PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN ARIAS (ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION) TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 MATARAM TAHUN AJARAN 2024/2025
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
MULIYATI NIM E1R018053
Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam melakukan penelitian Program Sarjana (S-1) Pendidikan Matematika
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MATARAM
2024
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Majapahit 62 Mataram NTB 83125
Telp. (0370) 623873
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
Proposal skripsi yang berjudul:
Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS (Assurannce, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII di SMP Negeri 4 Mataram Tahun Ajaran 2024/2025
yang disusun oleh:
Nama : Muliyati NIM : E1R018053
Prog. Studi : Pendidikan Matematika telah disetujui untuk dikembangkan menjadi skripsi.
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Arjudin, M.Si. Syahrul Azmi, S.Pd., M.Pd.
NIP. 19680706 199603 1 002 NIP. 19810724 200501 1 008 Menyetujui,
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Dr. Laila Hayati, M.Si.
NIP. 19810906 200312 2 003
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Lingkup Penelittian ... 9
1.6 Definisi Operasional ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Landasan Teori ... 11
2.2 Penelitian Relevan ... 27
2.3 Kerangka Berpikir ... 29
2.4 Hipotesis ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 33
3.1 Jenis Penelitian ... 33
3.2 Variabel Penelitian ... 33
3.3 Populasi dan Sampel ... 34
3.4 Rancangan Penelitian ... 36
3.5 Instrumen Penelitian ... 37
3.6 Teknik Pengumpulan Data... 39
3.7 Teknik Analisis Data ... 41
DAFTAR PUSTAKA... 49
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk memberikan bimbingan atau pertolongan dalam mengembangkan potensi jasmani dan rohani yang diberikan oleh orang dewasa kepada peserta didik untuk mencapai kedewasaannya serta mencapai tujuan agar peserta didik mampu melaksanakan tugas hidupnya secara mandiri (Hidayat & Abdillah, 2019).
Pendidikan harus mendorong manusia untuk dapat terlibat dalam proses pengubahan kehidupan menuju arah yang lebih baik, mengembangkan kepercayaan diri, rasa ingin tahu, serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya.
Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dapat diarahkan dan didorong ke pencapaian tujuan yang dicita-citakan. Suatu hasil pendidikan dapat dikatakan tinggi mutunya jika kemampuan pengetahuan serta sikap yang dimiliki lulusannya berguna bagi perkembangan selanjutnya, baik di lembaga pendidikan yang tinggi maupun di dalam masyarakat kerja. Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar mengajar adalah proses pokok yang harus dilalui oleh seorang pendidik dan peserta didik. Berhasil tidaknya suatu tujuan pendidikan tergantung bagaimana proses belajar mengajar dirancang dan disajikan.
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta didik merupakan kemampuan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam pembelajaran dibutuhkan model pembelajaran yang konseptual dan siap untuk diimplementasikan. Kenyataannya yang terjadi saat ini, guru-guru masih banyak menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah dan penugasan sehingga guru masih berperan penuh sebagai sumber informasi. Model pembelajaran konvensional sekarang ini masih banyak dipergunakan di sekolah-sekolah, yang mana guru masih berperan penuh sebagai sumber informasi.
Di dalam kelas, pembelajaran tersebut akan mendorong anak untuk menghafal informasi, otak pembelajar seakan ditekan untuk menghafal isi buku tanpa fasilitas yang mengarah pada hubungan konten materi dengan pengalaman dan pengetahuan peserta didik sehari-hari.
Berdasarkan analisis konseptual dan kondisi pendidikan, ternyata tidak sedikit peserta didik kesulitan dalam mengikuti mata pelajaran matematika karena model dan metode pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh guru dirasakan kurang tepat. Dengan demikian kemandirian peserta didik dalam belajar kurang terlatih dan proses belajar mengajar akan berlangsung secara kaku sehingga kurang mendukung pengembangan pengetahuan, sikap, moral dan keterampilan peserta didik.
Pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum dan potensi peserta didik merupakan kemampuan dan keterampilan
dasar yang harus dimiliki oleh seorang guru. Model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang sistematis digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, serta berfungsi sebagai perantara bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran (Lismawati & Liza, 2021). Ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran akan berpengaruh terhadap motivasi, keberhasilan dan hasil belajar peserta didik karena model pembelajaran yang digunakan oleh guru berpengaruh terhadap kualitas proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Salah satu tantangan mendasar dalam pembelajaran matematika dewasa ini adalah mencari model pembelajaran inovatif yang memungkinkan bagi peningkatan mutu pendidikan. Hal ini dirasakan mendesak seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat.
Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut, membuka kemungkinan peserta didik tidak hanya belajar di dalam kelas yang dibimbing oleh guru, akan tetapi peserta didik dapat belajar dari luar kelas seperti dari lingkungan, masyarakat, pakar atau ilmuan, media cetak maupun elektronik serta sarana-sarana lain yang tersedia. Dengan belajar seperti itu peserta didik akan lebih leluasa menuangkan gagasan atau ide- idenya yang dibangun berdasarkan informasi dari berbagai sumber.
Berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran telah diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran kooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran yang sering diterapkan.
Dari hasil pengamatan, model pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan keterampilan belajar peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan. Namun ada suatu model yang mengarah ke dalam pengembangan sikap mental dan emosi peserta didik yaitu model pembelajaran ARIAS.
Dengan adanya pengembangan sikap mental dan emosi peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut, peserta didik mengenal relevansi antara konsep teknologi informasi dengan kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction) merupakan kegiatan pembelajaran: 1) untuk menanamkan rasa yakin/percaya diri pada peserta didik, 2) pembelajaran yang ada relevansinya dengan kehidupan peserta didik, 3) berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian peserta didik, 4) evaluasi selama proses pembelajaran, 5) menumbuhkan rasa bangga pada peserta didik dengan memberikan penguatan. Model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS diharapkan kegiatan pembelajaran lebih efektif, sederhana, sistematik, dan bermakna sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
Dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah setiap peserta didik diharapkan dapat termotivasi serta mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab motivasi dan hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuannya. Motivasi dan hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya penigkatan motivasi dan hasil belajar yang baik.
Salah satu tujuan pembelajaran di sekolah untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Namun pada kenyataannya tidak sedikit sekolah yang kurang memperhatikan peningkatan hasil belajar peserta didik. Dari observasi dan wawancara dengan guru matematika SMP Negeri 4 Mataram ada beberapa permasalahan yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar peserta didik, khususnya di kelas VIII. Masalah tersebut dijelaskan sebagai berikut.
Pertama, karakteristik peserta didik: 1) peserta didik kurang menyadari kekuatan dan kelemahan diri dalam menerima materi pelajaran. 2) Saat guru mengajukan pertanyaan kepada peserta didik, hanya beberapa peserta didik yang berusaha menjawab, sedangkan peserta didik yang lain hanya diam. Peserta didik kurang memiliki rasa percaya diri, keberanian untuk menjawab pertanyaan dan kurang memiliki motivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. 3) Peserta didik masih terpaku melihat buku dalam menyelesaikan tugas. 4) Peserta didik belum bisa menanamkan keyakinan bahwa pelajaran yang diikutinya memiliki nilai, bermanfaat, dan berguna bagi kehidupan mereka. 5) Belum adanya kemauan peserta didik untuk membangkitkan dan memelihara minat sebagai usaha menumbuhkan keingintahuan peserta didik yang diperlukan dalam proses pembelajaran.
Kedua, belum maksimalnya hasil belajar peserta didik. Dari hasil observasi yang dilakukan, masih terdapat beberapa peserta didik yang nilainya
dibawah standar. Ketiga, 1) Guru jarang menggunakan model pembelajaran dalam proses pembelajaran matematika. Misalnya jarang menggunakan model pembelajaran kooperatif learning di dalam kegiatan pembelajaran. Padahal dengan model pembelajaran ini, akan memberikan kesan positif, proses belajar tidak monoton, dan mengurangi kejenuhan peserta didik pada saat proses pembelajaran. 2) Dalam proses pembelajaran guru jarang menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain dari yang biasanya dalam pembelajaran.
Berbagai model, metode, dan strategi pembelajaran telah diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran kooperatif learning merupakan salah satu model pembelajaran yang sering diterapkan.
Dari hasil pengamatan, model pembelajaran kooperatif mampu mengembangkan keterampilan belajar peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan. Namun ada suatu model yang mengarah ke dalam pengembangan sikap mental dan emosi peserta didik yaitu model pembelajaran ARIAS.
Dengan adanya pengembangan sikap mental dan emosi peserta didik terhadap mata pelajaran tersebut, peserta didik mengenal relevansi antara konsep teknologi informasi dengan kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) adalah model pembelajaran yang terdiri dari tahap memberikan motivasi kepada siswa untuk bisa lebih percaya diri (Assurance), tahap mengaitkan materi yang di ajarkan dengan kehidupan siswa (Relevance), tahap berusaha menarik dan memelihara minat atau perhatian siswa (Interest),
kemudian terdapat tahap evaluasi (Assessment), serta tahap menumbuhkan rasa bangga pada siswa dengan memberikan penguatan (Satisfaction). Selain itu, proses model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) didominasi oleh upaya memotivasi serta memberikan contoh yang relevan pada materi yang diajarkan dengan kehidupan sehari-hari siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Ghasya, 2014).
Model pembelajaran ARIAS dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sebagai suatu alternatif dalam usaha meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS diharapkan kegiatan pembelajaran lebih efektif, sederhana, sistematik, dan bermakna sehingga dapat meningkatkan motivasi hasil belajar peserta didik.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti menganggap penting untuk melaksanakan penelitian dengan berjudul: “Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Pada
Mata Pelajaran Matematika Kelas VIII di SMP Negeri 4 Mataram Tahun Ajaran 2024/2025.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah adakah pengaruh model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VIII di SMP Negeri 4 Mataram?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap motivasWi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VIII di SMP Negeri 4 Mataram.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan dan perkembangan khazanah ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengelola sekolah dalam rangka perbaikan model pembelajaran yang lebih efektif guna meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
b. Bagi guru
Memberi wawasan baru bagi guru sebagai bahan alternatif penggunaan model pembelajaran yang kreatif, inovatif, aktif dan efektif didalam kelas maupun di luar kelas untuk meningkatkan kualitas belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika.
c. Bagi peserta didik
Memberikan dan menjadikan peserta didik senang, responsive, aktif dalam melaksanakan proses pembelajaran, sehingga akan meningkatkan kualitas proses belajarnya.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan peneliti dalam bidang pendidikan untuk meneliti aspek lain yang dapat meningkatkan hasil belajar.
1.5 Lingkup Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti membataskan masalah pada subjek dan objek penelitian, dimana subjek dalam penelitian ini adalah kelas VIII.1 SMP Negeri 4 Mataram yang dipilih berdasarkan pertimbangan dari guru dengan mengambil satu kelas sebagai sampel penelitian dan objek dari penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.
1.6 Definisi Operasional
Penegasan istilah agar tidak terjadi perbedaan pemahaman mengenai istilahi-stilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka beberapa istilah yang perlu didefinisikan, meliputi berikut ini:
1. Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction)
Model pembelajaran ARIAS adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan tujuan membangkitkan rasa percaya diri untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah dorongan dalam diri individu yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk melakukan proses belajar sehingga mencapai tujuan yang dikehendaki. Motivasi menjadi dasar bagi siswa untuk dapat memperoleh hasil belajar yang maksimal (Rahman, 2021).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Ghufron dan Rini (2014) adalah “hasil yang diperoleh siswa atau mahasiswa setelah melakukan aktivitas belajarnya yang dinyatakan dalam bentuk nilai angka atau huruf.” (Rahim dkk., 2023, hal. 8)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Model Pembelajaran ARIAS
2.1.1.1 Pengertian Model Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), model adalah pola (contoh acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.
Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sehingga model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola atau contoh yang dapat dijadikan acuan untuk seseorang melakukan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran menurut Wahyuni, dkk. (2024) merupakan suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.
Menurut Helmiati (dalam Sinambela, dkk., 2022) model pembelajaran adalah sebuah bentuk pembelajaran yang terkonsepkan mulai pendahuluan sampai akhir yang tersajikan secara khas oleh pendidik. Dengan istilah lain, model pembelajaran ialah sebuah model yang membingkai implementasi mulai dari pendekatan pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran dan teknik pembelajaran.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan kesatuan teratas yang menaungi setiap langkah pembelajaran.
Model pembelajaran adalah sebuah deskripsi yang menggambarkan disain pembelajaran dari mulai perencanaan, proses pembelajaran, dan pasca pembelajaran yang dipilih dosen/guru serta segala atribut yang terkait yang digunakan baik secara langsung atau tidak langsung dalam disain pembelajaran tersebut. Berdasarkan pengertian ini, maka dalam suatu model pembelajaran diartikan sebagai suatu rancangan atau pola konseptual yang memiliki nama, sistematis dapat digunakan dalam menyusun kurikulum, memanaj materi, mengatur aktivitas peserta didik, memberi petunjuk bagi pengajar, mengatur setting pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang mendukung, mengarahkan pada tujuan yang diharapkan, dan mengevaluasinya (mengukur, menilai, dan memberikan feedback) (Asyafah, 2019).
Berdasarkan beberapa pengertian model pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah perencanaan dalam pembelajaran yang dirancang secara konseptual mulai dari pendahuluan sampai akhir dan dijadikan pedoman dalam kegiatan pembelajaran.
2.1.1.2 Model Pembelajaran ARIAS
Model Pembelajaran ARIAS seperti yang dikatakan oleh Sopah (dalam Ratnawati, 2018) merupakan modifikasi dari ARCS yang dikembangkan oleh Keller dan Krop. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan (expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu: nilai (value) dan tujuan yang
akan dicapai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu.
Dari dua komponen tersebut oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu: Attention (minat/perhatian), Relevance (relevansi), Confidence (percaya/yakin), Satisfacion (kepuasan/bangga). Pada model pembelajaran ini tidak ada evaluasi (Assessment), padahal evaluasi merupakan komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Mengingat pentingnya evaluasi, maka model pembelajaran ini dimodifikasi dengan menambahkan komponen evaluasi, sehingga menjadi model pembelajaran ARIAS (Assurance/percaya diri, Relevance/relavansi, Interest/minat, Assessment/evaluasi, dan Satisfaction/rasa puas).
Menurut Rahman dan Amri (dalam Handayani, 2017) model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction) adalah kegiatan pembelajaran yang menanamkan rasa yakin atau percaya kepada siswa. Kegiatan pembelajaran ada relevansinya dengan kehidupan siswa, berusaha menarik dan memilihara minat atau perhatian siswa.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan bertujuan untuk membangkitkan rasa percaya diri siswa serta meningkatkan minat atau motivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Tahapan dalam model pembelajaran ARIAS ada lima, di antaranya:
1) Assurance (percaya diri)
Assurance yaitu rasa percaya diri dimana sikap percaya, yakin akan berhasil atau harapan untuk berhasil. Menurut Bandura (dalam Aminah, 2018) jika seseorang memiliki sikap percaya diri yang tinggi maka cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia miliki.
Sikap percaya diri perlu ditanamkan pada siswa agar merasa mampu melakukan sesuatu dengan berhasil dan terdorong untuk melakukannya dengan sebaik mungkin sehingga mencapai hasil yang maksimal.
Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai guru untuk membangkitkan dan memelihara kepercayaan diri siswa adalah sebagai berikut:
a. Membantu peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada peserta didik gambaran diri positif terhadap diri sendiri.
b. Menggunakan standar yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai keberhasilan (misal, dengan mengatakan bahwa kamu pasti dapat menyelesaikan tugas tersebut tanpa melihat buku).
c. Memberi tugas yang sukar tetapi realistis untuk diselesaikan sesuai dengan kemampuan peserta didik (misal, memberi tugas peserta didik secara berangsur dari yang mudah hingga yang sukar).
d. Memberi kesempatan peserta didik secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih keterampilam.
e. Membantu peserta didik menemukan kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menampilkan video orang-orang yang telah berhasil dalam bidangnya, sehingga peserta didik lebih termotivasi untuk menemukan kekuatan dirinya.
2) Relevance (relevansi)
Relevance yaitu pembelajaran yang dilakukan ada relevansinya dengan kehidupan siswa. Sopah (dalam Pratama, Sukardi, & Ismail, 2018) menyatakan bahwa sesuatu yang memiliki arah tujuan, sasaran yang jelas, manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mecapai tujuan tertentu, dengan tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan apa yang akan dimiliki dan pengalaman apa yang akan didapat.
3) Interest (minat)
Interest seperti yang diungkapkan oleh Suparno (1997) bahwa “perlu diciptakan suasana yang membuat murid antusias terhadap persoalan yang ada sehingga mereka mau memecahkan persoalannya.” (Pratama, dkk., 2018, hal. 154). Lestari (2015) mengungkapkan bahwa minat juga dapat difenisikan sebagai keinginan untuk melakukan suatu kegiatan dalam mencapai suatu tujuan. Semakin tinggi keinginan meraih harapan akan semakin kuat pula minat yang mendorong untuk meraih keinginan tersebut. Interest tidak hanya sekedar menarik minat/perhatian peserta
didik pada awal kegiatan melainkan tetap memelihara minat/perhatian tersebut selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Membangkitkan dan memelihara minat merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan peserta didik yang diperlukan dalam proses pembelajaran. Minat merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan memelihara minat belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
a) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu yang lain dari yang biasanya dalam pembelajaran.
b) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya para peserta didik diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan.
c) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran misalnya variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras ke suara yang sedang dan mengubah gaya mengajar.
d) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan pembelajaran, seperti demonstrasi dan simulasi
4) Assessment (evaluasi)
Assessment berarti dilakukan evaluasi atas pembelajaran yang telah dilakukan. Proses evaluasi menjadi hal yang sangat dibutuhkan dalam
pembelajaran apalagi setelah diterapkannya metode pembelajaran.
Evaluasi diperlukan untuk mengetahui sejauh mana progres suatu pembelajaran telah tercapai.
Silverius (1991) menyatakan evaluasi pembelajaran bertujuan memperoleh suatu informasi akurat akan ketercapaian tujuan pembelajaran selanjutnya diambil keputusan mengenai tindak lanjutnya.
Sedangkan menurut Hamzah (2014) evaluasi pembelajaran mata pelajaran matematika memiliki empat tujuan. Tujuan pertama mendapatkan gambaran mengenai kemampuan dalam belajar. Tujuan kedua yaitu mengetahui tingkat keberhasilan belajar. Tujuan ketiga yaitu menindak lanjuti. Tujuan yang terakhir adalah adanya pertanggungjawaban (Pramesti, 2020).
Bagi guru evaluasi digunakan untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitor kemajuan siswa sebagai individu maupun kelompok, untuk merekam apa yang telah dicapai oleh siswa, dan untuk membantu siswa dalam belajar.
Adapun bagi siswa, evaluasi digunakan sebagai umpan balik terhadap kelebihan dan kelemahan yang dimiliki. Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah mereka capai. Apakah mereka telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran. Evaluasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memberikan umpan balik terhadap hasil kerja siswa, memberikan evaluasi yang obyektif dan adil serta segera
menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi terhadap diri sendiri dan evaluasi terhadap temannya.
5) Satisfaction (rasa puas)
Menurut Santi (2009) Satisfaction berarti “yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai.” (Rahmawati, 2017, hal. 69). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik.
Seseorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan. Di dalam kelas, guru memberikan penghargaan (nilai) kepada peserta didik secara individu maupun kelompok. Kemudian guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusinya.
2.1.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran ARIAS 2.1.1.3.1. Kelebihan Model Pembelajaran ARIAS
Model pembelajaran ARIAS memiliki kelebihan sebagaimana dijelaskan oleh Marhamah (2019) diantaranya:
1) Dalam kegiatan pembelajaran yang diikuti, siswa saling berkerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga membuat siswa lebih dekat.
2) Siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3) Interaksi guru dan siswa, siswa anatar siswa akan terjalin lebih baik dan membuat proses belajar mengajar lebih aktif.
Kelebihan model pembelajaran ARIAS yang lain adalah sebagai berikut:
1) Peserta didik merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka.
2) Peserta didik akan terdorong mempelajari sesuatu yang akan dipelajari dan memiliki tujuan yang jelas.
3) Membangkitkan rasa percaya diri pada peserta didik bahwa mereka mampu.
4) Memiliki arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta ada manfaat mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut.
5) Peserta didik termotivasi untuk berkompetisi yang sehat antar peserta didik.
6) Membantu Peserta didik dalam memahami materi pelajaran
2.1.1.3.2. Kekurangan Model Pembelajaran ARIAS
Selain kelebihan yang dimiliki, model pembelajaran ARIAS juga memiliki kekurangan antara lain sebagai berikut:
1) Siswa lebih mengutamakan temannya yang pintar untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
2) Memerlukan tenaga ekstra, waktu, pemikiran, peralatan, dan keterampilan dari seorang pengajar.
3) Sulit untuk dilakukan evaluasi secara kualitatif karena model ini lebih bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2.1.1.3.3. Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran ARIAS
Langkah-langkah pembelajaran model pembelajaran ARIAS tergambar pada pengertian dari kelima komponen ARIAS di antaranya:
1) Tahap Assurance
Membantu peserta didik menentukan kekuatan dan kelemahandiri serta menanamkan pada peserta didik gambaran diripositif terhadap diri sendiri.
2) Tahap Relevance
Guru menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai- nilai yang dimiliki siswa.
3) Tahap Interest
Peserta didik diberikan kesempatan oleh guru untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran, misalnya peserta didik diajak berdiskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. Selain itu, guru juga bisa menyampaikan pelajaran dengan cara yang menarik agar peserta didik tidak merasa jenuh.
4) Tahap Assessment
Guru mengadakan evaluasi dan memberikan umpan balik terhadap kinerja siswa, memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera menginformasikan hasil evaluasi kepada peserta didik.
5) Tahap Satisfaction
Guru memberikan penguatan, apresiasi yang pantas baik verbal maupun nonverbal kepada peserta didik yang telah menampilkan keberhasilannya. Apresiasi diberikan guna menumbuhkan rasa bangga dan puas terhadap hasil yang telah dicapai oleh peserta didik.
2.1.2 Motivasi Belajar
2.1.2.1 Pengertian Motivasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) motivasi adalah: 1) dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak
sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu. 2) usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat kepuasan dengan perbuatannya (KBBI, 2024). Sedangkan menurut Muhfizar, dkk. (2020) motivasi adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan demi tercapainya tujuan. Sedangkan motivasi pada lingkungan kerja merupakan dorongan dalam diri individu/kelompok untuk menjalankan pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya atas tujuan yang ingin dicapai.
Emda (2018) mengungkapkan bahwa “motivasi adalah suatu hasrat yang lahir dalam diri seseorang secara sadar maupun tidak sadar demi mencapai keberhasilan tertentu”. Setiani & Setyaningsih (2019) mendefinisikan bahwa “motivasi merupakan energi penggerak dalam diri siswa yang memunculkan rasa keingintahuan melalui kegiatan belajar”.
(Nurhayati & Purwanto, 2021, hal.94).
Dari beberapa pengertian motivasi di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah dorongan atau usaha dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan demi mencapai keberhasilan tertentu.
2.1.2.2 Pengertian Belajar
Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku terhadap hasil belajar bersifat continiu, fungsional, positif, aktif, dan terarah. Proses perubahan tingkah laku dapat terjadi dalam berbagai kondisi berdasarkan
penjelasan dari para ahli pendidikan dan psikologi(Pane & Dasopang, 2017).
Menurut Thursan Hakim, definisi belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia yang ditunjukkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya fikir, dan kemampuan lainnya. Menurut Skinner, pengertian belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progresif (Djamaluddin & Wardana, 2019).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku individu sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku yang berlaku secara progresif.
2.1.2.3 Motivasi Belajar
Motivasi belajar adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi atau hasil belajar sebaik mungkin. Dengan adanya motivasi, siswa akan tergerak dan terdorong untuk belajar atau menguasai materi ajaran yang sedang diikutinya. Tanpa motivasi, siswa tidak akan tertarik dan serius dalam megikuti pembelajaran. Sebaliknya, dengan adanya motivasi yang tinggi, siswa akan tertarik dan terlibat aktif bahkan berinisiatif dalam proses pembelajaran. Dengan motivasi yang tinggi siswa akan berupaya sekuat-
kuatnya dengan menempuh berbagai strategi yang positif untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha, arah untuk belajar dan mendorong untuk pencapaian hasil belajar siswa.
Dengan kata lain, semakin tinggi motivasi belajar yang dimiliki siswa, semakin tinggi pula kemungkinan untuk berhasil atau berprestasi. Jadi tugas guru yaitu mendorong dan membangkitkan semangat para siswa agar dalam diri siswa tumbuh motivasi yang kuat untuk belajar (Nurhandayani, Arjudin, & Saputra, 2021).
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar menurut Emda (dalam Nurhafizah, Sripatmi, Subarinah & Hayati, 2021) antara lain:
1) cita-cita atau aspirasi siswa yaitu cita-cita akan memperkuat motivasi belajar baik instrinsik maupun ekstrinsik, sebab tercapainya suatu cita- cita akan mewujudkan aktualisasi diri, 2) kemampuan siswa yaitu keinginan seorang perlu dibarengi dengan kemampuan dan kecakapan dalam pencapaiannya, 3) kondisi siswa yaitu kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seseorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau marah-marah tentunya akan mengganggu perhatian belajar, sehingga secara otomatis motivasi belajar seorang siswa tersebut tidak ada, dan 4) kondisi lingkungan siswa yaitu lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan kemasyarakatan.
Motivasi belajar dapat ditumbuhkan melalui beberapa faktor.
Di antara faktor-faktor tersebut dikemukakan oleh Vintere (2018) “(1) tujuan yang akan dicapai pada saat sekarang dan dimasa depan; (2) pengetahuan yang akan didapatkan baik secara teori maupun prakteknya;
(3) menekankan orientasi profesional dari kegiatan pengajaran, (4) mengintegrasikan permasalahan ke dalam struktur kegiatan pembelajaran;
(5) rasa keingintahuan dan minat kognitif dalam kelompok akademik.”
(Novitasari, Sanuriza, Triutami, Wulandari, & Salsabila, 2020, hal. 2).
Sedangkan menurut Suryabrata (dalam Rarasanti, Sarjana, Prayitno, & Sripatmi, 2021) ada beberapa hal yang mendorong siswa memiliki motivasi belajar, yaitu: 1. Adanya sifat ingin tahu; 2. Adanya sifat ingin terus maju; 3. Adanya keinginan untuk mendapatkan perhatian orang tua dan guru; 4. Adanya keinginan memperbaiki kegagalan; 5.
Adanya hukuman pada akhir pembelajaran.
Motivasi belajar seperti yang diungkapkan oleh Veriansyah (2018) merupakan “hasrat untuk belajar dari seorang individu. Seorang siswa dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha secara maksimal.
Artinya ia memotivasi dirinya sendiri. Motivasi belajar dapat datang dari dirinya sendiri (intrinsik) yang rajin membaca buku dan rasa ingin tahu tinggi terhadap suatu masalah. Motivasi belajar dapat dibangkitkan, ditingkatkan dan dipelihara oleh kondisi-kondisi luar (ekstrinsik), seperti penyajian pelajaran oleh guru dengan media yang bervariasi, metode yang
tepat dan komunikasi yang dinamis.” (Gunawan, Kustiani, & Hariani, 2018, hal.15).
2.1.3 Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Sudjana (2005) adalah “kemampuan- kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia mengalami proses pembelajarannya.” (Panie, Kurniati, Kurniawan, & Hikmah, 2023, hal.
1065-1066). Hasil belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku dan kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebabkan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja. Hasil belajar tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan kegiatan belajar. Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami serta mengerti materi tersebut.
Hasil belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran. Penilaian terhadap hasil belajar dilakukan untuk mengukur tingkat kemajuan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sudjana (2009) merujuk pada Taksonomi Bloom bahwa “hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, psikomotor.” (Andriani & Rasto, 2019, hal 81).
Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa melalui pengalaman dan interaksi dengan sumber-sumber belajar dan lingkungan belajar yang diperoleh peserta didik setelah terjadinya proses pembelajaran melalui beberapa soal tes pembelajaran yang kemudian di angkakan. Hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri peserta didik seperti fisiologis, psikologis, kesehatan dan faktor eksternal berupa lingkungan seperti keluarga, sekolah, masyarakat.
2.2 Penelitian Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Haplah Pitriani (2020) yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap Motivasi Belajar”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika kelas IV di Sekolah Dasar 56 Kota Bengkulu. Hal ini dilihat dari
𝑡
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔yang diproleh 2,7521 sedangkan
𝑡
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 1,692 maka𝑡
ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari𝑡
𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 5%.Penelitian ini relevan karena penelitian yang dilakukan sama yaitu model pembelajaran ARIAS (Assurance, relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) dan motivasi belajar siswa. Perbedaan dalam penelitian ini terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Dimana pada penelitian yang dilakukan oleh Haplah Pitriani (2020) menggunakan
penelitian kuasi eksperimen (eksperimen semu) sedangkan pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian ex post facto.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Renny Widyawati (2016) yang berjudul
“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran ARIAS terhadap Motivasi dan Hasil Belajar”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Ada pengaruh dari penerapan model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar siswa; (2) Ada pengaruh dari penerapan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya nilai signifikansi yang diperoleh setelah data diolah dengan SPSS sebesar 0,000 dimana 0,000 < 0,05, maka 𝐻0 ditolak sehingga ada pengaruh penerapan model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi belajar siswa.
Kemudian pada hipotesis kedua diperoleh besarnya nilai signifikansi sebesar 0,040 dimana 0,040 < 0,05, maka 𝐻0 ditolak sehingga ada pengaruh penerapan model pembelajaran ARIAS terhadap hasil belajar siswa.
Penelitian ini relevan karena penelitian yang dilakukan sama yaitu tentang model pembelajaran ARIAS, motivasi, dan hasil belajar.
Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Renny Widyawati (2016) dengan penelitian ini yaitu pada teknik analisis yang digunakan. Dimana pada penelitian Renny menggunakan teknik analisis classical experimen design sedangkan penelitian ini menggunakan teknik analisis regresi linier sederhana.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Anugrah Lestari, Nursalam, dan Mardhiyah (2017) yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap Hasil Belajar”. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan model pembelajaran konvensional pada kelas VII SMP Negeri 1 Sungguminasa Kab. Gowa.
Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata posttest pada kelas eksperimen sebesar 76,90 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 65,32. Hasil analisis inferensial diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dimana, 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔= 3,492 sedangkan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 2,000. Maka berdasarkan kriteria pengujian dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ARIAS dengan model pembelajaran konvensional.
Perbedaan dalam penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugrah Lestari, Nursalam, dan Mardhiah (2017) yaitu terletak pada teknik analisis data yang digunakan. Pada penelitian ini mengggunakan teknik analisis data regresi linier sederhana, sedangkan penelitian oleh Lestari, dkk. Menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.
2.3 Kerangka Berpikir
Model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment dan Satisfaction) merupakan kegiatan pembelajaran: 1) untuk menanamkan
rasa yakin/percaya diri pada peserta didik, 2) pembelajaran yang ada relevansinya dengan kehidupan peserta didik, 3) berusaha menarik dan memelihara minat/perhatian peserta didik, 4) evaluasi selama proses pembelajaran, 5) menumbuhkan rasa bangga pada peserta didik dengan memberikan penguatan.
Dalam penelitian ini peneliti memberikan sebuah kerangka pemikiran yang bisa dijadikan gambaran untuk menjelaskan variabel dalam penelitian ini yaitu pengaruh model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di SMP Negeri 4 Mataram.
Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep yang mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam menyusun sistematis penelitian. Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang dapat digunakan sebagai pendekatan dalam memecahkan masalah. Kerangka konseptual menjadi pedoman peneliti untuk menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam penelitian. Biasanya kerangka penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan antar variabel dalam proses analisisnya. Dapat dijelaskan masing- masing variabel sebagai berikut:
a. Minat belajar peserta didik kurang karena model pembelajaran yang digunakan kurang tepat sehingga hasil belajar peserta didik rendah.
b. Model pembelajaran ARIAS adalah model pembelajaran yang dimana dalam proses pembelajaran seorang guru harus membuat peserta didik
percaya diri akan kemampuan dalam mengikuti pelajaran, memberikan contoh relevan sesuai dengan keseharian agar peserta didik cepat memahami suatu pelajaran, guru juga harus membangkitkan serta memelihara minat belajar peserta didik untuk tetap mengikuti pembelajaran, evaluasi untuk mengukur sampai sejauh mana hasil belajar peserta didik, dan penguatan yang bertujuan untuk membuat peserta didik tetap semangat dalam mengikuti pelajaran. Dengan menerapkan model pembelajaran ARIAS diharapkan kegiatan pembelajaran lebih efektif, sederhana, sistematik, dan bermakna sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik.
c. Hasil adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak pernah melakukan suatu kegiatan.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir - Minat belajar kurang
- Model pembelajaran yang digunakan monoton
- Hasil belajar rendah
Model Pembelajaran ARIAS - Assurance (Percaya diri) - Relevance (Relevansi) - Interest (Minat) - Assessment (Evaluasi) - Satisfaction (Penguatan)
Motivasi dan Hasil Belajar Meningkat
2.4 Hipotesis
Hipotesis dapat diartikan sebagai dugaan sementara, sesuai dengan pendapat Abdullah (dalam Yam & Taufik, 2021) yaitu jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya melalui penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
Ha : Terdapat pengaruh model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VIII di SMP Negeri 4 Mataram Tahun Ajaran 2024/2025.
Ho : Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, Satisfaction) terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas VIII di SMP Negeri 4 Mataram Tahun Ajaran 2024/2025.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian ex post facto. Penelitian kuantitatif seperti dikatakan oleh Syahrum dan Salim (2014) adalah penelitian empiris yang datanya berbentuk angka-angka (Syahrizal & Jailani, 2023 hal.14). sedangkan ex post facto seperti yang disampaikan oleh Rikatsih dkk. (dalam Putri, Arjudin, Azmi, & Sripatmi, 2023, hal. 1391) adalah metode penelitian yang diterapkan dengan mengkaji peristiwa yang terjadi dan mengamati sebab-sebab terjadinya peristiwa sebelumnya.
Penelitian ex post facto menurut Sugiyono (2015) adalah penelitian yang dipergunakan untuk menelaah atau melacak kembali faktor-faktor atau penyebab dari peristiwa yang diteliti dimana kejadian atau peristiwa tersebut telah dilalui oleh responden (Wahdah & Malasari, 2022, hal.128).
Jenis penelitian ex post facto dipilih karena disesuaikan dengan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran ARIAS terhadap motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
3.2 Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut, nilai/sifat dari objek, individu/kegiatan yang mempunyai banyak variasi tertentu antara satu dan
lainnya yang telah ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan dicari informasinya serta ditarik kesimpulannya (Ridha, 2017). Adapun macam- macam variabel dalam penelitian ini yaitu:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ARIAS (X).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang terjadi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar (Y1) dan hasil belajar (Y2).
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan elemen dalam penelitian meliputi subjek dan objek dengan ciri-ciri dan karakteristik tertentu (Amin, Garancang, & Abunawas, 2023). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Mataram tahun ajaran 2024/2025 yang terdiri dari 9 kelas yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1 Jumlah Populasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Mataram
No Kelas Jumlah Siswa
1 2 3 4 5
VIII.1 VIII.2 VIII.3 VIII.4 VIII.5
32 siswa 32 siswa 32 siswa 32 siswa 32 siswa
6 7 8 9
VIII.6 VIII.7 VIII.8 VIII.9
30 siswa 30 siswa 25 siswa 25 siswa
Total 270 siswa (Sumber: Daftar jumlah siswa SMP Negeri 4 Mataram Kelas VIII)
3.3.2 Sampel
Sampel secara sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data yang sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain, sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi (Amin, Garancang, & Abunawas, 2023). Untuk menentukan sampel dalam suatu penelitian sangat diperlukan teknik sampling. Pada penelitian ini, teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling.
Menurut Maharani & Bernard (2018) teknik purposive sampling adalah teknik penentuan dan pengambilan sampel yang ditentukan oleh peneliti dengan pertimbangan tertentu. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu 32 siswa yang diambil dari satu kelas yang terdapat pada populasi penelitian. Adapun kelas yang diambil menjadi sampel penelitian adalah kelas VIII.1.
Teknik purposive sampling ini digunakan karena keterbatasan peneliti yag tidak mengetahui secara langsung kondisi responden sehingga meminta bantuan guru bidang studi matematika kelas VIII untuk memberikan pertimbangan terkait kelas yang peneliti butuhkan.
3.4 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian dirumuskan dengan tujuan adanya arah yang jelas dan target yang hendak dicapai dalam penelitian. Langkah-langkah dalam penelitian dijabarkan sebagai berikut:
1. Observasi awal dilakukan dengan melakukan kunjungan ke sekolah tempat akan dilakukan penelitian untuk melihat kondisi sekolah dan siswa, bagaimana proses pembelajaran berlangsung.
2. Identifikasi masalah untuk menegaskan batas-batas permasalahan sehingga cakupan penelitian tidak keluar dari tujuan penelitian.
3. Menguraikan latar belakang permasalahan untuk menjelaskan problematika dan fenomena di lapangan. Kemudian pokok permasalahan yang akan diteliti dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang akan dicari jawabannya dalam penelitian.
4. Merumusakn hipotesis penelitian serta variabel yang ada dalam penelitian.
5. Menyusun dan mengembangkan instrumen penelitian dalam memperoleh informasi yang akurat dan terpercaya karena validitas hasil penelitian sebagian besar bergantung pada kualitas instrumen pengumpulan datanya.
6. Menentukan teknik sampling dan teknik pengumpulan data.
7. Mengolah data yang diperoleh untuk kemudian dilakukan analisis, menguji hipotesis, serta menyimpulkan hasil analisis data.
8. Membuat laporan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
Diagram Alir Rancangan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Rancangan Penelitian
3.5 Instrumen Penelitian
3.5.1 Lembar Angket Model Pembelajaran ARIAS dan Motivasi Belajar
Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dan pengaruh model pembelajaran ARIAS maka digunakan instrumen penelitian data survey berbentuk kuesioner atau angket. Angket yang Observasi Awal
Identifikasi Masalah dan Rumusan
Masalah
Tinjauan Pustaka
Rumusan Hipotesis
Populasi dan Sampel
Pengumpulan Data
Menyusun dan Mengembangkan
Instrumen
Pengujian Instrumen
Simpulan dan Saran Analisis Data
digunakan yaitu angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang menyajikan pertanyaan dan pilihan jawaban sehingga responden hanya dapat memberikan tanggapan terbatas pada pilihan yang diberikan. Skala sikap yang digunakan oleh peneliti adalah skala Likert. Menurut Sugiyono (2018) bahwa skala Likert digunakan sebagai alat untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi individu atau sekelompok orang terhadap fenomena sosial (Sari, Gunawan, Fitriyani, & Hilaliyah, 2020, hal. 200).
Skala Likert terdapat empat pilihan jawaban di setiap itemnya yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Angket tersebut untuk mengetahui motivasi belajar dan pengaruh model pembelajaran ARIAS.
Adapun tabel skala Likert disajikan di bawah ini:
Tabel 3.2 Penskoran Skala Likert Kriteria Penilaian Skala Penilaian
Sangat Setuju Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju
4 3 2 1
(Sumber: Sari, Gunawan, Fitriyani, & Hilaliyah, 2020) 3.5.2 Lembar Tes Hasil Belajar Siswa
Instrumen tes yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tes untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang berbentuk tes uraian. Lembar tes untuk mengukur hasil belajar siswa bersifat individu dan berbentuk tes uraian.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi yang valid untuk kemudian dapat digunakan dengan tepat sesuai dengan tujuan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1 Observasi
Melalui teknik observasi ini peneliti terjun secara langsung untuk mengamati keadaan SMP Negeri 4 Mataram baik dari kondisi pembelajaran maupun dari segi kondisi fisik sekolah yang bersangkutan. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi dilakukan untuk mengetahui sekolah, letak sekolah, dan cara siswa dalam menerima pelajaran di SMP Negeri 4 Mataram.
3.6.2 Angket
Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Angket yang digunakan dalam penelitian ini disusun menggunakan skala Likert. Angket dalam penelitian ini yaitu angket model pembelajaran ARIAS dan angket motivasi belajar. Responden dapat memilih opsi jawaban
yang paling sesuai dengan dirinya. Masing-masing item terdapat empat kategori pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
3.6.3 Tes Hasil Belajar
Tes dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh jawaban siswa terkait dengan hasil belajar matematika setelah diterapkan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran.
Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tertulis. Tes yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika menggunakan materi sistem persamaan linear dua variabel.
3.6.4 Dokumentasi
Menurut Fuad dan Sapto (dalam Yusra, Zulkarnain, dan Sofino, 2021) dokumentasi merupakan salah satu sumber data sekunder yang diperlukan dalam sebuah penelitian. Teknik dokumentasi dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data melalui bahan-bahan tertulis yang diterbitkan oleh lembaga yang menjadi objek penelitian. Alasan peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengumpulkan data adalah bahwa dengan dokumen, data yang diperlukan akan lebih mudah diperoleh dari tempat penelitian.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan salah satu tahapan penting dalam suatu penelitian. Analisis data dilakukan untuk mendapatkan penjelasan mengenai penelitian yang telah dilakukan. Namun, untuk melakukan analisis data, ada teknik-teknik tertentu yang perlu dilakukan agar pengolahan tidak terjadi kesalahan. Teknik analisis data adalah suatu proses untuk mengolah data dan informasi ke dalam proses penelitian, nantinya data tersebut akan dijadikan sebagai hasil penelitian atau informasi baru. Proses analisis data perlu dilakukan untuk mengetahui kevalidan data yang didapat sehingga akan memudahkan dalam proses- proses selanjutnya. Analisis data ini dilakukan setelah penelitian selesai dan semua data sudah terkumpul. Proses analisis data ini dilakukan secara terus menerus sehingga sampai pada tahapan dimana keadaan data sudah tepat.
3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang tingkat pekerjaannya mencakup cara-cara menghimpun, menyusun, atau mengatur, mengolah, menyajikan, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran yang teratur, ringkas, dan jelas mengenai suatu gejala, peristiwa, atau keadaan (Sholikhah, 2016).
3.7.2 Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial adalah statistik yang menyediakan aturan atau yang dapat dipergunakan sebagai alat dalam rangka mencoba menarik kesimpulan yang bersifat umum, dari sekumpulan data yang telah disusun dan diolah. Selain itu, statistik inferensial juga menyediakan aturan tertentu dalam rangka penarikan kesimpulan (conclusion), penyusunan atau pembuatan ramalan (prediction), penaksiran (estimation), dan sebagainya (Sholikhah, 2016). Statistik inferensial dapat dilakukan dengan uji sebagai berikut:
3.7.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal (Setiawan & Yosepha, 2020: 3).
Dalam penelitian ini sampel yang digunakan berjumlah 32 siswa, sehingga uji normalitas yang digunakan untuk mengetahui kenormalan data menggunakan uji Shapiro- Wilk. Menurut Razali, N.M & Wah, Y.B. (2011) menyatakan bahwa uji Shapiro dan Wilk awalnya dibatasi untuk ukuran sampel yang kurang dari 50 (Quraisy, 2020, hal.9). Rumus dari uji normalitas Shapiro-Wilk adalah sebagai berikut:
𝑇
3= 1
𝐷 [∑ 𝑎
𝑖𝑘
𝑖=1
(𝑋
𝑖+1− 𝑋
𝑖)]
2
Keterangan:
𝐷 =
Berdasarkan rumus di bawah𝑎
𝑖=
Koefisien test Shapiro-Wilk𝑋
𝑖+1 = Angka ke 𝑛 − 𝑖 + 1 pada data𝑋
𝑖=
Angka ke 𝑖 pada data𝐷 = ∑ 𝑎
𝑖(𝑋
𝑖− 𝑋̅)
𝑛
𝑖=1
Keterangan:
𝑋
𝑖=
Angka ke 𝑖 pada data𝑋̅ =
Rata-rata data𝐺 = 𝑏
𝑛+ 𝑐
𝑛+ ln ( 𝑇
3− 𝑑
𝑛1 − 𝑇
3)
Keterangan:
𝐺 =
Identik dengan nilai Z distribusi normal𝑇
3=
Berdasarkan rumus di atas𝑏
𝑛, 𝑐
𝑛, 𝑑
𝑛=
Konveksi statistik Shapiro-Wilk pendekatan distribusi normalPengujian normalitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS). Adapun cara mengetahui kriteria data dikatakan berdistribusi normal adalah dengan memperhatikan bilangan pada kolom signifikansi (Sig) dimana ketetapan taraf untuk signifikansinya 𝛼 = 0,05.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas ini yaitu jika signifikan yang diperoleh > 0,05 maka data sampel dari populasi tersebut berdistribusi normal, sebaliknya jika signifikan yang diperoleh < 0,05 maka data sampel dari populasi tersebut tidak berdistribusi normal (Setiawan & Yosepha, 2020: 3).
3.7.2.2 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel atau lebih yang diuji mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai persyarat dalam analisis kolerasi atau regresi linear (Setiawan & Yosepha, 2020). Dalam menganalisis uji linearitas secara manual dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Menghitung kuadrat total (𝐽𝐾𝑡)
𝐽𝐾𝑡 = ∑ 𝑌2
2. Menghitung jumlah kuadrat regresi a (𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)) 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)=[∑ 𝑌]2
𝑛
3. Menghitung nilai konstanta b 𝑏 =𝑛. ∑ 𝑌𝑋 − ∑ 𝑋. ∑ 𝑌
𝑛. ∑ 𝑋2− (∑ 𝑋)2
4. Menghitung jumlah kuadrat regresi (𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑎(𝑏 𝑎⁄ )) 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑎(𝑏 𝑎⁄ )= 𝑏 (∑ 𝑋𝑌 −∑ 𝑋 . ∑ 𝑌
𝑛 )
5. Menghitung jumlah kuadrat residu (𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠)
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠= 𝐽𝐾𝑡− (𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔 𝑎(𝑏 𝑎⁄ )− 𝐽𝐾𝑏)
6. Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi (𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎))
𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)= 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠
𝑛 − 2
7. Menghitung nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑔(𝑎)
𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 Pengujian linearitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS). Dasar pengambilan keputusan dalam uji linearitas adalah jika nilai probabilitas > 0,05 maka hubungan antara variabel (X) dengan (Y) adalah linear, sedangkan jika nilai probabilitas < 0,05 maka hubungan antara variabel (X) dengan variabel (Y) adalah tidak linear (Setiawan
& Yosepha, 2020).
3.7.2.3 Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan sebagai bahan acuan untuk menentukan keputusan uji statistik. Menurut Widiyanto
(dalam Pratama & Permatasari, 2021, hal.44) dasar atau pedoman pengambilan keputusan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikan atau 𝑆𝑖𝑔. < 0,05, maka dikatakan bahwa varians dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah tidak sama (tidak homogen).
2. Jika nilai signifikan atau 𝑆𝑖𝑔. > 0,05, maka dikatakan bahwa varians dari dua atau lebih kelompok populasi data adalah sama (homogen).
Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS). Adapun rumus uji homogenitas secara manual adalah sebagai berikut:
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔=𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 3.7.2.4 Uji Simultan (Uji F)
Penelitian yang dilakukan Sulistyono & Sulistiyowati (dalam Padilah & Adam, 2019, hal.119) uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh A, Nohe, &
Goejantoro (2016) dikatakan pula bahwa pengujian ini dilakukan menggunakan uji distribusi F. Caranya yakni dengan membandingkan antara nilai kritis 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (𝐹𝛼)
dengan nilai F (𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔) yang dirumuskan sebagai berikut:
𝐹 = 𝑅2/(𝑘 − 1)
1 − 𝑅2/(𝑛 − 𝑘)
Pengujian dengan uji F dilakukan menggunakan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS). Adapun dasar dalam pengambilan kesimpulan uji F yaitu jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan atau nilai 𝑆𝑖𝑔. > 0,05 maka variabel X tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y. Sebaliknya jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan atau nilai 𝑆𝑖𝑔. < 0,05 maka variabel X memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel Y (Pratama & Permatasari, 2021).
3.7.2.5 Regresi Linear Sederhana
Tujuan analisis regresi adalah mengetahui sejauh mana hubungan sebuah variabel bebas dengan beberapa variabel tak bebas. Bila dalam analisisnya hanya melibatkan sebuah variabel bebas, maka analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana (Nurdin, Sugiman, & Sunarmi, 2018).
Analisis regeresi sederhana digunakan dalam membuat perkiraan atau prediction besarnya hubungan sebab-akibat antara satu variabel bebas (tidak dipengaruhi
oleh variabel lainnya) dan dinotasikan dengan X, terhadap variabel terikat yaitu variabel yang keberadaannya dipengaruhi atau terikat oleh variabel lainnya dan dinotasikan dengan variabel Y. Persamaan regresi linear sederhana adalah sebagai berikut:
𝑌̂ = 𝑎 + 𝑏𝑋 Keterangan:
𝑎 = konstanta 𝑏 = koefisien regresi
𝑋 = nilai tertentu dari variabel bebas
𝑌̂ = variabel bebas yang memiliki nilai tertentu untuk diprediksi
3.7.2.6 Koefisien Determinasi (𝑅2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui persentase perubahan variabel dependen (Y) yang disebabkan variabel independen (X) (Pratama &
Permatasari, 2021). Perhitungan koefisien determinasi dilakukan menggunakan bantuan program Statistical Program for Social Science (SPSS). Adapun rumus koefisien determinasi dapat dilihat sebagai berikut:
𝑅2 = 1 −∑(𝑌 − 𝑌̂)2
∑(𝑌 − 𝑌̅)2