“PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP MOTIVASI
BELAJAR SISWADI SD NEGERI 58 KOTA BENGKULU”
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Dalam Ilmu TarbiyahAN
JUDUL
Oleh:
Safri Lubis NIM. 1811240080 HALAMAN JUDUL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI FATMAWATI
SUKARNO BENGKULU TAHUN 2022
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
iii
PENGESAHAN PENGUJI
iv
NOTA PEMBIMBING
v MOTTO
Motto:
“Lebih baik menyesal karena mencoba, dari pada menyesal karena tak berbuat apa-apa”
(By: Safri Lubis)
vi
PERSEMBAHAN
Bismillahirohmanirrohim.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas hidayah yang dilimpahkan terutama dapat terselesaikannya karya ilmiah ini.
1. Ayah (Irwan) dan Ibu (Desna Hartini) yang telah memberikan segala dukungan, motivasi, do‟a, dorongan, serta memberikan kasih sayang hingga anakmu dapat berjuang sejauh ini,yang tentunya semua itu tidak mungkin dapat kubalas hanya dengan selembar kertas persembahan.
Untuk kedua orang tua ku aku ucapkan ribuan terimah kasih atas segala hal yang telah kalian berikan kepadaku, semoga ini menjadi langkah awal untuk membuat ayah dan ibu bahagia karena kusadar selama ini belum bisa berbuat lebih.
2. Untuk Kakakku (Mexsi hardiansyah) yang telah memotivasi, serta memberikan dorongan hingga sejauh ini, serta keluarga besarku (Woh Syarkoni, S.E, Paman Rahman Zuliadi, Paman Widi, Selmi Oktaria, S.Pd, Lola Aprillia, S.E, Izha Anggrahyani, Shasa Hadyah Ramadani, Abella
vii
Karollin, Adestia Wahyuni, Dea Olivia) yang telah memberikan dukungan baik materi maupun ilmu serta dukungan yang terbaik.
3. Teman terdekatku (Ergi Ahmad Emerson, M. Reza, Hanafi Fajri, Agus Setiawansa (Alm), Palen Tino Rossi, Lydia Al Hudzaifah, Miko Saputra) serta teman-teman seperjuangan kelas PGMI C dan D Angkatan 2018 yang telah memberikan dukungan, memotivasi, menghibur, serta membimbing hingga sejauh ini.
4. Seluruh dosen Prodi PGMI yang telah membimbing dan membagi ilmu.
5. Almamaterku.
viii ABSTRAK
Safri Lubis.,NIM : 1811240080, 2022, Judul: “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SD Negeri 58 Kota Bengkulu”.Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu. Pembimbing 1. Dr. Edi Ansyah, M.Pd. 2.
Hengki Satrisno, M.Pd
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap motivasi belajar siswa di SD Negeri 58 Kota Bengkulu. Motivasi belajar memiliki peranan tersendiri dalam pencapaian keberhasilan belajar di sekolah. Motivasi belajar sangat perlu ditingkatkan dan dipelihara agar proses pembelajaran akan berjalan lancar dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai harapan. Salah satu cara yang dapat digunankan oleh seorang guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa adalah pemanfaatan model pembelajaran problem based learning yang model pembelajaran tersebut merupakan model pembelajaran yang efektif dalam menumbuhkan semangat maupun motivasi belajar pada siswa.
Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan metode eksperimen. Dalam rangka mengumpulkan data dari lapangan penelitian, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti yaitu observasi, angket dan dokumentasi. Adapun taknik analisis data yang digunakan oleh peneliti ada beberapa macam uji yaitu uji validitas, uji reabilitas, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan maka dapat di peroleh kesimpulan, bahwa terdapat pengaruh dari penerapan model pembelajaran PBL
ix
terhadap motivasi belajar siswa di SDN 58 Kota Bengkulu.
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang menggunakan rumus korelasi product moment dengan uji t dan diperoleh angka
(26,23) yang mana hasilnya lebih besar dari (2,006). Dan berdasarkan nilai > . Sehingga dapat di nyatakan bahwa ditolak dan diterima.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Motivasi Belajar
x ABSTRACT
Safri Lubis., NIM: 1811240080, 2022, Title: "The Effect of Applying Problem-Based Learning Models on Student Learning Motivation at SD Negeri 58 Bengkulu City".
Teacher Education Study Program madrasah Ibtidaiyah, Faculty of Tarbiyah Dan Tadris, UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu. Adviser 1. Dr. Edi Ansyah, M.Pd. 2. Hengki Satrisno, M.Pd
The purpose of this study is to find out whether there is an influence of the application of the problem-based learning learning model on student learning motivation at SD Negeri 58 Bengkulu City. Learning motivation has its own role in achieving successful learning in school. Learning motivation really needs to be improved and maintained so that the learning process will run smoothly and the achievement of learning objectives as expected. One of the ways that can be used by a teacher to foster student learning motivation is the use of a problem-based learning learning model whose learning model is an effective learning model in fostering enthusiasm and motivation for learning in students.
This type of research is a type of quantitative research using an experimental method approach. In order to collect data from the research field, the authors used several data collection techniques, as for the data collection techniques used by researchers, namely observation, questionnaires and documentation. As for the data analysis taknik used by researchers, there are several kinds of tests, namely validity tests, reability tests, normality tests, homogeneity tests, and hypothesis tests.
Based on the results of research and data analysis that has been carried out, it can be concluded that there is an influence of the application of the PBL learning model on student learning motivation at SDN 58 Bengkulu City. Based on
xi
the results of hypothesis testing using the product moment correlation formula with the t test and obtained the number ,f- count. (26.23) where the result is greater than the f-table.
(2,006). And based on the value of ,T-count. > ,T-table.. So it can be stated that "H-o. rejected and ,H-a. Accepted.
Keywords: Problem Based Learning Learning Model, Learning Motivation
xii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan nikmat kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini, shalawat dalam dan salam semoga selalu tercurahkan kepada tauladan bagi kita, Nabi Muhammad SAW keluarga dan sahabatnya.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak yang telah banyak membantu, membimbing, dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini terutama dosen pembimbing, semoga semua bantuan menjadi amal yang baik serta iringan do‟a dari penulis agar semua pihak di atas mendapat imbalan dari Allah SWT.
1. Bapak Prof. Dr. KH. Zulkarnain, M.Pd selaku Rektor Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah memfasilitasi penulis dalam menimba ilmu.
xiii
2. Bapak Dr. Mus Mulyadi, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Tadris Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu.
3. Bapak Adi Saputra, M.Pd selaku sekretaris Jurusan Tarbiyah Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu sekaligus dosen pembimbing akademik yaang selalu memberikan motivasi, petunjuk dan bimbingan demi keberhasilan penulis.
4. Bapak Abdul Aziz Mustamin, M.Pd.I. selaku coordinator Prodi PGMI Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah membantu, membimbing dan memotivasi penulis.
5. Bapak Dr. Edi Ansyah, M.Pd. selaku pembimbing utama dalam penulisan skripsi ini, yang telah membimbing, memberi masukan, saran dan nasehat kepada penulis sehinggapenulisan skripsi ini dapat diselesaikan.
6. Bapak Hengki Satrisno, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah membantu, membimbing, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
xiv
7. Bapak Syahril, S.Sos.I., M.Ag. selaku Kepala Perpustakaan Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu yang telah menyediakan fasilitas buku sebagai referensi penulis
8. Ibu Meriyanti, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri 58 Kota Bengkulu serta dewan guru dan staf TU di SDN 58 kota Bengkulu yang telah mengizinkan dan membimbing penulis selama melakukan penelitian
9. Seluruh dosen dan staf yang khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Tadris yang telah mendidik, memberikan nasehat, serta mengajarkan ilmu-ilmu yang bermanfaat kepada mahasiswa.
Penulis menyadari dalam penyusunan proposal skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Bengkulu, agustus 2022 Penulis
Safri Lubis
NIM. 1811240080
xv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PENGESAHAN PENGUJI ... iii
NOTA PEMBIMBING ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... xii
DAFTAR ISI... xv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Batasan Masalah ... 11
D. Rumusan Masalah ... 12
E. Tujuan Penelitian ... 12
F. Manfaat Penelitian ... 13
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ... 16
1. Model Pembelajaran ... 16
2. Problem Based Learning ... 23
3. Motivasi Belajar ... 31
B. Kajian Pustaka ... 48
C. Kerangka berpikir ... 58
D. Hipotesis penelitian ... 61
BAB III ETODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 63
xvi
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 64
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 64
D. Variabel Dan Indikator Penelitian ... 66
E. Instrumen Penelitian ... 67
F. Teknik Pengumpulan Data ... 71
G. Teknik Analisis Data ... 73
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 93
1. Riwayat Singkat Berdirinya Sekolah ... 93
2. Visi Dan Misi SD Negeri 58 Kota Bengkulu ... 94
3. Keadaan Guru, Karyawan, dan Siswa (Terlampir) ... 95
4. Fasilitas Sekolah ... 95
5. Struktur organisasi SD Negeri 58 Kota Bengkulu (Terlampir) ... 96
B. Hasil Penelitian ... 96
1. Hasil Lembar Observasi Tentang Penerapan Model Pembelajaran PBL ... 96
2. Skor rata-rata atau mean (x) ... 100
3. Skor rata-rata/mean (Y) ... 105
4. Uji Prasyarat ... 109
5. Analisis Uji Hipotesis ... 114
C. Pembahasan ... 118
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 126
B. Saran ... 128 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Kelas V ... 34
Tabel 3.2 Variabel Indtrumen Penelitaian ... 36
Tabel 4.1 Tabulasi Skor Angket Siswa ... 46
Tabel 4.2 Tabel Tabulasi Skor X Dan Y ... 47
Tabel 4.3 Tabulasi Skor Angket Siswa ... 48
Tabel 4.4 Penetapan Tsr angket siswa ... 50
Tabel 4.5 tabulasi skor observasi guru ... 50
Tabel 4.6 Penetapan TSR observasi guru ... 52
Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 53
Tabel 4.8 product moment dengan angka kasar ... 55
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 32
1
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan siswa yang bersemangat untuk terus belajar untuk menambah ilmu pengetahuan dan senantiasa memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Kunci untuk mewujudkannya adalah dengan menumbuhkan dan memelihara motivasi pada diri siswa.
Motivasi belajar memiliki peranan tersendiri dalam pencapaian keberhasilan belajar di sekolah. Motivasi belajar sangat perlu ditingkatkan dan dipelihara agar proses pembelajaran akan berjalan lancar dan tercapainya tujuan pembelajaran sesuai harapan. Interaksi antara guru dan siswa akan sangat berpengaruh pada tercapai tidaknya tujuan pembelajaran. Oleh karena itu guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa, kelas dan lingkungan tempat belajar dan juga harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar secara sadar dan sengaja timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.1 Motivasi berhubungan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek dari motivasi, ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).
Hal yang mempengaruhi motivasi belajar siswa harus diketahui guru dalam menentukan model pembelajaran karena salah satu tugas mengajar adalah untuk membimbing dan membantu siswa dalam belajar. Motivasi belajar siswa
1Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), Hal. 141.
tidak akan akan tumbuh dengan sendirinya, namun dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan guru.
Ketika siswa kurang memperhatikan dalam proses pembelajaran kemungkinan disebabkan oleh guru yang mengajar masih menggunakan model pembelajaran ceramah, sehingga tidak dapat menumbuhkan daya tarik siswa untuk mengikuti materi pelajaran yang disampaikan. Masih banyak guru yang menggunakan model ceramah secara monoton dalam proses pembelajaran di kelas. Dalam penyampaian materi biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Sehingga suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif. Maka diperlukan guru kreatif yang dapat membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai siswa. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar siwa dapat memperoleh kesempatan untuk
berinteraksi satu sama lain sehingga pada gilirannya dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.
Sebagai motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar dapat ditingkatkan sehingga akan mempengaruhi hasil belajarnya. Suasana belajar mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek (berorientasi pada siswa) yang berupaya menggali sendiri, merumuskan sendiri, memecahkan sendiri dari suatu konsep yang dipelajari, dan mendiskusikan hasil rumusan kepada teman sejawat, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan adalah siswa yang lebih banyak berperan. Model ceramah yang sebagian besar masih dilakukan tak mampu membangkitkan aktivitas siswa. Dari perilaku siswa yang cenderung hanya mendengar dan mencatat pelajaran yang disampaikan guru, dan siswa tidak mau bertanya apa lagi mengemukakan pendapat tentang materi yang diberikan.
Keadaan siswa seperti tersebutlah yang akan berdampak
pada hasil belajar siswa, maka guru perlu menggunakan model pembelajaran lain yang lebih bervariasi.
Model pembelajaran merupakan suatu deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran. Model pembelajaran banyak kegunaanya mulai dari perencanaan pembelajaran dan perencanaan kurikulum sampai perencanaan bahan- bahan pembelajaran, termasuk program-program multimedia.2 Sedangkan menurut Udin, model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanaan aktivitas pembelajaran.3 Model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran problem based
2Hariyanto Warsono, Pembelajaran Aktsif: Teori dan Asesmen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), Hal. 172.
3Shiply A. Octavia, Model-Model Pembelajaran, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2020), Hal. 13.
learning (PBL). Adapun alternatif yang akan diterapkan oleh peneliti sebagaimana yang telah disarankan para ahli pendidikan adalah model pembelajaran problem based learning (PBL) yang merupakan model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para siswa belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan.
Problem based learning membantu siswa untuk menerapkan pemahaman suatu konsep, dengan terlebih dahulu diberikan masalah di awal pembelajaran untuk didiskusikan dan diselesaikan secara bersama-sama. Adapun masalah yang diberikan disesuaikan dengan jangkauan pemikiran dan kebutuhan. Problem based learning (PBL) sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena dengan problem based learning akan terjadi pembelajaran yang bermakna dan siswa dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara efektif dalam menerapkan konteks yang relevan, dan problem based learning juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, serta
menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja bahkan motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Maka dapat dikatakan model pembelajaran ini sangat efektif dalam upaya meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran, karena siswa ditutut untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta siswa diharapkan dapat mengunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengasah kekompakan dan kerja sama dalam sebuah tim/kelompok.
Melihat beberapa kondisi proses pembelajaran seperti saat ini masih sangat kurang akan pemanfaatan model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, maka perlu adanya alternatif pembelajaran yang berorientasi cara siswa dalam belajar sendiri untuk menemukan informasi, menghubungkan topik yang sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari, serta siswa dapat belajar lebih kreatif dalam proses pembelajaran baik secara individu atau kelpmpok sehingga dapat menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan dan bersahabat.
Menurut hasil pandangan dan hasil wawancara peneliti dengan guru yang mengajar di SD Negeri 58 Kota Bengkulu, proses pembelajaran yang diterapkan pada SD Negeri 58 Kota Bengkulu masih kurang efektif akan pemanfaatan model pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa masih kurang aktif dan kurang termotivasi dalam belajar, oleh karena itu perlu adanya penerapkan model pembelajaran yang bervariasi. Yang mana dalam proses pembelajaran juga sering kali monoton,4 sehingga perlu variasi dalam model pembelajaran yang lebih efektif. Maka peniliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran problem based learning, yang mana sebagai subjeknya adalah siswa kelas V di SD Negeri 58 Kota Bengkulu.
Adapun sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S.
Al-„Alaq : 1-5 sebagai berikut,
ُّٰللّا ِحَس ۡفَـي اۡوُحَسۡفاَف ِسِلٰجَمۡلا ِفِ اۡوُحَّسَفَـت ۡمُكـَل َلۡيِق اَذِا اۡۤۡوُـنَمٰا َنۡيِذَّلا اَهُّـيََ ا ۡمُكـَل َنۡيِذَّلا ُّٰللّا َِِفَۡۡـي اَُُُُْْۡاَف اَُُُُْْۡا َلۡيِق اَذِاََ ۚ َم ۡلِعۡلا اوُتَُۡا َنۡيِذَّلاََ ۙ ۡمُكۡنِم اۡوُـنَمٰا
ٍتٰجَرَد ُّٰللّاََ ؕ
اَِبِ
َن ۡوُلَمۡعَـت ۡيِبَخ
4 Wawancara dengan Deto Alansyah, S.Pd, tanggal 13 oktober 2021.
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis- majelis”, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha teliti apa yang kamu kerjakan”. (Q.S. Al-„Alaq : 1-5)5
Dalam ayat al-Qur‟an tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan, yang mana diterangkan dalam ayat tersebut bahwa orang yang berilmu akan dinaikan derajatnya beberapa tingkat oleh allah SWT. Sehingga diharapkan guru mampu menciptakan suasana yang kondusif yang dapat mendorong minat siswa untuk mengikuti proses pembelajaran guna menciptakan pendidikan yang lebih baik..
Diharapkan dengan penerapan model pembelajaran promblem based learning ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena motivasi belajar siswa sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang efektif dan hasil belajar siswa, guna menggerakkan minat atau memacu
5 Departemen Agama RI. 2004. Al-Qur’an dan Terjemahannya.
Bandung: Toha Putra. Hal 543.
para siswa agar timbul suatu keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi dalam belajar sehingga akan tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis termotivasi untuk mengembangkan pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning di SD Negeri 58 Kota Bengkulu. Karena menurut penulis, dalam situasi seperti sekarang ini penggunaan model yang tepat sangat dibutuhkan untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif sehingga topik ini sangat penting untuk diteliti. Dengan demikian diharapkan motivasi siswa dalam belajar dapat bertambah agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka identifikasi permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penerapan model pembelajaran yang diterapkan di SD Negeri 58 Kota Bengkulu masih kurang efektif sehingga motivasi belajar siswa masih kurang.
2. Penerapan model pembelajaran problem based learning di SD Negeri 58 Kota Bengkulu masih sangat jarang digunakan.
3. Proses pembelajaran di SD Negeri 58 Kota Bengkulu sering kali monoton, sehingga perlu adanya variasi dalam model pembelajaran maka peniliti mencoba untuk menerapkan model pembelajaran problem based learning, yang mana sebagai subjeknya adalah siswa kelas V di SD Negeri 58 Kota Bengkulu.
C. Batasan Masalah
1. Penerapan model pembelajaran problem based kelas V SD Negeri 58 Kota Bengkulu
2. Keefektifan pengunaan model pembelajaran problem based learning.
3. Peran penggunaan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
D. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penggunaan model pembelajaran promblem based learning dalam meningkatan motivasi belajar siswa?
2. Bagaimana pengaruh peningkatan kefektifan proses pembelajaran pada siswa dengan penggunaan model pembelajaran problem based learning?
3. Apakah ada pengaruh peningkatan motivasi belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran problem based learning?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran problem based learning terhadap motivasi belajar siswa.
2. Untuk mengetahui pengaruh peningkatan keefektifan proses pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran problem based learning.
3. Untuk mengetahui bahwa penggunaan model pembelajaran problem based learning sangat
berpengaruh terhadap peningkatkan motivasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai penerapan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil dari penilitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya,
b. Untuk memberikan masukan kepada lembaga pendidikan dan kepada guru secara keseluruhan, c. Hasil penelitian ini dapat mengembangkan ilmu
berupa media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa
b. Dapat meningkatkan pemahaman dalam menyerap materi yang di pelajari secara rill bukan hanya teori sehingga motivasi belajar siswa dapat meningkat.
c. Bagi guru
Penilitian ini dapat menambah wawasan guru tentang penerapan model pembelajaran problem based learning. Sehingga dapat dijadikan bahan masukann untuk mengajar terutama dalam meningkatkan motivasi belajar siswa serta dapat membuat proses pembelajaran menajadi lebih efektif.
d. Bagi sekolah
Bermanfaat untuk membatu sekolah dalam mengembangkan dan menciptakan lembega pendidikan yang berkualitas yang akan menjadi contoh atau model bagi sekolah-sekolah lain, disamping akan terlahir guru-guru yang profesional
dan berpengalaman serta menjadi kepercayaan masyarakat dan pemerintah.
e. Bagi peneliti
Upaya meningkatkan profesional dalam menerapkan model pembelajaran problem based learning, serta dapat memberikan wawasan dan memperoleh pengalaman dan pengetahuan dalam penerapan model pebelajaran problem based leraning dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa.
16
BAB II LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Model Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Pada hakikatnya pembelajaran merupakan implementasi dari pengertian belajar, belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru, maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif,6 Pengertian belajar terbagi dalam tiga macam rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif, rumusan institusional dan rumusan kualitatif. Secara kuantitatif (jumlah), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Dalam pengertian umum dan
6Rohmalina Wahab, Psikologi Belajar .(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2015) Hal. 18.
sederhana, belajar seringkali diartikan sebagai aktivitass memperoleh pengetahuan7. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari sudut berapa banya materi yang dikuasai siswa. Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan, hal ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan sangat tergantung pada keberhasilan proses belajar siswa di sekolah dan lingkungan sekitarnya.8 Persoalan menarik dalam dunia pebelajaran adalah bagaimana sebenarnya individu merespons terhadap berbagai penataan komponen eksternal untuk mengasilkan perubahan prilaku sebagai hasil maupun motivasi dalam belajar9 maka dari itu seorang guru harus menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam menyajikan materi kepada siswa.
7 Aunurrahman. Belajar Dan Pembelajaran. ( Bandung: Alfabeta.
2013) Hal 38
8 Asep Jihad & Abdul Haris. Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta : Multi Pressindo. 2012) Hal 1
9 Karwono & Henni Mularsih. Belajar Dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar. (Depok: PT Raja Grafindo Persada. 2020) Hal 6
Sedangkan pembelajaran adalah implementasi dari belajar suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaraan. yang mana proses belajar mengajar merupakan suatu proses yag mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi eduktif untuk mencapai tujuan tertentu.10
Jadi, dapat disimpulkan pembelajaran adalah implementasi dari belajar yang memiliki keterpaduan antara unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang mempengaruhi lainnya yang terdapat proses, cara, atau tindakan yang mempengaruhi siswa dalam melakukan aktivitas belajar.
b. Pengertian Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sitematis dalam
10 Moch Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010) Hal 4
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan serta melaksanaan aktivitas pembelajaran. Tantangan dunia pendidikan kedepan adalah mewujudkan proses demokrasi belajar11 maka dari itu model pembelajaran ini sangat efektif dalam upaya meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar. Karena pada kegiatan pembelajaran siswa ditutut untuk berperan aktif dalam pembelajaran serta diharapkan siswa dapat mengunakan kemampuan berpikir tingkat tinggi, mengasah kekompakan dan kerja sama dalam sebuah tim/kelompok.
Berdasarkan pengertian model pembelajaran menurut para ahli di atas maka peneliti menyimpulkan pengertian model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model
11 Asri Budinigsih. Belajar Dan Pembelajaran. (Jakarta: PT Rineka Cipta. 2005) Hal 5
pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan- tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pengajaran yang akan digunakan dan pengelolaan kelas.
Jadi model pembelajaran adalah prosedur atau pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan pembelajaran yang di dalamnya terdapat strategi, teknik, metode, media dan alat.
c. Manfaat Model Pembelajaran
Manfaat model pembelajaran adalah sebagai pedoman perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Karena itu pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan siswa.12 Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang di sajikan secara khas oleh guru. Adapun
12 Mulyono Abdurrahman. Anak Berkesulitan Belajar. (Jakarta:
Rineka Cipta, 2018) Hal 89
manfaatnya bagi guru antara lain: 1) memudahkan13 dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab langkah- langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada, 2) dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktivitas siswa dalam pembelajaran, 3) memudahkan untuk melakukan analisis terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu yang relatif singkat, dan 4) memudahkan untuk menyusun bahan pertimbangan dasar dalam merencanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam rangka memperbaiki atau menyempurakan kualitas pembelajaran. Sedangkan manfaat bagi siswa sebagai berikut: 1) kesempatan yang luas untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran, 2) memudahkan siswa untuk memahami materi pembelajaran, 3) mendorong semangat belajar serta ketertarikan mengikuti pembelajaran secara penuh, dan 4) dapat
13 Karwono & Ahmad Irfan Muzni. Strategi Pembelajaran Dalam Profesi Keguruan. (Depok; PT Raja Grafindo Persada. 2020) Hal 24
melihat atau membaca kemampuan pribadi di kelompoknya secara objektif.
d. Ciri-ciri Model Pembalajaran
Pada umumnya model-model mengajar yang baik memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri yang dapat dikenali secara umum sebagai berikut: a) Memiliki prosedur yang sistematik, jadi, sebuah model mengajar merupakan prosedur yang sistematik untuk memodifikasi prilaku siswa, yang didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu, b) Hasil belajar ditetapkan secara khusus. Setiap model mengajar menentukan tujuan-tujuan khusus hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa secara rinci. Dan apa yang harus dipertujukan oleh siswa setelah menyelesaikan urutan pengajaran disusun secara rinci dan khusus, c) Penetapan lingkungan secara khusus.
Menetapkan keadaan lingkungan secara spesifik dalam model mengajar, d) Ukuran keberhasilan.
Menggambarkan dan menjelaskan hasil-hasil belajar dalam bentuk prilaku yang seharusnya ditunjukan oleh
siswa setelah menempuh dan menyelesaikan urutan pengajaran, dan e) Interaksi dalam lingkungan, semua model mengajar menetapkan cara yang memungkinkan siswa melakukan interaksi dan bereaksi dengan lingkungan.
2. Problem Based Learning
a. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning
Problem based learning (PBL) merupakan pendekatan yang efektif untuk mengajarkan proses- proses berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar. PBL sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena: 1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Artinya belajar tersebut ada pada konteks aplikasi
konsep. Belajar dapat semak in bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; 2) Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan menerapkannya dalam konteks yang relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan 3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Berdasarkan pengertian PBL di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa pengertian dari PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran. Model PBL bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapakan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan dari pada pengetahuan yang dihafal.
Mulai dari kecakapan memcahkan masalah, kecakapan berfikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengelolaan informasi.
b. Karakteristik PBL
Adapun karakteristik dari PBL terdiri atas lima bagian, yaitu: a) Learning is student-centered, yaitu Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri; b) Authentic problems form the organizing focus for learning. Masalah yang
disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti; c) New information is acquired through self-directed learning, dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga siswa berusaha untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya; d) Learning occurs in small groups, agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, maka PBM dilaksakan dalam kelompok kecil.
Kelompok yang dibuat menuntut pembagian tugas yang jelas dan penetapan tujuan yang jelas; e).
Teachers act as facilitators, pada pelaksanaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Namun, walaupun begitu guru harus selalu memantau
perkembangan aktivitas siswa dan mendorong siswa agar mencapai target yang hendak dicapai.14
c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran PBL
Menurut ciri-ciri pembelajaran PBL yaitu menerapkan pembelajaran yang kontekstual, masalah yang disajikan dapat memotivasi siswa peserta didik untuk belajar, pembelajaran integritas yaitu pembelajaran termotivasi dengan masalah yang tidak terbatas, peserta didik terlibat secara aktif dalam pembelajaran, kolaborasi kerja, peserta didik memiliki berbagai keterampilan, pengalaman, dan berbagai konsep. Model pembelajaran PBL menjadikan masalah autentik sebagai fokus pembelajaran yang bertujuan agar siswa mampu menyelesaikan masalah tersebut, sehingga siswa terlatih untuk berpikir kritis dan berpikir tingkat tinggi.15
14 Yuli Ariandi. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Aktivitas Belajar Pada Model Pembelajaran PBL. (Batang:
PRISMA, 2017) Hal 582
15Awalia Fauzia, Penerapan Model Pembelajaran Problem based learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. (Riau: Jurnal Primary, Volume 7, No. 1, 2018), Hal 42.
d. Langkah-langkah PBL
Langkah-langkah pada PBL adalah: 1) menjelaskan kata-kata, pernyataan dan konsep yang belum diketahui; 2) mendefinisikan masalah; 3) melakukan curah pendapat dan menganalisis curah pendapat untuk menjelaskan masalah; 4) merumuskan isu-isu pembelajaran dan menentukan tindakan yang akan di ambil; 5) belajar dengan diarahkan oleh diri sendiri (belajar mandiri); 6) pertemuan kelompok berikutnya yaitu melaporkan dan mengevaluasi hasil belajar mandiri, memperhalus isu-isu pembelajaran dan menentukan tindakan lebih lanjut; 7) tahap pelaporan, penyelesaian masalah, evaluasi proses. Model pembelajaran PBL adalah pembelajaran yang memiliki langkah-langkah sebagai berikut: 1) mengarahkan siswa kepada suatu permasalahan; 2) menatap atau mengorganisasi siswa; 3) menuntun atau membimbing penyelidikan yang sifatnya boleh individual atau kelompok; 4) mengarahkan siswa untuk
mendemonstrasikan atau menyajikan hasil karyanya;
dan 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dijelaskan di atas maka Langkah-langkah PBL yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1) pengelompokan siswa; 2) pemaparan masalah oleh guru; 3) pembelajaran mandiri; 4) pembahasan dalam kelompok kecil; 5) penyusunan laporan hasil kerja kelompok kecil; 6) pembahasan atau diskusi pleno (diskusi antar kelompok) yang memuat aktivitas analisis dan evaluasi paparan serta aktivitas menyimpulkan pengetahuan atau prosedur baru.
e. Kelebihan dan Kelemahan PBL 1) Kelebihan
Kelebihan model PBL sebagai berikut: 1) menitik beratkan pada pengertian atau pemahaman bukan pada fakta; 2) menumbuh-kembangkan tanggung jawab pada diri peserta didik; 3)
meningkatkan keterampilan dalam bekerjasama dengan orang lain; 4) meningkatkan aktifitas dan motivasi belajar; 5) memfasilitasi interaksi atau hubungan antar siswa; 6) meningkatkan hasil belajar.16 Kelebihan model PBL atau pembelajaran berbasis masalah sebagai berikut: 1) realistik atau nyata dalam lingkungan kehidupan dan pemikiran siswa; 2) konsep berkaitan dengan kebutuhan siswa;
3) menumbuh-kembangkan karakteristik penyelidikan dalam diri siswa; 4) menguatkan pemahaman konsep; 5) menumbuh-kembangkan keterampilan pemecahan masalah.
2) Kelemahan
Kelemahan model PBL adalah: 1) membutuhkan durasi pembelajaran yang lebih tinggi; 2) peserta yang sudah terbiasa belajar dengan pola hafalan atau mengingat fakta mengalami
16Sukisman, Purtadi, dkk., Metode Belajar Msalah (Problem based learning) Berbantuan Diagram Vee Dalam Pembelajaran Kimia. (UNY:
Jurnal Pendidikan.2005), Hal 15
kesulitan untuk berganti peran menjadi siswa yang aktif memberikan tanggapan entah dalam bentuk bertanya, menjelaskan, membuat solusi suatu persoalan, berargumentasi dan sebagainya; 3) guru atau pengajar yang belum terbiasa akan mengalami kesulitan ketika berperan sebagai fasilitator dan motivator; 4) aktivitas guru untuk memberikan atau memunculkan masalah yang harus berupa masalah kontekstual merupakan aktivitas yang tidak mudah;
5) perancangan penilaian juga tidak mudah karena harus mencakup setiap aspek pembelajaran dalam PBL tersebut.
3. Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiap
siagaan). Perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan di dahului dengan stimulus untuk mencapai adanya tujuan. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan dapat tercapai. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan belajar siswa17. Motivasi berhubungan dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek dari motivasi, ketiga hal tersebut adalah keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang didorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari tingkah laku tersebut (goals
17 Baharuddin & esa nur wahyuni. Teori belajar dan pembelajaran.
(yogyakarta: ar-ruzz) Hal 27
or ends of such behavior). Sedangkan Clifford, Mc.
Donald mengungkapkan bahwa motivasi itu mengandung tiga unsur yang saling berkaitan yaitu perubahan energi, timbulnya afektif dan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.18
Motivasi juga merupakan suatu pendorong seseorang untuk lebih giat berusaha untuk mencapai hasil yang lebih baik. Satu dari sekian cara untuk mempelajari motivasi adalah dengan mempertimbangkan faktor-faktor nonfisiologis yang mempengaruhi prilaku. Oleh karena itu, motivasi belajar siswa merupakan faktor yang penting dipertimbangkan dalam penelitian ini. Alasannya karena perannya penting dalam proses belajar dan kesiapan menerima hal-hal baru. Motivasi memiliki peranan penting untuk menentukan hasil belajar siswa.
Motivasi belajar yang tinggi serta model pembelajaran yang tepat akan mampu meningkatkan hasil belajar
18I Baharuddin & esa nur wahyuni. Teori belajar dan pembelajaran.
(yogyakarta: ar-ruzz) Hal 37-38
siswa. Dengan demikian maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi adalah kemauan, kehendak, keinginan, daya yang mendorong seseorang atau siswa untuk melakukan sesuatu. Maka oleh karena itu motivasi sangat penting untuk keberhasilan siswa belajar.
b. Teori Tentang Motivasi
Terdapat empat model motivasi, yaitu: 1) the survival motive model atau motivasi yang dipakai untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Motivasi ini bersumber pada kebutuhan-kebutuhan individu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (kebutuhan biologis, seperti makan dan minum); 2) the stimulus intensity model merupakan motivasi yang bersumber pada tingkat rangsangan yang dihadapi individu. Teori ini mengatakan bahwa motivasi atau dorongan untuk berbuat timbul karena adanya rangsangan yang kuat, yang berarti agar timbul dorongan untuk berbuat harus ada rangsangan yang kuat; 3) the stimulus pattern model merupakan
motivasi yang didasarkan pada pola rangsangan di dalam suatu situasi. Teori ini timbul bila rangsangan situasi berlawanan dengan harapan individu, maka akan menimbulkan pertentangan respon yang mengarah pada kekecewaan; 4) the affective arousal model adalah teori motivasi yang mendasarkan diri pada pembangkitan afeksi, rangsangan atau situasi yang dihadapi individu dipasangkan dengan keadaan afeksi individu, motivasi muncul karena adanya perubahan situasi afeksi individu.19
c. Fungsi dan Tujuan Motivasi Belajar
Motivasi berfungsi sebagai pendorong, penggerak, dan penyeleksi perbuatan. Ketiganya menyatu dalam sikap terimplikasi dalam perbuatan.
Dorongan adalah fenomena psikologis dari dalam yang melahirkan hasrat untuk bergerak dalam menyeleksi perbuatan yang akan melahirkan hasrat untuk bergerak dalam perbuatan yang akan dilakukan. Karena
19Eko Putro Widoyoko. Evaluasi program pembelajaran. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012) Hal 234.
dorongan atau penggerak maupun penyeleksi merupakan kata kunci dari motivasi dalam setiap perbuatan dalam belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang aktif. Selain itu juga mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya dan orang lain20. Dalam motivasi terdapat tiga fungsi utama yaitu: 1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi sebagai pendorong ini melahirkan sikap apa yang seharusnya siswa ambil dalam rangka belajar; 2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis yang melahirkan sikap terhadap siswa merupakan suatu kekuatan yang tak terbendung, yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik; 3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Siswa yang mempunyai motivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan. Hasil belajar akan lebih optimal apabila ada motivasi. Sardiman
20 Zainal Aqib. Model Model, Media, Dan Strategi Pembelajaran Kontekstual. (Bandung: CV Yrama Widya. 2016) Hal 40
mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu: 1) Mendorong manusia untuk berbuat, diartikan sebagai penggerak dari setiap kegiatan yang akan dilakukan manusia; 2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai; 3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.21
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar secara sadar dan sengaja timbul keinginan dan kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil dan mencapai tujuan yang diinginkan. Bagi guru tujuan. Motivasi adalah untuk menggerakkan minat atau memacu para siswanya agar timbul suatu keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi dalam belajar sehingga akan
21A. M. Sardiman. Interaksi Dan Sumber Belajar Mengajar. (Jakarta:
PT. Rajawali Pers, 2009) Hal 85.
tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dalam belajar antara lain mendorong siswa agar mempunyai semangat untuk belajar, menggerakkan kekuatan dalam diri siswa untuk belajar dan mengarahkan aktivitas- aktivitas siswa dalam belajar.
d. Aspek Motivasi Belajar
Aspek-aspek motivasi belajar meliputi: 1) Menimbulkan kegiatan belajar, keinginan siswa untuk melakukan kegiatan belajar di sekolah; 2) Menjamin kelangsungan belajar, kemauan siswa untuk mempertahankan kegiatan belajar pada setiap pelajaran yang diajarkan di sekolah; 3) Mengarahkan kegiatan belajar, kemauan siswa untuk mengarahkan kegiatan belajarnya dalam setiap pelajaran yang diajarkan demi mencapai suatu tujuan tertentu dalam belajar.
e. Prinsip Motivasi Belajar
Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seseorang, tidak ada seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar. Agar peranan motivasi lebih optimal, maka prinsip-prinsip motivasi dalam belajar tidak hanya sekedar diketahui, tetapi harus diterangkan dalam aktivitas belajar mengajar.
Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar seperti dalam uraian berikut: 1) Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar; 2) Motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar; 3) Motivasi berupa pujian lebih baik dari pada hukuman; 4) Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar; 5) Motivasi dapat memupuk optimis dalam belajar; 6) Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
f. Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar
Ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, yaitu guru harus dapat mengarahkan siswa, memberikan harapan yang realistis, memberikan insentif, dan mengarahkan perilaku siswa ke arah yang menunjang tercapainya pengajaran. Adapun upaya untuk meningkatkan motivasi belajar yaitu: 1) Menggairahkan peserta didik.
Untuk dapat meningkatkan kegairahan siswa, guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap siswanya; 2) Memberikan harapan realistis. Seorang guru harus memelihara harapan- harapan siswa yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang kurang atau tidak realistis.
Untuk itu guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap siswa di masa lalu; 3) Memberikan insentif, bila siswa mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan
hadiah kepada siswa (dapat berupa pujian, angka yang baik, dan sebagainya) atas keberhasilannya, sehingga siswa terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran; 4) Mengarahkan perilaku peserta didik. Cara mengarahkan perilaku siswa adalah dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut dan dengan perkataan yang ramah dan baik.
Adapun cara meningkatkan motivasi siswa tanpa harus melakukan reorganisasi kelas secara besar- besaran, antara lain: 1) Menggunakan pujian verbal; 2) Pergunakan tes dan nilai secara bijaksana; 3) Membangkitkan rasa ingin tahu dan hasrat eksplorasi;
4) Melakukan hal yang luar biasa; 5) Merangsang hasrat siswa; 6) Memanfaatkan apersepsi siswa; 7) Menerapkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip dalam konteks yang unik dan luar biasa; 8) Meminta siswa
untuk mempergunakan hal-hal yang sudah dipelajari sebelumnya; 9) Menggunakan simulasi dan permainan;
10) Memperkecil daya tarik sistem motivasi yang bertentangan; 11) Memperkecil konsekuensi- konsekuensi yang tidak menyenangkan.22
g. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada 6 yaitu:23 1) Cita-cita atau aspirasi siswa
Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung sesaat atau dalam jangka waktu yang lama. Cita-cita siswa tersebut sangat mempengaruhi terhadap motivasi belajar siswa yang dengan adanya cita-cita siswa mempunyai tjuan yang lebih dalam belajar.
22 Gage, dkk. Enducational psylogy. (houghton miflin company.
1984) Hal. 34
23 Dimyanti dan mudjino, belajar dan pembelajaran.(jakarta: Rineka cipta. 2015). Hal. 97
2) Kemampuan siswa
Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan kemampuan atau kecakapan mencapainya. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.
3) Kondisi siswa
Kondisi siswa yang meliputi konsi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Kondisi siswa ini jug dapat meliputi kondisi fisik yang sakit, lapar, atau marah-marah yang akan mengganggu perhatian siswa.
4) Kondisi lingkungan siswa
Lingkungan siswa dapat berupa keadan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan kemasyarakatan. Lingkungan siswa tersebut dapat berupa bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal,
perkelahian antar siswa yang man akan mengganggu kesungguhan belajar siswa tersebut.
5) Unsur-unsur dinais dalam belajar dan pembelajaran Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh terhadap motivassi belajar siswa. Tidak hanya teman sebaya, lingkungan dan pengalaman yang akan berpengaruh terhadap prilaku siswa dalam belajar akan tetapi dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang perikanan di indonesia timur misalnya, maka seorang siswa tertarik minatnya untuk belajar dan bekerja di bidang perikanan.
6) Upaya guru dalam membelajarkan siswa
Upaya guru membelajarkan siswa terjadi disekolah dan diluar sekolah. upaya pembelajaran disekolah meliputi hal-hal sebagai berikut: a) menyelenggarakan tertip belajar disekolah; b)
membina disiplin belajar dalam tiap kesempatan, seperti pemanfaatan waktu dan pemeliharaan fasilitas sekolah; c) membina beljar tertip pergaulan;
dan d) membina belajar tertip disekolah. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Foktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor exsternal adalah faktor yang ada diluar individu.24
h. Macam-macam Motivasi
Motivasi sebagai kekuatan mental individu, memiliki tingkat-tingkat. Para ahli ilmu jiwa mempunyai pendapat yang berbeda tentang tingkat kekuatan tersebut. Meskipun mereka berbeda pendapat tentang tingkat kekuatannya, tetapi mereka umumnya sepakat bahwa motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi dua
24 Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempegaruhinya. ( Jakarta; Rineka Cipta. 2015) Hal 54
jenis, yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder.25 Adapun motivasi primer adalah mottivasi yang didasarkan pada motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga prilakunya berpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmani. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tau, membangun, dan kawin. Sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan motivasi primer, sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegangperanan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-
25 Slameto. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempegaruhinya. ( Jakarta; Rineka Cipta. 2015) Hal 86
beda, yaitu: 1) memperoleh pengalaman baru; 2) untuk mendapat respons; 3) memperoleh pengakuan; dan 4) memperolah rasa aman.
i. Ciri-ciri Motivasi
Untuk melengkapi uraian mengenai makna dan teori tengtang motivasi itu, perlu dikemukakaan adanya beberapa ciri motivasi. Motivasi yang ada pada diri setiap orang itu memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak perna berhenti sebelum selesai); 2) ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya); 3) menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah; 4) lebih senang bekerja mandiri; 5) cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif); 6) dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu); 7) tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu; 8) senang mencari dan memecahkan masalah soal- soal.26
B. Kajian Pustaka
1. Penelitian Ahmad Ridwan dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi, Kreativitas, Dan Prestasi Belajar IPA Dengan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, untuk meningkatkan motivasi, kreativitas dan prestasi belajar IPA-Fisika, apa kelebihan dan kelemahannya, serta bagaimana efektivitasnya yang dilaksanakan di kelas VIII A SMP Negeri 1 Ngawen Gunungkidul tahun pelajaran 2014/2015. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan dan pengembangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
26Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2011), Hal. 38
jigsaw secara tepat dapat meningkatkan motivasi, kreativitas, dan prestasi belajar IPA-Fisika siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ngawen Gunungkidul tahun pelajaran 2014/2015. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terbukti sangat efektif dalam upaya meningkatkan motivasi, kreativitas dan prestasi belajar siswa. Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti sekarang adalah sama-sama membahas tentang model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sedangkan perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan dan jenjang pendidikannya, penelitian terdahulu hanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Ngawen Gunungkidul, sedangkan penelitian saya menggunakan 2 model yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model
pembelajaran problem based learning (PBL) pada siswa kelas V SD Negeri 58 Kota Bengkulu.27
2. Penelitian Erviyanti Pramudya, Firosalia Kristin, dan Indri Anugraheni dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPA Pada Pembelajaran Tematik Menggunakan PBL”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan langkah-langkah penerapan model pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan keaktifan siswa, dan mengetahui peningkatan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penerapan langkah-langkah model pembelajaran problem based learning yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasikan siswa untuk belajar, membimbing pengalaman individu atau kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
27 Ridwan, Ahmad. Skripsi: Upaya Meningkatkan Motivasi, Kreativitas, Dan Prestasi Belajar IPA Dengan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, (Yogyakarta: WIYATA DHARMA, Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan Vol.III No.2, 2015).
menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA pada pembelajaran tematik siswa kelas 4 SD Negeri Noborejo 01. Hal tersebut dibuktikan dari meningkatnya rata-rata keaktifan siswa dari kondisi awal (pra siklus) yaitu 77,47 dengan kategori kurang aktif menjadi 95,44 dengan kategori cukup aktif pada siklus I dan pada siklus II rata-rata keaktifan siswa 118,32 dengan kategori aktif.
Peningkatan juga terjadi pada hasil belajar siswa dengan rata hasil belajar pada kondisi awal (pra siklus) 62,17 dengan jumlah siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa (38,23%) mengalami peningkatan pada siklus I dengan rata-rata nilai 78,39 dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 23 siswa (67,64%) dan pada siklus II rata-rata nilai siswa adalah 83,29 dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 28 siswa (82,36%). Persamaan penelitian terdahulu dengan yang saya teliti sekarang adalah sama- sama membahas tentang model pembelajaran problem based learning (PBL). Sedangkan perbedaannya terletak