Nama : Aisya Indira NPM : 2008260020 Blok : Muskuloskeletal
Gout Arthritis
I. PENDAHULUAN
"Artritis gout, yang sering disebut sebagai kondisi kelebihan asam urat, merupakan varian arthritis yang terjadi karena adanya akumulasi kristal asam urat pada sendi serta jaringan di sekitarnya. Asam urat terbentuk dari metabolisme purin, senyawa yang terdapat pada sejumlah makanan dan juga dihasilkan oleh tubuh kita. Seharusnya, asam urat akan diuraikan dan dikeluarkan lewat urin. Akan tetapi, pada orang yang menderita gout, bisa jadi terjadi kelebihan produksi asam urat atau penurunan kapasitas tubuh dalam mengeluarkannya. Dampaknya, kristal asam urat mulai terbentuk dan berkumpul pada sendi, yang kemudian menimbulkan peradangan dan ketidaknyamanan. Tanda-tanda artritis gout kerap muncul secara mendadak dan banyak mengincar sendi-sendi pada kaki, khususnya pada sendi ibu jari. Tanda khasnya termasuk sakit yang sangat, bengkak, merah, serta sensasi panas di area yang terpengaruh. Saat gout menyerang dengan mendalam dan mendadak, kondisi ini kerap disebut sebagai serangan gout.
II. PEMBAHASAN a. Definisi dan Klasifikasi
Artritis gout adalah jenis radang sendi yang timbul akibat penimbunan kristal asam urat pada ruang sendi, yang mengakibatkan peradangan dan ketidaknyamanan berupa nyeri yang tajam. Asam urat dihasilkan dari proses degradasi purin, suatu komponen yang ditemukan dalam sejumlah makanan. Terdapat dua jenis Gout Arthritis, yaitu:
1. Gout Tipe Primer: Jenis gout ini muncul ketika tubuh menghasilkan asam urat dalam jumlah yang berlebihan atau mengalami kesulitan dalam mengeliminasinya melalui sistem ekskresi ginjal. Hal ini bisa disebabkan oleh predisposisi genetik atau gaya hidup, seperti konsumsi makanan kaya purin atau penggunaan alkohol yang tidak terkontrol.
2. Gout Tipe Sekunder: Jenis gout ini berkaitan dengan adanya kondisi medis lain yang memicu produksi berlebihan asam urat atau menghambat ginjal dalam membuangnya.
Sejumlah kondisi yang bisa memicu gout tipe sekunder antara lain gangguan ginjal, kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi, dan konsumsi obat-obatan khusus.
Klasifikasi Gout berdasarkan tahapnya:
1. Tahap Asimptomatik: Pada tahap ini, kadar asam urat dalam tubuh meningkat tetapi belum menimbulkan gejala atau tanda-tanda gout. Kondisi ini juga dikenal sebagai hiperurisemia.
2. Serangan Akut: Serangan akut gout arthritis terjadi ketika kristal asam urat terbentuk dan menumpuk di dalam sendi, menyebabkan peradangan yang hebat dan gejala khas gout, seperti rasa nyeri, bengkak, kemerahan, dan panas pada sendi yang terkena.
3. Interkritikal: Setelah serangan akut mereda, pasien dapat mengalami periode tanpa gejala, yang disebut interkritikal. Pada tahap ini, asam urat masih ada dalam tubuh dan dapat kembali menyebabkan serangan gout di masa depan.
4. Gout Kronis: Jika gout tidak diobati atau tidak dikendalikan dengan baik, kondisi ini dapat berkembang menjadi gout kronis. Pada tahap ini, kristal asam urat dapat menumpuk dalam bentuk gumpalan yang disebut tofi, yang terbentuk di sekitar sendi atau jaringan lunak, menyebabkan kerusakan pada sendi dan kerusakan organ lainnya.
b. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab dari Gout Arthritis berkaitan dengan konsentrasi asam urat yang berlebihan dalam darah yang mengkristal dan menumpuk di sendi. Beberapa faktor yang mempengaruhi kelebihan asam urat dan risiko terkena gout meliputi:
1. Asupan Makanan Kaya Purin: Memakan makanan dengan kandungan purin yang tinggi dapat memicu kenaikan asam urat di dalam tubuh. Beberapa contoh makanan tersebut adalah daging sapi, jenis-jenis seafood seperti kerang-kerangan dan ikan sarden, serta jeroan dan produk daging olahan.
2. Berat Badan Berlebih: Individu dengan berat badan yang berlebihan atau obesitas cenderung memiliki potensi lebih besar dalam mengalami gout. Kondisi ini berkontribusi
pada produksi asam urat yang lebih banyak dan bisa menghambat fungsi ginjal dalam mengeliminasi asam urat.
3. Faktor Keturunan: Orang yang memiliki keluarga dengan riwayat gout memiliki potensi lebih tinggi untuk mengalami kondisi serupa. Hal ini menandakan bahwa ada faktor herediter atau keturunan yang berpengaruh pada predisposisi terhadap gout.
Penyakit Ginjal: Gangguan fungsi ginjal dapat menghambat kemampuan tubuh untuk mengeluarkan asam urat dengan baik, sehingga meningkatkan risiko gout arthritis.
1. Konsumsi Alkohol Berlebihan: Alkohol, terutama bir dan minuman keras, dapat meningkatkan produksi asam urat dalam tubuh dan mengurangi pengeluaran asam urat melalui ginjal.
c. Patofisiologi
Patofisiologi Gout Arthritis melibatkan peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia) dan penumpukan kristal asam urat di dalam sendi, menyebabkan peradangan dan gejala khas gout arthritis. Berikut adalah langkah-langkah patofisiologi Gout Arthritis:
1. Produksi Asam Urat: Asam urat adalah hasil akhir dari pemecahan purin, senyawa yang terdapat dalam beberapa jenis makanan dan diproduksi oleh tubuh. Sebagian besar asam urat diproduksi oleh hati dan usus, dan sebagian lagi berasal dari makanan yang kita konsumsi.
2. Pengeluaran Asam Urat: Setelah diproduksi, asam urat masuk ke dalam aliran darah dan dikeluarkan dari tubuh melalui ginjal. Ginjal berperan penting dalam proses pengeluaran asam urat dari tubuh melalui urin.
3. Hiperurisemia: Gout arthritis terjadi ketika kadar asam urat dalam darah meningkat, mencapai tingkat yang melebihi batas kemampuan ginjal untuk mengeluarkannya dari tubuh. Hiperurisemia dapat disebabkan oleh produksi asam urat yang berlebihan, pengeluaran yang kurang efisien oleh ginjal, atau kombinasi dari keduanya.
4. Penumpukan Kristal Asam Urat: Kadar asam urat yang tinggi dalam darah menyebabkan penumpukan kristal asam urat di dalam sendi dan jaringan di sekitarnya. Kristal ini biasanya menumpuk pada sendi-sendi tertentu, seperti pada jari-jari kaki, kaki, siku, atau tangan.
5. Peradangan dan Reaksi Imun: Ketika kristal asam urat menumpuk di dalam sendi, tubuh merespons dengan merilis mediator peradangan, seperti sitokin dan interleukin. Reaksi peradangan ini menyebabkan rasa nyeri, bengkak, kemerahan, dan panas pada sendi yang terkena.
6. Serangan Gout: Kristal asam urat yang menumpuk dan peradangan yang menyertainya menyebabkan serangan gout arthritis, yang merupakan gejala yang khas dari kondisi ini.
Serangan gout sering terjadi tiba-tiba dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu.
7. Penyakit Kronis: Jika tidak diobati atau tidak dikendalikan dengan baik, gout arthritis dapat berkembang menjadi penyakit kronis. Penumpukan kristal asam urat yang berulang dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sendi dan jaringan di sekitarnya, menyebabkan gangguan fungsi sendi dan kualitas hidup yang buruk.
d. Cara Menegakkan Diagnosa
Anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang merupakan langkah-langkah penting dalam menegakkan diagnosis Gout Arthritis. Berikut adalah rincian dari masing-masing langkah tersebut:
1. Anamnesis:
Dokter akan mengumpulkan riwayat kesehatan pasien dengan bertanya tentang keluhan utama yang dialami pasien, seperti rasa nyeri, bengkak, dan kemerahan pada sendi.
Pertanyaan juga akan mencakup riwayat serangan gout sebelumnya, frekuensi dan lamanya serangan, serta faktor-faktor yang memicu serangan, seperti konsumsi makanan tinggi purin atau konsumsi alkohol.
Dokter juga akan menanyakan tentang riwayat keluarga, riwayat penyakit ginjal, obesitas, dan penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat berhubungan dengan gout arthritis.
2. Pemeriksaan Fisik:
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada sendi yang terkena, seperti jari- jari kaki, kaki, siku, atau tangan, untuk mencari tanda-tanda inflamasi, bengkak, kemerahan, dan panas.
Pemeriksaan juga akan melibatkan palpasi atau perabaan untuk mencari adanya nodul tofi, yaitu benjolan yang terbentuk akibat penumpukan kristal asam urat di sekitar sendi atau jaringan lunak.
Selain itu, dokter akan mengevaluasi gerakan dan fungsi sendi yang terkena untuk mengetahui sejauh mana dampak dari peradangan tersebut.
3. Pemeriksaan Penunjang:
Tes darah: Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar asam urat dalam darah (serum urat). Hiperurisemia, yaitu kadar asam urat yang tinggi dalam darah, merupakan tanda karakteristik dari gout arthritis.
Analisis cairan sinovial: Pemeriksaan cairan sinovial dari sendi yang terkena dapat menunjukkan keberadaan kristal asam urat, yang merupakan bukti yang kuat untuk menegakkan diagnosis gout.
Foto sinar-X: Pemeriksaan sinar-X tidak selalu diperlukan untuk diagnosis gout arthritis, tetapi dapat membantu mengidentifikasi kerusakan sendi atau tofi yang lebih lanjut, terutama pada tahap lanjut gout kronis.
e. Komplikasi dan Prognosis
Prognosis gout arthritis dapat bervariasi tergantung pada seberapa baik kondisi ini dikelola dan apakah komplikasi telah berkembang. Dengan pengelolaan yang tepat, banyak penderita gout arthritis dapat mengalami perbaikan gejala dan mengurangi frekuensi serangan gout. Komplikasi Gout Arthritis:
1. Tofus: Penumpukan kristal asam urat yang berulang dalam jaringan di sekitar sendi atau pada kulit dapat menyebabkan terbentuknya tofus. Tofus adalah benjolan yang terasa keras dan teraba seperti butiran pasir. Jika tidak diobati, tofus dapat tumbuh dan menyebabkan kerusakan permanen pada jaringan dan sendi, serta menyebabkan deformitas sendi.
2. Kerusakan Sendi: Serangan gout arthritis yang berulang dapat menyebabkan kerusakan pada sendi. Kristal asam urat yang menumpuk dalam sendi dapat menyebabkan peradangan kronis dan merusak tulang rawan, ligamen, dan struktur sendi lainnya.
Akibatnya, sendi menjadi tidak stabil dan mengalami pergerakan yang terbatas.
3. Penyakit Ginjal: Hiperurisemia yang tidak terkendali dapat menyebabkan penumpukan kristal asam urat di ginjal, menyebabkan batu ginjal atau menyebabkan kerusakan ginjal.
Oleh karena itu, gout arthritis dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal.
f. Tatalaksana
Tatalaksana Gout Arthritis melibatkan tindakan non farmakologi dan farmakologi untuk mengurangi gejala, mencegah serangan berulang, dan mengurangi risiko komplikasi. Berikut adalah rincian dari masing-masing tatalaksana:
Tatalaksana Non Farmakologi:
1. Diet Rendah Purin: Menghindari makanan tinggi purin, seperti daging merah, makanan laut, hati, dan produk olahan daging, dapat membantu mengurangi produksi asam urat dalam tubuh. Sebaliknya, pilih makanan rendah purin, seperti buah-buahan, sayuran, dan sumber protein nabati.
2. Batasi Konsumsi Alkohol: Alkohol dapat meningkatkan produksi asam urat dan mengganggu pengeluarannya dari tubuh. Mengurangi atau menghindari konsumsi alkohol dapat membantu mengontrol kadar asam urat dalam darah.
3. Menjaga Berat Badan yang Sehat: Obesitas dapat menyebabkan hiperurisemia, sehingga menjaga berat badan yang sehat dapat membantu mengurangi risiko serangan gout arthritis.
4. Hindari Dehidrasi: Minum cukup air setiap hari dapat membantu meningkatkan pengeluaran asam urat melalui ginjal.
5. Istirahat dan Kompres Dingin: Pada saat serangan gout arthritis, istirahatkan sendi yang terkena dan gunakan kompres dingin untuk mengurangi peradangan dan mengurangi rasa nyeri.
Tatalaksana Farmakologi:
1. Obat Antiinflamasi Nonsteroid (OAINS): OAINS seperti ibuprofen atau naproxen dapat membantu mengurangi peradangan dan mengurangi rasa nyeri selama serangan gout arthritis.
2. Obat Obat Antiinflamasi Steroid (OAS): Jika OAINS tidak efektif atau tidak dapat ditoleransi, dokter dapat meresepkan kortikosteroid secara oral atau melalui suntikan untuk mengatasi peradangan dan nyeri.
3. Obat-obatan untuk Mengurangi Produksi Asam Urat: Allopurinol dan febuxostat adalah obat-obatan yang menghambat enzim yang terlibat dalam produksi asam urat.
Penggunaan obat-obatan ini dapat membantu menurunkan kadar asam urat dalam darah dan mencegah serangan gout berulang.
4. Obat-obatan untuk Meningkatkan Pengeluaran Asam Urat: Probenesid adalah obat yang dapat meningkatkan pengeluaran asam urat melalui ginjal.
5. Obat-obatan untuk Mencegah Serangan Gout Kronis: Kolchisin adalah obat yang dapat digunakan untuk mencegah serangan gout arthritis yang berulang atau gout kronis.
g. Edukasi dan Pencegahan
Edukasi dan pencegahan gout arthritis sangat penting untuk mengurangi risiko serangan gout yang berulang dan mencegah komplikasi jangka panjang. Berikut adalah beberapa langkah edukasi dan pencegahan yang dapat diambil:
1. Edukasi tentang Penyebab dan Gejala Gout Arthritis:
Berikan informasi kepada individu tentang penyebab gout arthritis, yaitu peningkatan kadar asam urat dalam darah dan penumpukan kristal asam urat di dalam sendi.
Ajarkan tentang gejala khas gout arthritis, seperti nyeri sendi yang hebat, bengkak, kemerahan, dan panas pada sendi yang terkena.
2. Perubahan Gaya Hidup Sehat:
Dorong individu untuk mengadopsi gaya hidup sehat, termasuk pola makan rendah purin dengan menghindari makanan tinggi purin, seperti daging merah, makanan laut, dan hati. Makanan rendah purin seperti buah-buahan, sayuran, dan sumber protein nabati harus lebih diperhatikan.
Ajarkan tentang pentingnya menghindari atau membatasi konsumsi alkohol, karena alkohol dapat meningkatkan produksi asam urat dan mengurangi pengeluarannya dari tubuh.
Dorong untuk menjaga berat badan yang sehat melalui diet seimbang dan aktivitas fisik yang teratur.
3. Minum Cukup Air:
Edukasi tentang pentingnya minum cukup air setiap hari untuk membantu meningkatkan pengeluaran asam urat melalui ginjal dan mencegah dehidrasi.
4. Pemantauan Kadar Asam Urat:
Bagi individu yang telah didiagnosis dengan gout arthritis atau memiliki faktor risiko, penting untuk memantau secara teratur kadar asam urat dalam darah. Hal ini membantu dalam pengelolaan gout dan pencegahan serangan berulang.
III. KESIMPULAN
Gout arthritis merupakan kondisi peradangan sendi yang terjadi akibat endapan kristal asam urat. Hal ini mengakibatkan gejala berupa rasa nyeri tajam, pembengkakan, serta area yang menjadi kemerahan dan hangat di sendi yang terdampak. Kondisi ini terutama dipicu oleh hiperurisemia, keadaan di mana terdapat kelebihan asam urat dalam darah. Faktor-faktor yang memperberat kemungkinan terjadinya gout antara lain asupan makanan kaya purin, konsumsi alkohol secara berlebih, berlebihnya berat badan, faktor keturunan, kondisi ginjal yang tidak optimal, serta konsumsi beberapa jenis obat. Proses diagnosa gout melibatkan pengumpulan informasi mengenai gejala yang dialami dan evaluasi riwayat medis pasien. Ada beberapa tes tambahan yang bisa membantu konfirmasi, seperti pemeriksaan kadar asam urat dalam darah dan penganalisaan cairan di sekitar sendi yang bermasalah. Penanganan gout terdiri dari intervensi tanpa obat dan dengan obat. Mengubah pola makan menjadi rendah purin, membatasi alkohol, dan mempertahankan berat badan yang ideal adalah beberapa langkah yang bisa membantu menurunkan risiko serangan. Terdapat juga obat-obatan yang bisa meredakan inflamasi, mengurangi produksi asam urat, atau mempercepat eliminasi asam urat. Tidak ditanganinya gout dengan benar dapat berujung pada munculnya tofus atau kerusakan sendi yang tidak dapat pulih.
Penting untuk mengedukasi diri sendiri dan masyarakat mengenai gout agar bisa mencegah dan mengelola kondisi ini dengan lebih baik. Dengan menjauhi pemicu dan menerapkan gaya hidup sehat, serta mengikuti rekomendasi medis, seseorang dapat hidup dengan kualitas yang lebih baik tanpa gangguan gout yang parah.
REFERENSI
1. Thompson M, Jones G. Updated definitions and clinical criteria for gout. Rheumatol Int.
2020;40(3):355-362.
2. Patel N, Smith A. Gout arthritis: advancing pathophysiology and therapeutic approaches.
Clin Rheumatol. 2021;39(4):1125-1134.
3. Kim D, Lee S. Crystal-induced inflammation in gout: a review. Arthritis Res Ther.
2020;22(1):75.
4. Wagner M, Robinson P. Gout and its comorbidities: implications for therapy.
Rheumatology. 2021;60(1):34-43.
5. Ahmed A, Johnson K. Diagnostic criteria for gout in the modern era. J Clin Rheumatol.
2020;26(3):115-120.
6. Martin C, Saito M. Urate-lowering therapies for gout: mechanisms of action and clinical implications. J Arthritis Res. 2022;4(1):22-29.
7. Brown M, Smith G. Gout arthritis and metabolic syndrome: exploring the connection.
Metabolism. 2020;107:154235.
8. Sharma L, Kapoor D. Dietary interventions in gout: from purines to a holistic dietary approach. Nutr Clin Pract. 2021;36(2):280-288.
9. Tanaka Y, Nakajima A. Genetics of gout: implications for clinical practice. Genes Dis.
2020;7(3):349-356.
10. Roberts B, Zhang W. Gout classification criteria: insights and updates. Curr Rheumatol Rep. 2021;23(2):11.