The Effect of Cooperative Learning Model Use Typed Group Investigation with Power Point toward Students’ Result of Class XI IPA at SMAN 2 Pariamanin the Academic Year
2015/2016
Lia Novita Sari1, Rina Widiana2, Annika Maizeli3
Biology Education Studies Program High School Teacher Training and Education (STKIP ) PGRI West Sumatra
Email: [email protected] ABSTRACT
The problem founded in SMAN 2 Pariaman was the students’ mark of XI IPA still under KKM which should be 79. One of the subject which still under KKM was excreation system. The method used by the teacher was less varied and then, the lack of varied media use so that it made lack of students’ interest and motivation in learning. This research aims to find the effect of cooperative learning model use typed group investigation with power point toward the result of students’ biology study of class XI IPA at SMAN2 Pariaman in the academic year 2015/2016.
This research method was experimental research which using randomized control-group posttest only design. The population of the research was all of Class XI IPA students at SMAN 2 Pariaman in the academic year 2015/2016. The sampling was purposive sampling so gotten Class XI IPA 1 as the experimental class and XI IPA 2 as the control class. The instrument was the document that was the sheet of learning test result for cognitive domain and observation sheet for affective and psychomotor domain. The data were analyzed by using t-test.
Based on the analysis of post-test result got differences of average of students’ biology learning result in both of sample. The average value of students in experimental class was 75,18 and control class was 51,46. T-test result got t-count= 1,94 and t-table= 1,67 so the hypothesis is accepted. The affective assessment during learning process found three indicators observed. This can be seen from the experimental class, the indicator; appreciate friend’s opinion in learning process was 3,46, while the control class 3,28, and indicator; responsible 3,81 while the control class was 3,00 and then indicator; polite in communication during learning process was 3,78 while the control class was 2,93. Psychomotor domain got three indicators that observed in the experimental class, completeness of the report was 4,00, to sum up the report was 3,78, and neatness of writing was 4,00. In the control class, completeness of the resume was 3, 86, to sum up resume was 3,73 and neatness of writing was 3,31. From the explanation above, it can be sum up that there was the effect of cooperative learning model use typed group investigation with power point toward the result of students’ biology study of class XI IPA at SMAN 2 Pariaman in the academic year 2015/2016.
Key words: Cooperative Learning Model, Group Investigation, Power Point PENDAHULUAN
Biologi merupakan salah satu mata pelajaran formal yang sangat berperan penting dalam menunjang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menyadari pentingnya biologi, berbagai cara sudah dilakukan pemerintah agar ilmu pengetahuan biologi semakin baik dan dapat meningkatkan kualitas dalam proses
pembelajaran biologi sesuai tuntutan kurikulum.
Sanjaya (2006:13), menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, serta lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan guru dalam mengimplementasikannya, maka semuanya akan kurang bermakna. Oleh karena itu, agar pembelajaran biologi dapat berjalan dengan
1
baik guru dituntut membimbing, mengarahkan, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, serta mampu memilih metode, model dan media pembelajaran yang sesuai demi tercapainya suatu tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pariaman pada bulan Agustus 2015, nilai siswa masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan pada mata pelajaran biologi tersebut. Salah satu materi yang masih di bawah KKM yaitu materi sistem ekskresi, yang terlihat dari nilai rata-rata ulangan harian 3 semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 yang masih jauh dari standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yaitu 79. Nilai seluruh siswa dapat dirincikan sebagai berikut, pada kelas XI IPA 1 nilai rata-rata 65,07 , kelas XI IPA 2 nilai rata-rata 67,54, kelas XI IPA 3 nilai rata-ratanya adalah 62,62, kelas XI IPA 4 nilai rata-ratanya 63,06 dan kelas XI IPA 5 nilai rata-ratanya 63,72. Persentase ketuntasan hasil belajar yang diperoleh dari semua kelas XI IPA pada materi sistem ekskresi yang berjumlah 147 siswa dengan 48 siswa yang tuntas adalah 32,65%.
Rendahnya hasil belajar siswa pada materi sistem ekskresi ini karena pada materi ini menuntut siswa dapat memahami struktur organ ekskresi serta memahami proses atau mekanisme yang terjadi pada sistem ekskresi tersebut. Dalam proses pembelajaran, guru mengatakan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk membantu siswa memahami pelajaran adalah metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas.
Sebelumnya guru telah menerapkan metode diskusi kelompok yang menuntut keaktifan siswa, namun kurang berjalan dengan baik.
Model pembelajaraan kooperatif tipe Group Investigation (GI) ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi, karena dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk menguasai materi pelajaran dan keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional. Hal ini terlihat dari kelebihan model kooperatif tipe Group Investigation (GI) menurut Istarani (2014:87), dapat memadukan antara siswa yang berbeda kemampuan, melatih siswa untuk meningkatkan kerjasama, untuk mngeluarkan ide-ide baru dan melatih siswa
untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
Selain penggunaan model pembelajaran yang bervariasi guru juga dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang bervariasi pula, guna menunjang proses pembelajaran yang tidak membosankan bagi siswa. Berbagai macam media yang bisa diterapkan dalam pembelajaran salah satu media yang cocok untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar adalah media Power Point.
Fungsi dari media Power Point dalam pembelajaran ini adalah sebagai arahan bagi siswa dalam memahami materi tentang ekskresi dan penguatan materi bagi guru.
Berdasarkan latar belakang di atas telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) disertai Power Point terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pariaman Tahun Pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah eksperimen, rancangan penelitian
“Randomized Control Group Postest Only Design”. Penelitian telah dilaksanakan di SMPN 2 Pariaman tahun pelajaran 2015/2016 pada Maret 2016.
Jenis data adalah data primer, yaitu hasil belajar siswa kelas sampel pada ranah afektif pada saat proses belajar mengajar, kognitif yang didapatkan setelah dilakukan tes tertulis berupa tes objektif dan psikomotor lembar diskusi siswa.
Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 2 Pariaman yang terdaftar pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 terdiri dari 2 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling yang terdiri dari dua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar ranah kognitif, dan lembar observasi untuk ranah afektif dan ranah psikomotor
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil belajar Biologi siswa pada kedua kelas sampel. Data hasil belajar Biologi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut:
1. Afektif
Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar
Gambar 1. Penilaian Afektif Kelas Eksperimen
Gambar 2. Penilaian Afektif kelas Kontrol
Gambar capaian optimum pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan data hasil pada ranah afektif ini diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu empat kali pertemuan.
Deskripsi data ini ditunjukkan dengan nilai modus dalam kedua kelas sampel menentukan kriteria yang diperoleh siswa untuk setiap indikator yang diamati.
2. Kognitif
Gambar 3. Penilaian Kognitif Kedua Kelas Eksperimen
3. Psikomotor
Gambar 4. Penilaian Psikomotor kelas Eksperimen
Menghargai Pendapat
Teman
Bertanggung Jawab
3,46
3,81 Eksperimen
Menghargai Pendapat
Teman
Bertanggung Jawab
3,28
3,00 Kontrol
Nilai modus (%) Rata-rata Hasil BelajarNila Modus (%)
Nilai modus (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil belajar Biologi siswa pada kedua kelas sampel. Data hasil belajar Biologi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut:
1. Afektif
Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar
Gambar 1. Penilaian Afektif Kelas Eksperimen
Gambar 2. Penilaian Afektif kelas Kontrol
Gambar capaian optimum pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan data hasil pada ranah afektif ini diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu empat kali pertemuan.
Deskripsi data ini ditunjukkan dengan nilai modus dalam kedua kelas sampel menentukan kriteria yang diperoleh siswa untuk setiap indikator yang diamati.
2. Kognitif
Gambar 3. Penilaian Kognitif Kedua Kelas Eksperimen
3. Psikomotor
Gambar 4. Penilaian Psikomotor kelas Eksperimen
Bertanggung Jawab
Santun Berkomunikasi
3,78 Eksperimen
Bertanggung Jawab
Santun Berkomunikasi
3,00
2,93 Kontrol
Esperimen Kontrol 75,18
51,46 Kognitif
Kelengkapan Laporan
Menyimpulkan Hasil
4,00
3,78 Eksperimen
Nilai modus (%) Rata-rata Hasil BelajarNila Modus (%)
Nilai modus (%)
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh data hasil belajar Biologi siswa pada kedua kelas sampel. Data hasil belajar Biologi pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor dapat dilihat pada gambar dan penjelasan berikut:
1. Afektif
Penilaian afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Data hasil penilaian afektif yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar
Gambar 1. Penilaian Afektif Kelas Eksperimen
Gambar 2. Penilaian Afektif kelas Kontrol
Gambar capaian optimum pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan data hasil pada ranah afektif ini diperoleh melalui pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung, yaitu empat kali pertemuan.
Deskripsi data ini ditunjukkan dengan nilai modus dalam kedua kelas sampel menentukan kriteria yang diperoleh siswa untuk setiap indikator yang diamati.
2. Kognitif
Gambar 3. Penilaian Kognitif Kedua Kelas Eksperimen
3. Psikomotor
Gambar 4. Penilaian Psikomotor kelas Eksperimen
51,46 Kognitif
Menyimpulkan Hasil
Kerapian Tulisan
4,00 Eksperimen
Nilai modus (%) Rata-rata Hasil BelajarNila Modus (%)
Nilai modus (%)
Gambar 5. Penilaian Psikomotor kelas Kontrol
Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen dinilai dari laporan diskusi siswa dan pada kelas kontrol yang dinilai adalah resume siswa tentang sistem ekskresi pada saat proses pembelajaran selama empat kali pertemuan.
PEMBAHASAN
Rata-rata nilai kognitif siswa kedua sampel belum mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah, dimana rata-rata kelas eksperimen adalah 75,18 sedangkan pada kontrol 51,46. Rata-rata nilai kognitif kedua kelas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
1. Ranah Afektif
Berdasarkan data yang diperoleh pada uji analisis nilai yang tertinggi diperoleh pada indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran yaitu nilai modus 3,81 berada pada predikat sangat baik. Nilai modus keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 3,78. Tingginya nilai modus pada indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point siswa dituntut untuk menginvestigasi topik yang
dipilih dalam setiap kali pertemuan dan perwakilan kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil investigasinya, sedangkan kelompok lain mengomentari dan bertanya kepada kelompok yang mempresentasikan hasil ivestigasi yang berupa laporan yang ditulis dalam dauble folio.
Hal ini terlihat bahwa siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan menggunakan bahasa komunikasi yang baik, sopan dan jelas saat mempresentasikan hasil dari laporannya.
Menurut Majid (2014:53), secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang meunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.
Modus nilai afektif yang tertinggi kelas kontrol adalah 3,28 berada pada predikat baik, yaitu terdapat pada indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran dan nilai keseluruhan modus adalah 3,21 berada pada predikat baik.
Rendahnya modus nilai afektif pada kelas kontrol karena pada kelas kontrol siswa hanya dituntut untuk mendengarkan guru menjelaskan materi dan membuat resume setelah guru menjelaskan materi kepada siswa, didalam indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran ini siswa di tuntut untuk mendengarkan, menerima dan menanggapi pendapat teman dalam proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat bahwa modus afektif tertinggi kedua kelas terdapat pada kelas eksperimen.
Menurut pendapat Latisma (2010:192), hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya.
2. Ranah Kognitif
Ranah kognitif hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
Kelengkapan Laporan
Menyimpulkan Hasil 3,86
3,73 Kontrol
Nilai Modus (5)
Gambar 5. Penilaian Psikomotor kelas Kontrol
Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen dinilai dari laporan diskusi siswa dan pada kelas kontrol yang dinilai adalah resume siswa tentang sistem ekskresi pada saat proses pembelajaran selama empat kali pertemuan.
PEMBAHASAN
Rata-rata nilai kognitif siswa kedua sampel belum mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah, dimana rata-rata kelas eksperimen adalah 75,18 sedangkan pada kontrol 51,46. Rata-rata nilai kognitif kedua kelas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
1. Ranah Afektif
Berdasarkan data yang diperoleh pada uji analisis nilai yang tertinggi diperoleh pada indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran yaitu nilai modus 3,81 berada pada predikat sangat baik. Nilai modus keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 3,78. Tingginya nilai modus pada indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point siswa dituntut untuk menginvestigasi topik yang
dipilih dalam setiap kali pertemuan dan perwakilan kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil investigasinya, sedangkan kelompok lain mengomentari dan bertanya kepada kelompok yang mempresentasikan hasil ivestigasi yang berupa laporan yang ditulis dalam dauble folio.
Hal ini terlihat bahwa siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan menggunakan bahasa komunikasi yang baik, sopan dan jelas saat mempresentasikan hasil dari laporannya.
Menurut Majid (2014:53), secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang meunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.
Modus nilai afektif yang tertinggi kelas kontrol adalah 3,28 berada pada predikat baik, yaitu terdapat pada indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran dan nilai keseluruhan modus adalah 3,21 berada pada predikat baik.
Rendahnya modus nilai afektif pada kelas kontrol karena pada kelas kontrol siswa hanya dituntut untuk mendengarkan guru menjelaskan materi dan membuat resume setelah guru menjelaskan materi kepada siswa, didalam indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran ini siswa di tuntut untuk mendengarkan, menerima dan menanggapi pendapat teman dalam proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat bahwa modus afektif tertinggi kedua kelas terdapat pada kelas eksperimen.
Menurut pendapat Latisma (2010:192), hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya.
2. Ranah Kognitif
Ranah kognitif hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
Menyimpulkan Hasil
Kerapian Tulisa 3,73
3,31 Kontrol
Nilai Modus (5)
Gambar 5. Penilaian Psikomotor kelas Kontrol
Penilaian psikomotor dilakukan pada kedua kelas sampel yaitu pada kelas eksperimen dinilai dari laporan diskusi siswa dan pada kelas kontrol yang dinilai adalah resume siswa tentang sistem ekskresi pada saat proses pembelajaran selama empat kali pertemuan.
PEMBAHASAN
Rata-rata nilai kognitif siswa kedua sampel belum mencapai KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah, dimana rata-rata kelas eksperimen adalah 75,18 sedangkan pada kontrol 51,46. Rata-rata nilai kognitif kedua kelas menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA 1 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
1. Ranah Afektif
Berdasarkan data yang diperoleh pada uji analisis nilai yang tertinggi diperoleh pada indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran yaitu nilai modus 3,81 berada pada predikat sangat baik. Nilai modus keseluruhan pada kelas eksperimen adalah 3,78. Tingginya nilai modus pada indikator bertanggung jawab dalam proses pembelajaran karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point siswa dituntut untuk menginvestigasi topik yang
dipilih dalam setiap kali pertemuan dan perwakilan kelompok diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil investigasinya, sedangkan kelompok lain mengomentari dan bertanya kepada kelompok yang mempresentasikan hasil ivestigasi yang berupa laporan yang ditulis dalam dauble folio.
Hal ini terlihat bahwa siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas tugas yang diberikan dan menggunakan bahasa komunikasi yang baik, sopan dan jelas saat mempresentasikan hasil dari laporannya.
Menurut Majid (2014:53), secara umum ranah afektif diartikan sebagai internalisasi sikap yang meunjukkan ke arah pertumbuhan batiniah yang terjadi bila individu menjadi sadar tentang nilai yang diterima dan kemudian mengambil sikap sehingga kemudian menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah lakunya.
Modus nilai afektif yang tertinggi kelas kontrol adalah 3,28 berada pada predikat baik, yaitu terdapat pada indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran dan nilai keseluruhan modus adalah 3,21 berada pada predikat baik.
Rendahnya modus nilai afektif pada kelas kontrol karena pada kelas kontrol siswa hanya dituntut untuk mendengarkan guru menjelaskan materi dan membuat resume setelah guru menjelaskan materi kepada siswa, didalam indikator menghargai pendapat teman dalam proses pembelajaran ini siswa di tuntut untuk mendengarkan, menerima dan menanggapi pendapat teman dalam proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat bahwa modus afektif tertinggi kedua kelas terdapat pada kelas eksperimen.
Menurut pendapat Latisma (2010:192), hasil afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap mata pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai materi pelajaran, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap pendidik dan sebagainya.
2. Ranah Kognitif
Ranah kognitif hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih baik dari pada kelas
Nilai Modus (5)
kontrol. Dimana kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai dengan media Power Point, sedangkan kelas kontrol metode ceramah dan tanya jawab.
Hal ini dapat terlihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen 75,18 dan kelas kontrol rata-rata hasil belajar yaitu 51,46. Pada kelas eksperimen hasil belajar siswa yang di atas KKM sebanyak 11 orang dengan persentase ketuntasan 35 % sedangkan hasil belajar siswa yang di bawah KKM sebanyak 21 orang hal ini disebabkan karena tingkat kemampuan siswa yang berbeda. Jika dilihat dari uraian di atas lebih banyak kelas eksperimen yang tuntas dibandingkan kelas kontrol, walaupun belum mencapai 60% siswa yang tuntas.
Menurut pendapat Bahri dan Zain (2010:107) apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilannya tergolong kurang. Penelitian ini belum menunjukkan hasil belajar siswa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Namun hal tersebut bukan berarti penerapan model pembelajran Group Investigation disertai Power Point tidak baik digunakan dalam proses belajar mengajar.
Rendahnya hasil belajar siswa dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) disebabkan oleh siswa baru mengenal model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point, selain itu di dalam pelaksanaann pembelajaran group investigation ini juga terkendala dengan waktu, jika waktu tidak efisien maka investigasi siswa terhadap topik yang dipilih tidak akan berjalan dengan maksimal, hal ini juga akan berdampak terhadap pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajari. Selain itu, materi sistem ekskresi merupakan materi yang termasuk sulit dikarenakan pada materi ini, siswa dituntut untuk memahami struktur organ ekskresi dan mekanisme-mekanisme pada masing-masing organ ekskresi tersebut.
Tingginya hasil belajar siswa kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol pada ranah kognitif karena, pada kelas eksperimen menerapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation disertai Power Point. Model pembelajaran ini dapat melibatkan siswa terlibat lebih aktif saat proses pembelajaran,
karena pada pembelajaran dengan model Group Investigation disertai Power Point
perwakilan kelompok akan
mempresentasikan hasil investigasi materi yang dipilih. Oleh karena itu setiap siswa diberi kesempatan menemukan sendiri atas materi yang akan dipelajari, sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab pada diri sendiri untuk dapat memahami materi.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas kontrol menerapkan metode ceramah dan tanya jawab. Berdasarkan persentase ketuntasan pada kelas kontrol adalah 0%
berada pada tingkatan yang kurang karena belum mencapai KKM. Hal ini sejalan dengan pendapat Bahri dan Zain (2010:107), apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa maka tingkat keberhasilannya tergolong kurang.
Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan adanya kelemahan metode ceramah dan tanya jawab ini diantaranya pembelajaran berjalan membosankan siswa menjadi pasif karena tidak menemukan sendiri konsep yang diajarkan, kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu menguasai bahan yang diajarakan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih mudah terlupakan. Hal ini terlihat bahwa dalam proses pembelajaran hanya berlangsung satu arah sehingga kurangnya interaksi antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa. Hal ini terlihat siswa hanya mengandalkan dan mendengarkan penjelasan materi dari guru saja, sehingga menyebabkan siswa menjadi mudah bosan terhadap pembelajaran karena tidak memiliki tanggung jawab sendiri terhadap penguasaan materi yang akan dipelajari. Hal inilah yang menyebabkan hasil belajar siswa pada kelas kontrol masih di bawah KKM.
3. Ranah Psikomotor
Psikomotor siswa kelas eksperimen dalam menginvestigasi materi yang dipilih dari tiga indikator yaitu menyimpulkan hasil diskusi, kelengkapan laporan dan kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan. Nilai capaian optimum pada kelas eksperimen adalah 4,00 memperoleh predikat (A).
Tingginya capaian optimum yang diperoleh siswa ini disebabkan karena pada umumnya kesesuaian menginvestigasi, membuat laporan sudah baik dan telah sesuai dengan
tujuan pembelajaran meskipun ada juga beberapa kelompok yang hasil menyimpulkannya kurang sesuai dengan hasil investigasinya.
Indikator kelengkapan laporan diskusi memperoleh nilai capaian optimum adalah 4,00. Hal ini menunjukkan bahwa semua kelompok sudah membuat laporan dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
Menyimpulkan laporan diskusi memperoleh nilai capaian optimum 3,78, rendahnya capaian optimum pada indikator menyimpulkan laporan ini dibandingkan indikator yang lainnya, disebabkan oleh kurangnya waktu pada saat membuat laporan sehingga siswa sedikit kebingungan dalam menyimpulkan hasil laporan yang dibuat oleh kelompoknya. Pada indikator Kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan memiliki nilai capaian optimum 400, hal ini juga menunjukkan bahwa laporan diskusi sudah ditulis dengan rapi, bersih dan jelas, sehingga eseluruhan siswa mampu menunjukkan kesungguhan dalam menginvestigasi topik yang dipilih.
Tingginya nilai psikomotor siswa pada kelas eksperimen karena pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif Group Investigation disertai penggunaan media Power Point, sehingga menyebabkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang dipelajari semakin tinggi sekaligus mampu menguji rasa tanggung jawab siswa terhadap tugas yang diberikan.
Hal ini sejalan dengan pendapat Slavin (2005), menyatakan kegiatan diskusi kelompok dan saling berbagi pendapat dapat melahirkan perluasan dan konflik kognitif serta keterampilan peserta didik.
Kelas kontrol memiliki nilai capaian optimum yang diperoleh adalah 3,86 berada pada predikat (A-). Pada indikator menyimpulkan laporan diskusi memperoleh nilai capaian optimum adalah 3,86.
Kelengkapan laporan diskusi memperoleh nilai capaian optimum 3,73 siswa telah mengerjakan tugas dengan baik. Kerapian, kebersihan dan kejelasan tulisan memiliki nilai capaian optimum 3,31. Dari nilai capaian optimum pada kedua sampel tersebut terlihat bahwa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol.
Rendahnya capaian optimum yang diperoleh siswa kelas kontrol karena siswa
belum terbiasa dalam membuat resume sendiri, sehingga banyak yang membuat resume tidak sesuai dengan tuntutan tujuan pembelajaran dan keterbatasannya waktu membuat resume siswa ada yang tidak lengkap walaupun siswa tersebut sudah melakukan tugas dengan sungguh-sungguh.
KESIMPULAN dan SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Negeri 2 Pariaman dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IPA 1 pada materi sistem ekskresi .
Dari hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengemukakan bebarapa saran yang dapat memberikan masukan guna untuk meningkatkan hasil belajar biologi yaitu, guru bidang studi biologi khususnya, dan guru bidang studi lainnya umumnya diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation disertai Power Point dalam proses pembelajaran sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian lanjutan untuk sekolah lain dengan materi yang berbeda dan Peneliti selanjutnya diharapkan mengkombinasikan model pembelajaran Group Investigasi yang disertai bahan ajar, sekaligus melakukan analisis kontribusi ranah afektif dan psikomotor terhadap ranah kognitif siswa.
KEPUSTAKAAN
Bahri, D.S dan Z. Aswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Istarani. 2014. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Latisma. 2010. Evaluasi Pendidikan. Padang : UNP Press
Majid, Abdul. 2014. Penilaian Autentik proses dan Hasil Belajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Slavin, robert e. 2005. Cooperative learning.
Bandung : Nusa Media.
Sabri, Ahmad. 2005. Strategi Belajar Mengajar & Micro Teaching.
Ciputat: Quantum Teaching.
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung : Kencana Prenada Media Grub.