• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan model pembelajaran inkuiri dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "penerapan model pembelajaran inkuiri dalam"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA

DALAM PARAGRAF PADA SISWA KELAS VIII-4 SMP NEGERI 8 MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh

IKA ASTUTI WULANDARI NIM 4513102083

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR 2019

(2)
(3)
(4)

iv ABSTRAK

IKA ASTUTI WULANDARI. 2019. Penerapan model pembelajaran inkuiri dalam peningkatan kemampuan menentukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar (dibimbing oleh Drs. Lutfin Ahmad, M.Hum. dan Dr. Mas’ud Muhammadiah, M.Si.).

Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan menentukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri guna meningkatkan kemampuan menentukan kalimat utama pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar. Jenis penelitian ini yakni PTK dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini yang dijadikan subjek penelitian yakni siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar dengan jumlah siswa 30 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu tes, observasi, dan dokumentasi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan dua siklus.

Hasil pengolahan data membuktikan bahwa terjadi peningkatan kemampuan menentukan kalimat utama dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian siklus I dan siklus II. Nilai yang diperoleh siswa pada siklus I yang mencapai KKM hanya 12 orang dengan persentase 40% dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 30 orang.

Sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM yaitu 27 siswa dengan persentase 90% dari jumlah siswa keseluruhan yaitu 30 siswa.

Kata Kunci: Menentukan, kalimat utama, inkuiri

(5)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam Peningkatan Kemampuan Menentukan Kalimat Utama dalam Paragraf pada Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar”. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Bosowa Makassar.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada.

1. Prof. Dr. Ir. H. M. Saleh Pallu, M.Eng. selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar.

2. Dr. Asdar, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar.

3. A. Vivit Angreani, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar.

4. Drs. Lutfin Ahmad, M.Hum. selaku pembimbing I dan Dr. H. Mas’ud Muhammadiah, M.Si. selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Seluruh dosen yang telah mengajar dan mendidik serta seluruh staf tata usaha Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang sudah banyak membantu dalam proses administrasi.

6. Terkhusus kedua orang tua saya bapak Drs. Junaid dan ibu Nur Ainun yang senantiasa memberikan doa, dukungan, motivasi, dan pengorbanannya serta adik saya Muhammad Fahriadi Azhari yang telah membantu selama di Makassar.

(6)

vi

7. Sahabat saya yang tersisa di Makassar Melza Wulandari, S.Pd. yang telah memotivasi dan menginspirasi saya serta teman seperjuangan Santina, Ita, Sinta, Jumadil, Heri, dan Kak Syahril.

8. Hj. Syamsiah (Ibu Dere’) sekeluarga yang telah memberi bantuan dan dukungan.

9. Teman-teman angkatan 013 dan 014 program studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bosowa Makassar yang telah membantu.

10. Dewianti, S.Pd. selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia dan siswa siswi kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar yang telah membantu penulis melakukan penelitian.

11. Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Makassar yang telah mengizinkan melakukan penelitian.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan waktu. Oleh karena itu, penulis siap menerima kritik dan saran untuk perbaikan ke depannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya penulis pribadi. Semoga Allah merahmati kita semua, aamiin.

Makassar, 07 Desember 2018 Penulis

Ika Astuti Wulandari

(7)

vii DAFTAR ISI

PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK ...iv

KATA PENGANTAR ...v

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Manfaat Penelitian ...5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Membaca ...7

B. Model Pembelajaran Inkuiri ...14

C. Menentukan Kalimat Utama ...20

D. Paragraf ...23

E. Kerangka pikir ...29

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ...31

B. Subjek dan Desain Penelitian ...34

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ...34

D. Prosedur Penelitian ...35

E. Instrumen Penelitian ...37

F. Teknik Pengumpulan Data ...38

G. Teknik Analisis Data ...40

H. Indikator Keberhasilan ...41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...42

B. Pembahasan ...53

(8)

viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ...55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ...57

LAMPIRAN...61

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ...31

Tabel 3.2 Lembar Observasi Guru/Peneliti ...40

Tabel 3.3 Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ...41

Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I ...44

Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Peneliti ...44

Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ...46

Tabel 4.4 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I ...47

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ...49

Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Peneliti Siklus II ...50

Tabel 4.7 Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ...51

Tabel 4.8 Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II ...52

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...30 Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas ...32

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Membaca sebagai sebuah kegiatan yang dapat menambah wawasan pengetahuan kita tampak sangat rendah penggemarnya terutama dalam kalangan pelajar, menurut hasil survei yang pernah saya dengar dari enam puluh satu negara, Indonesia berada diurutan ke enam puluh. Hal itu menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat minim. Para pelajar lebih banyak meluangkan waktu dengan smartphonenya ketimbang membaca buku pelajaran atau buku-buku lainnya. Banyak siswa yang mengeluh bahwa pelajaran mereka sulit, salah satunya mata pelajaran bahasa Indonesia. Padahal semua itu tidak sulit apabila mereka mau meluangkan waktu dalam sehari untuk membaca dan mengulang pelajaran yang diberikan di sekolah.

Salah satu masalah yang terjadi di kelas yakni kurangnya kemampuan peserta didik dalam menentukan kalimat utama yang di dalamnya terdapat ide pokok suatu bacaan. Membaca di sini bukan hanya sekadar melihat dan melafalkan teks bacaan, melainkan mampu menafsirkan makna bacaan, salah satunya dengan mengidentifikasi kalimat utama. Dalam proses pembelajaran akan lebih efektif jika diterapkan metode-metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Peneliti akan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

1

(12)

2

Membaca adalah sebuah kegiatan memahami isi bacaan, baik diucapkan dengan lisan maupun dalam hati. Membaca memiliki peran penting dalam peningkatan dan transformasi pengetahuan, semakin banyak kita membaca semakin banyak pula pengetahuan yang kita dapat.

Namun pada realitasnya minat baca siswa sangatlah minim, di sinilah seharusnya guru mengambil peran, dengan menstimulasi siswa agar tumbuh minat bacanya, mengingat membaca adalah salah satu keterampilan berbahasa yang menjadi prioritas agar cakap dalam mengikuti pelajaran, utamanya bahasa Indonesia di sekolah.

Di negara kita, banyak ditemui fenomena-fenomena yang menunjukkan betapa rendahnya minat baca bangsa ini. Bayar parkir di area yang bertuliskan “bebas parkir” misalnya, bukan perihal nominal rupiahnya tetapi perihal minat bacanya, hal itu menunjukkan bahwa orang- orang yang terlibat sebagai juru parkir tersebut tidak membaca apa yang tertera di area tersebut. Di lingkungan sekolah, sering kita lihat perpustakaan yang sepi pengunjung, kecuali siswa yang datang meminjam buku untuk keperluan pembelajaran di kelas atau ketika mereka mendapat tugas dari guru mereka. Di samping itu, rendahnya kesadaran siswa adalah faktor penyebab kurangnya minat baca siswa, mereka tidak menyadari sepenuhnya bahwa membaca itu perlu dan penting. Siswa cenderung melupakan kewajibannya sebagai pelajar yang harus terus belajar, belajar dan belajar.

(13)

3

Tarigan (1991:2) menyatakan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang rumit/kompleks karena sangat bergantung pada tingkat penalaran membaca dan keterampilan berbahasanya. Broughton dalam Tarigan (2013:11) menyatakan ada tiga komponen dalam keterampilan membaca yaitu (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal, (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.

Pemerintah pun telah melakukan berbagai upaya, salah satunya dengan menyediakan sarana perpustakaan umum di daerah-daerah, dan utamanya di sekolah-sekolah banyak terdapat buku-buku, namun masih belum lengkap, seperti buku pengetahuan umum dan buku-buku sastra.

Inilah yang perlu menjadi perhatian pemerintah agar lebih melengkapi lagi buku-buku yang masih belum lengkap.

Tarigan (2011:2) mengatakan bahwa merupakan suatu kenyataan bahwa buku-buku yang berkenaan dengan masalah pengajaran membaca masih sangat langka di Indonesia ini. Di antara buku-buku yang ada, yang masih dapat dihitung dengan jari keberadaannya, akan kita jumpai bahwa dalam daftar isinya hampir tidak ada satu bab pun yang membicarakan masalah fungsi dan tujuan dalam pengajaran membaca di sekolah.

Barangkali yang lebih penting lagi ialah bahwa bahan-bahan yang berorientasi pada tujuan itu akan dipakai oleh para guru untuk meningkatkan prestasi membaca para siswa.

(14)

4

Keterampilan berbahasa terdiri dari empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Fokus penelitian ini ialah membaca, karena membaca bukan hanya sekadar melihat teks bacaan, tetapi membaca perlu skill khusus yakni harus mampu memahami makna terhadap apa yang dibaca, ini penting dan sangat dibutuhkan oleh peserta didik. Terutama ketika mereka menghadapi ujian, siswa harus mampu memahami makna bacaan dengan waktu yang terbatas. Sehingga diharapkan dengan pembelajaran tersebut sedikit banyaknya dapat membantu siswa untuk lebih memperdalam kemampuan membaca mereka. Hal ini juga berkaitan dengan kemampuan menentukan kalimat utama, apabila siswa mampu mengungkapkan kalimat utama dalam paragraf suatu teks bacaan, berarti mereka telah memahami makna teks bacaan yang dimaksud.

Model dalam pembelajaran/proses belajar mengajar sangatlah penting dikuasai oleh guru, sebab guru sebagai tenaga pendidik dan pengajar tidak akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik tanpa penguasaan model pembelajaran. Ada berbagai macam model dalam pembelajaran, guru harus mampu membaca situasi dan kondisi siswanya sehingga bisa memilah model pembelajaran apa yang cocok untuk diterapkan pada peserta didiknya. Fokus penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri.

(15)

5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian ini yakni “Apakah model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menentukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan meningkatkan hasil belajar siswa atau peserta didik khususnya keterampilan menentukan kalimat utama dalam paragraf melalui penerapan model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis, berikut uraiannya.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini dapat menjadi landasan dalam penerapan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif sehingga proses belajar mengajar tidak monoton berpusat pada guru seiring perkembangan iptek dan sistem pendidikan.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

Peneliti berharap hasil belajar siswa dapat meningkat dengan penerapan model pembelajaran inkuiri, lebih aktif dalam proses pembelajaran, dapat mengembangkan kemampuan menentukan kalimat

(16)

6

utama, dan mendapat pengalaman baru dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Bagi guru

Penelitian ini dapat memberi wawasan bagi guru dalam memfasilitasi pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek membaca khususnya peningkatan kemampuan menentukan kalimat utama, mengetahui kelebihan dan kekurangan pola pembelajaran yang telah diterapkan selama ini, dan mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil belajar siswa dengan penggunaan model pembelajaran inkuiri sehingga menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk memilih dan menggunakan model pembelajaran lainnya.

c. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti serta peneliti mampu menerapkan media yang sesuai dalam materi pembelajaran tertentu.

d. Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam meningkatkan mutu pembelajaran membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia.

(17)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Membaca

Berikut akan diuraikan definisi, aspek-aspek, teknik, jenis-jenis, dan tujuan membaca.

1. Pengertian Membaca

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 2013:7).

Asdam (2010:113) mengatakan bahwa membaca merupakan proses kerja manusia, baik secara fisik maupun secara nonfisik. Secara fisik manusia memerlukan tenaga dan kekuatan yang memadai untuk beraktivitas secara nonfisik. Manusia memerlukan proses pemikiran untuk memahami seluruh informasi yang telah dibaca.

Anderson dalam Tarigan (2013:7) menyatakan dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi, berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian. Sebuah aspek pembacaan sandi adalah menghubungkan

7

(18)

8

kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan menjadi bunyi yang bermakna.

Dalman (2014:5) mengatakan bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca. Oleh sebab itu, membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/tanda/tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah sebuah kegiatan memahami isi teks bacaan, membaca bukan hanya sekedar melihat teks bacaan tetapi juga mampu memaknai apa yang dibaca.

2. Aspek-Aspek Membaca

Broughton dalam Tarigan (2013:12) mengemukakan dua aspek penting dalam membaca.

a. Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup.

(19)

9

1) Pengenalan bentuk huruf.

2) Pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).

3) Pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).

4) Kecepatan membaca ke taraf lambat.

b. Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order).

Aspek ini mencakup.

1) Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, dan retorikal).

2) Memahami signifikasi atau makna (maksud dan tujuan pengarang, relevansi/keadaan kebudayaan, dan reaksi pembaca).

3) Evaluasi atau penilaian (isi dan bentuk).

4) Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.

Tarigan (2013:13) menyatakan bahwa untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis tersebut, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara (reading aloud, oral reading). Untuk keterampilan pemahaman yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati (silent reading), yang dapat dibagi atas.

a. Membaca ekstensif adalah membaca secara luas, dapat menyerap pengetahuan yang lebih luas dan umum.

(20)

10

b. Membaca intensif adalah membaca untuk memperoleh pemahaman yang mendalam.

Selanjutnya membaca ekstensif mencakup (Tarigan 2013:13).

1) Membaca survei (survey reading) yaitu untuk mengetahui gambaran umum serta ruang lingkup dari bacaan yang hendak dibaca. Misalnya nama pengarang, judul, bab, dan sub babnya.

2) Membaca sekilas (skimming) yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi secara umum suatu bacaan.

3) Membaca dangkal (superficial reading) yaitu membaca tidak terlalu mendalam, hanya untuk mengisi waktu luang.

Membaca intensif dapat dibagi seperti berikut (Tarigan 2013:13).

1) Membaca telaah isi yang mencakup.

 Membaca teliti

 Membaca pemahaman

 Membaca kritis

 Membaca ide

2) Membaca telaah bahasa yang mencakup pula.

 Membaca bahasa asing

 Membaca sastra 3. Teknik Membaca

Tampubolon (1987:47-49) menyatakan bahwa informasi fokus dapat kita temukan diberbagai bagian tertentu dari bacaan. Untuk

(21)

11

menemukan informasi fokus yang dimaksud umumnya teknik-teknik yang dipergunakan yaitu.

a. Baca pilih

Baca pilih (selecting) adalah pembaca memilih bahan bacaan dan/atau bagian-bagian bacaan yang dianggap relevan atau berisi informasi fokus yang dikemukakannya.

b. Baca lompat

Baca lompat (skipping) ialah pembaca menemukan bagian-bagian bacaan yang relevan, melampaui atau melompati bagian-bagian lainnya.

c. Baca layap

Baca layap (skimming) yaitu membaca dengan cepat isi umum suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud informasi fokus, tetapi mungkin juga hanya dasar untuk menduga apakah bacaan itu berisi informasi yang fokus dilakukan.

d. Baca tatap

Pembaca juga dapat mempergunakan teknik baca tatap (scanning), yaitu membaca dengan cepat dan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu ditemukan dengan cepat dan dipahami benar.

Keempat teknik di atas pada waktu tertentu dapat dipergunakan sekaligus dalam arti berurutan. Dalam membaca buku misalnya, mula- mula teknik baca pilih dapat dipakai atau menentukan bagian yang perlu

(22)

12

dibaca, dan bersamaan dengan teknik ini, teknik baca lompat juga dipergunakan karena beberapa bagian teks dilompati (Tampubolon 1987:49)

Selanjutnya untuk mengetahui isi umum satu bagian yang perlu dibaca teknik baca layap perlu dipakai untuk menemukan informasi tertentu dari buku itu teknik baca tatap juga dipergunakan. Akan tetapi, untuk menentukan informasi fokus tertentu misalnya, suatu penjelasan tentang suatu istilah yang perlu dipergunakan pada dasarnya baca tatap.

Dengan kata lain, penggunaan teknik-teknik tersebut apakah perlu semua atau tidak, umumnya bergantung pada sifat informasi fokus bergantung (Tampubolon, 1987:49).

4. Jenis-Jenis Membaca

Menurut Harras (1998:42) jenis-jenis membaca dapat dibagi menjadi delapan jenis yaitu.

a. Membaca Nyaring

Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau kegiatan melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang cukup keras.

b. Membaca dalam Hati

Membaca dalam hati merupakan proses membaca tanpa mengeluarkan suara. Membaca dalam hati atau membaca diam tidak ada suara yang keluar, sedangkan yang aktif bekerja hanya mata dan otak saja.

(23)

13

c. Membaca Intensif

Membaca intensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara saksama dan bertujuan untuk menumbuhkan serta mengasah kemampuan membaca secara kritis.

d. Membaca Ekstensif

Membaca ekstensif merupakan kegiatan membaca yang dilakukan secara luas, baik jenis maupun ragam teksnya dan tujuannya hanya sekedar untuk memahami isi yang penting-penting saja dari bahan bacaan yang dibaca dengan waktu secepat mungkin.

e. Membaca Literal

Membaca literal merupakan kegiatan membaca sebatas mengenal dan menangkap arti yang tertera secara mendalam.

f. Membaca Kritis

Membaca kritis adalah kegiatan membaca yang dilakukan secara bijaksana, mendalam, dan bukan hanya mencari kesalahan belaka.

g. Membaca Kreatif

Membaca kreatif merupakan proses membaca untuk mendapatkan nilai tambah dari pengetahuan baru yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengidentifikasi ide-ide yang menonjol atau mengkombinasikan pengetahuan yang pernah diperoleh.

h. Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman atau comprehension diartikan sebagai penafsiran atau penginterpretasian pengalaman, menghubungkan

(24)

14

informasi baru dengan informasi yang telah diketahui, menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam bacaan.

5. Tujuan Membaca

Dalman (2014:11) mengatakan pada dasarnya kegiatan membaca bertujuan untuk mencari dan memperoleh pesan atau memahami makna melalui bacaan. Tujuan membaca tersebut akan berpengaruh kepada jenis bacaan yang dipilih, misalnya fiksi atau nonfiksi. Menurut Anderson dalam Dalman (2014:11) ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca yaitu.

a. Reading for details or fact (membaca untuk memperoleh fakta dan perincian).

b. Reading for main ideas (membaca untuk memperoleh ide-ide utama).

c. Reading for sequence or organization (membaca untuk mengetahui urutan/susunan struktur karangan).

d. Reading for inference (membaca untuk menyimpulkan).

e. Reading to classify (membaca untuk mengelompokkan/

mengklasifikasikan).

f. Reading to evaluate (membaca untuk menilai, mengevaluasi).

g. Reading to compare or contrast (membaca untuk memperbandingkan/

mempertentangkan).

B. Model Pembelajaran Inkuiri

Menurut Sanjaya (2006:193) kata inkuiri berasal dari kata to inquire yang berarti ikut serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-

(25)

15

pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Menurut Rusman (2013), hasil menemukan sendiri adalah nilai kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil pemberian. Menurut Sanjaya (2006:265) menemukan merupakan kegiatan inti dari CTL melalui upaya akan memberikan penegasan bahwa pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan lain yang diperlukan bukan merupakan hasil dari mengingat fakta-fakta, tetapi merupakan hasil menemukan sendiri.

Sanjaya (2006:196) menyatakan pembelajaran inkuiri ini bertujuan memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif. Jika berpikir menjadi tujuan utama dari pendidikan, harus ditemukan cara-cara untuk membantu individu untuk membangun kemampuan itu. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan sendiri. Belajar pada dasarnya merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis.

Menurut Rusman dalam Bakri (2013:83) hasil menemukan sendiri adalah nilai kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil

(26)

16

pemberian. Beranjak dari logika yang sederhana tampaknya akan memiliki hubungan yang erat bila dikaitkan dengan pendekatan pembelajaran.

Melalui proses mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intelektual, mental, emosi, maupun pribadinya.

a. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Inkuiri

Sanjaya (2006:201) menyatakan bahwa ada enam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri.

1) Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru harus merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat penting karena keberhasilan strategi pembelajaran inkuiri sangat bergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam memecahkan masalah.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahapan orientasi yaitu:

(1) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai oleh siswa (2) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan (3) menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dapat dilakukan untuk memberikan motivasi belajar siswa.

(27)

17

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji karena masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan masalah diantaranya: 1) masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh siswa 2) masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki yang jawabannya pasti dan konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh siswa.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada setiap anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

(28)

18

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahap ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data dan informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

b. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri

Sanjaya (2006:208) menyatakan bahwa ada empat keunggulan strategi pembelajaran inkuiri yakni.

1) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

(29)

19

2) Strategi pembelajaran inkuiri dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.

3) Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku.

4) Pembelajaran ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Artinya, siswa yang memiliki kemampuan belajar yang bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah belajar.

Selain keunggulan, model pembelajaran inkuiri juga memiliki kekurangan. Menurut Sanjaya (2006:208) ada empat kelemahan dalam strategi pembelajaran inkuiri.

1) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

2) Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3) Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga guru sering sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan.

4) Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran, model pembelajaran inkuiri ini akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru apalagi prinsip utama dari inkuiri tersebut adalah memberikan ruang yang seluas-luasnya

(30)

20

sehingga guru dalam hal ini sangat sulit untuk mengontrol cara belajar dari setiap individu siswa.

C. Menentukan Kalimat Utama

Berikut akan dibahas pengertian kalimat utama, kalimat penjelas, ciri-ciri kalimat utama, ciri-ciri kalimat penjelas, dan cara menentukan kalimat utama.

1. Pengertian Kalimat Utama dan Kalimat Penjelas

Kalimat utama atau disebut juga dengan kalimat topik adalah kalimat yang mengandung gagasan utama mengenai suatu topik yang sedang dibahas di dalam sebuah paragraf. Kalimat utama menjadi acuan untuk mengembangkan suatu paragraf, sedangkan kalimat penjelas adalah kalimat-kalimat yang isinya merupakan penjelasan, uraian, atau rincian-rincian detail tentang kalimat utama suatu paragraf (Irfan Syahputra:2015).

2. Ciri-Ciri Kalimat Utama

Menurut (Irfan Syahputra:2015) ada beberapa ciri kalimat utama diantaranya.

a. Kalimat utama mengandung suatu permasalahan yang bisa dikembangkan.

b. Kalimat utama merupakan suatu kalimat yang utuh atau bisa berdiri sendiri tanpa adanya penghubung baik penghubung antar kalimat maupun penghubung intra kalimat.

(31)

21

c. Biasanya kalimat utama terletak di awal paragraf. Namun, pada kalimat induktif kalimat utama terletak di akhir suatu paragraf dan biasanya menggunakan kata-kata berupa “Sebagai kesimpulan, Jadi…, Dengan demikian…”.

d. Mempunyai arti yang jelas walaupun tanpa dihubungkan dengan kalimat lain.

3. Ciri-Ciri Kalimat Penjelas

Irfan Syahputra (2015) mengemukakan tiga ciri kalimat penjelas sebagai berikut.

a. Berupa pendukung suatu kalimat utama yang menyajikan deskripsi, contoh, perbandingan, alasan dan penjelasan mengenai topik yang dibahas.

b. Merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri.

c. Kalimat penjelas memerlukan kata-kata penghubung seperti “bahkan, contohnya, terlebih lagi, misalnya, contohnya dan lain-lain”. Kalimat- kalimat penjelas membutuhkan kata penghubung agar suatu paragraf menjadi koheren atau berkesinambungan antar kalimat.

4. Cara Menentukan Kalimat Utama dalam Paragraf

Gagasan utama juga disebut gagasan pokok atau ide pokok. Ide pokok adalah ide/gagasan yang menjadi pokok pengembangan paragraf, maka dalam satu paragraf hanya ada satu gagasan utama. Ide pokok terdapat dalam kalimat utama

(32)

22

Sebuah paragraf tersusun atas kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Kalimat utama adalah kalimat yang di dalamnya terdapat ide pokok paragraf. Kalimat utama juga sering disebut sebagai kalimat topik. Kalimat utama ini dijelaskan oleh kalimat-kalimat lain dalam paragraf tersebut, yang disebut dengan kalimat penjelas. Kalimat penjelas yaitu kalimat yang isinya memperjelas, menguraikan, atau berupa rincian- rincian tentang kalimat utama.

Kalimat utama dapat terletak di awal paragraf, di akhir paragraf, di awal dan akhir paragraf, atau di awal sampai akhir paragraf. Paragraf yang kalimat utamanya berada di awal paragraf disebut paragraf deduktif.

Paragraf yang kalimat utamanya berada di akhir paragraf disebut paragraf induktif. Paragraf yang kalimat utamanya berada di awal sampai akhir paragraf sebenarnya tidak mempunyai istilah khusus, namun biasanya kalimat utama akan berada di awal sampai akhir paragraf jika paragraf tersebut berupa narasi atau deskripsi. Paragraf narasi adalah paragraf yang berisi cerita. Paragraf deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan sesuatu sehingga pembaca seolah-olah dapat ikut menyaksikan sesuatu yang digambarkan itu.

Bagaimana kita dapat menentukan kalimat utama dan gagasan utama dalam sebuah paragraf? Yang harus kita lakukan adalah membaca paragraf tersebut dengan cermat, dengan demikian kita dapat menentukan manakah di antara kalimat-kalimat yang ada yang memiliki ciri-ciri kalimat utama (Tajuddin:2013).

(33)

23

D. Paragraf

Berikut akan diuraikan pengertian, fungsi, jenis-jenis, dan ciri-ciri paragraf.

1. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah kumpulan kalimat yang biasanya mempunyai satu ide pokok dan cara penulisannya sedikit menjorok ke bagian dalam atau menggunakan garis baru. Nama lain dari paragraf adalah alinea. Paragraf terdiri dari beberapa jenis, mulai dari jenis paragraf berdasarkan isinya, fungsinya, dan peletakan gagasan utama dari sebuah tulisan (Salamadian, 2018).

Widjono (2011:173) menyatakan bahwa paragraf mempunyai beberapa pengertian: a) paragraf karangan mini, artinya semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf; b) paragraf adalah satuan bahasa tulisan yang terdiri dari beberapa kalimat yang tersusun secara teratur, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun secara lengkap, utuh, dan padu; c) paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan suatu informasi dalam pikiran utama sebagai pengendalinya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya; d) paragraf yang terdiri dari satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kemampuan sekalipun tidak sempurna.

Paragraf yang terdiri dari satu kalimat dapat digunakan. Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi, sebagai kesatuan

(34)

24

gagasan menjadi suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaknya dibangun dengan sekelompok kalimat yang sering berkaitan dan mengembangkan satu gagasan.

Atmaja (2010:24) mengatakan bahwa paragraf adalah beberapa rangkaian kalimat yang saling berhubungan disusun secara logis dan sistematik sehingga membentuk satu kesatuan pokok bahasan. Bentuk paragraf yang baik mempunyai syarat kesatuan (uniti), kepaduan makna (koherensi), kepaduan bentuk (kohesi), mempunyai satu ide pokok dan berkalimat efektif.

Dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah kumpulan beberapa kalimat yang saling berhubungan dan mengandung satu ide pokok dan penulisannya dengan cara menjorok ke dalam.

2. Fungsi Paragraf

Paragraf mempunyai berbagai macam fungsi, diantaranya sebagai berikut (Salamadian:2018).

a. Paragraf dalam sebuah kalimat dapat menjadi pengantar sebuah ide- ide, isi kalimat dan kalimat penutup pada tulisan yang dibuat oleh penulis.

b. Mencurahkan suatu perasan dan pemikiran penulis dalam sebuah karya atau kalimat dalam bentuk tulisan yang dibuat secara logis dan dapat diterima oleh pembaca.

c. Paragraf dapat membantu pembaca untuk memahami segala sesuatu mengenai isi dan topik dalam sebuah tulisan.

(35)

25

d. Memudahkan penulis untuk menyusun ide-ide tentang tulisan yang akan dibuatnya.

e. Dapat membantu penulis dalam mengembangkan gagasan-gagasan atau ide dari segala sesuatu yang berhubungan dengan topik yang ingin ditulis menjadi sebuah karya tulis.

3. Jenis-Jenis Paragraf

a. Paragraf Berdasarkan Letak Kalimat Utama

Berdasarkan kalimat utamanya paragraf dapat digolongkan menjadi paragraf deduktif dan induktif.

1) Paragraf Deduktif

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragraf. Pengertian awal paragraf tidak harus pada kalimat pertama sebab banyak paragraf yang kalimat pertamanya berupa kalimat transisi (Paulus, 2006:50).

Contoh: Pemerintah DKI Jakarta akan memilih bajaj berbahan bakar gas untuk menggantikan bajaj yang sekarang beroperasi. Rencananya, pada tahap pertama akan diluncurkan 250 unit bajaj berbahan bakar gas. Bajaj ini secara fisik tidak berbeda jauh dengan bajaj sekarang.

Perbedaannya hanya pada letak mesin yang dulunya di depan beralih ke belakang.

2) Paragraf Induktif

Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat utamanya berada di bagian akhir. Biasanya kalimat utama pada paragraf induktif menggunakan konjungsi penyimpul antarkalimat, seperti:

jadi, akhirnya, dan oleh karena itu (Paulus, 2006:51).

(36)

26

Contoh: Kondisi udara di lahan parkir bawah tanah gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan sering kali melebihi ambang batas yang baik untuk kesehatan, kondisi udara buruk karena tak ada ventilasi dan exhaust yang memadai. Petugas keamanan dan parkir yang paling rentan terkena dampak negatif itu. Mereka bekerja di tempat itu rata-rata 8-12 jam sehari. Apalagi, mereka jarang mengenakan masker dan tak memiliki ruangan yang bebas emisi gas buang kendaraan. Oleh karena itu, para pengusaha gedung seharusnya memperbaiki sistem ventilasi udara dan menyediakan ruangan bebas emisi gas buang baik untuk pekerja maupun para sopir.

b. Paragraf Berdasarkan Isinya

Paulus (2006:51-52) mengemukakan ada lima jenis paragraf berdasarkan isinya, yaitu deskripsi, narasi, argumentasi, eksposisi, dan persuasi. Berikut uraiannya.

1) Deskripsi

Paragraf deskripsi adalah paragraf yang bertujuan memberikan kesan kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, dan peristiwa. Paragraf ini membuat pembaca seolah-olah melihat, mendengar, merasakan, atau terlibat langsung dalam peristiwa yang diuraikan penulis.

2) Narasi

Paragraf narasi bertujuan mengisahkan atau menceritakan.

Paragraf ini mementingkan urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan.

(37)

27

3) Argumentasi

Paragraf argumentasi bertujuan menyampaikan suatu pendapat, konsepsi, atau opini kepada pembaca. Untuk meyakinkan pembaca, penulis menyertakan bukti, contoh, dan berbagai alasan yang sulit dibantah.

4) Eksposisi

Paragraf eksposisi adalah paragraf yang menyampaikan informasi dengan memaparkan, menjelaskan, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan agar pembaca menerima atau mengikutinya.

5) Persuasi

Paragraf ini merupakan kelanjutan dari paragraf argumentasi. Paragraf ini mula-mula memaparkan gagasan dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan pembaca. Kemudian, diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran kepada pembaca. Perbedaan antara argumentasi dan persuasi terletak pada sasaran yang ingin dibidik pada pembaca. Argumentasi menitikberatkan pada logika pembaca, sedangkan persuasi pada emosi pembaca walaupun tidak melepaskan logika.

c. Paragraf Berdasarkan Fungsinya

Menurut Salamadian (2018) ada empat jenis paragraf berdasarkan fungsinya.

(38)

28

1) Paragraf Pembuka

Dalam sebuah karangan (kecuali karangan ilmiah). Paragraf pembuka umumnya ditulis untuk memancing rasa keingintahuan pembaca terhadap isi artikel secara keseluruhan.

2) Paragraf Isi

Paragraf ini berisi bagian-bagian pokok dalam suatu karangan.

3) Paragraf Penutup

Paragraf ini biasanya berisi kesimpulan, saran, harapan, ringkasan dan penekanan kembali hal-hal penting yang terdapat dalam setiap karangan.

4) Paragraf Penghubung

Paragraf ini fungsinya adalah untuk mengubungkan antara paragraf satu ke paragraf lainnya atau karangan satu ke karangan lainnya.

4. Ciri-Ciri Paragraf

Salamadian (2018) mengemukakan ciri-ciri paragraf sebagai berikut.

a. Pada kalimat pertama atau utama paragraf harus masuk agak kedalam dengan beberapa ketukan spasi. Ketukan spasi dalam paragraf sekitar lima ketukan, biasanya ketukan lima spasi ini digunakan untuk jenis kalimat atau karangan yang biasa.

b. Paragraf biasanya digunakan sebagai pikiran utama dalam sebuah kalimat atau topik yang telah ditentukan oleh penulis.

(39)

29

c. Kalimat topik dan kalimat pengembang dalam paragraf memiliki fungsi dalam penulisan dimana fungsi tersebut dapat menjelaskan atau menerangkan pikiran utama dari penulis dalam menuliskan sebuah karya atau karangan dalam sebuah kalimat topik.

d. Selain itu pada poin keempat paragraf juga memakai sebuah kalimat penjelas dalam tulisan dimana kalimat penjelas tersebut berisikan tentang kedetailan dari kalimat topik. Paragraf memang bukan kumpulan dari kalimat topik, tetapi paragraf di sini berisi beberapa kalimat penjelas dan hanya satu kalimat topik.

E. Kerangka Pikir

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, dikenal ada empat aspek keterampilan yang diajarkan dan dilatih yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Fokus penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan menentukan kalimat utama dalam paragraf melalui proses membaca. Peserta didik akan distimulasi untuk menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang akan disuguhkan, apa itu kalimat utama, bagaimana ciri-cirinya, dan bagaimana cara menentukannya. Ada berbagai macam model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran inkuiri yang nantinya akan diterapkan saat peneliti melakukan penelitian.

Dari penerapan itulah nantinya akan di lihat seberapa jauh peningkatan kemampuan menentukan kalimat utama dalam paragraf siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar.

(40)

30

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

Kurikulum 2013

Bahasa Indonesia

Menyimak Berbicara Membaca Menulis

Model Pembelajaran

Inkuiri

Menentukan Kalimat

Utama

Analisis

Temuan

(41)

31 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto dalam Suyadi (2015:18), penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan atau metodologi tertentu untuk menemukan data akurat tentang hal-hal yang dapat meningkatkan mutu objek yang diamati. Tindakan adalah gerakan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu, dalam PTK gerakan ini dikenal dengan siklus-siklus kegiatan untuk peserta didik.

Kelas adalah tempat di mana terdapat sekelompok peserta didik yang dalam waktu bersamaan menerima pelajaran dari guru yang sama.

Dari ketiga definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK adalah mencermati proses pembelajaran siswa dengan upaya menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang dilaksanakan di kelas. Kelas yang dimaksud adalah sekelompok siswa yang melaksanakan proses pembelajaran dengan guru yang sama, baik di dalam maupun di luar ruangan.

31

(42)

32

Gambar 3.1

Bagan Penelitian Tindakan Kelas

Arikunto (2012:16)

Arikunto (2012:17-19) mengemukakan penjelasan dari setiap tahap yakni.

Tahap 1: Menyusun rancangan tindakan (Plannimng)

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.

Tahap 2: Pelaksanaan tindakan (Acting)

Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksanaan dengan perencanaan perlu diperhatikan secara saksama agar sinkron dengan maksud semula.

Perencanaan SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan SIKLUS II

Pengamatan Refleksi

Refleksi

Pelaksanaan

Pelaksanaan

?

(43)

33

Tahap 3: Pengamatan (Observing)

Yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.

Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan ini dipisahkan dengan pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang dilakukan. Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Sebutan tahap kedua diberikan untuk memberikan peluang kepada guru pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat.

Ketika guru tersebut sedang melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan, tentu tidak sempat menganalisis peristiwanya ketika sedang terjadi. Oleh karena itu, kepada guru pelaksana yang berstatus sebagai pengamat agar melakukan “pengamatan balik” terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung, sambil melakukan pengamatan balik ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.

Tahap 4: Refleksi (Reflecting)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris reflection yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yaitu pemantulan.

Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan.

(44)

34

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Makassar, Jalan Batua Raya No. 1 Makassar, Sulawesi Selatan.

B. Subjek dan Desain Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar.

2. Desain Penelitian

Desain penelitian sebagai alat pemecahan masalah seperti yang telah diungkapkan pada rumusan masalah, direncanakan dengan menggunakan penelitian tindakan kelas, yakni penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardani dalam Sanjaya 2009:142). Penelitian ini akan dilaksanakan dalam jangka waktu satu minggu diawali dari siklus pertama, lalu dilanjutkan ke siklus kedua. Apabila hasil yang dicapai belum tuntas akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya.

C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel

Hatch dan Farhady dalam Sugiyono (2016:38) mendefinisikan variabel sebagai atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu objek dengan objek yang

(45)

35

lain. Penelitian ini membahas dua variabel yaitu model pembelajaran inkuiri dan kemampuan menentukan kalimat utama.

2. Definisi Operasional Variabel

Model pembelajaran inkuiri adalah pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, aktif bertanya, aktif mencari dan menemukan informasi secara mandiri, aktif berpikir dan menemukan hasil pembelajaran sehingga siswa lebih kreatif dalam proses pembelajaran dan guru bertindak sebagai mediator yang merangsang dan mengarahkan siswa.

Kemampuan menentukan kalimat utama adalah bagian dari kemampuan membaca. Dengan kemampuan menentukan kalimat utama suatu teks bacaan atau paragraf, siswa dapat memahami pesan yang disampaikan penulis baik yang tersirat maupun yang tersurat.

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam proses penelitian. Penelitian ini mungkin akan dilaksanakan dalam beberapa siklus sesuai dengan teori Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Diawali dari siklus pertama kemudian dilakukan refleksi lalu dilanjutkan ke siklus kedua dan melakukan refleksi lagi. Jika hasil yang didapat belum tuntas akan dilanjutkan ke siklus selanjutnya. Secara rinci pelaksaan dari siklus tersebut diuraikan sebagai berikut.

Siklus I

Siklus dibagi empat tahap sesuai dengan kriteria penelitian yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi.

(46)

36

1. Tahap perencanaan

Pada tahap ini langkah-langkah yang dilaksanakan sebagai berikut.

a. Menelaah kurikulum untuk mengetahui standar kompetensi dan kompetensi dasar.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Membuat lembar kerja siswa.

d. Menyediakan sarana pendukung yang diperlukan.

2. Pelaksanaan

a. Menyajikan materi pembelajaran.

b. Siswa diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan.

c. Penguatan dan kesimpulan secara bersama-sama.

3. Observasi

a. Mengamati situasi belajar mengajar.

b. Keaktifan siswa dalam kelas.

4. Refleksi

Dalam tahap ini, peneliti melakukan evaluasi terhadap kekurangan dari implementasi tindakan sebagai bahan dan pertimbangan untuk perbaikan siklus selanjutnya. Jika yang dihasilkan belum tercapai akan dilakukan perbaikan pada siklus kedua dan seterusnya.

Siklus II

Setelah melakukan refleksi pada siklus sebelumnya akan dilaksanakan siklus kedua sebagai bahan pertimbangan guna mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik sebagai berikut.

(47)

37

1. Perencanaan

Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.

2. Pelaksanaan

Penulis melaksanakan pembelajaran menentukan kalimat utama dalam paragraf dengan penerapan model pembelajaran inkuiri berdasarkan rencana pembelajaran hasil refleksi pada siklus pertama.

3. Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran menentukan kalimat utama dalam paragraf berdasarkan observasi siklus pertama.

4. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus kedua.

Apabila pada siklus kedua proses pembelajaran menentukan kalimat utama dengan model pembelajaran inkuiri belum meningkat atau belum tuntas, akan dilanjutkan pada siklus ketiga.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2008:101), instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah untuk diolah.

Sugiyono (2016:222) mengatakan bahwa terdapat dua hal utama yang memengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen

(48)

38

penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kuantitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu, instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.

Untuk memperoleh data penelitian, peneliti menggunakan dua instrumen yaitu tes dan observasi. Tes yang diberikan berupa soal tertulis yang berjumlah empat nomor, tiga nomor merupakan soal stimulus/soal pengantar dan soal terakhir merupakan soal inti.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yaitu tes, observasi, dan dokumentasi.

1. Tes

Tes adalah alat untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menentukan gagasan artikel dengan model pembelajaran inkuiri, tes berfungsi untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Menurut Nurgiyantoro (2011:22), tes merupakan sebuah instrumen atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel tingkah laku.

(49)

39

2. Observasi

Observasi adalah mengamati dengan suatu tujuan, dengan menggunakan berbagai teknik untuk merekam atau memberi kode pada apa yang diamati (Poerwanti dkk, 2008:3). Penelitian ini dilakukan secara partisipatif menggunakan lembar observasi untuk mengetahui data aktivitas siswa serta pengelolaan pembelajaran oleh calon guru atau peneliti selama proses pembelajaran.

Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menggambarkan aktivitas siswa dan calon guru atau peneliti dalam pembelajaran keterampilan menentukan kalimat utama dalam paragraf dengan model pembelajaran inkuiri. Adapun aspek-aspek yang diobservasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa

No Aspek yang diamati Keterangan

Ya Tidak 1. Kehadiran siswa

2. Kesiapan menerima pelajaran

3. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran 4. Siswa memperhatikan materi pembelajaran 5. Siswa tidak melakukan aktivitas lain di luar

pembelajaran

6. Siswa mampu menjawab pertanyaan guru

7. Siswa menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu

8. Siswa memberi pendapatnya saat diberi kesempatan

9. Siswa aktif mencatat berbagai materi yang diberikan

10. Siswa aktif bertanya mengenai mata pelajaran yang sedang berlangsung

(50)

40

Tabel 3.2

Lembar Observasi Guru

No Aspek penilaian Keterangan

Ya Tidak 1. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) secara saksama

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai

3. Guru mempersiapkan secara fisik dan mental 4. Guru mempersiapkan materi pembelajaran

5. Guru memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik

6. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan teknik-teknik tertentu sehingga jelas dan mudah dipahami siswa

7. Pembelajaran dilaksanakan dengan urutan yang logis

8. Selama proses pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

9. Apabila siswa bertanya guru memberikan jawaban yang jelas

10. Guru mengajarkan kedisiplinan dalam pembelajaran

11. Guru senantiasa mengarahkan siswa menemukan jawaban dari permasalahan dalam pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran inkuiri

3. Dokumentasi

Dokumentasi juga dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data- data baik berupa hasil tes siswa maupun gambar-gambar yang menunjukkan bahwa benar peneliti telah melakukan penelitian dan bukan hasil manipulasi data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

(51)

41

dan bahan-bahan lain sehingga dapat dipahami dan diinformasikan kepada orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2007:88). Dalam menganalisis data digunakan teknik persentase dengan rumus:

N= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑜𝑎𝑙 x 100 Rumini (2008:113)

H. Indikator Keberhasilan

Pembelajaran dapat dikatakan tuntas atau meningkat apabila 85%

dari jumlah siswa mencapai nilai KKM yang telah ditentukan, nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 8 Makassar adalah 79.

Jadi, apabila 85% ke atas siswa mencapai nilai 79 ke atas pembelajaran dapat dikatakan tuntas atau meningkat. Adapun jumlah kategori ketuntasan hasil belajar siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.3

Kategori Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

Skor Kategori

0-78 79-100

Tidak Tuntas Tuntas

(52)

42 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian secara rinci dari data yang diperoleh di lapangan/lokasi penelitian. Data ini secara detail untuk menjawab rumusan masalah yang diangkat oleh peneliti. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu apakah penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan menentukan kalimat utama dalam paragraf pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar?.

Peneliti menganalisis data secara kuantitatif yaitu pengolahan data dari hasil pengaplikasian model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar yang pembuktiannya dengan angka, bukan mendeskripsikan. Dari hasil olah data kuantitatif, skor yang diperoleh siswa akan diolah dengan analisis menurut teknik persentase yang telah ditentukan. Data yang diolah dan dianalisis yakni hasil kerja siswa dari pertanyaan stimulasi dan pertanyaan inti dengan model pembelajaran inkuiri.

1. Siklus I

Siklus I terdiri dari empat tahap yakni perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

42

(53)

43

a. Perencanaan Siklus I

Siklus I dilaksanakan satu kali pertemuan dengan kompetensi dasar menemukan kalimat utama dalam paragraf. Tujuan pembelajaran sebagai berikut.

1) Siswa mampu menunjukkan letak kalimat utama pada setiap paragraf dalam artikel.

2) Siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri kalimat utama.

3) Siswa mampu memahami cara menemukan kalimat utama.

b. Pelaksanaan Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilaksanakan pada hari senin tanggal 04 Maret 2019 pukul 09.55-10.35 kemudian dilanjutkan setelah istirahat pada pukul 10.55-11.35. Pelaksanaan pada tahap ini sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun sebelum melakukan penelitian. Pada kegiatan awal peneliti memberi arahan kepada ketua kelas untuk menyiapkan seluruh temannya sebelum melaksanakan pembelajaran dan peneliti memperkenalkan diri sebelum masuk pada inti pembelajaran.

c. Observasi Siklus I

Pada tahap ini peneliti mengamati interaksi siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan model pembelajaran inkuiri, peneliti menyiapkan lembar observasi yang pelaksanaannya dilakukan oleh rekan peneliti yang telah dipersiapkan sebelumnya. Adapun hasil observasi yang dilakukan peneliti selama pelaksanaan siklus I sebagai berikut.

(54)

44

Tabel 4.1

Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I

No Aspek yang diamati Keterangan

Ya Tidak

1. Kehadiran siswa > 85% 

2. Kesiapan menerima pelajaran 

3. Perhatian siswa dalam proses pembelajaran  4. Siswa memperhatikan materi pembelajaran  5. Siswa tidak melakukan aktivitas lain di luar

pembelajaran

6. Siswa mampu menjawab pertanyaan guru 

7. Siswa menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu

8. Siswa memberi pendapatnya saat diberi

kesempatan

9. Siswa aktif mencatat berbagai materi yang

diberikan

10. Siswa aktif bertanya mengenai mata pelajaran

yang sedang berlangsung

Persentase 60% 40%

Berdasarkan tabel di atas, terdapat beberapa kendala yang menghambat proses pembelajaran dengan persentase 40%, kehadiran peneliti belum di sambut baik oleh siswa, pada siklus selanjutnya peneliti akan membenahi kekurangan-kekurangan tersebut agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif.

Tabel 4.2

Hasil Observasi Guru/Peneliti Siklus I

No Aspek penilaian Keterangan

Ya Tidak 1. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) secara saksama

2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang

hendak dicapai

3. Guru mempersiapkan secara fisik dan mental  4. Guru mempersiapkan materi pembelajaran 

(55)

45

5. Guru memotivasi siswa, menarik perhatian agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik

6. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan

teknik-teknik tertentu sehingga jelas dan mudah dipahami siswa

7. Pembelajaran dilaksanakan dengan urutan yang logis

8. Selama proses pembelajaran guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya

9. Apabila siswa bertanya guru memberikan jawaban

yang jelas

10. Guru mengajarkan kedisiplinan dalam

pembelajaran

11. Guru senantiasa mengarahkan siswa untuk

menemukan jawaban dari permasalahan dalam pembelajaran sesuai dengan model pembelajaran inkuiri

Persentase 73% 27%

Sumber: Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar

Data di atas menjadi suatu landasan peneliti sebagai dasar untuk menarik kesimpulan bahwa sesuatu yang diharapkan sesuai atau belum dengan realitas yang telah berlangsung. Hasil observasi siswa pada siklus I sesuai yang diharapkan yakni 60% dan yang tidak sesuai yakni 40%.

Adapun hasil observasi guru (peneliti) yang sesuai harapan yakni 73%

dan yang tidak sesuai 27%.

d. Refleksi Siklus I

Setelah kegiatan pembelajaran selesai peneliti mengkaji pelaksanaan pembelajaran dan kekurangan yang terdapat pada siklus I akan diperbaiki pada siklus II. Hasil yang didapatkan pada siklus I belum sesuai yang diharapkan, ini merupakan kekurangan yang akan dibenahi pada siklus II. Adapun kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki sebagai berikut.

(56)

46

1) Siswa melakukan aktivitas lain di luar pembelajaran.

2) Siswa tidak menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu.

3) Siswa tidak aktif mencatat berbagai materi yang diberikan.

4) Siswa tidak aktif bertanya mengenai mata pelajaran yang sedang berlangsung.

5) Peneliti tidak mempersiapkan secara fisik dan mental.

6) Peneliti tidak menjelaskan materi pembelajaran dengan teknik-teknik tertentu sehingga jelas dan mudah dipahami siswa.

7) Pembelajaran tidak dilaksanakan dengan urutan yang logis.

Tabel 4.3

Data Hasil Belajar Siswa Siklus I

No. Nama Siswa Nilai

1. Adelia Sakka 80

2. Ahmad Akil Idrus 50

3. Alif Hasan Al Yafi 50

4. Andi Muh Rivaldi Paottongi 50

5. Andi Nakita Amaliah 80

6. Andi Tenri Humaera 80

7. Audry Nisrina Putri Novel 80

8. Aulia Nurul Infari 80

9. Chrisna Resa Adiputra 50

10. Citra Desianti Husaini 50

11. Citra Tri Buana L 80

12. Dazza Lozhera Patulak 50

13. Kinanti Gracia Mawar Sharow 80

14. Laila Andini Nasrum 50

15. Muh Amanullah A’syam Pallawarukka 50

16. Muh. Akhlatul Ikhsan Anwar 50

17. Muh Rizqullah Dzaki 50

18. Muhammad Fiqri Adrizal 50

19. Muhammad Fatahila SR. 50

20. Muhammad Fiqram Ardiansyah 50

21. Muhammad Syarief Habuddin 50

22. Mustakin 50

23. Nabilah Dzakiyyah Putri 80

(57)

47

24. Nia Ramadhani B. 80

25. Nur Aisyah Putri S. 50

26. Rayhan Yuvito Wachyudi 25

27. Salsa Reskiana A. 50

28. Syifa Ainun Rafika 25

29. Shavira Agustian Nurahman 50

30. Zhafira Farsa Fauzi 50

Tabel 4.4

Tabel Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Skor/Nilai Kategori Frekuensi Persentase

0-78 Tidak Tuntas 18 60%

79-100 Tuntas 12 40%

Jumlah 30 100%

Tabel di atas menggambarkan persentase ketuntasan belajar siswa kelas VIII-4 SMP Negeri 8 Makassar dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai <78 sebanyak 18 orang atau 60% dan yang memperoleh nilai >79 berjumlah 12 orang atau 40% dari jumlah keseluruhan siswa yakni 30 orang. Berdasarkan hasil analisis data, proses pembelajaran pada siklus I belum meningkat atau belum tuntas karena belum mencapai target yang diharapkan pada indikator keberhasilan yaitu 85% ke atas dari jumlah siswa yang memperoleh nilai 79 ke atas. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dengan model pembelajaran inkuiri, penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus II.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 06 Maret 2019 pada pukul 10.30-11.50. dengan kompetensi dasar dan tujuan yang sama dengan

(58)

48

siklus sebelumnya. Berikut uraian perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi siklus II.

a. Perencanaan

Pelaksanaan pembelajaran siklus II akan dilaksanakan satu kali pertemuan dengan RPP yang sama seperti sebelumnya. Peneliti akan menyajikan kembali materi yang sama dan menstimulasi siswa agar menemukan sendiri jawaban atas permasalahan yang akan dibahas.

Peneliti merencanakan teknik-teknik untuk membenahi kekurangan- kekurangan pada siklus I.

b. Pelaksanaan

Pada kegiatan awal guru mengucapkan salam dan memint

Gambar

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ......................................................30  Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas .....................................32
Gambar 2.1  Bagan Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam mengapresiasi karya sastra khususnya memahami dan mengamalkan aspek kepribadian tokoh utama dalam drama Ayahku

Di samping itu munculnya aliran komunikatif dalam pembelajaran bahasa, khususnya menulis menjadikan tantangan bagi guru untuk menerapkan pendekatan tersebut guna

Bagi Guru Dengan adanya prototipe buku penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tematik kelas IV SD Guru bisa lancar dalam mengajar dengan menggunakan langkah-langkah yang

Guru-guru bahasa Melayu perlu memainkan peranan penting bagi meningkatkan kemahiran membaca murid-murid sekolah rendah, untuk mencapai matlamat ini, guru Bahasa

Untuk menciptakan karakteristik seperti itu, maka peranan guru sangat menentukan. Guru tidak lagi berperan sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi, sekalipun

TUJUAN DAN SASARAN 2.1 TUJUAN Analisis aspek permasalahan program peningkatan wawasan pembelajaran bahasa Arab khususnya dalam ketrampilan penyusunan kalimat tentang “Pelatihan

Penerapan Model PBL Problem Based Learning Upaya Peningkatan Keterampilan Membaca Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Hasil penerapan model PBL yang telah dilaksanakan guru