• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun

N/A
N/A
inayatur robbaniyah

Academic year: 2024

Membagikan "Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ANAK USIA 5-6 TAHUN

SKRIPSI

OLEH

INAYATUR ROBBANIYAH NIM 160153601253

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Juni 2020

(2)
(3)

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF ANAK USIA 5-6 TAHUN

SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Negeri Malang

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

OLEH

INAYATUR ROBBANIYAH NIM 160153601253

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Juni 2020

(4)

Skripsi oleh Inayatur Robbaniyah telah diperiksa untuk diujikan.

Malang, 18 Juni 2020 Pembimbing I

Drs. I Wayan Sutama, M.Pd NIP. 19650624 199001 1 001

Malang, 18 Juni 2020 Pembimbing II

Eny Nur Aisyah, S.Pd.I., M.Pd 19800313 201404 2 001

(5)

Skripsi oleh Inayatur Robbaniyah telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 18 Juni 2020.

Dewan Penguji

Dr. Ahmad Samawi, M.Hum, Ketua

Drs. I Wayan Sutama, M.Pd, Anggota

Eny Nur Aisyah, S. Pd.I., M.Pd, Anggota

Mengetahui, Mengesahkan,

Krtua Jurusan KSDP Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Dr. Sutarno, M.Pd Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd

(6)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Inayatur Robbaniyah

NIM : 160153601253

Jurusan/ Program Studi : KSDP/ S1 PG-PAUD

Fakultas : Ilmu Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun” yang saya tulis ini benar-benar tulisan saya dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau seluruhnya. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiasi baik sebagian atau seluruhnya, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Malang, 17 Juni 2020 Yang membuat Pernyataan

Inayatur Robbaniyah

(7)

ABSTRAK

Robbaniyah, Inayatur. 2020. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek

terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun. Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. I Wayan Sutama, M. Pd., (II) Eny Nur Aisyah, S. Pd.I., M. Pd.

Kata Kunci: Abad 21, pembelajaran berbasis proyek, kemampuan berpikir kreatif.

Pada abad 21 setiap individu diwajibkan memiliki 4 kemampuan yang disebut dengan the 4c’s terdiri dari: communication, collaboration, critical thinking, dan creativity. Tuntutan ini menjadi perhatian pemerintah dengan memberlakukan pendekatan saintifik pada K-13. Kemampuan 4C sangat dibutuhkan dalam tatanan kehidupan yang kompleks, oleh karena itu pembelajaran pada abad 21 diupayakan dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skiils(HOTS). Adapun salah satu dari HOTS adalah kemampuan berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dipahami guru agar dapat mengembangkan bakat, minat dan potensi anak secara maksimal. Strategi

pembelajaran berbasis proyek diduga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif anak. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun.

Penelitian ini memakai pendekatan kuantitatif dengan model true

experimental dengan treatment yang hanya dilakukan pada salah satu kelompok.

Pretest dan posttest dilakukan pada kedua kelompok untuk membandingkan

kemampuan berpikir kreatif sebelum dan setelah diberikan perlakuan. Jumlah sampel penelitian ini adalah 43 anak yang ditentukan dengan teknik purposive sampling.

Data kemampuan berpikir kreatif dinilai dari 4 indikator yang terdiri dari kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Instrumen observasi yang telah terbukti validitas dan reliabilitasnya menjadi alat ukur kemampuan berpikir kreatif. Adapun skor Sig. 2 tailed masing-masing item pernyataan menunjukkan angka positif yang lebih kecil dari 0,05, yang artinya item instrumen adalah valid. Begitu pula pengujian reliabilitas yang menghasilkan skor Cronbach Alpha 0,76>0,6 mengindikasikan instrumen kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun bersifat handal/reliabel.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima dengan nilai Sig. = 0,00<0,05. Artinya, terdapat pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun. Adapun saran yang peneliti rekomendasikan untuk pendidik lembaga PAUD supaya dapat merancang kegiatan yang mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Bagi sekolah, pemenuhan sarana dan prasarana perlu dipertimbangkan pihak sekolah termasuk dengan memperbanyak alat dan bahan yang memacu perkembangan kemampuan berpikir kreatif. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat meneliti kemampuan atau aspek perkembangan lain dari adanya penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek.

(8)

ABSTRACT

Robbaniyah, Inayatur. 2020. The Effect of Project Based Learning Strategies on Creative Thinking Skiils for Children Age 5-6 Years. Thesis, Departement of Elementary School and Preschool Education, Faculty of Education, Malang State University. Supervisor: (1) Drs. I Wayan Sutama, M.Pd., (II) Eny Nur Aisyah, S. Pd.I., M.Pd.

Keywords: 21st Century, Project Based Learning Strategies, Creative Thinking Skiils.

The era development requires someone to have ability according to the needs.

In the 21st century, every individual should have 4 abilities ehich are called by the 4c’s consisting of communication, collaboration, critical thinking, and creativity.

These demands have come to the government attention by applying a scientific approach to K-13. 4Cs capability is needed in complex life arrangements, therefore learning in the 21st century is strive to develop higher order thinking skills or Higher Order Thinking Skills (HOTS). One of HOTS branch is creative thinking skiils. The development of creative thinking skills needs to be understood by the teacher so that learning can develop children's talents, interests and children potencial to the

maximum. Project based learning strategies are thought to be used to improve children's creative thinking abilities. This study aimed to find out whether there is an effect of project-based learning on the creative thinking skills of children aged 5-6 years.

This study used a quantitative approach with a true experimental model with treatment which was only carried out in one group. Pretest and posttest were

conducted in the two groups to compare the ability to think creatively when not yet given treatment and after being given treatment. The number of samples in this study were 43 children who were determined by purposive sampling technique. Data of creative thinking skiils was assessed from 4 aspects consisting of fluency, flexibility, originality and elaboration. The observation instrument that has been proven to be valid and reliable was a measure of the ability to think creatively when testing. The Sig. 2 tailed statement items each show a positive number less than 0.05, which means the instrument items are valid. Likewise, reliability testing that produces a score of 0.76> 0.6 indicates that the creative thinking abilities of children aged 5-6 years are reliable.

The results of hypothesis testing show that H0 is rejected and H1 is accepted with Sig.= 0.00 <0.05. It mean, there is an influence of project-based learning strategies on the creative thinking abilities of children aged 5-6 years. As for the suggestions that researchers recommend for childhood educators so they can design activities that develop creative thinking ability. For schools, the fulfillment of facilities and infrastructure needs to be considered by the school, by increasing the number of tools and materials that stimulate the development of creative thinking abilities. For other researchers, it is expected to be able to examine other development aspects of the implementation of project based learning strategies.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segenap nikmat, kekuatan, serta kesehatan sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Strategi

Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun” ini dapat terselesaikan. Ucapan terimakasih penulis haturkan pada beberapa pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini, diantaranya :

1. Prof. Dr. Bambang Budi Wiyono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

2. Dr. Sutarno M.Pd selaku Ketua Jurusan KSDP Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

3. Drs. I Wayan Sutama, M.Pd selaku pembimbing I serta Eny Nur Aisyah, S.Pd.I., M.Pd selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu membimbing,

mengarahkan, dan memberikan saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Dr. Ahmad Samawi, M. Hum selaku penguji saya yang telah memberikan saran demi perbaikan penulisan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen program studi PG PAUD atas segala ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

6. Segenap tenaga Pendidik dan Kependidikan KB & TK An-Nur atas segala bantuan yang diberikan.

7. Kedua orang tua (Bapak Samsi dan Almh. Ibu Ani Anggraini) atas segala dukungan baik moril dan materiil yang telah bapak dan ibu berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Teman-teman kost dan sahabat terkasih atas segala hiburan dan pengalaman berharga yang sangat berguna dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman satu offering B6 PG PAUD. Terimakasih atas segala pengorbanan, cinta, kasih, kebersamaan yang telah diberikan selama proses pengerjaan skripsi ini.

(10)

10. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian mengenai pembelajaran berbasis proyek dan kemampuan berpikir kreatif di masa mendatang.

Malang, 05 Juni 2020

Penulis

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI...ii

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI...iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv

ABSTRAK...v

ABSTRACT...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...5

C. Tujuan Penelitian ...5

D. Hipotesis Penelitian ...6

E. Manfaat Penelitian...6

F. Asumsi Penelitian ...6

G. Ruang Lingkup Penelitian ...7

H. Definisi Operasional ...8

BAB II KAJIAN TEORI A. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek ...9

1. Hakikat Pembelajaran Berbasis Proyek...9

2. Urgensi Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek ...11

3. Langkah Langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek ...13

4. Kelemahan dan Keunggulan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek ....17

B. Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun ...18

1. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun ...18

2. Kegiatan Pengembangan Berpikir Kreatif Anak Usia Dini ...21

3. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun ...23

4. Urgensi Kemampuan Berpikir Kreatif pada Anak Usia Dini...25

C. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif...27

(12)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ...30

B. Populasi dan Sampel...31

C. Lokasi Penelitian ...31

D. Langkah Langkah Penelitian ...32

E. Variabel Penelitian...33

F. Teknik Pengumpulan Data ...34

G. Instrumen Penelitian...34

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ...35

I. Analisis Data...37

J. Uji Hipotesis...38

K. Bagan Alur Penelitian...41

BAB IV HASIL ANALISIS A. Hasil Uji Coba Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...42

1. Hasil Uji Validitas Instrumen...42

2. Hasil Uji Reliabilitas Instrrumen...43

B. Paparan Data Penelitian ...45

1. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol ...45

2. Data Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen ...48

C. Uji Prasyarat Hipotesis...51

1. Uji Normalitas...51

2. Uji Homogenitas...53

D. Uji Hipotesis...54

BAB V PEMBAHASAN A. Berpikir Kreatif pada Kelompok Kontrol...57

B. Berpikir Kreatif pada Kelompok Eksperimen...60

C. Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif...63

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan...68

B. Saran...69

DAFTAR RUJUKAN...70

LAMPIRAN...75

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...122

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel1.1 Variabel Penelitian...7

Tabel 2.1 Sintaks (Langkah Kerja) Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek...17

Tabel 2.2 Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kreatif Menurut Para Ahli...23

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian...30

Tabel 3.2 Sampel Penelitian...31

Tabel 3.4 Kisi Kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...35

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Pretest...42

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Posttest...43

Tabel 4.3Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol (Kelas B2)...46

Tabel 4.4 Penghitungan Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Kontrol...47

Tabel 4.5Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen (Kelas B1)...49

Tabel 4.6 Penghitungan Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Kelompok Eksperimen (Kelas B1)...50

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.1 Aspek Berpikir Tingkat Tinggi...2

Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Proyek...11

Gambar 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek di PAUD...13

Gambar 2.3 Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek...15

Gambar 2.4 Aspek Psikologis Kreativitas...20

Gambar 2.5 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif...24

Gambar 2.6 Ranking Negara Indonesia...27

Gambar 2.7 Posisi Creative Thinking Skiils...27

Gambar 2.8 Komponen Pembelajaran Berbasis Proyek ...28

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian...32

Gambar 3.2 Pola Hubungan Antar Variabel...33

Gambar 4.1 Print Screen Uji Reliabilitas Pretest...44

Gambar 4.2 Print Screen Uji Reliabilitas Posttest...44

Gambar 4.3 Skor Aspek Creative Thinking Pretest-Posttest Kelompok Kontrol (Kelas B2)...45

Gambar 4.4 Grafik Interval Skor Kelompok Kontrol (Kelas B2)...47

Gambar 4.5 Skor Creative Thinking Pretest-Posttest Kelompok Eksperimen...48

Gambar 4.6 Grafik Interval Skor Kelompok Eksperimen (Kelas B1)...50

Gambar 4.7 Print Screen Uji Normalitas Pretest...51

Gambar 4.8 Print Screen Uji Normalitas Posttest...52

Gambar 4.9 Print Screen Uji Homogenitas Pretest...53

Gambar 4.10 Print Screen Uji Homogenitas Posttest...53

Gambar 4.11 Print Screen Uji Hipotesis Independet t-test Pretest...54

Gambar 4.12 Print Screen Uji Hipotesis Independet t-test Posttest...55

Gambar 4.13 Kurva Perbedaan Rata-Rata Kedua Kelompok...56

Gambar 5.1 Penjelasan Guru pada Kelompok Kontrol (Kelas B2)...57

Gambar 5.2 Alat Dan Bahan Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek...58

(15)

Gambar 5.3 Hasil Proyek Kelompok Kontrol (Kelas B2)Ketika Pretest ...59

Gambar 5.4 Hasil Proyek Kelompok Kontrol (Kelas B2) Ketika Posttest...60

Gambar 5.5 Hasil Proyek Kelompok Eksperimen (Kelas B1)...62

Gambar 5.6 Antusiasme Kelompok Eksperimen (Kelas B1)...62

Gambar 5.7 Presentasi Masing-masing Aspek Kemampuan Berpikir Kreatif...63

Gambar 5.8 Kreasi Proyek Oleh Kelompok Eksperimen...64

Gambar 5.9 Kreasi Proyek Oleh Kelompok Eksperimen...64

Gambar 5.10 Kemampuan Elaborasi Kelompok Eksperimen...65

Gambar 5.11 Kegiatan Mewarnai Oleh Kelompok Eksperimen...66

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian...76

Lampiran 2 RPPH...77

Lampiran 3 Data Penilaian Kemampuan Berpikir Kreatif...90

Lampiran 4 Dokumentasi Kegiatan...98

Lampiran 5 Surat Validasi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...109

Lampiran 6 Hasil Uji Validasi Ahli Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...110

Lampiran 7 Hasil Uji Validitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...114

Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...116

Lampiran 9 Hail Uji Normalitas Data Kemampuan Berpikir Kreatif ...118

Lampiran 10 Hasil Uji Homogenitas DataKemampuan Berpikir Kreatif ...120

Lampiran 11 Hasil Uji Hipotesis DataKemampuan Berpikir Kreatif...121

Lampiran 12 Daftar Riwayat Hidup...123

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Pendidikan sebagai salah satu faktor pendukung

pembangunan memiliki peran yang dominan dalam mengembangkan sumber daya manusia. Sektor pendidikan paling dasar yang dapat digunakan dalam

mengembangkan sumber daya manusia adalah program pendidikan anak usia dini (PAUD).

Penentu eksistensi individu di masa depan bergantung pada pemberian berbagai stimulan bermakna yang diterima anak ketika masa usia dini (Pramono &

Aisyah, 2018). Tahun-tahun awal kehidupan anak merupakan dasar yang

mempengaruhi sikap dan perilaku anak sepanjang hidupnya (Hurlock ,1980). Bloom (dalam Aris Priyanto, 2014) menambahkan, pertumbuhan sel jaringan otak pada anak usia 0-4 tahun mencapai 50%, hingga usia 8 tahun mencapai 80%. Selain

perkembangan otak anak yang begitu pesat ketika masa usia dini, alasan kedua yang mendasari pentingnya PAUD dikembangkan adalah adanya perkembangan dalam segala bidang. Pada abad 21 ini, individu diwajibkan memiliki 4 kemampuan yang disebut dengan the 4C’s terdiri dari communication, collaboration, critical thinking, dan creativity (Roekel, 2010). Tuntutan ini menjadi salah satu perhatian pemerintah, dengan meningkatkan mutu pendidikan melalui penerapan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013. “…the implementation of a scientific approach can improve the quality of learning. This is because the scientific approach children are accustomed to observing objects of learning directly” (Sutama, dkk., 2018). Respon anak dalam kegiatan pembelajaran merupakan penentu kualitas pembelajaran (Tumardi, 2015).

(18)

2

Pengalaman interaksi sosial selama pembelajaran merupakan hal penting bagi perkembangan keterampilan berpikir anak. Adapun level berpikir yang perlu untuk dikembangkan sesuai perkembangan zaman adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking skiils (HOTS). Salah satu cabang HOTS menurut Ariyana, dkk (2019) adalah kemampuan berfikir kreatif.

Gambar 1.1 Aspek Berpikir Tingkat Tinggi Sumber : (Ariyana, dkk., 2019)

Anak yang diberikan kebebasan dalam mewujudkan jati diri sepenuhnya melalui kreasi sesuai bakat dan kemampuan diri merupakan sebuah investasi yang bermanfaat ketika anak tumbuh dan berkembang. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif tidak hanya berpusat pada anak, pemahaman guru dan strategi yang digunakan selama pembelajaran juga mempengaruhi bagaimana bakat, minat serta kemampuan berpikir kreatif anak dapat berkembang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang memicu anak untuk berpikir kreatif menuntut penggunaan strategi pembelajaran yang berorientasi student centered, sehingga anak memiliki kesempatan untuk melaksanakan kegiatan 5M (mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan).

Learning is not only a transfer of concept. More than it, learning is an activity that produces a transformation of mindset and action patterns.

Learning is not only a passive process of receiving information, but is an active thinking process to make meaningful throughout the learning experience (Hardika, Nur Aisyah, & Gunawan, 2018).

Park & Seung (dalam Mardhiyana, 2016) menambahkan kreativitas merupakan karakteristik bawaan,tetapi dapat ditingkatkan melalui berbagai cara di dalam kelas.

Berpikir Tingkat

Tinggi Berpikir

Tingkat Tinggi Transfer of

Knowledg e Transfer of

Knowledg e

Critical Creative and Thinking Problem

Solving Problem

Solving

(19)

3

Oleh karena itu, guru harus memasukkan kegiatan yang dapat menimbulkan kreativitas serta mendorong anak terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

Strategi pembelajaran berbasis proyek diduga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif anak. Strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan aktivitas pembelajaran yang melibatkan anak untuk melakukan kerja proyek dengan mengkombinasikan seluruh ide dan gagasan yang anak miliki.

Tujuannya adalah agar anak dapat menuangkan kreativitas mereka. Melalui strategi pembelajaran berbasis proyek anak akan terlibat dalam aktivitas yang memberi kesempatan anak melakukan kontruksi pengetahuan (Thomas dalam Wena, 2010).

Lestari (2018) berpendapat bahwa kebermaknaan pembelajaran dapat tercipta melalui strategi pembelajaran berbasis proyek. Sejalan dengan prinsip pembelajaran berbasis proyek, menurut Dewey (1976) pembelajaran pada hakikatnya adalah proses

penguasaan anak tentang bagaimana mendapat pengalaman belajar melalui

serangkaian tingkah laku (learning by doing). Keseimbangan antara pengetahuan dan keterampilan merupakan hal yang urgent dalam proses pembelajaran, sehingga anak tidak sekedar meniru, menerima, atau melakukan latihan berulang (Tumardi, 2015).

Strategi pembelajaran berbasis proyek memberikan ruang pada anak untuk berpikir kreatif, bereksplorasi serta memperoleh informasi yang sangat berguna sebagai bekal anak dimasa mendatang. Pendidik, pada strategi pembelajaran berbasis proyek bukan lagi sebagai sumber utama informasi, melainkan bertindak sebagai fasilitator yang memberikan anak bimbingan, umpan balik, serta memotivasi anak untuk lebih mandiri.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 23 November 2019, salah satu guru mengungkapkan bahwa TK An-Nur telah melaksanakan beberapa kali pembelajaran proyek dalam kegiatan, anak terlihat senang membuat proyek bersama teman temannya. Ketika guru bertanya tentang proyek yang dibuat, sebagian besar anak dapat menjelaskan tentang proyek apa yang sedang atau telah dibuat. Beberapa proyek yang dihasilkan dari penerapan pembelajaran berbasis proyek adalah miniatur transportasi, beberapa kerajinan montase, beberapa kerajinan yang dari barang bekas seperti bunga dari botol bekas, pesawat dari botol bekas, dan beberapa produk yang

(20)

4

lain. Penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek dapat mengintegrasikan pengetahuan, kreativitas serta kemandirian anak melalui kerja proyek yang

dilakukan. Oleh karena itu, penulis berkeinginan melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun.

Pembahasan mengenai pembelajaran berbasis proyek pernah dilakukan Fajri

& Wahyuni (2016) dengan penelitiannya berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Proyek Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas VII Mts” yang

menunjukkan perbedaan rata-rata nilai posttest kelompok eksperimen yang mencapai 71,7 dan kelompok kontrol dengan nilai 66 lebih rendah dibandingkan kelompok eksperimen. Adapun pembeda penelitian ini dengan penelitian Fajri & Wahyuni (2016) adalah jenjang pendidikan dan materi yang dipaparkan. Penelitian oleh Fajri

& Wahyuni (2016) mengambil sampel siswa Madrasah Tsanawiyah pada mata pelajaran IPA. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang tidak hanya membutuhkan hafalan teori-teori melainkan juga membutuhkan analisis dan praktik.

Konsep ini tentunya berbeda dengan topik yang termuat pada pendidikan anak usia dini (PAUD), dimana materi pada PAUD yang disampaikan guru adalah materi yang sifatnya holistik mencakup semua aspek dan dikemas dalam kegiatan main

(Montessori dalam Masganti, 2016)

Penelitian mengenai strategi pembelajaran berbasis proyek juga dilakukan oleh Fitri (2018) dengan judul “Pengaruh Project Based Learning (PjBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Ditinjau dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata kelas kontrol dan kelas eksperimen. Kelas eksperimen mempunyai selisih rata-rata sebesar 33,47, sedangkan pada kelas kontrol hanya sebesar 27,14. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Jenjang pendidikan pada penelitian Fitri (2018) adalah jenjang sekolah dasar (SD) sedangkan penelitian yang akan dilakukan membahas tentang pembelajaran berbasis proyek pada jenjang PAUD. Selain itu, penelitian oleh Fitri (2018) memakai 3 variabel yakni pembelajaran berbasis proyek, kemampuan berpikir tingkat tinggi

(21)

5

dan motivasi berprestasi. Sedangkan penelitian yang diterapkan hanya memiliki 2 variabelyakni pembelajaran berbasis proyek dan kemampuan berpikir kreatif.

Pembelajaran yang dilaksanakan pada PAUD pada umumnya masih mengembangkan level berpikir tingkat rendah dimana anak diarahkan untuk

menghafal informasi, mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa memahami.

Fajri & Wahyuni (2016) menyatakan bahwa dengan kerja proyek kreativitas dan motivasi anak akan meningkat. Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan anak untuk merancang proses, mengelola informasi, serta secara teratur mengevaluasi diri dengan melihat kembali proyek yang dikerjakan. Anak usia dini dengan sifat

egosentris seharusnya diberikan ruang untuk bereksplorasi dengan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman mereka. Tujuan ini dapat dilaksanakan melalui

penghadiran lingkungan yang mampu memberikan kesempatan dalam melaksanakan kegiatan saintifik sehingga anak dapat melakukan sintesis pengetahuan,

mengembangkan rasa ingin tahu, berpikir terbuka serta memudahkan terciptanya meaningful learning.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, adakah pengaruh strategi pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh strategi

pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun.

D. Hipotesis penelitian

(22)

6

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. H0: Strategi pembelajaran berbasis proyek tidak berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun.

2. H1: Strategi pembelajaran berbasis proyek berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi ranah PAUD berkaitan dengan strategi pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif.

2. Manfaat Praktis

Bagi lembaga dan pendidik, penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam merancang pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir kreatif anak.

Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah wawasan dan

pengalaman tentang implementasi strategi pembelajaran berbasis proyek untuk bekal peneliti dalam menggeluti dunia pendidikan.

F. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian disebut juga anggapan dasar yang kebenarannya diterima oleh peneliti. Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah.

1. Anak usia dini dengan karakter egosentris dan eksploratif memiliki rasa penasaran yang kuat dan senang menjelajah. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran yang banyak melibatkan anak.

2. Kurikulum 2013 telah diberlakukan dan mewajibkan setiap kegiatan pembelajaran berorientasi pada student centered, namun faktanya sekolah cenderung menggunakan metode konvensional yang bersifat teacher centered menyebabkan kurangnya kontribusi anak berkreasi dalam aktivitas pembelajaran. Oleh karena itu perlu diterapkan strategi

(23)

7

yang sesuai dengan karakteristik serta kebutuhan zaman. Strategi pembelajaran berbasis proyek dapat digunakan guru untuk menerapkan 5M saintifik yang berguna untuk stimulan kemampuan berpikir kreatif anak melalui kerja proyek yang dilakukan.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian dilakukan agar tidak terjadi pembahasan yang terlalu luas. Adapun ruang lingkup penelitian sekaligus variabel yang menjadi fokus pembahasan pada penelitian ini adalah.

1. Variabel bebas (independent variable)

Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi variabel lain atau menghasilkan akibat pada variabel lain.

Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran berbasis proyek.

2. Variabel terikat (dependent varabel)

Variabel terikat (dependent varabel) merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Adapun variabel terikat dalam penelitia ini adalah kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun yang mengacu pada 4 aspek indikator yakni kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Adapun penjelasan untuk masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Sumber Data

Variabel bebas

(dependent variable) Pembelajaran

berbasis proyek Kesesuaian RPPH dengan langkah langkah pembelajaran berbasis proyek

dokumentasi (foto kegiatan dan RPPH) Variable terikat

(independent variable)

Kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun

a. Kelancaran b. Keluwesan c. Keaslian d. Elaborasi

Hasil proyek, dokumentasi

(24)

8

H. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan judul penelitian.

1. Strategi pembelajaran berbasis proyek

Strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan berbagai usaha yang dilakukan guru untuk mencapai tujuan belajar dengan membuat maket sebagai bentuk kerja proyek melalui serangkaian langkah yang terdiri dari memulai proyek-mengembangkan proyek sampai menyimpulkan proyek.

2. Kemampuan berpikir kreatif anak usia 5-6 tahun

Berpikir kreatif adalah kecakapan yang dimiliki anak usia 5-6 dalam menciptakan suatu kebaruan atau sebuah inovasi dengan melibatkan 4 aspek indikator yaitu: kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality) dan elaborasi (elaboration

(25)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek 1. Hakikat Pembelajaran Berbasis Proyek

Konsep mengenai pembelajaran berbasis proyek dikemukakan kembali oleh Killpatrick setelah awalnya dikembangkan oleh Dewey (Sukardi & Astuti, 2013). Melalui pembelajaran berbasis proyek tujuan pembelajaran dilebur menjadi suatu hal yang holistik dengan memberi kesempatan anak memperoleh keterampilan baru (Killpatrick dalam Astuti, 2013). Strategi pembelajaran diartikan sebagai suatu rangkaian tahap yang dilakukan guru dalam memfasilitasi pencapaian tujuan pembelajaran (Tumardi & Sopingi, 2013). Strategi

pembelajaran merupakan serangkaian langkah-langkah, tindakan, metode dan segala hal terkait dengan proses belajar yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu praktik pengajaran yang mengikutsertakan anak dalam situasi kehidupan nyata, solusi nyata sehingga anak dapat mengintegrasikan apa yang dipelajari di luar kelas dalam proses belajar (Aini, 2013). Pembelajaran berbasis proyek mengajarkan anak tidak hanya konten, tetapi juga keterampilan penting yang dapat digunakan sebagai bekal menjadi orang dewasa dalam masyarakat. Strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan suatu kegiatan yang mengedepankan student centered dalam pengerjaan proyek. Salah satu tujuan dari strategi pembelajaran berbasis proyek adalah melatih anak berpikir kreatif, kritis dan melatih anak menjadi problem solver (Fitri, dkk., 2018).

Buck Of Institute (2020) menyatakan bahwa,“project based learning is a learning in which students learn by actively engaging in real-world and

(26)

personally meaningful project”. Proyek yang dikerjakan adalah sebuah strategi agar pengetahuan anak dapat terhubung dalam situasi nyata.

Produk yang dikerjakan dalam pembelajaran berbasis proyek seperti halnya kendaraan untuk mengarahkan anak pada pengetahuan dan keterampilan penting (Fitri, dkk., 2018). Pada pembelajaran berbasis proyek, guru harus memperhatikan kedekatan topik bahasan dengan lingkungan anak. Tumardi (2015) menambahkan bahwa, kegiatan belajar akan menjadi bermakna jika isi pengalaman belajar sesuai dengan lingkungan pebelajar. Pembelajaran berbasis proyek diduga mampu membimbing anak membangun koneksi ilmu pengetahuan dari pengalaman, kelas dan minat mereka. Hal ini terjadi ketika anak secara aktif melibatkan memori mereka pada proyek yang akan anak kreasikan. Menurut David (2017) pengetahuan diperoleh dari kombinasi pemahaman dan

transformasi pengalaman. Pembelajaran berbasis proyek dengan pendekatan student centered berorientasi pada refleksi pengalaman untuk diterapkan pada situasi pembelajaran.

Strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan sebuah prosedur yang menghasilkan produk sebagai sumber belajar. Pembelajaran hakikatnya bukan tentang materi yang bersumber dari pendidik ataupun lembar kerja. Pembelajaran berbasis proyek memungkinkan terjadinya rekonstruksi melalui kerja proyek dan pengalaman langsung. Pembelajaran berbasis proyek bertumpu pada aliran kognitif-konstruktifistik yang memandang bahwa aktivitas belajar anak akan bermakna dan sangat bermanfaat jika banyak terlibat dalam mengontruksi pengalaman. Pembelajaran berbasis proyek diyakini dapat membuat pembelajaran lebih menarik, bernilai dan bermakna karena anak dapat

pengalaman langsung dari proyek yang dikerjakan. Kegiatan belajar akan efektif jika anak banyak mengalami. Mengalami merupakan aktivitas yang dapat terbentuk dari memanipulasi/mengothak athik benda konkrit (Tumardi, 2015).

Berikut disajikan komponen dalam pembelajaran berbasis proyek.

(27)

Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Proyek Sumber : (Olahan Peneliti)

2. Urgensi Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek

Penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek merupakan salah satu upaya agar anak-anak memiliki jaringan pemahaman antara perhatian dan

aplikasi yang berasal dari kegiatan yang dilakukan (Chaterwood dalam Rachman, 2018). Koneksi pengalaman dalam proses pembelajaran memiliki banyak

manfaat untuk pengetahuan anak. Strategi pembelajaran berbasis proyek mendorong anak terlibat aktif serta melatih anak berpikir konstruktifis.

Pengetahuan merupakan suatu hal yang tidak mudah dikirimkan dari guru ke anak, kecuali dengan kemandirian anak itu sendiri.

Sekolah dan ruang kelas adalah perwakilan dari situasi kehidupan nyata yang memungkinkan anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan belajar dan bertukar informasi. Belajar paling efektif, menarik, bermakna dan bernilai jika anak mendapat pengalaman langsung dalam situasi asli (Dewey dalam Tumardi, 2015).

Strategi pembelajaran berbasis proyek berfokus pada pembelajaran aktif, memberikan kesempatan anak bereksplorasi melalui serangkaian langkah

Strategi pembelajaran berbasis proyek Strategi pembelajaran

berbasis proyek Student centered Student centered

Refleksi pengalaman

Refleksi pengalaman

Berbasis kehidupan

nyata Berbasis kehidupan

nyata Keterampilan

Keterampilan Produk

Produk

(28)

langkah yang dikemas guru dalam kegiatan. Melalui kegiatan ini, anak akan menggunakan daya pikirnya dengan membuat koneksi antara pengetahuan dan kerja proyek. Setelah proyek berhasil dibuat, langkah selanjutnya adalah pelaporan hasil berupa kegiatan presentasi di depan guru dan teman teman.

Melalui pengalaman menyampaikan proyek pada guru dan teman teman, secara tidak langsung menstimulasi anak dalam bereksplorasi dan mengekspresikan pengetahuan mereka (Sutama, dkk., 2018). Strategi pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan dorongan pada anak untuk berpikir mengenai kreasi apa yang akan diciptakan. Dewey (1976) menyatakan bahwa.

Everything depens upon the quality of the experience which is had. The quality of any experience has two aspects. There is an immediate aspect of agreebleness or disagreebleness and there is irs influence upon later experiences.…A philosophy of education, like any plan, it must be framed with reference to what is to be done and how is to be done. The more definitely and sincerely it is held that education is a development within, by and for experience, the more important is is that there shall be clear conceptions of what experience is.

Strategi pembelajaran berbasis proyek memberikan pemahaman pada anak tentang trial and error. Pengalaman ini anak peroleh melalui kerja proyek yang dikerjakan. Strategi pembelajaran berbasis proyek dengan langkah

langkahnya melatih anak agar memiliki etos kerja tinggi bertanggung jawab terhadap perencanaan yang dibuat bersama, pembelajaran berbasis proyek dengan target untuk jangka waktu tertentu membina anak agar memiliki

kedisipilinan dan rasa tanggung jawab atas apa yang anak putuskan. Pemerintah juga mulai memandang pentingnya penerapan strategi pembelajaran berbasis proyek, tercermin dalam Permendikbud nomor 22 tahun 2016 mengenai implementasi K-13 yang menyarankan penggunaan strategi pembelajaran berbasis proyek (project based learning) dan strategi pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk membentuk perilaku saintifik, mengembangkan rasa sosial serta keingintahuan.

Guru hanya sebagai fasilitator dan evaluator proyek yang diselesaikan.

Pembelajaran berbasis proyek dengan student centered mampu memberikan

(29)

independensi anak untuk membangun pengetahuan mereka. Pembelajaran berbasis proyek menyediakan peluang bagi pengembangan keterampilan baru, eksplorasi dan proses pemahaman melalui koneksi antara pengalaman kelas, lingkungan dan minat anak.

Pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan secara berkelompok merupakan ajang anak untuk berdiskusi dan belajar bekerjasama dengan baik.

Melalui bimbingan guru dalam kerja kelompok, anak belajar untuk mandiri dan bertanggung jawab, siapa mengerjakan apa dan bagaimana menyelesaikan proyek melalui berbagai alat dan bahan yang tersedia.

3. Langkah Langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan aktivitas pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pilihan anak dan berakhir dengan presentasi produk (Jones, dkk dalam Pearlman, 2000). Pembelajaran berbasis proyek pada anak cukup dilakukan dengan 3 tahap yang terdiri dari: 1) beginning the project, 2) developing the project, dan 3) concluding the project (Katz dalam Novitasari, 2018). Implementasi pembelajaran berbasis proyek dalam PAUD perlu disesuaikan dengan perkembangan anak serta situasi dan kondisi sekolah.

Berikut disajikan langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek.

Gambar 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek di PAUD Sumber : (Novitasari, 2018b)

Tahap pertama adalah memulai proyek (beginning the project). Guru dapat merencanakan proyek yang akan dikerjakan sesuai dengan tema dan

Memulai proyek (beginning the

project) Memulai proyek

(beginning the project)

Pengembangan proyek (developing the

project) Pengembangan

proyek (developing the

project)

Penyimpulan proyek (concluding

project) Penyimpulan

proyek (concluding

project)

(30)

pilihan anak. Tema dikembangkan secara mandiri oleh guru di lembaga PAUD masing masing. Pengembangan tema di setiap sekolah dapat berbeda beda sesuai dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Tugas guru pada tahap ini adalah bekerjasama dengan anak untuk menyiapkan media dan menentukan kerja proyek, apakah akan dibuat secara individu, kelompok maupun klasikal. Seluruh alat dan bahan yang dibutuhkan disediakan dihadapan

selanjutnya anak dibebaskan untuk berkreasi membuat proyek sesuai imajinasinya.

Tahap kedua adalah pengembangan proyek (developing the project.

Guru dapat menunjukkan beberapa produk visual baik berupa gambar ataupun video untuk ditunjukkan pada anak untuk menghadirkan topik dalam

pembelajaran. Selanjutnya guru dapat mengajukan beberapa pertanyaan sehingga anak dapat mengungkapkan ide yang menginspirasi produk mereka. Kegiatan ini dilakukan agar imajinasi anak dapat diekspresikan dengan baik saat anak

menceritakan hasil proyek.

Tahap ketiga adalah penyimpulan proyek (concluding the project).

Karya yang dihasilkan disatukan sebagai acuan kegiatan refleksi. Guru dapat melakukan tanya jawab dan memberikan feedback terkait pengerjaan proyek hari itu, dilanjutkan dengan kegiatan membersihkan ruangan untuk persiapan pembelajaran esok hari. Refleksi yang dilakukan dapat berupa pameran karya anak, menceritakan kembali apa yang dibuat ataupun presentasi proyek di depan kelas. Guru pada tahap ini bertugas memberikan kesimpulan dan pesan moral yang dapat dipetik dari kegiatan. Menurut (Gerhana, 2017) terdapat 6 langkah pembelajaran berbasis proyek yang dimulai dengan: 1) menentukan tema/ topik, 2) mengajukan pertanyaan penuntun (driven question), 3) menyusun desain proyek, 4) menyusun jadwal, 5) melengkapi dan mempersiapkan laporan proyek, dan 6) proses evaluasi dan laporan proyek.

(31)

Gambar 2.3 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Sumber : (Gerhana, dkk., 2017)

Menentukan tema/topik (theme or thopic determination), tema dalam pembelajaran berbasis proyek untuk anak usia dini berfungsi sebagai batasan materi tentang konsep yang akan dikenalkan.

Mengajukan permasalahan (determination of fundamental problems), untuk memudahkan penyampaian masalah pada anak, guru dapat menampilkan berbagai sumber belajar terkait dengan tema hari ini. Misalnya dengan

menampilkan power point atau menampilkan video yang terkait dengan permasalahan. Berdasarkan tayangan yang dilihat anak, akan muncul berbagai pendapat dan pertanyaan yang dapat dikemukakan guru. Langkah selanjutnya adalah menyusun jadwal pembuatan proyek.

Merancang kerja proyek (designing project plan), menurut Ariyana, dkk (2019) proyek yang dibuat bisa dikerjakan dalam beberapa kali pertemuan, dalam hal ini guru dapat bekerja sama dengan anak mengenai jadwal pembuatan proyek.

Proyek yang dibuat dapat berlangsung selama sehari, beberapa hari, 1 minggu, 2 minggu bahkan lebih menyesuaikan kondisi sekolah. Setelah proyek selesai dibuat, guru dapat menyiapkan laporan pembelajaran berbasis proyek yang dikemas dalam kegiatan berupa presentasi hasil kerja proyek.

Process Evaluation and Project Results

Students present project reports (communicate results) and teachers evaluate student project report results.

Process Evaluation and Project Results

Students present project reports (communicate results) and teachers evaluate student project report results.

Completion and Preparation Of Project Reports With Teachers Facilitation And Monitoring students apply the proposed draft/strategy and develop project reports (associate) Completion and Preparation Of Project Reports With Teachers Facilitation And Monitoring

students apply the proposed draft/strategy and develop project reports (associate) Schedule Arrangement

students arrange the schedule according to the project collection deadline. Next the students gather information to solve the given problem

Schedule Arrangement

students arrange the schedule according to the project collection deadline. Next the students gather information to solve the given problem

Designing Project Plans Make completion plan Designing Project Plans

Make completion plan Determination of Fundamental Problems

Students determine the question formulatiom to answer the problem (asking) Determination of Fundamental Problems

Students determine the question formulatiom to answer the problem (asking) Theme/ Project Topic Determination

The Teacher distributes the project sheets, the students observe the problem of the project Theme/ Project Topic Determination

The Teacher distributes the project sheets, the students observe the problem of the project

(32)

Mempersiapkan dan melengkapi laporan proyek (completion and preparation of project reports). Pelaporan hasil kerja proyek dapat dibuat dalam bentuk prakarya ataupun sebuah karya seni dipublikasikan pada orang lain, baik teman, guru ataupun dalam pemeran produk pembelajaran, atau cukup dilakukan dengan presentasi di hadapan teman sekelas.

Evaluasi proses dan hasil proyek (process evaluation and project results) Langkah terakhir adalah melakukan refleksi tentang terkait pembelajaran dan proyek yang telah dilaksanakan. Anak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengalaman selama pembelajaran berbasis proyek berlangsung. Pada kesempatan ini, guru dapat memberikan reward/ feedback terhadap pencapaian yang

dilakukan anak.

Pada strategi pembelajaran berbasis proyek guru berperan sebagai fasilitator(teacher as coach) yang menyediakan alat dan bahan serta mamantau kerja proyek (Buck of Institute). Keamanan alat dan bahan merupakan salah satu faktor penting agar anak dapat dengan mudah mencurahkan kemampuan dan ketrampilan serta kreativitasnya. Pendidik dalam situasi ini berkewajiban menciptakan kegiatan yang dapat mendukung terciptanya meaningful learning serta pengembangan kreativitas dan tanggung jawab anak (Sukardi & Astuti, 2013b). Peran guru dalam pendidikan anak usia dini adalah sebagai fasilitator.

Sutama & Mumtahanah (2017) berpendapat bahwa.

The teacher in early childhood classrooms could be seen as a facilitator of student knowledge as a teacher. The statement also reinforces that children learn more about their environment than working on worksheets or listening to teachers. Children need opportunities to be active in exploring and interacting with their environmen.

Anak anak sudah seharusnya diberikan kesempatan untuk bergerak aktif dalam mengeksplorasi dan berinteraksi dengan lingkungan mereka.

Guru sebagai fasilitator bertugas membuat anak nyaman dalam proses belajar. Guru juga berkewajiban memberikan kemudahan anak dalam belajar melalui eksplorasi dan observasi beragam media dan pemanfaatan berbagai sumber belajar. Sejalan dengan pendapat Gerhana, Ariyana dkk

(33)

(2019) mengajukan peran guru dan peran anak dalam sintaks

pembelajaran berbasis proyek yang digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Sintaks (Langkah Kerja) Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Langkah kerja Aktivitas Guru Aktivitas Anak

1. Mengajukan

Pertanyaan Mendasar Guru menyampaikan topik dan mengajukan pertanyaan bagaimana cara memecahkan masalah.

Mengajukan pertanyaan mendasar.

2. Mendesain

Perencanaan Produk

Guru memastikan setiap anak dalam kelompok memilih dan mengetahui prosedur penyelesaian proyek.

Anak berdiskusi menyusun rencana pembuatan proyek yang meliputi pembagian tugas sampai persiapan alat dan bahan.

3. Menyusun Jadwal

Pembuatan Guru dan anak membuat kesepakatan tentang jadwal proyek

Anak menyusun jadwal penyelesaian proyek.

4. Memonitor keaktifan dan perkembangan

Guru memantau keaktifan anak selama

melaksanakan proyek.

Anak menyelesaikan proyek sesuai jadwal.

5. Evaluasi pengalaman Guru membimbing proses pemaparan proyek, menanggapi hasil, selanjutnya guru dan anak merefleksi.

Setiap anak

memaparkan laporan, anak yang lain

memberikan tanggapan.

Sumber : (Ariyana, dkk., 2019)

4. Kelemahan dan Keunggulan Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek Setiap strategi pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu pula dengan strategi pembelajaran berbasis proyek. Menurut

(Murniarti,2017) pembelajaran berbasis proyek dapat menyediakan kesempatan pembelajaran berbagai disiplin ilmu. Keunggulan yang dimiliki strategi

pembelajaran berbasis proyek antara lain: a) proyek yang dilakukan anak membuat anak belajar bersosialisasi melalui kerja tim, membuat karya seni, dan keterampilan lain yang berhubungan dengan kerja proyek, b) mempererat hubungan anak dengan guru melalui komunikai yang terjalin. Guru sebagai fasilitator memantau kerja proyek melalui komunikasi yang baik dengan anak, menganalisis dan mencari solusi atas hambatan yang anak rasakan selama kerja proyek, dan c) membuat anak lebih aktif. Inti dari pembelajaran berbasis proyek

(34)

adalah produk hasil karya anak, produk ini sekaligus pembeda pembelajaran berbasis poyek dengan pembelajaran berbasis masalah.

Adapun kelemahan dalam strategi pembelajaran berbasis proyek antara lain: a) diperlukan waktu yang cukup panjang untuk menyelesaikan proyek, b) membutuhkan biaya yang cukup banyak, c) memerlukan banyak alat dan bahan, d) memerlukan guru yang terampil.

Pembelajaran berbasis proyek yang mengambil konsep learning by doing memiliki banyak manfaat dibandingkan kelemahannya. Melalui kegiatan

merancang dan melakukan langsung kerja proyek, memudahkan anak memahami konsep yang disampaikan. Guru perlu memperhatikan kedekatan topik dan ketersediaan alat dan bahan merupakan dalam praktik pembelajaran berbasis proyek. Guru sebisa mungkin dapat memanfaatkan sumber daya dari lingkungan sekitar untuk melaksanakan pembelajaran berbasis proyek. Pembelajaran

berbasis proyek tidak hanya berpengaruh pada kemampuan kognitif seperti berpikir kreatif, tetapi juga berpengaruh pada aspek yang lain seperti NAM, sosial emosi dan bahasa yang tercermin saat anak bekerja sama dan saling berinteraksi berbagi alat dan bahan untuk membangun proyek. Seni dan motorik halus berkembang ketika anak merangkai satu per satu bahan untuk membangun proyek. Intensitas pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek yang lebih sering diterapkan dapat membawa banyak manfaat bagi perkembangan anak.

B. Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun

1. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun

Pembeda antara manusia dengan hewan adalah kemampuan berpikir yang dimiliki. Berpikir diartikan sebagai rangkaian ide yang dihubungkan dengan aturan logis (Karakoç, 2016). Berpikir merupakan kegiatan untuk mencapai pengetahuan, melintasi indra pada tubuh, diterima dan disimpan di otak. Otak akan merekam apa saja yang didengar atau dilihat anak (Helmawati, 2019).

Berpikir merupakan proses pengolahan informasi dalam daya pikir sehingga didapatkan suatu pengertian, pendapat serta kesimpulan. Berpikir sama halnya

(35)

dengan proses mengolah informasi. Ketika anak mendefinisikan bahwa sebuah benda yang berwarna merah bernama apel. Informasi mengenai “apel” anak peroleh melalui tahapan yang terdiri dari: menangkap-mengolah-menyimpan- menyimpulkan (Tumardi, 2015). Informasi tersebut anak simpulkan berdasarkan pengamatan oleh panca indera yang akhirnya menghasilkan sebuah pengetahuan.

Penelitian tentang berpikir kreatif telah dilakukan oleh The American Psychological Association yang dipimpin Guilford sejak tahun 1950-an.

Guilford berpendapat bahwa.

Aptitude traits that bellong most clearly logical in the area of creativity…. Fluency of thinking and flexibility of thinking as well as originality, sensitivity to problems, redefinitions and elaboration…

classifiable in a group of divergent thinking abilities (Guilford dalam Supardi, 2015).

Inti dari kemampuan berpikir kreatif menurut Guilford adalah kecakapan dalam melihat kemungkinan kemungkinan penyelesaian masalah. Berpikir kreatif adalah suatu proses memahami kesulitan, merasakan masalah, menemukan solusi, mengevaluasi, merevisi dan menguji ulang hingga mendapatkan hasil. Berpikir kreatif sebuah proses menggunakan daya pikir dengan memperhatikan intuisi, imajinasi mengungkapkan kemungkinan kemungkinan baru, membuka sudut pandang yang menakjubkan dan membangkitkan ide ide yang tidak terduga (Johnson dalam Helmawati, 2019). Berpikir kreatif terjadi ketika pengalaman dapat menyentuh fungsi kedua belahan otak. Belahan otak sebelah kanan lebih tertuju pada kemampuan imajinatif sedangkan belahan otak sebelah kiri berfungsi pada kemampuan berpikir rasional (Semiawan dkk., 1991). Berpikir kreatif merupakan suatu proses mental yang berujung pada produk yang unik. Adapun produk yang dihasilkan dapat berupa ide maupun benda konkrit.

Berdasarkan pada aspek psikologis, kreativitas didefinisikan dalam 4 P’s creativity yang terdiri dari person, process, press, dan product atau disebut juga (Rhodes dalam Fatmawati, 2018).

(36)

Gambar 2.4 Aspek Psikologis Kreativitas Sumber : (Rhodes dalam Fatmawati, 2018).

Person merupakan pembentukan kreativitas dari interaksi anak dengan lingkungan. Person memandang kreativitas merupakan pertemuan kombinasi dari fungsi rasa, pikir, cipta dan intuisi (Semiawan, dkk., 1991). Tindakan kreatif yang muncul merupakan perpaduan dari seluruh ,kepribadian anak dengan lingkungan. Kreatifitas adalah suatu proses berpikir berbeda dimana individu memiliki kemampuan melihat fenomena yang orang lain tidak mampu

melihatnya. Individu yang kreatif memiliki sifat mandiri, tidak merasa terikat pada aturan aturan yang berlaku.

Process berkaitan dengan cara anak berpikir, memecahkan masalah, dan merasakam kesulitan. Berdasarkan kesulitan yang anak rasakan anak belajar untuk menilai, menguji dan akhirnya merumuskan hipotesis. Anak dalam aspek ini menampilkan diri sebagai ideator, developer dan implementer.

Product, berpikir kreatif dari segi product dipandang sebagai

kemampuan anak untuk menghasilkan karya atau menciptakan sesuatu yang baru (Baron dalam Fatmawati, 2018). Produk yang dihasilkan tidak harus baru, tetapi juga inovasi dari produk yang sudah ada. Menurut Munandar (1987) untuk menciptakan sebuah produk baru membutuhkan persiapan yang matang,

sedangkan anak usia dini masih berada pada tahap persiapan. Berkaitan dengan hal ini, guru dan orang tua tetap bisa menstimulasi kemampuan berpikir kreatif anak dengan memberikan beberapa kegiatan, salah satunya membuat aneka ragam karya dengan memanfaatkan benda benda tidak terpakai disekeliling anak.

Kreativitas yang dibangun sejak dini akan bermanfaat terhadap kemampuan anak

Person

Person ProcessProcess

Product

Product PressPress

(37)

dimasa depan, sehingga besar kemungkinan anak dapat menjadi seorang pioneer, founder, ataupun ideator.

Press merujuk pada aspek dorongan internal, yaitu kreativitas yang dihasilkan oleh adanya inisiatif untuk melampaui pemikiran yang biasa (berpikir divergent). Berpikir divergent merupakan kemampuan anak menghasilkan banyak kemungkinan jawaban yang tidak biasa. Menurut (Munandar, 1987) berpikir divergent merupakan salah satu bentuk berpikir kreatif. Banyak kegiatan dapat dirancang guru untuk stimulasi kemampuan berpikir kreatif. Kemampun berpikir kreatif anak dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan kreatif seperti “batu bata dapat digunakan untuk apa saja?” jawaban anak anak adalah untuk membangun gedung, untuk membuat tembok atau untuk membuat rumah, jawaban jawaban yang diberikan anak sedemikian rupa belum

mencerminkan kemampuan berpikir kreatif. Sebaliknya, salah satu anak mengemukakan jawaban bahwa batu bara untuk menindih kertas agar tidak terbang. Jawaban yang demikian menunjukkan bahwa anak memiliki kelancaran dalam berpikir dan memilki kemampuan memandang sesuatu dari sudut pandang yang berbeda (divergent).

2. Kegiatan Pengembangan Berpikir Kreatif di PAUD

Pengembangan kemampuan berpikir kreatif disekolah dapat dilakukan dengan menghargai dan membebaskan anak untuk bereksplorasi dengan pikiran dan lingkungannya (Sternberg & Lubart, 1995). Lingkungan yang ideal untuk memupuk kemampuan berpikir kreatif merupakan suatu keadaan yang bebas dari tekanan suatu standard. Montessori dalam (Masganti, 2016) berpendapat bahwa pengadaan lingkungan yang bebas dapat menciptakan rasa senang, sehingga mendorong perkembangan kepercayaan dan aktualisasi diri anak. Penghilangan hambatan hambatan kreativitas dalam program pendidikan sangat penting dikarenakan lingkungan yang bebas, tanpa suatu evaluasi dan standar tertentu mampu mengembangkan kemampuan berpikir kreatif anak.

Berdasarkan aspek psikologis pengembangan kemampuan berpikir kreatif dilakukan dengan memberikan kebebasan anak untuk berekspresi,

(38)

menerima anak apa adanya, menghargai serta memberikan kasih sayang pada anak (Rogers dalam Sternberg & Lubart, 1995). Pengembangan kemampuan berpikir kreatif perlu dirancang dalam suatu atmosfer lingkungan yang baik, menyenangkan sehingga dapat memunculkan spontanitas gagasan/ide kreatif.

Sebaliknya, penghadiran kondisi yang menekan, membatasi disinyalir menyebabkan rasa takut yang berakibat pada kurangnya produktivitas serta menurunnya ekspresi kreatif (Sternberg & Lubart, 1995). Selain lingkungann, ketersediaan alat dan bahan yang bervariatif diduga dapat membawa pengaruh positif pada kemampuan berpikir kreatif anak dengan tetap memperhatikan aspek kebebasan yang diberikan. Artinya, tidak perlu ada definisi yang ketat mengenai penggunaan sarana pengembangan kemampuan berpikir kreatif. Anak

dibebaskan memanfaatkan dan menginterpretasi alat dan bahan yang tersedia sesuai imajinasinya (Amabile dan Gitomer dalam Sternberg, 1995)

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa pokok dari pengembangan kemampuan berpikir kreatif adalah: 1) kebebasan untuk bereksplorasi dan 2) penghargaan terhadap diri anak. Kebebasan yang diberikan orang dewasa pada diri anak menjadikan anak memiliki kepercayaan diri untuk terus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Kebebasan perlu diberikan mengingat anak usia dini belum memiliki banyak pengalaman seperti halnya orang dewasa, sehingga diperlukan kesempatan yang dapat membuat anak bereksplorasi memperoleh pengalamannya secara mandiri. Gardner dalam (Delavari & Delgoshaei, 2012) mengemukakan bahwa, “setiap anak dilahirkan unik dengan masing masing potensi kecerdasan yang dimiliki. Kecerdasan bukanlah benda atau keadaan yang ditentukan dalam otak, melainkan

kemampuan potensial yang keberadaannya memainkan jenis-jenis intelektual yang sesuai dengan situasi”. Setiap anak yang dilahirkan ke dunia diyakini memiliki keunikan tersendiri, bahkan anak kembar yang secara fisik terlihat sama akan memiliki perbedaan terhadap kembarannya. Perbedaan kemampuan antara anak yang satu dan yang lain perlu disadari guru sebagai upaya pengembangan kemampuan berpikir kreatif anak.

(39)

3. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Anak Usia 5-6 Tahun

The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT) adalah salah satu acuan yang dapat digunakan untuk mengukur kemampua berpikir kreatif. Empat indikator dalam TTCT untuk menilai kreativitas adalah: a) Fluency, b) Flexibility c) Originality dan d) Elaboration (Kim, 2017). Guilford berpendapat bahwa kreativitas tidak cukup hanya ditentukan oleh 4 indikator, Guilford (dalam Fatmawati, 2018) menambahkan 1 indikator berpikir kreatif yaitu problem sensitivity. Hal ini juga disepakati oleh pakar kreativitas Indonesia berpendapat bahwa ciri utama berpikir kreatif adalah berpikir divergen yang terdiri dari 5 komponen yaitu: a) fluency, b) flexibility c) originality, d) elaboration dan e) evaluation (Munandar, 1987). Menurut William indikator kemampuan berpikir kreatif tidak hanya dilihat dari 5 aspek seperti yang dikatakan Munandar, terdapat 7 indikator kemampuan berpikir kreatif yang terdiri dari: 1) fluency, 2) flexibility, 3) originality, 4) elaboration, 5) risk taking, 6) complexity, 7) curiousty; 8) imagination (William dalam Mulyati, dkk., 2018). Berikut tabel indikator berpikir kreatif menurut para ahli.

Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kreatif Menurut Para Ahli

Torrance Guilford Munandar William

1. Fluency 1. Fluency 1. Fluency 1. Fluency

2. Flexibility 2. Flexibility 2. Flexibility 2. Flexibility 3. Originality 3. Originality 3. Originality 3. Originality

Elaboration Elaboration Elaboration Elaboration

4. 4. Problem Sensitivity Evaluation 5. Complexity

5. 6. 7. Risk taking

8. Curiousty 9. Imagination Sumber : (Olahan Peneliti)

Berdasarkan pendapat para ahli, banyak indikator yang dapat dijadikan acuan dalam menilai kemampuan berpikir kreatif. Indikator yang digunakan dalam menilai keampuan berpikir kreatif anak usia dini harus disesuaikan dengan karakter dan kemampuan anak. Adapun 4 indikator yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir kreatif pada anak usia 5-6 tahun adalah: a) fluency, b) flexibility, 3) originality, 4) elaboration.

(40)

Gambar 2.5 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Sumber : (Olahan Peneliti)

Fluency (kelancaran), berpikir lancar merupakan kemampuan anak dalam menciptakan banyak ide secara spontan, inilah salah satu indikator yang

memiliki pengaruh sangat besar. Semakin banyak ide yang tercipta berarti semakin banyak ide bagus yang dapat digunakan (Guilford dalam Fatmawati, 2018). Ciri dari berpikir lancar adalah kecepatan dan ketepatan dalam

merumuskan banyak ide dan gagasan. Ketika anak dihadapkan pada kondisi yang membutuhkan terciptanya jawaban, anak secara spontan dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya. Berpikir lancar menjadikan anak memiliki kepekaan terhadap segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya (problem sensitivity). Berpikir lancar dalam pembelajaran proyek diidentifikasi dari kemampuan anak dalam merespon stimulan guru, kepekaan anak dalam

menyelesaikan masalah, keberagaman komponen dalam proyek yang dikerjakan, serta efektifitas anak dalam pengerjaan proyek. Efektifitas merupakan inti dari kemampuan berpikir lancar, efektifitas terjadi ketika anak dapat merespon apa yang dimaksud secara cepat dan tepat.

Flexibility (keluwesan), diartikan sebagai kemampuan anak

dalammemandang ide dan situasi dari sudut pandang yang berbeda. Penggunaan beragam cara dan banyaknya gagasan yang diciptakan merupakan ciri indikator berpikir luwes. Ketika suatu cara gagal dilakukan, anak tidak stagnan pada satu cara penyelesaian, melainkan mampu menggunakan cara lain untuk memperoleh hasil yang sesuai. Anak yang kreatif diidentifikasi mampu mencetuskan solusi atas suatu permasalahan. Menurut (Mulyati, 2018) pada indikator berpikir luwes, complexity dan risk taking merupakan 2 hal yang termasuk didalamnuya.

Fluency Fluency

Problem Sensitivity Curiousty

Flexibility Flexibility

Complexity

Risk Taking

Originality Originality

Imagination

Elaboration Elaboration

Evaluation

(41)

Originality (keaslian) merupakan kemampuan untuk menghasilkan ide ide yang unik (Torrance dalam Honeck, 2016). Anak kreatif diketahui mampu menciptakan hasil karya yang memiliki keunikan dari teman teman yang lain.

Saat menciptakan ide baru, anak mendayagunakan daya pikirnya untuk menciptakan produk sesuai imajinasi. Melalui imajinasi dalam pikiran anak lahirlah berbagai produk kreatif yang dapat kita jumpai saat ini.

Elaboration (elaborasi) adalah kemampuan individu dalam

mengembangkan/menguraikan suatu gagasan atau produk tertentu. Elaborasi diartikan juga sebagai kemampuan mempertimbangkan suatu tindakan yang benar. Anak yang kreatif pada aspek ini lebih mahir dalam mengembangkan suatu gagasan dan membuat tambahan detail sehingga produk yang dihasilkan terlihat sangat menarik. Produk yang menarik merupakan hasil dari ketepatan suatu pengetahuan, artinya dalam proses elaborasi terjadi pula evaluasi. Menurut Tumardi (2015) evaluasi merupakan kegiatan menyeleksi segala pengetahuan yang relevan untuk diterapkan. Pengembangan kamampuan elaborasi dapat berupa tambahan gambar, warna, bahkan hiasan dalam suatu karya yang dikerjakan anak.

4. Urgensi Kemampuan Berpikir Kreatif pada Anak Usia Dini

Kreativitas atau berpikir kreatif penting dikembangkan sejak usia dini.

Pertama, eksistensi diri anak adalah suatu kebutuhan penting pada masa mendatang yang dikembangkan melalui berbagai aktivitas kreasi (Munandar, 1987). Pengembangan jati diri merupakan investasi kehidupan anak masa mendatang yang berguna ketika anak tumbuh dan berkembang. Anak yang diberikan kebebasan dalam mewujudkan jati diri sepenuhnya adalah anak yang berhasil mengembangkan seluruh bakat dan kemampuan diri. Tumardi (2015) mengemukakan bahwa, anak yang merdeka lahir dari pendidik yang merdeka.

Perwujudan jati diri secara bebas diyakini dapat menciptakan banyak prestasi dan inovasi yang berdampak pula pada perkembangan sistem komuniksi, transportasi dan peralatan hidup.

Gambar

Gambar 1.1 Aspek Berpikir Tingkat Tinggi Sumber : (Ariyana, dkk., 2019)
Tabel 1.1 Variabel Penelitian
Gambar 2.1 Pembelajaran Berbasis Proyek         Sumber : (Olahan Peneliti)
Gambar 2.2 Sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek di PAUD Sumber : (Novitasari, 2018b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun upaya yang dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran berbasis proyek yang bertujuan untuk: (1) peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa (2)

kemamampuan berpikir kreatif siswa; (2) Terdapat pengaruh model pembelajaran berbasis proyek ( project based learning ) terhadap hasil belajar kognitif siswa; (3) Tidak terdapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan profil kemampuan berpikir kreatif siswa setelah pembelajaran dengan strategi penugasan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran berbasis proyek yang diadaptasi sesuai dengan kebutuhan anak tunarungu untuk meningkatkan kemampuan berpikir

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, adanya pengaruh yang signifikan dalam model pembelajaran berbasis paikem terhadap peningkatan kemampuan membaca anak usia 5-6

Pelaksanaan pada penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis STEAM yang dirancang khusus proses kegiatan pembelajarannya untuk menstimulasi kemampuan berpikir

Temuan ini menunjukkan bahwa strategi MHM berbasis masalah lebih unggul daripada pembelajaran konvensional dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis

besar pengaruhnya pembelajaran berbasis proyek terhadap kemampuan matematis siswa berdasarkan aspek kemampuan matematis (kemampuan berpikir kreatif, kemampuan berpikir kritis,