu penyebab ketertinggalan pendidikan dari negara-negara maju. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan adalah sebagai penuntun, pembimbing dan petunjuk arah bagi para peserta didik agar konsep mereka dapat tumbuh dewasa sesuai dengan potensi dan konsep diri yang sebenarnya. Sedangkan fungsi pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Melihat globalisasi dengan kompleksitas problem, Prof. Dr. M. Mastuhu, M.Ed., menggagas sistem pendidik nasional visioner yang berangkat dari visi nasionalisme bangsa, yaitu tidak menjadi korban rekayasa global yang aktif melakukan pendekatan dengan cara soft power. Cara ini mempunyai daya dobrak jauh lebih hebat dari hard power menggunakan senjata. Dalam mencapai tujuan agung pendidikan salah satu elemen pendidikan yang berperan penting adalah supervisi.
Tujuan pendidikan ideal adalah mempersiapkan guru-guru yang berkualitas sebagai syarat mutlak lahirnya kader-kader muda masa depan.
Kualitas proses belajar-mengajar sangat dipengaruhi oleh kualitas kinerja guru.
Oleh karena itu, usaha meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar, perlu secara terus-menerus mendapatkan perhatian dari penanggung jawab sistem pendidikan. Peningkatan ini akan lebih berhasil apabila dilakukan oleh guru dengan kemauan dan usaha mereka sendiri. Namun seringkali guru masih memerlukan bantuan dari orang lain, karena ia belum mengetahui atau belum memahami jenis, prosedur dan mekanisme memperoleh berbagai sumber yang sangat diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka.
Pengetahuan tentang supervisi memberikan bantuan kepada guru dalam
merencanakan dan melaksanakan peningkatan profesional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengawas sekolah?
2. Apa saja peran dan fungsi seorang pengawas sekolah?
3. Bagaimana pelaksanaan pengawasan pendidikan?
4. Bagaimana cara menjadi seorang pengawas sekolah yang baik?
5. Bagaimana peranan seorang guru sebagai pengawas sekolah?
C. Tujuan dan Manfaat
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengertian pengawas sekolah
2. Mengetahui peran serta fungsi pengawas sekolah
3. Mengetahui pelaksanaan tugas seorang pengawas sekolah
4. Mempelajari dan mengetahui cara menjadi pengawas sekolah yang baik 5. Mengetahui peran seorang guru sebagai pengawas sekolah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Supervisi
Sebelum supervisi dibahas secara lebih rinci, terlebih dahulu perlu diterangkan beberapa istilah yang dijumpai di dalam praktek, yang isi kegiatannya mirip dengan supervisi. Istilah-istilah dimaksud adalah: inspeksi, penilikan, pengawasan, mentoring dan penilaian atau evaluasi. Sesudah istilah tersebut dikaji, kemudian dikemukakan pengertian supervisi itu.
Inspeksi berasal dari istilah bahasa Belanda inspective. Di dalam bahasa Inggris dikenal inspection. Kedua kata tersebut berarti pengawasan, yang terbatas kepada pengertian mengawasi apakah bawahan (dalam hal ini guru) menjalankan apa yang telah diinstruksikan oleh atasannya, dan bukan berusaha membantu guru itu, diluar itu guru juga dituntut mampu untuk menata administrasi pembelajaran secara benar dan baik, guna menunjang kegiatan belajar mengajar.1 Pelakunya disebut inspektur.
Seringkali kedatangan seorang inspektur ke sekolah lebih banyak dirasakan oleh guru sebagai kedatangan seorang petugas yang ingin mencari kesalahan. Dengan kesan seperti itu, apabila ada seoang inspektur datang, kepala sekolah maupun guru cenderung merasa takut karena merasa akan dicari kesalahannya. Inspektur pendidikan bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan sekolah, mulai dari keberhasilan sekolah, masalah ketatausahaan, masalah kemuridan, keuangan, dsb sampai kepada peroses belajar-mengajar. Pada saat melakukan inspeksi, kegiatan inspektur ditekankan kepada usaha melihat kelemahan pelaksanaan sekolah untuk memberikan konduite guru atau kepala sekolah.
Dalam perkembangan supervisi selanjutnya dikenal istilah penilikan dan pengawasan. Berbeda dengan inspeksi, penilikan dan pengawasan mempunyai pengertian suatu kegiatan yang bukan hanya mencari kesalahan objek pengawasan itu semata-mata, tetapi juga mencari hal-hal yang sudah baik, untuk dikembangkan
1 Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2009) hal 144
lebih lanjut. Pengawas bertugas melakukan pengawasan, dengan memperhatikan semua komponen sistem sekolah dan peristiwa yang terjadi disekolah. Hal-hal yang kurang baik dicatat dan disampaikan kepada kepala sekolah atau guru untuk mendapatkan perhatian penyempurnaannya, sedang untuk hal-hal yang sudah baik perlu dipertahankan atau ditingkatkan lebih lanjut.
Istilah penilik dan pengawas dilihat dari kegiatannya mempunyai pengertian yang sama, oleh karena itu dapat saling dipertukarkan (interchangable).
Di dalam PP Nomer 38 Tahun 1992, Pasal 20 dibedakan istilah pengawas (yang dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendiikan sekolah) dan penilik (yang dipakai untuk menunjukkan tugasnya pada jalur pendidikan luar sekolah)2.
Monitoring seringkali diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan pemantauan. Monitoring berarti kegiatan pengumpulan data tentang suatu kegiatan sebagai bahan untuk melaksanakan penilaian. Dengan kalimat lain, monitoring merupakan kegiatan yang ditujukan untuk mengetahui apa adanya tentang sesuatu kegiatan. Didalam monitoring seseorang hanya mengumpulkan data tanpa membandingkan data tersebut dengan kriteria tertentu.
Kegiatan penilaian, yang juga disebut evaluasi, merupakan suatu proses membandingkan keadaan kuantitatif dan kualitatif suatu objek dengan kriteria tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dimaksudkan untuk melihat apakah dengan sumber yang tersedia, sesuatu kegiatan telah mengikuti proses yang ditetapkan serta mencapai hasil yang diinginkan. Penilaian dengan membandingkan antara apa yang dicapai dengan apa ditargetkan disebut penilaian tentang keefektifan; sedangkan penilaian dengan membandingkan antara apa yang dicapai dengan berapa banyak sumber yang dikorbankan untuk itu disebut dengan penilaian tentang efisiensi.
Apabila inspeksi, penilikan atau pengawasan, monitoring dan penilaian masih dalam tahapan usaha mengetahui status suatu komponen atau kegiatan sistem serta memahami kekurangan dan atau kekuatan sistem serta memahami kekurangan dan atau kekuatannya, maka supervisi telah mengandung pengertian tindakan.
Pengertian supervisi mencakup arti yang terkandung dalam istilah-istilah yang
2 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 232
sudah diterangkan itu. Di samping itu, supervisi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu pengertian bantuan dan perbaikan.
Berbagai buku mendefinisikan supervisi berbeda satu sama lain. Daresh (1989), misalnya mendefinisikan supervisi sebagai suatu proses mengawasi kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan organisasi. Wiles (1955) mendefinisikannya sebagai bantuan dalam pengembangan situasi belajar-mengajar. Lucio dan McNeil (1978) mendefinisikan tugas supervisi3, yang meliputi:
1. Tugas perencanaan, yaitu untuk menetapkan kebijaksanaan dan program.
2. Tugas administrasi, yaitu pengambilan keputusan serta pengkoordinasian melalui konferensi dan konsultasi yang dilakukan dalam usaha mencari perbaikan kualitas pengajaran.
3. Partisipasi secara langsung dalam pengembangan kurikulum, yaitu dalam kegiatan merumuskan tujuan, membuat penuntun mengajar bagi guru, dan memilih isi pengalaman belajar.
4. Melaksanakan demonstrasi mengajar untuk guru-guru, serta 5. Melaksanakan penelitian.
Sergiovanni dan Starrait (1979) berpendapat bahwa tugas utama supervisi adalah perbaikan situasi pengajaran4.
Dari berbagai definisi tersebut, kelihatannya ada kesepakatan umum, bahwa kegiatan supervisi pengajaran ditujukan untuk perbaikan pengajaran. Perbaikan itu dilakukan melalui peningkatan kemampuan profesional guru dalam melaksanakan tugasnya.
Untuk memudahkan kita dalam memahami supervisi pengajaran, dalam buku ini pengertian supervisi dirumuskan secara sederhana, yaitu semua usaha yang dilakukan oleh supervisor untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki pengajaran.
Dalam kerangka keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, supervisi mempunyai kawasan tugas sebagai bagian dari kegiatan sekolah itu secara keseluruhan yang langsung berhubungan dengan pengajaran tetapi tidak langsung
3 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 233
4 Ibid., hlm. 233
berhubungan dengan siswa. Pengertian supervisi tidak dapat diartikan secara sempit sebagai proses untuk mengawasi dan usaha memperbaiki pengajaran yang terbatas di dalam ruangan kelas, tetapi lebih luas dari itu. Proses pengajaran selalu terkait dengan semua kegiatan pendidikan di sekolah. Kegiatan supervisi bertujuan untuk memperbaiki proses dan hasil belajar-mengajar. Kegiatan utamanya adalah membantu guru,tetapi dalam konteksnya yang luas menyangkut komponen sekolah yang lain karena guru juga terkait dengan komponen tata usaha, sarana, lingkungan sekolah dan lain-lain. Sasaran supervisi dapat kita bedakan menjadi dua, yaitu yang berhubungan langsung dengan pengajaran dan yang berhubungan dengan pendukung pengajaran. Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN) pada tahun 1992, menyarankan agar dibedakan antara supervisi satuan pendidikan dengan supervisi bidang studi atau, jika disekolah dasar, dengan supervisi kelas5. Supervisi satuan pendidikan adalah fungsi langsung dari manajemen pendidikan sedangkan supervisi kelas atau bidang studi secara khusus terfokus kepada proses belajar-mengajar. Sehubungan dengan ini kiranya dapat dipakai istilah supervisi pendidikan, dan supervisi pengajaran untuk supervisi pengajaran di kelas atau bidang studi.
Supervisi pengajaran berbeda dengan administrasi pendidikan. Administrasi pendidikan merupakan proses dan bentuk kerja sama antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan pendidikan. Kerja sama ini menyangkut kegiatan mulai dari penetapan tujuan pendidikan, perencanaan untuk mencapai tujuan, pengorganisasian orang yang terlibat dalam pencapaian tujuan, pengontrolan kegiatan, sampai kepada evaluasi untuk melihat apakah pekerjaan itu berhasil atau tidak. Administrasi pendidikan menyangkut semua aspek kerja sama baik yang menyangkut aspek manusia maupun aspek non-manusia. Di lain pihak supervisi pengajaran mengkonsentrasikan kawasannya pada berbagai usaha untuk membantu guru dalam proses perbaikan pengajaran. Dengan demikian supervisi pengajaran merupakan bagian dari kegiatan administasi pendidikan.
5 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm.234
B. Fungsi dan Peran Supervisi
Seringkali orang sulit dalam membedakan antara fungsi dan tujuan, sebenarnya fungsi bertalian erat dengan badan atau organisasi secara keseluruhan, sedangkan tujuan bertalian dengan kegunaan.
Diadakannya sebuah pengawasan (supervisi) oleh pimpinan sekolah atau atasan adalah sebuah tindakan yang semestinya harus dilakukan untuk mengawasi timbulnya situasi-situasi yang menghambat jalannya administrasi pendidikan di sekolah. Karena hambatan itu semakin lama semakin banyak maka ada kemungkinan tujuan tidak tercapai dalam waktu yang telah dierncanakan. Situasi yang menghambat itu dapat barasal dari berbagai pihak6.
Tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu proses kerjasama hanyalah merupakan cita-cita yang masih perlu diwujudkan melalui tindakan-tindakan yang nyata. Begitu juga seorang supervisor dalam merealisasikan program supervisinya memiliki sejumlah tugas dan tanggungjawab yang harus dijalankan secara sistematis. Secara umum, fungsi dari supervisi pendidikan adalah:
1. Penelitian, proses dari penelitian ini meliputi beberapa tahapan, pertama adalah perumusan masalah yang akan diteliti, kedua adalah pengumpulan data, ketiga pengolahan data, dan yang terakhir adalah konklusi hasil penelitian.
2. Penilaian, fungsi supervisi dalam hal ini adalah mengevaluasi aspek-aspek positif dan negatif guna menemukan hambatan-hambatan dan mengembangkan kemajuan yang telah ada.
3. Perbaikan, supervisi dalam hal ini mengawasi keadaan umum dan situasi dalam pendidikan, jika belum baik atau belum memuaskan maka akan segera diperbaiki.
4. Peningkatan, peningkatan disini supervisor meningkatkan segala sesuatu yang telah baik dan mengembangkan agar lebih maju lagi.
Jadi fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan peningkatan kualitas pengajaran. Franseth Jane dan Ayer (dalam Konsep Dasar &
teknik Supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia)
6 M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 178.
mengemukakan bahwa fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan.
Menurut Burton dan Bruckner (dalam Konsep Dasar & teknik Supervisi pendidikan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia) fungsi utama supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik. Sedangkan Briggs mengungkapkan bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran saja, tetapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah pertumbuhan profesi guru.
Usaha perbaikan merupakan proses yang kontinu sesuai dengan perubahan masyarakat. Masyarakat selalu mengalami perubahan. Perubahan masyarakat membawa pula konsekuensi dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Suatu penemuan baru mengakibatkan timbulnya dimensi-dimensi dan persepektif baru dalam bidang ilmu penegetahuan.
Makin jauh pembahasan tentang supervisi makin nampak bahwa kunci supervisi bukan hanya membicarakan perbaikan itu sendiri, melainkan supervisi yang diberikan kepada guru-guru, seperti yang telah dikemukakan oleh Briggs bahwa supervisi juga merupakan alat untuk mengkoordinasi, menstimulasi dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru7.
C. Pelaksanaan Supervisi
Untuk melaksanakan fungsi dan peranan supervisi pengajaran di sekolah, perlu pemahaman tentang landasan dan siapa yang melaksanakan supervisi. Dalam usaha mempertinggi efisiensi dan efektivitas proses pelaksanaan supervisi pendidikan, kegiatan supevisi tersebut perlu dilandasi oleh hal-hal sebagai berikut:
1. Kegiatan supervisi pendidikan harus dilandaskan atas filsafat Pancasila. Ini berarti bahwa dalam melaksanakan bantukan untuk perbaikan proses belajar- mengajar, supervisor harus dijiwai oleh penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila.
7 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, (Jakarta : Rineka cipta, 2008) hlm. 21.
2. Pemecahan masalah supervisi harus dilandaskan kepada pendekatan ilmiah dan dilakukan secara kreatif. Ini antara lain berarti bahwa di dalam memecahkan masalah harus digunakan kaidah ilmiah seperti berpikir logis, objektif, berdasarkan data yang dapat diverifikasi, dan terbuka terhadap kritik.
3. Keberhasilan supervisi harus dinilai dari sejauh mana kegiatan tersebut menunjang prestasi belajar siswa dalam proses belajar-mengajar.
4. Supervisi harus dapat menjamin kontinuitas perbaikan dan perubahan program pengajaran. Jika supervisi dilaksanakan, maka hasilnya harus merupakan suatu peningkatan proses dan belajar siswa.
5. Supervisi bertujuan mengembangkan keadaan yang favorable untuk terjadinya proses belajar-mengajar yang efektif. Proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien hanya akan terjadi jika lingkungan proses itu mendukungnya. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar lingkungan memberikan tantangan kepada siswa untuk belajar lebih baik.
Seperti telah dikemukakan sebelumnya, supervisi pendidikan meliputi supervisi terhadap pengajaran maupun komponen pendukungnya. Supervisi pengajaran merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan pengajaran tetapi tidak langsung dengan siswa. Supervisi merupakan bantukan kepada guru dalam perbaikan situasi pengajaran. Dalam kaitannya dengan perbaikan situasi belajar- mengajar ini, tugas seorang supervisor (Harris, 1975) adalah membantu guru dalam hal:
1. Pengembangan kurikulum. Kurikulum perlu diperbaiki dan dikembangkan secara terus-menerus. Dalam hal kurikulum dirancang secara terpusat seperti sekarang, maka tugas supervisor adalah membantu guru dalam melaksanakan penyesuaian dan perancangan pengalaman belajar dengan keadaan lingkungan dan siswa. Di samping itu, supervisor juga membantu dalam menyusun panduan dalam melaksanakan kurikulum, menentukan satuan pelajaran, merancang muatan lokal dan merancang ko serta ekstra kurikulum.
2. Pengorganisasian pengajaran. Supervisor bertugas membantu pelaksanaan pengajaran sehingga siswa, guru, tempat dan bahan pengajaran sesuai dengan waktu yang disediakan serta tujuan instruksional yang ditetapkan.
Mengelompokkan siswa, merencanakan jadwal pertemuan, mengatur ruangan,
mengalokasikan waktu pengajaran, merencanakan tim mengajar merupakan contoh-contoh tugas dalam mengorganisasikan pengajaran ini.
3. Pemenuhan fasilitas sesuai dengan rancangan proses belajar-mengajar.
Pengembangan ruang serta peralatan, misalnya, harus didasarkan atas pertimbangan sampai seberapa jauh sumbangannya terhadap pencapaian tujuan pengajaran.
4. Perancangan dan perolehan bahan pengajaran sesuai dengan rancangan kurikulum. Guru harus selalu melakukan titik ulang, evaluasi dan perubahan tentang bahan pengajaran agar lebih besar sumbangannya terhadap tercapainya tujuan pengajaran.
5. Perencanaan dan implementasi dalam meningkatkan pengalaman belajar dan unjuk kerja guru dalam melaksanakan pengajaran. Kegiatan ini meliputi bantuan dalam menyelenggarakan workshop, konsultasi, wisatakarya, serta berbagai macam latihan dalam jabatan.
6. Pelaksanaan orientasi tentang suatu tugas atau cara baru dalam proses belajar- mengajar. Guru perlu dilengkapi dengan informasi yang relevan dengan tugas serta tanggung jawabnya.
7. Pengkoordinasian antara kegiatan belajar-mengajar dengan kegiatan layanan lain yang diberikan sekolah/lembaga pendidikan kepada siswa. Hal ini antara lain meliputi kegiatan mengembangkan kebijaksanaan serta menetapkan tata aliran kerja antara berbagai bagian yang memberikan layanan untuk mencapai tujuan instruksional.
8. Pengembangan hubungan dengan masyarakat dengan mengusahakan lalu lintas informasi yang bebas tentang hal yang berhubungan dengan kegiatan pengajaran.
9. Pelaksanaan evaluasi pengajaran, terutama dalam perencanaan, pembuatan instrumen, pengorganisasian dan penetapan prosedur untuk pengumpulan data, analisis dan interpretasi hasil pengumpulan data, serta pembuatan keputusan untuk perbaikan proses pengajaran.
Kesembilan tugas tersebut apabila disusun berdasarkan urutannya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu tugas-tugas pendahuluan, tugas operasional, dan tugas pengembangan8.
Supervisor mempunyai wewenang tertentun sesuai dengan tugas yang dilaksanakan. Wewenang yang dimaksud adalah melaksanakan koreksi, memperbaiki, dan membina proses belajar-mengajar bersama guru, sehingga proses itu mencapai hasil maksimal.
D. Teknik Supervisi
Mempelajari berbagai pendekatan dalam supervisi memungkinkan furu untuk mempunyai wawasan yang lebih luas tentang kegiatan supervisi. Dengan demikian, pada gilirannya nanti guru dapat berperan serta dalam melakukan pilihan tentang cara bagaimana supervisor itu akan membantunya. Pendekatan itu antara lain adalah (1) pendekatan humanistik, (2) pendekatan kompetensi, (3) pendekatan klinis, dan (4) pendekatan profesional9.
Seorang guru yang mendapat layanan supervisi akan mengalami proses belajar.
Ia akan melakukan refleksi dari pengalaman mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaki perilaku mengajarnya. Dengan demikian, teknik supervisi yang dipakai untuk membantu guru harus didasarkan kepada teori dan prinsip belajar. Pengetahuan tentang teori belajar ini dapat diperoleh dari disiplin ilmu psikologi belajar. Dibawah inidiuraikan satu per satu pendekatan dan teknik dalam supervisi yang didasarkan tas aliran-aliran psikologi yang menjelaskan tentang proses belajar.
1. Pendekatan Humanistik
Salah satu pendekatan yang seringkali dipakai dalam melaksanakan supervisi adalah pendekatan humanistik. Pendekatan humanistik timbul dari keyakinanbahwa guru tidak dapat diperlakukan sebagai alat semata-mata untuk meningkatkan kualitas belajar-mengajar. Guru bukan masukan mekanistik dalam proses pembinaan, dan tidak sama dengan masukan sistem lain yang bersifat
8 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 239
9 Ibid., hlm. 242
kebendaan. Dalam proses pembinaan, guru mengalami perkembangan secara terus- menerus, dan program supervisi harus dirancang untuk mengikuti pola perkembangan itu. Tugas supervisor adalah membimbing sehingga makin lama guru makin dapat berdiri sendiri dan berkembang dalam jabatannya dengan usaha sendiri. Belajar harus dilakukan memalui pemahaman tentang pengalaman nyata yang dialami secara riil. Dengan demikian guru harus mencari sendiri pengalaman itu secara aktif. Dorongan dapat berasal dari dorongan yang bersifat fisiologis (misalnya mencari tambahan pengasilan) secara berangsur-angsur dorongan belajar harus datang dari dalam, yaitu karena guru merasa bahwa belajar merupakan kewajiban yang harus dilakukan dalam tugasnya. Supervisor percaya bahwa guru mampu melakuka analisis dan memecahkan masalah yang dihadapinya dalam tugas mengajarnya. Guru merasakan adanya kebutuhan bahwa ia harus berkembang dan mengalami perubahan, selanjutnya ia bersedia mengambil tanggung jawab terjadinya perubahan itu. Jika kondisi seperti ini ada, maka perbaikan pengajaran itu dapat terjadi. Supervisor harus hanya berfungsi sebagai fasilitator dengan menggunakan struktur formal sesedikit mungkin.
Teknik supervisi yang digunakan oleh para supervisor yang menggunakan pendekatan humanistik tidka memunyai format yang standar, tetapi tergantung kepada kebutuhan guru. Mungkin ia hanya melakukan observasi tanpa melakukan analisis dan implementasi, mungkin dia hanya tanpa membuat observasi atau mengatur penataran dengan atau tanpa memberi sumber dan bahan belajar yang diminta guru. Jika tahapan supervisi dibagi menjadi tiga bagian (pembicaraan awal), obsevasi, analisis, dan interpretasi serta (pembicaraan akhir)10, maka supervisi dilakukan sebagai berikut:
a) Pembicaraan awal. Dalam pembicaraan awal, supervisor, memancing apakah dalam mengajar guru menemui kesulitan. Pembicaraan ini dilakukan secara informal. Jika dalam pembicaraan ini guru tidak minta dibantu, maka proses supervisi akan berhenti. Ini yang disebut dengan titik lanjutan atau berhenti (go- or-no-point).
10 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 243
b) Observasi. Jika guru perlu bantuan, supervisor mengadakan observasi kelas.
Dalam observasi, supervisor masuk kelas dan duduk di belakang tanpa mengambil catatan. Ia mengamati kegiatan kelas.
c) Analisis dan interpretasi. Ssudah melakukan observasi, supervisor kembali ke kantor memikirkan kemungkinan kekeliruan guru dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Jika menurut supervisor , guru telah menemukan jawaban maka supervisor tidak akan memberi nasihat kalau tidak diminta. Apabila diminta nasihat oleh guru, supervisor hanya melukiskan keadaan kelas tanpa memberikan penilaian. Kemudian menanyakan apakah yang dapat dilakukan oleh guru tersebut untuk memperbaiki situasi itu. Kalau diminta sarannya, supevisor akan memberikan kesempatan kepada guru untuk mencoba cara lain yang kiranya tepat dalam upaya mengatasi kesulitannya.
d) Pembicaraan akhir. Jika perbaikan telah dilakukan, pada periode tertentu guru dan supervisor mengadakan pembicaraan akhir. Dalam pembicaraan akhir ini, supervisor berusaha membicarakan apa yang sudah dicapai guru, dan menjawab kalau ada pertanyaan dan menanyakan kaluau-kalau guru perlu bantuan lagi.
e) Laporan. Laporan disampaikan secara deskriptif dengan implementasi berdasarkan judgment supervisor. Laporan ini ditulis untuk guru, kepala sekolah atau atas kepala sekolah (Kakandep), untuk bahan perbaikan selanjutnya.
2. Pendekatan Kompetensi
Pendekatan kedua yang dapat dipakai dalam melaksanakan supervisi adalah pendekatan kompetensi. Pendekatan ini mempunyai makna bahwa guru harus mempunyai kompetensi tertentu untuk melaksanakan tugasnya.
Pendekatan kompetensi didasarkan atas asumsi, bahwa tujuan supervisi adalah membentuk kompetensi minimal yang harus dikuasai guru. Guru yang tidak memenuhi kompetensi itu dianggap tidak akan produktif. Tugas supervisor adalah meciptakan lingkungan yang sangat terstruktur sehingga secara bertahap guru dapat menguasai kompetensi yang dituntut dalam mengajar. Situasi yang terstruktur ini antara lain meliputi adanya: 1) definisi tentang tujuan kegiatan supervisi yang dilaksanakan untuk tiap kegiatan, 2) penilaian kemampuan mula guru dengan segala pirantinya, 3) program supervisi yang dilakukan dengan segala rencana
terinci tentang pelaksanaannya, dan 4) monitoring kemajuan guru dan penilaian untuk mengetahui apakah program itu berhasil atau tidak11.
Teknik supervisi yang menggunakan pendekatan kompetensi adalah sebagai berikut:
a) Menetapkan kriteria untuk kerja yang dikehendaki. Tugas serta tanggung jawab yang diberikan untuk melakukan sesuatu unjuk kerja mengajar tertentu, harus dispesifikasikan sedemikian rupa, sehungga tugas-tugas tersebut menjadi cukup rinci dan menjadi lebih jelas bagi guru yang bersangkutan. Tugas itu dapat diklasifikasikan menjadi komponen-komponen. Misalnya kompetensi untuk mengajarkan sejarah dapat diuraikan kedalam kompetensi yang lebih rinci seperti kompetensi dalam membuat persiapan mengajar dengan memakai lebih dari satu sumber, keterampilan mengelola kelas dimana digunakan metode diskusi, atau keterampilan melakukan evaluasi tentang reaksi siswa dalam belajar sejarah dan sebagainya. Supevisor dan guru kemudian menilainya untuk menetapkan tingkat kemampuan guru dalam melaksanakan tugas tersebut pada waktu itu. Pengetahuan ini dipakai untuk menentukan target supervisi yang akan datang.
b) Menetapkan target untuk kerja. Dari komponen dan analisis kemampuan, supervisor dan guru menentukan target yang akan dicapai. Target ini harus dinyatakan dalam bentuk tujuan yang dapat diamati dan dapat diukur. Dalam tahap ini pula telah disepakati secara garis besar bagaimana pengukuran prestasi guru itu dilakukan.
c) Menentukan aktivitas untuk kerja. Pada waktu tujuan unjuk kerja disetujui, maka langkah berikutnya adalah mendiskusikan cara untuk mencapai tujuan itu.
Misalnya, apabila tujuan supervisi itu adalah untuk mengubah aspek perilaku guru, maka harus dinyatakan secara jelas perubahan apa yang dikehendakinya dan kegiatan apa yang digunakan untuk mencapai perubahan itu. Apakah perubahan yang dikehendaki itu, apakah tentang kemampuan guru untuk merencanakan kegiatan belajar-mengajar, atau kemampuan guru untuk melakukan tugasnya dengan kreatif, atau kemampuan guru dalam penguasaan
11 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 245
dibidang studi. Jika sudah jelas, kemudian tentukan kegiatannya. Dalam kegiatan ini, harus jelas jenis, jadwal dan sumber yang perlu digunakan.
d) Memonitor kegiatan untuk mengetahui unjuk kerja. Dalam monitoring ini supervisor mengumpulkan dan mengolah data menjadi informasi tentang seberapa jauh pencapaian target yang telah disetujui. Dalam hal ini supervisor dan guru harus sepakat tentang data apa yang akan dikumpulkan, kapan dan bagaimana data itu dikumpulkan.
e) Melakukan penilaian terhadap hasil monitoring. Menilai berarti menafsirkan informasi yang telah diperoleh untuk menetapkan sampai dimana target yang ditetapkan dapat tercapai. Dalam hal ini pelu dilakukan penilaian diri sendiri oleh guru dan kemudian dibandingkan dengan penilaian supervisor terhadap unjuk kerja guru. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolegial.
f) Pembicaraan akhir pembicaraan tentang hasil evaluasi merupakan langkah yang penting. Pembicaraan ini menyangkut diskusi secara intensif tentang pencapaian target, supervisor harus memusatkan perhatiannya untuk membantu guru melihat secara positif hasil penilaian itu. Dalam pembicaraan akhir ini harus dirumuskan tindak lanjut yang perlu dilakukan untuk meningkatkan unjuk kerja yang menjadi tanggung jawab guru.
Instrumen supervisi yang digunakan dalam pendekatan ini adalah format-format yang berisi: 1) tujuan supervisi, 2) target yang akan dicapai, 3) tugas supervisor dan guru untuk memperbaiki unjuk kerja guru, 4) kriteria pencapaian target, 5) pengumpulan data monitoring, dan 6) evaluasi dan tindak lanjut12.
Analisis dilakukan secara bersama-sama (kolaboratif) antara supervisor dan guru, sehingga dicapai kesepakatan tentang status kompetensi guru setelah pelaksanaan supervisi. Kesepakatan ini dilakukan melalui pembicaraan akhir.
3. Pendekatan Klinis
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa proses belajar guru untuk berkembang dalam jabatannya tidak dapat dipisahkan dari proses belajar yang dilakukan guru itu. Belajar bersifat induvidual. Oleh karena itu proses sosialisasi harus dilakukan dengan membantu guru secara tatap muka dan individual.
12 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 245
Pendekatan ini mengombinasikan target yang terstruktur dan perkembangan pribadi.
a. Pengertian Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu.
Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan profesional guru dan sekakligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi.
Goldhammer, Anderson, dan Krajewski (1980) mengemukakan sembilan karakteristik supervisi klinis13, yaitu:
a) Merupakan teknologi dalam memperbaiki pengajaran.
b) Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran.
c) Beriorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah , dan mengembangkan kebutuhan pribadi.
d) Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.
e) Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengetian, dukungan, dan komitmen untuk berkembang.
f) Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan perbahan metodologi yang terus-menerus.
g) Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan ral dan ideal.
h) Mengasumsikan bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.
i) Memerlukan latihan untuk supervisor.
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai keterampilan kepada guru yang meliputi antara lain: a) keterampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis, b) keterampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti
13 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 247
pengamatan yang jelas dan tepat, c) keterampilan dalam pembaruan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaannya, dan d) keterampilan dalam mengajar.
Seperti telah disebutkan, sasaran supervisi klinis adalah perbaikan cara mengajar dan bukan pengubahan kepribadian guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran-sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian keterampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempunyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis konstruktif dilakukan untuk dapat secara tepat memberi penguatan (reinforcement) kepada pola tingkah laku yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses.
Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas. Sasaran supervisi klinis, seringkali dipusatkan pada:
a. Kesadaran dan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas mengajar,
b. Keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam mengajar (generic skills), yang meliputi: keterampilan dalam menggunakan variasi dalam mengajar dan menggunakan stimulasi, keterampilan melibatkan siswa dalam proses belajar, serta keterampilan dalam mengelola kelas dan disiplin kelas.
Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis, yaitu:
pembicaraan pra-observasi, melaksanakan observasi, melakukan analisis dan menentukan strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta melakukan analisis setelah pembicaraan.
a. Tahap Pembicaraan Pra-Observasi
Tahap ini disebut pula dengan pembicaraan pendahuluan. Dlaam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana keterampilan yang akan diobservasi atau dicatat. Tahap ini memberikan kesempatan kepada guru dan supervisor untuk mengidentifikasi keterampilan mana yang memerlukan perbaikan.
Keterampilan yang dipilih kemudian dioperasionalkan dalam bentuk rumusan tingkah laku yang dapat diamati. Dalam pertemuan ini pula dibicarakan dan ditentukan jenis data yang akan dicatat selama pelajaran berlangsung. Pelaksanaan tahap ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga tercipta ikatan kolegial antara
supervisor dan guru dalam suasana kerja sama yang harmonis. Secara teknis diperlukan lima langkah dalam pelaksanaan pertemuan pendahuluan. Lima langkah itu adalah menciptakan suasana akrab antara supervisor dengan guru, melakukan tilik ulang rencana pelajaran serta tujuan pelajaran, melakukan tilik ulang komponen keterampilan yang akan dilatihkan dan diamati, memilih atau mengembangkan instrumen observasi, dan membicarakan bersama untuk mendapatkan kesepakatan tentang instrumen observasi yang dipilih atau yang dikembangkan.
b. Tahap Observasi
Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar yang dipilih dan disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sementaa guru berlatih, supervisor mengamati dan mencatat atau merekamnya. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.
c. Tahap Analisis dan Penetapan Strategi
Supervisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman observasi. Tujuan tahap ini adalah mengartikan data yang diperoleh dan merencanakan manajemen pertemuan yang akan diadakan dengan guru. Strategi manajemen itu meliputi isu apa yang akan mendapatkan perhatian, data mana yang dipakai dalam pembicaraan, apa tujuan pembicaraan, dari mana mulainya, dan siapa yang harus melakukannya.
Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.
d. Pembicaraan tentang Hasil
Tujuan pertemuan atau pembicaraan ini adalah untuk memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya, memberikan imbalan dan perasaan puas, mendefinisikan isu dalam mengajar, memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki teknik mengajar dan teknik mengembangkan diri-sendiri.
Langkah utama dalam tahap ini adalah (Bolla, 1985): (1) menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika ia mengajar serta memberi pengutan, (2) melakukan tilik ulang tujuan pelajaran, (3) melakukan tilik ulang target keterampilan serta perhatian utama guru, (4) menanyakan perasaan guru
tentang jalannya pengajaran berdasarkan target dan perhatian utamanya, (5) menunjukkan data hasil rekaman dan memberi kesempatan kepada guru menafsirkan data tersebut, (6) menginterpretasikan data rekaman secara bersama, (7) menanyakan perasaan guru setelah melihat rekaman data tersebut, (8) menyimpulkan hasil dengan melihat apa yang sebenarnya merupakan keinginan atau target guru dan apa yang sebenarnya telah terjadi atau tercapai, dan (9) menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan hal-hal yang perlu dilatih atau diperhatikan pada kesempatan berikutnya14
e. Analisis Sesudah Pembicaraan (post-conference)
Supervisi merupakan pekerjaan profesional. Oleh karena itu pengalaman supervisor dalam melaksanakan supervisi harus dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan jabatannya sendiri. Dalam analisis sesudah pembicaraan ini, supervisor harus menilik ulang tentang apa yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai supervisor dalam melakukan observasi. Di samping itu, perlu dibicarakan hasil evaluasi diri-sendiri tentang keberhasilan supervisor dalam membantu guru.
Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan, kalau mungkin kegiatan direkam dengan video tape.
4. Pendekatan Profesional
Pendekatan keempat dalam supervisi adalah pendekatan profesional. Kata rofesional menunjuk pada fungsi utama guru yang melaksanakan pengajaran secara profesional.
Asumsi dasar pendekatan ini adalah bahwa karena tugas utama profesi guru itu adalah mengajar maka sasaran supervisi juga harus mengarahkan pada hal-hal yang menyangkut tugas mengajar itu, dan bukan tugas guru yang sifatnya administratif.
Apabila asumsi yang telah dikemukakan tersebut dipegang, maka dalam pendekatannya akan terlihat adanya alur layanan pegembangan profesional.
pembinaan profesional dilakukan dengan maksud untuk meningkatkan kualitas
14 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 251
pegajaran. Hal ini memerlukan bentuk pembinaan yang efektif yang dilandasi hubungan serasi antara guru dengan pihak supervisor. Dibawah ini dikemukakan teknik supervisi profesional15, sebagai berikut:
a) Penataran yang diberikan kepada guru harus diberikan bersama dengan kepala sekolah (dan pengawas). Untuk dapat menyelesaikan penataran bagi banyak sekolah dalam waktu singkat, dipilih ink-blot system, yaitu proses di mana beberapa sekolah ditatar secara langsung, dan sekolah itu kemudian menyebarkan hasil tatarannya kepada sekolah-sekolah lain yang terdekat.
Sekolah yang diberi penataran langsung disebut sekolah inti, dan sekolah yang mendapat penataran dari sekolah inti disebut sekolah imbas.
Isi penataran bersama ini meliputi: (a) metode umum tentang: pemanfaatan waktu belajar, perbedaan individual siswa, belajar aktif, belajar berkelompok, teknik bertanya dan umpan balik, (b) metode khusus IPA, matematika, IPS, dan bahasa, (c) pengalaman lapangan para petatar dalam menerapkan metode umum dan metode khusus, serta (d) pembinaan profesional.
b) Penggurusan merupakan teknik pembinaan di dalam masing-masing sekolah maupun di dalam kelompok sekolah yang berdekatan. Penggurusan ini merupakan kelanjutan dari sistem penataran tersebut, sehingga di dalam satu gugus terdapat sebuah sekolah inti dan beberapa sekolah imbas yang jumlah keseluruhannya berkisar antara 5 sampai 8 buah.
c) KKG, KKKS, KKPS, dan PKG, dipergunakan sebagai wadah pengorganisasian dan pembinaan guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah untuk melakukan kegiatan peningkatan kualitas pengajaran. KKG singkatan dari Kelompok Kerja Guru, berfungsi sebagai wadah untuk melakukan bebagai kegiatan penunjang kegiatan belajar-mengajar, antara lain merencanakan strategi belajar-mengajar, membuat alat pelajaran, membuat lembar kerja/lembar tugas, dan mendiskusikan masalah-masalah yang dijumpai di kelas masing-masing guru.
KKKS, singkatan dari Kelompok Kerja Kepala Sekolah, berfungsi sebagai wadah koordinasi dalam upaya pembinaan mata pelajaran, proses belajar mengajar, dan hal-hal lain yang berkenaan dengan pengelolaan sekolah
15 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 254
umumnya dan pembinaan profesional khususnya. KKPS, singkatan dari Kelompok Kerja Pengawas Sekolah, berfungsi sebagai wadah diskusi, tukar menukar informasi dan pengalaman, mencari dan menemukan alternatif penyelesaian masalah yang dijumpai di sekolah, serta menetapkan keseragaman tindakan dalam pembinaan. PKG singkatan dari Pusat Kegiatan Guru. Jika KKG, KKKS, dan KKPS menunjukkan pada kegiatan, maka PKG merupakan tempat berlangsungnya KKG, KKKS, maupun KKPS.
Supervisi profesional ini tidak jauh berbeda dengan bentuk supervisi lainnya.
Jika dalam supervisi yang lain guru mendapat pembinaan dari pihak atasan, maka dalam pendekatan ini guru mendapat bimbingan dari sejawatnya. Meskipun guru juga mendapat bantuan dari kepala sekolah dan pengawas, tetapi sifat bantuan itu adalah kolegial.
Melalui penggugusan, KKG dan PKG maka langkah-langkah kegiatan pembinaan sebagai berikut:
a) Tahap Prapertemuan. Dalam tahap ini guru mengumpulkan data mengenai kesulitan pelaksanaan pengajaran dan dicatat sebagai masalah yang akan dibahas dalam pertemuan sejawat.
b) Tahap Pengajuan Masalah. Dalam tahap ini masing-masing guru peserta diskusi kelompok KKG mengajukan permasalahan yang sudah dituliskan di rumah atau di sekolah.
c) Tahap Pembahasan. Satu demi satu masalah yang diajukan oleh guru dibahas bersama-sama. Untuk permasalahan yang sifatnya umum, biasanya dirumuskan dalam kesepakatan pemecahan masalah. Apabila perlu, mereka membuat panduan bersama.
d) Tahap Implementasi. Setelah mendapat alternatif pemecahan masalah dari kelompok diskusi sejawat, guru mencoba menetapkan alternatif tersebut di dalam praktek.
e) Tahap Pengumpulan Balikan. Pengalaman dalam mengimplementasikan alternatif pemecahan masalah tersebut, dicatat oleh guru dalam buku tersendiri.
Untuk alternatif yang sudah cocok dengan sasaran, dilaporkan dalam kesepakatan diskusi kelompok berikutnya. Untuk alternatif yang belum cocok
dengan sasaran, diajukan lagi dalam pertemuan untuk disempurnakan atau dicari penggantinya.
Untuk menunjang kegiatan-kegiatan tersebut guru melengkapi dirinya dengan instrumen berupa angket untuk siswa, check list untuk mengamati perilaku dan keberhasilan siswa, serta catatan-catatan singkat untuk permasalahan, alternatif pemecahan, dan umpan balik.
E. Peranan Guru dalam Supervisi
Seperti telah dikemukakan, supervisi pendidikan bertujuan untuk membantu guru dalam memperbaiki proses belajar-mengajar melalui peningkatan kompetensi guru itu sendiri dalam melaksanakan tugas profesional mengajarnya. Seperti juga berlaku untuk segala kegiatan, usaha bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada keinginan untuk bekerja sama dan tidak ada sikap kooperatif baik dari yang dibantu yaitu guru sendiri maupun supervisor. Dengan demikian peranan guru terhadap berhasil tidaknya program supervisi ini adalah sangat besar. Peranan guru dalam supervisi secara lebih rinci dapat ditelusuri dari proses pelaksanaan supervisi itu.
Guru hendaknya secara aktif memberikan masukan kepada supervisor tentang masalah yang dihadapi dalam mengajar. Seperti halnya pasien kepada dokternya, guru harus berterus terang tentang masalah yang dihadapinya, sehingga dapat dicari cara pemecahan yang tepat. Sikap terbuka dan kooperatif ini sangat penting dalam fase perencanaan kegiatan supervisi16. Dari pengetahuannya tentang berbagai teknik supervisi, guru dapat menyarankan kepada supervisor dalam memilih teknik yang dianggap paling cocok untuk dipergunakan supervisor dalam membantu meningkatkan kemampuan guru itu.
Fokus utama dalam pelaksanaan supervisi adalah guru17. Di dalam pelaksanaan supervisi, sikap kooperatif guru yang ditunjukkan pada fase perencanaan masih tetap diperlukan, malahan perlu ditingkatkan. Kesediaan guru untuk diobservasi dan dianalisis perilaku mengajarnya, serta kesediaan untuk berdialog dengan
16 Soetjipto dan Kosasi, Raflis. Profesi keguruan. (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2004), hlm. 256
17 Ibid., hlm. 256
supervisor harus terus dikembangkan, sehingga guru dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari proses supervisi. Harus disadari bahwa supervisor tidak mempunyai tujuan untuk mencari kesalahan, tetapi memberikan balikan tentang kelemahan dan kekuatan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Fase evaluasi program supervisi merupakan kesempatan yang baik bagi guru untuk mengetahui kemajuan yang telah dicapai dan kekuranan apa yang masih harus diperbaiki. Dalam penilaian, guru dapat melengkapi data dan informasi dengan mengemukakan suasana hati, perasaan, serta harapannya, baik pada waktu ia melaksanakan tugas mengajarnya maupun perasaannya secara umum terhadap sekolah dan supervisor. Supervisor dapat memberikan saran secara terbuka tetapi bersahabat tentang masalah-masalah yang ditemukan dalam penilaian, dan guru harus bersifat terbuka untuk menerimanya. Dengan demikian, akan terjadi proses saling mempeerkaya antara guru dan supervisor dalam usaha untuk berkembang dalam melaksanakan tugas pendidikan mereka.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Jabatan profesional harus terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Pengembangan ini seharusnya datang dari kemauan dan kemampuan pribadi masing-masing tenaga profesional itu.
Dalam kenyatannya karena bebagai sebab, perkembangan profesional itu memerlukan bantuan dari luar, baik yang menyangkut substansi maupun pemanfaatan sumber daya yang mendukung perkembangan itu. Orang yang bertanggung jawab membantu pertumbuhan profesional guru adalah supervisor.
Supervisor itu sendiri juga merupakan jabatan profesional, yang sangat mementingkan kemampuan untuk menetapkan bantuan apa dan sampai seberapa jauh bantuan yang diperlukan guru.
Supervisi pendidikan merupakan Suatu aktivitas pembinaan terencana yang berorientasi kepada Guru dan Pegawai sekolah Secara efektif . Pada hakekatnya tujuan supervise adalah memperbaiki atau meningkatkan proses belajar mengajar.
Fungsi supervise dapat disimpulkan sebagi alat untuk menungkatkan kulaitas dan kuantitas kepada semua pihak yang berhubungan dengannya dan melestarikannya
Dalam menjalankan tugasnya supervisor dapat menggunakan satu atau lebih pendekatan yang dirasa cocok untuk memberikan layanan terhadap guru.
Pendekatan itu antara lain, pendekatan humanistik, pendekatan kompetensi, pendekatan klinis, dan pendekatan profesional. Guru sebagai subjek supervisi juga harus berperan aktif dalam pelaksanaan supervisi.
DAFTAR PUSTAKA
M. Daryanto. 2005, Administrasi Pendidikan, Jakarta : PT Rineka Cipta.
Ngalim Purwanto. 2009, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Piet A. Sahertian. 2008, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta : Rineka cipta..
Soetjipto dan Kosasi, Raflis. 2004, Profesi keguruan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
Suhardan, Dadang. 2010, Supervisi Profesional, Bandung: AlfaBeta.