---i--,
DAMPAK PENAMBAHAN JADWAL KERETA API
RUTEPARIAMAN-
PADANG TERHADAP USAHAANGIffTAN ANTAR KOTA DALAM
PROVTNST
(AKDP)
JURNAL
Diajukan Sebugai Salnh Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Surjana Pendidikan Strata
I (Sl)
OIeh:
DARA MISTIAN DINI
NPM. 12030106Pembimbing
I
Elvi Zuryani, M.
SiPembimbing
II
&
Ade
Irma
Suryani,M.
PdPROGRAM
STUDIPENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DANILMU PENDIDIKAN
(STKIP} PGRI
SUMATRA BARAT PADANG
2017
DAMPAK PENAMBAHAN JADWAL KERETA API RUTE
PARIAMAN-PADANG TERHADAP USAHA ANGKUTAN ANTAR KOTA DALAM PROVINSI (AKDP)
Oleh :
Dara Mistian Dini*Elvi Zuryani**Ade Irma Suryani**
Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat*
Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat**
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data, mengolah,menganalisis dan membahas tentang dampak penambahan jadwal kereta api terhadap usaha Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dilihat dari: (1) pendapatan, (2) jumlah penumpang, dan (3) jadwal atau trip keberangkatan, (4) jumlah armada yang beroperasi, dan (5) usaha yang dilakukan awak angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) setelah penambahan jadwal kereta api. Jenis penelitian ini tergolong pada penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh awak angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) khususnya untuk Bus Kawan dan Alisma terdapat 30 bus yang beroperasi rute Pariaman-Padang, yakni 14 armada bus Alisma dan 16 armada bus Kawan. Sampel responden diambil dengan teknik total sampling dengan sampel berjumlah 30 armada yang terdiri dari 30 sopir dan 15 kernet. Teknik analisa data menggunakan analisis dengan rumus persentase dan wawancara. Teknik penggumpulan data dengan menggunakan angket. Hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) Pendapatan yang dihasilkan oleh awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) setelah penambahan jadwal kereta api langsung mengalami penurunan menjadi <Rp.300.000 dengan pencapaian responden 80%, (2) Jumlah penumpang Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) setelah penambahan jadwal kereta api sangat mengalami penurunan menjadi 10-20 orang dengan tingkat pencapaian responden 51,2% , (3) Jadwal atau trip keberangkatan juga tergangu setelah penambahan jadwal kereta api, (4) jumlah armada yang beroperasi setiap harinya juga berkuranghanya 10-20 armada yang beroperasi setiap harinya, (5) Para awak angkutan tidak memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi supir tau kernet angkutan.
Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan jadwal kereta api sangat berdampak terhadap usaha Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Dimulai dari pendapatan yang berkurang, penumpang yang beralir menggunakan jasa kereta api, angkutan yang gagal beroperasi setiap harinya serta tidak adanya pekerjaan sampingan selain menjadi kernet atau supir angkutan.
Kata Kunci : Pendapatan, Penumpang, jadwal atau trip, Armada, Usaha
THE IMPACT OF THE ADDITION OF TRAIN SCHEDULES ON OUR BUSINESS IN THE PROVINCIAL INTER-CITY TRANSPORTATION (AKDP)
By:
Dara Mistian Dini*Elvi Zuryani**Ade Irma Suryani**
*) Student of Geography Education Department of STKIP PGRI SUMBAR
**) Lecturer at Goegraphy Education Department of STKIP PGRI SUMBAR
ABSTRACT
This study aims to get the data, process, analyze and discuss the impact of the addition of train schedules Pariaman-Padang on our business in the Provincial Inter-City Transportation (AKDP) visits from: (1) income (2) the number of passengers, (3) schedule or trip departure, (4) the number of operating fleet, and (5) transport crew work done in the Provincial Inter-City (AKDP) after the addition of the train schedule.
This type of research belong to the descriptive qualitative research. The population in this study were all transport crew Inter-City In-Province (AKDP) especially for alisma Bus and kawan bus there are 30 buses that operate these-Padang Pariaman the 14 alisma bus fleet and 16 kawan bus fleet. Respondent samples taken with total sampling with a sample of 30 fleet of 30 drivers and 15 conductors. Data analysis techniques using analysis of the formula percentages and interviews.
The technique of collecting data using questionnaires. The research found that: (1) The revenue generated by the crew of Inter-City Transportation In Province (AKDP) after the addition of train schedules directly decrease to <300,000 with 80% of respondents achievement, (2) The number of passengers in the Provincial Inter-City Transportation (AKDP) after the addition of a train schedule so fell to 10-20 with the level of achievement of 51.2% of respondents, (3) Schedule or trip departure also disturbed after the addition of train schedules, (4) the number of fleets that operate daily also reduced fleet operates only 10-20 per day, (5) The transport crew did not have a second job in addition to being the driver or helper on transport. So it can be concluded that the addition of train schedule greatly impact on our business in the Provincial Inter-City Transportation (AKDP). Starting from less income, beralir passengers who use rail services, transport fails to operate every day as well as the absence of a second job besides being a helper or transport drivers.
Key Words :income, passengers, schedule or trip departure, operating fleet, transport crew work
PENDAHULUAN
Alat transportasi adalah bagian terpenting untuk menunjang segala kegiatan, baik itu di perkotaan maupun di pedesaan.
Transportasi merupakan usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain dimana di tempat lain objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro, 2005). Alat transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun maka kebutuhan terhadap sarana transportasi juga akan meningkat. Tetapi semua itu akan berbanding terbalik dengan kenyataannya dilapangan. Sebab, sarana transportasi yang ada masih kurang memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat. Tetapi dari hari ke hari tuntutan kebutuhan terhadap sarana transportasi yaitu harus bisa memenuhi keinginan konsumen yakni angkutan yang cepat, murah, aman, dan nyaman.
Angkutan adalah sarana untuk memindahkan manusia dan barang dari satu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan dapat dikategoriakan menjadi dua yakni pengangkutan manusia atau penumpang dan pengangkutan barang. Meskipun keduanya bisa dilakukan dengan bersamaan. Didalam jasa angkutan terdapat 5 unsur pokok yakni : (1) manusia yang membutuhkan; (2) barang yang dibutuhkan; (3) kendaraan sebagai alat angkut; (4) jalan sebagai prasarana angkutan serta; (5) organisasi sebagai pengelola angkutan (Warpani : 1990).
Untuk penggunaan sarana transportasi dari Kota Pariaman ke Kota lain yang jangkauannnya masih di dalam provinsi Sumatera Barat biasanya menggunakan moda transportasi darat seperti kendaraan bermotor dan kereta api.
Tanpa terkecuali dari Kota Pariaman menuju Kota Padang yang jaraknya bisa dikatakan dekat dan jika diukur dengan waktu hanya sekitar satu setengah jam perjalanan, dan bisa dengan mudahnya menempuh menggunakan moda transportasi darat.
Untuk angkutan umumnya biasanya
mempergunakan bus, minibus atau kereta api.
Dalam konteks transportasi masyarakat dibedakan dalam dua kelompok yaitu kelompok masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk memilih apakah akan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dalam melakukan perjalanannya (choice users) serta kelompok masyarakat dengan alasan tertentu hanya tergantung pada sarana angkutan umum untuk melakukan perjalanannya (captive users) (Morlok, 1978) dan masyarakat Indonesia sebagian besar melakukan perjalanan captive users.
PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang angkutan darat. Ada dua golongan kereta api yaitu kereta api penumpang dan kereta api barang. Kereta api penumpang digolongkan dalam tiga kelas yakni kelas eksekutif, bisnis dan ekonomi. Dalam rangka mempermudah transportasi rute Pariaman-Padang maka PT.
Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat mengoperasikan kereta api harian jenis kereta api ekonomi Sibinuang dan diakhir pekan mengoperasikan jenis kereta api pariwisata.
Berdasarkan observasi awal peneliti bahwa terhitung dari tanggal 1 April 2015, PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat memberlakukan jadwal kereta api baru rute Padang-Pariaman untuk kereta api Sibinuang. Pada jadwal baru tersebut PT. Kereta Api Indonesia menambah dua jadwal keberangkatan masing-masing dari stasiun padang dan stasiun pariaman dan meniadakan jadwal kereta api untuk jenis kereta api pariwisata.
Kemudian pada tanggal yang sama PT.
Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat juga menaikan tarif sebesar 60% yakni dari Rp. 2500 menjadi Rp 4000.
Dan pada tanggal 1 Januari 2016, PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Sumatera Barat kembali menaikan tarif untuk kereta api ekonomi sibinuaang rute Pariaman- Padang yakni Rp. 5000 pertiketnya.
Sebelum adanya penambahan jadwal kereta api, masih banyak masyarakat yang berpergian rute Pariaman-Padang mempergunakan jasa angkutan Antar Kota
Dalam Provinsi (AKDP) yakni berupa bus yang bernama bus alisma dan bus kawan.
Tetapi, setelah adanya penambahan jadwal kerata api serta adanya kenaikan harga bahan bakar minyak yang diikuti dengan naiknya ongkos angkutan Antar Kota Dalam Provinsi. Dari yang awalnya ongkos berkisar Rp. 8.000, menjadi Rp. 13.000,. Banyak masyarakat yang beralih mempergunakan jasa transportasi kereta api. Karena dibandingkan dengan mempergunakan angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang tarifnya lebih mahal serta dianggap kurang aman. Kemudian banyak keluhan yang dilontarkan oleh masyarakat yang dulunya sebagai penumpang angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) bahwa banyak dari awak bus tersebut yang semena- mena menaikkan ongkos padahal harga bahan bakar minyak sedang normal.
Hal itulah yang banyak membuat awak bus menjadi kesal karena banyak penumpang mereka yang beralih mempergunakan kereta api. Banyak dari awak bus tersebut yang mengeluh karena uang setoran mereka yang berkurang tiap harinya serta pemasukan mereka yang menurun. Oleh sebab itu, banyak awak bus yang mengambil keputusan untuk menaikan ongkos demi memenuhi uang setoran perharinya serta penambahan pemasukan bagi awak bus tersebut. Masalah yang timbul akibat adanya penambahan jadwal kereta api ini adalah tidak menentunya kondisi perekonomian awak bus. Apalagi untuk awak-awak bus yang jam keberangkatan busnya bersamaan dengan jam keberangkatan kereta api. Kemudian juga banyak dari awak angkutan tersebut yang tidak beroperasi karena mereka menganggap jika beroperasi hanya membuang-buang bahan bakar.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melanjutkan penelitian ini dengan judul “Dampak Penambahan Jadwal Kereta Api Rute Pariaman- Padang Terhadap Usaha Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP)”
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisis serta mengungkap kajian dampak penambahan jadwal kereta api rute Pariaman-Padang terhadap usaha angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi awak angkutan mengenai kondisi pendapatan, jumlah penumpang, jadwal atau trip keberangkatan, jumlah armada dan usaha lain angkutan
Populasi dalam penelitian ini adalah para awak armada bus Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Berdasarkan data yang diperoleh dari agen Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) khususnya untuk Bus Kawan dan Alisma terdapat 30 bus yang beroperasi rute Pariaman-Padang, yakni 14 armada bus Alisma dan 16 armada bus Kawan.
Sampel penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling.
Teknik yang dilakukan yaitu setelah data terkumpul, maka data tersebut di analisis untuk mendapatkan hasil dengan menggunakan rumus persentase.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertama: Berdasarkan hasil penelitian pendapatan awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) setelah penambahan jadwal kereta api, pendapatan yang dihasilkan oleh awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) perharinya yaitu <Rp.300.000,00 lalu pendapatan bersih yang dihasilkan oleh awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) perharinya adalah sebanyak <Rp.300.000,00 karena harus mengeluarkan uang setoran, bahan bakar serta gaji kernet. Berbeda dengan sebelum adanya penambahan jadwal Kereta Api, pendapatan yang dihasilkan oleh awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) sangat tidak sebanding. Pendapatan yang dihasilkan oleh awak Angkuatan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) perharinya sebelum penambahan jadwal kereta api adalah Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 kemudian pendapatan bersih awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi setelah penambahan jadwal kereta api adalah
Rp.300.000,00-Rp.500.000,00. Dijelaskan bahwa hampir setiap hari pendapatan yang dihasilkan oleh awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) mengalami penurunan dan penurunan tersebut sangat signifikan dan mengganggu perekonomian awak angkuan. Selain menjadi awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) sebagian kecil awak angkutan mendapatkan pendapatan tambahan dari profesi sampingan mereka. Jumlah pendapatan tambahan tersebut berkisar antara <Rp.300.000,00. Untuk setoran ke pemilik armada sebagian besar pemilik armada tersebut tidak menetapkan target pada penyewa armada angkutannya. Selain setoran ke pemilik armada ternyatamasih ada setoran lainnya yakni setoran ke agen angkutan serta petugas Dinas Perhubungan yang dinamai dengan iuran TPR ( Tempat Pembayaran Retribusi). Jadi, penambahan jadwal Kereta Api sangat berpengaruh untuk pendapatan awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Untuk mencukupi pendapatan, para awak angkutan sering menerima tawaran saat membawa rombongan seperti tour sekolah yang menyewa armada angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Haris (2016) yang menjelaskan bahwa moda transportasi yang baru memberikan dampak terhadap moda transportasi yang lama dan berpengaruh terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh moda transportasi yang lama yakni pemanfaatan sepeda motor sebagai angkutan umum juga memberikan dampak yang kurang baik kepada pengusaha angkutan umum lainnya yang telah lebih dulu ada.
Pegaruh negatif yang timbul akibat adanya ojek online adalah menurunnya tingkat pendapatan dan tingkat pengangkutan yan dirasakan oleh perusahan taksi PT. Indra Kelana Taxi Yogyakarta. Jumlah ojek online yang begitu banyak juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan penurunan tingkat pengangkutan oleh perusahaan angkutan umum lainnya.
Kedua: Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah penumpang Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) persekali trip sebelum penambahan jadwal kereta api adalah sebanyak 20-30 orang sedangkan setelah
adanya penambahan jadwal kereta api Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) hanya memiliki penumpang sebanyak 10-20 orang persekali tripnya.
Setelah adanya penambahan jadwal kereta api pengaruhnya sangat besar terhadap kondisi penumpang Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) karena banyak penumpang yang memilih menggunakan jasa kereta api. Ongkos dan kenyamananlah yang menjadi prioritas para penumpang, dari pada menggunakan bus lebih baik menggunakan kereta api yang ongkosnya lebih murah dari pada ongkos bus. Untuk menyeimbangkan jumlah penumpang antara penumpang kereta api dan penumpang angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) sebaiknya diberlakukan tarif baru dari kereta api yakni Rp.8.000,00 harga tiket sekali perjalanan karena sebelumnya harga tiket sekali perjalanan adalah Rp.5.000,00 agar setara dengan tarif angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yakni Rp.13.000,00 Penelitian ini sesuai dengan pendapat Nasution (2004) yang menjelaskan bahwa tarif transportasi yang ditawarkan oleh berbagai macam moda transportasi untuk tujuan yang sama akan mempengaruhi pemilihan moda transportasi. Makin rendah biaya transportasi makin banyak permintaan akan jasa transportasi tersebut. Apabila pendapatan penumpang naik, maka akan lebih banyak jasa transportasi yang akan dibeli oleh para penumpang.
Ketiga : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jadwal atau trip keberangkatan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) telah diatur oleh agen angkutan atas dasar kesepakatan bersama dengan awak angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP). Agen angkutan yang menentukan jadwal keberangkatan angkutan dan mulai beroperasi jam lima pagi. Jadwal bus pun sudah ditentukan sesuai dengan jam keberangkatan masing- masing. Sebelum penambahan jadwal kereta api, bus yang berjadwal pagi ramai oleh penumpang mulai dari pegawai sampai mahasiswa tapi untuk sekarang semua beralih menggunakan jasa kereta api. Jumlah jadwal atau trip keberangkatan perangkutan adalah sebanyak 2 sampai 4 kali perharinya.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Haryono (2010) yang menjelaskan bahwa yang perlu diperhatikan dalam
kualitas pelayanan angkutan yaitu:
Ketepatan waktu pelayanan, yakni berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses serta Akurasi pelayanan, yakni berkaitan dengan reliabilitas pelayanan dan bebas kesalahan- kesalahan. Ketepatan waktu pelayanan, terkait waktu tunggu dan waktu proses merupakan salah satu dimensi yang perlu diperhatikan dalam perbaikan kualitas jasa.
Keempat : Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jumlah aramada yang beroperasi setiap harinya sebelum penambahan jadwal kerta api adalah 10-20 armada dan mengalami penurunan jumlah armada yang beroperasi perharinya setelah penambahan jadwal kereta api yang disebabkan banyaknya armada Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang tidak beroperasi karena banyak penumpang yang beralih memakai jasa transportasi kereta api. Jumlah keseluruhan bus adalah sebanyak tiga puluh armada atas nama Kawan dan Alisma.
Sebelum penambahan jadwal kereta api, hampir keseluruhan bus yang beroperasi, malahan jumlah keseluruhan bus lebih banyak dari pada yang sekarang tapi sekarang banyak mobil yang rusak dan dibiarkan saja dibengkel karena awak angkutan yang tidak memiliki uang untuk membiayai kerusakan bus. Setiap hari banyak bus yang tidak beroperasi karena penumpang yang tidak ada. Ada solusi untuk mengatasi permasalahan ini, jika pemerintah mengganti seluruh armada dengan yang baru, jika aramada diperuntukan untuk para awak angkutan kami rela menyicilnya. Tapi tidak ada apapun, keuangan menipis bus pun rusak dibengkel berbulan-bulan. Untuk penambahan armada angkutan yang baru tidak ada melainkan armada-armada yang telah ada yang diperbarui kembali oleh pemilik armada tersebut karena pemilik armada tersebut adalah milik pribadi dan bukan milik perusahaan atau milik pemerintahan.
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Erwin (2006) yang menjelaskan bahwa jenis pelayanan transportasi yang terbagi atas dua komponen yakni kendaraan pribadi dengan kendaraan umum. Kendaraan pribadi adalah moda transportasi yang dikhususkan untuk pribadi seseorang yang bebas menggunakannya kemana saja, kapan saja, dan dimana saja yang diinginkan atau
tidak menggunakannya sama sekali.
Sedangkan kendaraan umum yaitu moda transportsi yang diperuntukkan untuk kepentingan bersama (banyak orang), meneriama pelayanan bersama, mempunyai arah dan titik tujuan yang sama serta terikat dengan peraturan trayek yang sudah ditentukan.
Kelima : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa banyak dari awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) tidak memiliki usaha lain selain menjadi supir atau kernet. Sebagian yang memiliki usaha lain tersebut adalah sebagai petani, peternak dan pedagang. Jika mereka tidak beroperasi maka dalam sehari mereka tidak memiliki pendapatan. Usaha pokok hanya menjadi seorang agen, dan awak- awak angkutan yang lain juga menjadi sopir atau kernet. Hanya beberapa orang awak angkutan yang menjadikan supir atau kernet ini sebagai usaha sampingan, tapi hampir keseluruhan awak angkutan yang memiliki usaha pokok sebagai kernet dan sopir utuk mendapat pemasukan untuk keuangan keluarga. Untuk mengeluarkan aspirasi kami sudah seting melakukannya. Termasuk datang ke kantor PT.Kereta Api Indonesia Devisi Regional Padang yang terletak di simpang haru, setelah menemui kepalanya langsung tapi kami tak dberikan solusi apapun. Bus ini adalah bus bersejarah karena bus Alisma Dan Kawan ini adalah angkutan pertama yang beroperasi dengan trayek Padang-Pariaman. Tapi lambat laun kami mulai tak diperhatikan dan sengaja seperti akan dimatikan karena dibiarkan tidak memiliki penumpang dan tidak memiliki pendapatan. Padahal awak angkutan tersebut tak hidup sendirian melainkan memiliki keluarga, ada anak yang masih sekolah dan kehidupan yang semakin lama semakin mahal. Toh usaha pokoknya hanya menjadi seorang supir atau kernet bus. Kalau mau melakukan pekerjaan lain seperti berjualan modal tidak ada terpaksa kalo bus tidak beroperasi maka menjadi pengangguran.
Keluh kesah seperti ini sudah kami sampaikan ke ketua Dewan Pariaman, di dalam ruangannya aspirasi kami didengar tapi setelah itu tak ada tindak lanjut apapun sampai sekarang
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Nawi dalam Putri (2012) yang menjelaskan bahwa jumlah jenis usaha
adalah merupakan keseluruhan jenis usaha yang di lakukan seseorang dalam upaya meningkatkan pendapatan. Dalam hal ini jenis usaha yang di maksudkan adalah jenis usaha sampingan yang di lakukan selain kegiatan pokoknya bertani. Karena pada dasarnya suatu rumah tangga mempunyai dua mata pencaharian, yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah suatu jenis usaha yang di lakukan seseorang secara terus-menerus karena keahliannya dan berfungsi sebagai sumber pendapatan.
Sedangkan mata pencaharian sampingan adalah jenis usaha yang di lakukan secara tidak tetap dan bisa berubah-rubah yang berfungsi sebagai usaha menambah penghasilan pokok. Berdasarkan defenisi di atas maka dalam penelitian ini yang di maksud jenis usaha sampingan adalah bebagai macam pekerjaan atau usaha yang di lakukan oleh seorang untuk mendapatkan nafkah bagi kelangsungan hidupnya, selain dari pekerjaan utama.
KESIMPULN DAN SARAN
1. Jumlah pendapatan angkutan sangat jauh menurun hampir sekitar 50% dari pendapatan sebelumnya.
2. Jumlah penumpang mengalami penuruna hampir 50% dan penumpang angkutan memilih moda transportasi kereta api.
3. Jadwal atau trip keberangkatan Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) telah diatur oleh agen angkutan dan jumlah jadwal atau trip keberangkatan perangkutan adalah sebanyak 2 sampai 4 kali perharinya.
4. Jumlah armada angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang beroperasi perharinya mengalami penurunan karena banyak armada yang mengalami gagal beroperasi.
5. Usaha awak Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) hanya sebagai supir atau kernet angkutan.
Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan :
1. Diharapkan kepada pemerintah untuk segera memberikan jalan keluar mengenai permasalahan dampak penambahan jadwal kereta api ini
terhadap usaha awak angkutan yang beroperasi di wilayah Padang-Pariaman.
2. Diharapkan kepada PT. Kereta Api Indonesia Divisi Regional II Padang agar mendengar aspirasi yang telah disampaian awak angkutan agar menyeimbangkan tarif antara tarif kereta api dengan tarif angkutan bus.
3. Untuk menarik minat masyarakat sebaiknya fasilitas angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ditingkatkan agar penumpang lebih nyaman dan kembali beralih menggunakan jasa Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT RINEKA CIPTA F Simanjuntak, Erwin. 2009. Analisis
Pemilihan Moda Transportasi Bus Angkutan Kota dan Kereta Api Rute Medan-Tanjung Balai Terhadap Kenaikan Harga BBM. (Skripsi).
Medan : Universitas Sumatera Utara.
Miro, Fidel, 2012, Pengantar Sistem Transportasi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Miro, Fidel. 2005. Perencanaan Transportasi Untuk Mahasiswa, Perencaan dan Praktisi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
M. Nur Nasution. 2004. Manajemen Transportasi. Jakarta : Penerbit Ghalia Indonesia.
Putri, Sri Ayu Alvina. 2012. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Sesudah Pengembangan Objek Wisata Pemandian Lembah Segar Jorong Siguhung Kecamatan Lubuk Basung Kabupaten Agam. Skripsi. Padang:
STKIP PGRI.
Warpani, S.P., 1990, Merencanakan Sistem Perangkutan. Institut Teknologi Bandung.