• Tidak ada hasil yang ditemukan

pengembangan bahan ajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "pengembangan bahan ajar"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

MATA PELAJARAN FIKIH BERBASIS MUBĀDALAH DI KELAS XI MAN 4 BANYUWANGI

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M. Pd)

Oleh:

LAILATUN NI’MAH NIM: 0849319042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UIN KHAS JEMBER

JULI 2022

(2)

ii TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan (M. Pd)

Oleh:

LAILATUN NI’MAH NIM: 0849319042

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER JUNI 2022

i

(3)

iii ii

(4)

iii iv

(5)

v

Pascasarjana Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Pembimbing I: Dr. H. Mundir, M.Pd. Pembimbing II: Dr.

H. Syamsul Anam, S.Ag, M.Pd.

Kata Kunci: Pengembangan Bahan Ajar, Bahan Ajar Fikih, Mubādalah.

Bahan ajar erat kaitannya dengan pembelajaran di dalam kelas, yang mana dalam bahan ajar itu membutuhkan inovasi sesuai dengan kebutuhan. Hal ini juga terjadi pada Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi, salah satunya yakni pengembangan bahan ajar fikih berbasis mubādalah. Maksud mubādalah adalah bahan ajar yang berbasis nilai-nilai keadilan, kerjasama, kesalingan, dan timbal balik antara dua pihak atau lebih, baik antara relasi laki-laki dan perempuan.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1) Bagaimana pengembangan bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi? 2) Bagaimana kelayakan bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi? 3) Bagaimana efektivitas bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi?. Adapun tujuan dari pengembangan bahan ajar ini adalah 1) Menghasilkan bahan ajar fikih berbasis mubādalah di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi. 2) Mendeskripsikan dan menguji kelayakan bahan ajar fikih berbasis mubādalah di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi 3) Menguji efektivitas bahan ajar fikih berbasis mubādalah di kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Devolopment, yang mengacu pada model Borg and Gall yang terbagi dalam 10 langkah yaitu : (1) penelitian dan pengumpulan data, (2) perencanaan, (3) pengembangan draf produk, (4) uji coba lapangan awal, (5) merevisi hasil uji coba, (6) uji coba lapangan, (7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan, (8) uji pelaksanaan lapangan, (9) penyempurnaan produk hasil, dan (10) diseminasi dan implementasi, namun pada tahap ini peneliti belum bisa melaksanakan dikarenakan keterbatasan waku dan biaya.

Hasil penilaian pengembagan dapat disimpulkan bahwa 1) Pengembangan bahan ajar mata pelajaran fikih kelas XI semester genap pada materi pernikahan, perceraian dan waris, ukuran buku tinggi 23 cm dan lebar 17 cm yang disusun menggunakan Microsoft Word 2010, 2) Berdasakan hasil kelayakan yang maka bahan ajar berbasis mubādalah, layak digunakan dalam pembelajaran berdasarkan nilai dari angket para ahli dan respon siswa 3) Hasil efektivitas sudah memenuhi syarat dan ketentuan yaitu berdasarkan uji thitung > ttabel (9,412 > 2,045), apabila uji thitung > ttabel maka, hasilnya singnifikan.

iv

(6)

vi

Postgraduate. State Islamic University of Kiai Haji Achmad Siddiq Jember. Tutor I: Dr. H. Mundir,M.Pd Tutor II: Dr. H. Syamsul Anam, S.Ag, M.Pd.

Keywords: Development Teaching Materials, Teaching Material Fiqh’s, Mubādalah.

Teaching materials are closely related to learning in the classroom, which requires innovation according to needs. This also happened to Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi, one of which was the development of mubādalah-based teaching materials. The meaning of mubādah is teaching materials based on the values of justice, cooperation, mutuality, and reciprocity between two or more parties, both between male and female relations.

The formulation of the problem from the development of this teaching material is 1) How is the development of mubādalah-based fiqh teaching materials for class XI students of Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi? 2) How is the feasibility of mubādalah-based fiqh teaching materials for class XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi students? 3) How is the effectiveness of mubādalah-based fiqh teaching materials for class XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi students. The objectives of developing these teaching materials are 1) Produce mubādalah-based fiqh teaching materials in class XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi. 2) Describe and test the feasibility of mubādalah-based fiqh teaching materials in class XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi 3) Test the effectiveness of mubādalah-based fiqh teaching materials in class XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

Methods used is the method Research and Development that is used is research and development model Borg and Gall divided into 10 step namely: (1) research and data collection (2), planning the draft (3), product development (4) initial field trials, (5) revising the results of the tryouts (6), field trial (7), field test the products (8), field the test, (9) revising the products and, (10) dissemination and implementation. Instruments gather data using an instrument in the economic test, discussion and interview.

The results of the development assessment can be concluded that 1) Development of fiqh teaching materials for class XI even semesters on marriage, divorce and inheritance, book size 23 cm high and 17 cm wide compiled using Microsoft Word 2010, and 2) Based on the feasibility results, then Mubādalah- based teaching materials are very feasible to use in learning because of the validation results and interesting results. 3) The effectiveness results have met the terms and conditions, namely based on the t-test > ttable (9.412 > 2.045), if the t- test > ttable then, the results are significant.

v

(7)

vii

برمبج ةيموكلحا ةيملاسلاا قيدص دحمأ جالحا .

تتح ( :فارشلاا 1

رذنم جالحا روتكدلا )

(و ،يرتسجالدا 2

.يرتسجالدا منالأا سشم جالحا روتكدلا )

:ةيسيئرلا تاميلكلا ةلدابمو ،هقفلا داولداو ،ةيساردلا داولدا ريوطت

اووووووًق و راووووووكتبلاا وووووولطتي يذوووووولا رووووووملأا ، ووووووصفلا في ملعتوووووولبا اووووووًقيمو اوووووو ابترإ ةيووووووساردلا داووووووولدا ريوووووووطت نإ

ووه ثدووح .تاووجايتحلال اووًضيأ اذ

ةووسردلدا في ةوويموكلحا ةيملاووسلإا ةوويوناثلا

4 داوووم ريوووطت اهدووحأ ناووكو ،ينجاووونجبا

ةوويلدابتلاو نواووعتلاو ةوولادعلا ميووق ىوولع موووقت ةوويميلعت داوووم وووه ةوولدابلدا وووعم .ةوولدابلدا ساووسأ ىوولع ةووينبلدا هووقفلا سيردووت او لاجرلا ينب تاقلاعلا ينب ، رثكأ وأ ين ر ينب ثلدبا ةلماعلداو .ءاسنل

:يه ثحبلا اذه في ثحبلا ةلئسأ امأ 1

) ريوطت متي فيك ةيساردلا داولدا

ةيوساردل وم هوقفلا ةولدابلدا

، 2 )

ةيحلاص ىدام ام ةيساردلا داولدا

ةيوساردل وم هوقفلا ةولدابلدا

، 3 ةويلاع ىدوم اوم ) ةيوساردلا داوولدا

ةيوساردل وم هوقفلا

ةووولدابلدا . :ووووه ثوووحبلا اذوووه فدوووهيو 1

ل ) ريووووطت فوووصو ةيوووساردلا داوووولدا

ةيوووساردل وووم هوووقفلا ةووولدابلدا

، 2 فوووصول )

ريوطت ةيحلاص ةيساردلا داولدا

ةيساردل م هقفلا ةلدابلدا ، 3 ةيساردلا داولدا ةيلاع رابتخلا ةيساردل

م هقفلا .ةلدابلدا

ريوطتلاو ثحبلا وه ثحبلا عون .يمكلاو يفيكلا خدم :وه ثحبلا خدم امأ

(R&D)

عونو .

جذونم وه مدختسلدا ريوطتلاو ثحبلا ( لاجو جبرل

Borg and Gall

) لىإ مسقني يذلا 12

:يهو ، تاوطخ

( 1 (و ،تناايبلا جمو ثحبلا ) 2

(و ،طيطختلا ) 3

(و ،جتنلدا ةدوسم ريوطت ) 4

(و ،ةيلولأا ةيناديلدا براجتلا ) 5

)

(و ،رابتخلاا جئاتن ةعجارم 6

(و ،ةيناديم براتج ) 7

ئاتن حيقنت ) (و ،ةيناديلدا تارابتخلاا ج

8 قيبطتلا تارابتخا )

(و ،نياديلدا 9

(و ،جئاتنلا حيقنت ) 12

.ذيفنتلاو رشنلا )

:ريوطتلا جئاتنب لوقلا نكيم 1

ةيهقفلا داوملل ةيميلعتلا داولدا ريوطت ) فصلل

11 ةيوناثلا ةسردلدا في

ةيموكلحا ةيملاسلإا 4

ينجاونجبا ايرلداو قلاطلاو جاوزلا داوم لوح

باتكلا مجح ، ث 23

ضرعو عافترا مس 17

جمنارب مادختسلا ةبترم مس

Microsoft Word

2212 ، 2 داولدا دعت ، ىودلجا جئاتن ىلع ًءانب )

ةينبلدا ةيميلعتلا ةلدابلدا ساسأ ىلع

تناايبتسا نم تاجردلا ىلع ًءانب ملعتلا في مادختسلال ةبسانم

ءابرلخا ،بلاطلا تبااجإو 3

) رابتخا مادختسبا تناايبلا يلتح ةدعاسبم طيسب جودزم t

ددعلا

t

>

t

لياودلجا ( 9،412 >

2،245 ةيساردلا داولدا ةيساردلا داولدا نأ نيعي اذهو .) ةلدابم م هقفلا

فصلل 11 في

ةيملاسلإا ةيوناثلا ةسردلدا 4

.ميلعتلا في مادختسلال ةلاع يغاووينبا

vi

(8)

viii

dan rahmat-Nya sehingga tesis dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Fikih Berbasis Mubādalah di Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi” ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya menuju agama Allah sehingga tercerahkanlah kehidupan saat ini.

Kesuksesan ini dapat penulis peroleh karena dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, penulis menyadari dan menyampaikan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE, MM. selaku Rektor Universitas Islam Negeri KH Achmad Siddiq (UIN KHAS) Jember yang telah menerima penulis untuk menuntut ilmu di UIN KHAS Jember Program Studi PAI.

2. Bapak Prof. Dr. Moh. Dahlan, M.Ag. selaku Direktur Pascasarjana UIN KHAS Jember yang telah memberikan izin dan motivasi yang bermanfaat.

3. Ibu Dr. Hj. St. Rodliyah, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana UIN KHAS Jember yang telah memberikan izin dan motivasi yang bermanfaat.

4. Bapak Dr. H. Mundir, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 1 yang telah memberikan motivasi, sekaligus memberikan banyak ilmu dan bimbingan dengan penuh kesabaran, petunjuk dan arahan dalam penyusunan tesis, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar sampai selesai.

vii

(9)

ix

tesis, sehingga penelitian ini berjalan dengan lancar sampai selesai.

6. Ibu Dr. Hj. Fatiyaturrohmah, M.Ag. selaku Validator Ahli Materi Fikih, Bapak Arik Fajar Cahyono, M.Pd selaku Validator Ahli Bahasa, Bapak Dr.

A.Suhardi, ST., M.Pd dan Bapak Dr. Nino Indrianto, M. Pd selaku Validator Ahli Desain yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyusunan pengembangan bahan ajar

7. Bapak Mujikan selaku Kepala Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi yang telah bersedia memberikan izin untuk melaksanakan penelitian di lembaga yang dipimpin.

8. Bapak Samhadi Irfandi Putra, S.Pd.I. selaku guru fikih kelas XI yang telah berkenan untuk bekerja sama dan memberikan data serta informasi penelitian dalam penyusunan tesis ini.

9. Kedua orang tua, bapak Salam dan ibu Nur Kasanah beserta kakak Siti Syamsiyah yang selalu mendo’akan, mendidik, dan selalu memberikan motivasi yang menjadi spirit kehidupan hingga bisa sampai pada tahap ini.

Akhirnya, semoga segala amal baik yang telah Bapak/Ibu berikan kepada penulis mendapat balasan yang baik dari Allah.

Jember, Mei 2022

LAILATUN NI’MAH

viii

(10)

x

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan ... 6

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan ... 6

E. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan ... 7

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan ... ... 8

G. Definisi Istilah atau Definisi Operasional... ... .9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... ... ...11

A. Pengembangan dan Komponen Pembelajaran ... 11

B. Pengembangan Bahan Ajar ... 13

1. Pengembangan Bahan Ajar ... 13

2. Pengertian Bahan Ajar Bahan Ajar ... 14

ix

(11)

xi

C. Mata Pelajaran Fikih ... 19

1. Pengertian Fikih ... 19

2. Hakikat Fikih ... 21

3. Karektiristik Materi Fikih ... 23

4. Tujuan Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah ... 24

5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah .. 24

6. Standar Kompetensisi Lulusan (SKL) Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah ... 25

7. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah... 25

D. Berbasis Mubādalah ... 27

1. Pengertian Mubādalah ... 27

2. Konteks Gagasan dan Konsep Mubādalah ... 33

3. Basis Mubādalah ... 36

4. Metode Pemaknaan Mubādalah ... 40

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ... 42

A. Model Penelitian dan Pengembangan ... 42

B. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 44

C. Uji Coba Produk ... 48

1. Desain Uji Coba ... 49

x

(12)

xii

5. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN... 64

A. Penyajian Data Uji Coba ... 64

B. Analisis Data ... 98

C. Revisi Produk ... 105

BAB V KAJIAN DAN SARAN ... 111

A. Kajian Produk yang Telah Direvisi ... 111

B. Saran Diseminasi ... 113

C. Saran Pengembangan Produk Lebih Lanjut ... 113

DAFTAR RUJUKAN ... 115 Lampiran-Lampiran

xi

(13)

xiii

Tabel 1.2 Kompetensi Dasar ... 26

Tabel 3.1 Instrumen Lembar Validasi Ahli Materi ... 51

Tabel 3.2 Instrumen Validasi Ahli Bahasa ... 52

Tabel 3.3 Instrumen Validasi Ahli Desain ... 53

Tabel 3.4 Instrumen Respon Siswa ... 53

Tabel 3.5 Skor Penilaian Validasi Ahli ... 55

Tabel 3.6 Kriteria Kelayakan Bahan Ajar ... 56

Tabel 3.7 Skor Penilaian Respon Siswa ... ...57

Tabel 3.8 Kriteria Kemenarikan Bahan Ajar ... ...58

Tabel 3.9 Desain Eksperimen One Group Pretest Postest Design ... ...59

Tabel 4.1 Kompetensi Inti ... 64

Tabel 4.2 Kompetensi Dasar ... 67

Tabel 4.3 Indikator ... 68

Tabel 4.4 Indikator Pengembangan ... 69

Tabel 4.5 Hasil Validasi Ahli Isi/Materi ... 82

Tabel 4.6 Hasil Validasi Ahli Bahasa ... ...84

Tabel 4.7 Hasil Validasi Ahli Desain 1 ... 86

Tabel 4.8 Hasil Validasi Ahli Desain 2 ... 88

Tabel 4.9 Hasil Respon Siswa pada Uji Coba Lapangan Awal ... 90

Tabel 4.10 Hasil Respon Siswa pada Uji Coba Lapangan Skala Besar ... 92

Tabel 4.11 Contoh Angket Respon Siswa... 94

xii

(14)

xiv

Tabel 4.15 Persentase Hasil Prestest ... 98

Tabel 4.16 Hasil Pretest dan Postest... 99

Tabel 4.17 Hasil Paired Samples Statistics... 100

Tabel 4.18 Hasil Paired Samples Correlations ... 101

Tabel 4.19 Hasil Paired Samples Test ... 102

xiii

(15)

xv

Gambar 4.1 HalaMadrasah Aliyah NegeriJudul ... 72

Gambar 4.2 Kata Pengantar ... 73

Gambar 4.3 Petunjuk Buku Siswa ... 74

Gambar 4.4 HalaMadrasah Aliyah NegeriPembuka ... 75

Gambar 4.5 Kompetensi Inti ... 76

Gambar 4.6 Kompetensi Dasar ... 77

Gambar 4.7 Indikator ... 78

Gambar 4.8 Materi ... 79

Gambar 4.9 RangkuMadrasah Aliyah Negeri ... ...80

Gambar 4.10 Uji Kompetensi ... 81

Gambar 4.11 Daftar Pustaka ... 82

Gambar 4.12 Cover Sebelum Revisi ... 106

Gambar 4.13 Cover Setelah Revisi ... 107

Gambar 4.14 Identitas Buku ... 108

Gambar 4.16 Dalam Berita ... 109

Gambar 4.16 Seputar Kontemporer ... 110

xiv

(16)

xvi Lampiran 3 Surat Selesai Penelitian

Lampiran 4 KI dan KD Fikih MA Kelas XI Semester Genap Lampiran 5 Hasil angket kebutuhan dan wawancara guru Lampiran 6 Hasil angket kebutuhan siswa

Lampiran 7 Instrumen Validasi Ahli Isi/Materi Instrumen Validasi Ahli Bahasa

Lampiran 8 Instrumen Validasi Ahli Desain 1 Lampiran 9 Instrumen Validasi Ahli Desain 2 Lampiran 10 Hasil Validasi Ahli Isi/Materi Lampiran 11 Hasil Validasi Ahli Bahasa Lampiran 12 Hasil Validasi Ahli Desain 1 Lampiran 13 Hasil Validasi Ahli Desain 2 Lampiran 14 Hasil Validasi Ahli Desain Tahap 2 Lampiran 15 Jurnal Kegiatan Penelitian

Lampiran 16 Angket Tanggapan Siswa

Lampiran 17 Contoh Hasil Angket Tanggapan Siswa Lampiran 18 Rekapitulasi Uji Coba Kelompok Kecil Lampiran 19 Rekapitulasi Uji Coba Kelompok Besar Lampiran 20 Soal Prestest dan Postest

Lampiran 21 Contoh Hasil Pretest dan Postest

xv

(17)

xvii Lampiran 25 Nilai-nilai dalam Distributi t Lampiran 26 Dokumentasi Kegiatan Lampiran 27 Biodata Penulis

xvi

(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran sebenarnya telah berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang dengan perkembangan sosial budaya.1 Sejarah belajar sama dengan usia sejarah manusia itu sendiri. Dengan kata lain, keberadaan pembelajaran bersamaan dengan keberadaan manusia. Keduanya saling berkaitan dan saling melengkapi. Pembelajaran tidak akan berperan jika didalamnya tidak ada manusia begitu juga manusia tidak akan mempunyai nilai jika tanpa belajar karena manusia adalah objek dan subjek belajar.

Artinya, manusia tidak akan berkembang secara maksimal tanpa belajar.2 Fungsi pendidikan nasional sebagaimana termaktub dalam Undang- Undang Nomor 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:

Berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Bunyi dari Undang-Undang tersebut sedikit bertolak belakang dengan fakta yang banyak terjadi di kalangan masyarakat kita, masih banyak sekali kasus-kasus dan perdebatan tentang suatu informasi yang menyesatkan, bahkan media sosial akhir-akhir ini digegerkan dengan isu persepsi bidadari

1 Nasution, Zulkipli. “Metode Pembelajaran Pendidik Profesioanl Dalam Alquran,” Manajemen Pendidikan Islam 3, no. 1 (2019): 109.

2 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), 85.

3 Kemendiknas. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: Depdiknas. 2003.)

(19)

surga, perempuan sebagai sumber fitnah, perempuan yang dianggap kurang akalm kurang agama dan sebagainya. Masih banyak sekali terjadi ketidaksetaraan gender di dalam kehidupan masyarakat. Segala kegiatan seringkali dianggap memiliki jenis kelamin sebagaimana jenis kelamin itu sendiri. 4

Sepuluh pengalaman perempuan yang harus dikaji ulang dalam konsep kemanusiaan, keadilan, kemaslahatan agama, maupun kebijakan negara yaitu lima pengalaman biologis perempuan yaitu menstruasi, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui. Kemudian lima pengalaman sosial perempuan, yaitu stigmatisasi, marginalisasi, subordinasasi, kekerasan dan beban ganda. 5

Kondisi ini akhirnya menyebabkan perlunya internalisasi konsep mubādalah secara intensif pada sekolah-sekolah maupun kampus–kampus.

Perlu diakui, mengajarkan atau memasukkan konsep mubādalah di sekolah atau madrasah tidaklah mudah. Pendidik yang merasa kesulitan membuat desain pembelajarannya, minimnya penguasaan terhadap aneka pendekatan, strategi dan metode, teknik dalam mengajarkannya, dan bahkan ada diantara pendidik yang kesulitan mencari bahan ajar yang menginternalisasikan konsep mubādalah.

Fikih adalah salah satu pelajaran di Madrasah Aliyah yaitu mata pelajaran yang diberikan dalam kurikulum MA berdasarkan keputusan Menteri Agama RI. No.183 tahun 2019 tentang pedoman kurikulum

4 Werdiningsih, Wilis. “Penerapan Konsep Mubadalah Dalam Pola Pengasuhan Anak.” Ijougs:

Indonesian Journal of Gender Studies Vol. 1, no. Nomor 1 (2020): 1–16.

5 Nur Rofi‟ah, Nalar Kritis Muslimah. (Jakarta: Afkaruna, 2020), 8.

1

(20)

Madrasah 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab.

Fikih di Madrasah Aliyah adalah salah satu mata pelajaran PAI yang telah dipelajari oleh peserta didik di MTs/SMP dan MI/SD.

Fikih merupakan penafsiran kultural terhadap syariah yang dikembangkan oleh ulama-ulama semenjak abad ke-II H. Dalam sejarah intelektual Islam, fikih adalah ajaran nondasar, bersifat lokal, elastis, dan tidak permanen.6

Namun pada saat ini, hal paling mendesak adalah bagaimana usaha- usaha yang harus diklakukan guru mata pelajaran Fikih untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai fikih, mendorong mereka untuk mengamalkannya secara seimbang dalam kehidupan.

Pokok permasalah dalam penelitian ini adalah belum tersedianya bahan ajar mata pelajaran Fikih bernuansa konsep mubādalah bagi Madrasah Aliyah kelas XI. Hal ini sangat penting, kerena proses penanaman nilai –nilai atau konsep mubādalah bukan hanya melalui suatu mata pelajaran melainkan dilakukan dengan pembudayaan dan pemberdayaan semua mata pelajaran dan semua aspek yang terkait dengan budaya madrasah. Hal ini disesuaikan dengan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan

6 Nassaruddin Umar, Ketiaka Fikih Membela Perempuan. (Jakarta: PT Elex Media Komputindom 2014), 1.

(21)

Pengarusutamaan Gender di Madrasah Kementrian Agama Republik Indonesia.7

Terkait dengan pengembangan bahan ajar sebagai salah satu upaya inovatif dan kreatif dibidang pendidikan, banyak hal yang sesungguhnya yang mempengaruhi kualitas suatu program pendidkan diantaranya seperti kualitas peserta didik, kualiatas guru, ketersediaan bahan ajar, kurikulum, fasilitas, sarana dan pengelolaan. Sebagai salah satu komponen dalam pendidikan, bahan ajar dalam berbagai jenisya merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap mutu pendidikan.

Berdasarkan pengumpulan data awal melalui observasi, di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi mata pelajaran fikih bagi program jurusan Matematiaka dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA)/Ilmu-Ilmu Sosial (IIS) untuk buku mata pelajaran fikih tersedia dalam draf atau softfile buku dan siswa harus mencetaknya sendiri. Namun, untuk program jurusan Keagamaan sudah memakai buku teks yang diterbitkan oleh Kementrian Agama dan dipegang oleh guru dan siswa. 8

Berdasarkan buku siswa yang telah dianalisis yakni buku siswa yang disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak di bawah koordinasi Kementerian Agama, dan dipergunakan dalam penerapan Kurikulum 2013 ditemukan beberapa kelemahan, antara lain materi yang disajikan tidak mencangkup semua Kompetensi Dasar yang dicantumkan, adanya beberapa kalimat bias gender.

7 Kemenppa, Peraturan Kemnppa RI Nomor 11 Tahun 2010. (Jakarta: Kemenppa, 2010).

8 Observasi di MAN 4 Banyuwangi, 07 September 2020.

(22)

Dalam proses pembelajaran selama ini menggunakan metode ceramah, demontrasi, dan tanya jawab dan memanfaatkan media cetak berupa buku teks dan multimedia. Proses belajar mengajar memang diperlukan penanaman dan transformasi gambaran keadilan gender, kesalingan. Seperti menghilangkan kalimat yang memberikan stereotip, menggunakan diksi yang netral-gender, dan memasukkan nuansa kesalingan (mubādalah) lainnya.

Sehingga pembelajaran dan penyajian materi yang bias harus direvisi menjadi pembelajaran yang berimbang.9

Melihat beberapa fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk mengembangkan produk bahan ajar yang berbasis konsep mubādalah, adapun judul yang akan diteliti adalah Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Fikih Berbasis Mubādalah di Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi?

2. Bagiamana kelayakan bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi?

9 Samhadi, diwawancarai penulis, MAN 4 Banyuwangi, 12 November 2020.

(23)

3. Bagaimana efektivitas bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi?

C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan

Secara umum tujuan penelitian untuk menggambarkan, membuktikan, mengembangkan, menemukan , dan untuk menciptakan. Mengembangkan berarti memperdalam, memperluas, dan menyempurnakan, pengetahuan, teori, tindakan dan produk yang telah ada, sehingga menjadi lebih efektif dan efisien.10 Dalam penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menghasilkan bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

2. Mendeskripsikan dan menguji kelayakan bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi

3. Menguji efektifitas bahan ajar mata pelajaran fikih berbasis mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

D. Spesifikasi Produk yang Diharapkan

Produk bahan ajar yang dhasilkan berupa material printed yaitu bahan ajar fikih dengan spesifikasi sebagai berikut:

1. Produk bahan ajar yang dihasilkan berupa material printed yaitu bahan ajar fikih kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi untuk satu semester yaitu semester genap pada program jurusan MIPA/IIS, berupa

10 Sugiyono, Metode Penelitian dan Pengembangan ( Bandung : Alfabeta 2019 ), 5

(24)

bahan ajar berbasis mubādalah. Adapun alasan yang mendasari pengambilan materi kelas XI Madrasah Aliyah program jurusan MIPA/IIS adanya materi pernikahan dalam Islam, perceraian, dan Waris, sehingga sangat relevan dan menarik untuk dikembangkan dengan basis mubādalah.

2. Bentuk fisik bahan ajar berupa media dibuat dengan tata letak, pilihan warna, gambar, variasi huruf yang sesuai dengan kebutuhan sehingga nyaman untuk dibaca dan menarik untuk dipelajari.

3. Deskripsi bentuk buku ajar adalah sebagai berikut; menggunakan kertas berukuran 17x23 cm, huruf latin menggunakan Sagoe Ul Semilight ukuran 11pt dan Arab menggunakan Tradisional Arabic ukuran 16pt, tata letak teks gambar dan motif dibuat beragam, dan bahasa yang digunakan bersifat dialogis dan komunikatif sehingga diupayakan terjadi interaksi yang aktif antara bahan ajar dan peserta didik.

E. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan

1. Bahan ajar mata pelajaran fikih di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi bagi program jurusan MIPA/IIS masih terbatas, baik bahan ajar cetak atau pun berupa e-book dan menggunakan LKS untuk pembelajaran,

2. Bahan ajar yang digunakan pada kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi, secara konten kurang bisa menampilkan poin-poin penting pembelajaran dan tidak dibedakan antara bagian-bagian lainnya,

3. Materi dan contohnya tidak ditarik dalam pengamalan serta pengalaman kehidupan dan disajikan secara tekstual,

(25)

4. Banyak sumber-sumber keagamaan Islam, terutama fikih yang masih menempatkan perempuan sebagai makhluk skunder, kelas dua, dan berada dibawah otoritas laki-laki. Hampir fikih dibangun di atas prespektif kebudayaan patriaki. Diharapkan buku ajar bernuansa konsep mubādalah dapat mengubah cara pandang dikotomis yang negatif menjadi sinergis yang positif atas perbedaan umat manusia dan agar relasi apa pun antarmanusia secara luas yang semula timpang dapat kembali adil dan imbang,

5. Berdasarkan edaran Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Pengarustamaan Gender di Madrasah Kementrian Agama Republik Indonesia.

F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan

Penelitian pengembangan bahan ajar ini mempunyai beberapa asumsi, yaitu:

1. Belum tersedianya bahan ajar mata pelajaran Fikih Berbasis Mubādalah bagi peserta didik kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi

2. Produk yang dihasilkan dari pengembangan bahan ajar diasumsikan oleh peneliti dapat menarik motivasi belajar peserta didik dan meningkatkan hasil belajar sesuai dengan kompetensi yang telah ditentukan

3. Produk yang dihasilkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih segar mengenai kesalingan dan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah ilmu fikih.

(26)

Dalam Penelitian pengembangan bahan ajar ini ada beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh pengembang, keterbatasan tersebut terkait waktu, biaya dan tempat. Adapun lebih detailnya adalah sebagai berikut:

1. Bahan ajar disusun satu semester namun hanya diuji cobakan hanya pada bab Pernikahan dalam Islam

2. Objek penelitian terbatas pada uji coba bahan ajar fikih kelas XI MIPA 1 di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

G. Definisi Operasional

1. Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar merupakan kegiatan untuk merancang, mengembangkan dan menghasilkan segala bahan atau materi pembelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum yang digunakan untuk mencapai kompetensi serta dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik oleh pendidik maupun peserta didik. Adapun bahan ajar yang dimaksud dalam proposal tesis ini adalah bahan ajar Fikih Berbasis Mubādalah untuk kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

2. Mata Pelajaran Fikih

Mata pelajaran fikih di Madrasah Aliyah yaitu mata pelajaran yang diberikan dalam kurikulum MA berdasarkan keputusan Menteri Agama RI. No.183 tahun 2019 tentang pedoman kurikulum Madrasah 2013 mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab. Fikih di Madrasah Aliyah adalah salah satu bagian mata pelajaran PAI yang menekankan pada pengenaan ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara

(27)

melaksanakan rukun ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini merupakan mata pelajaran fikih kelas XI semester genap.

3. Mubādalah

Mubādalah adalah sebuah perspektif dan pemahaman dalam relasi tertentu anatara dua pihak, yang mengandung nilai dan semangat kemitraan, kerja sama, kesalingan, timbal balik, dan saling menguntungkan. Baik relasi antara manusia secara umum, negara dan rakyat, majikan dan buruh, maupun mayoritas dan minoritas. Antara laki- laki dengan laki-laki, perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan perempuan, sehingga tidak ada yang mendominasi. Penerapan konsep mubādalah yang akan diterapkan ialah dalam materi pernikahan dalam Islam, perceraian dan syariat Islam tentang pembagian warisan dan wasiat.

Berdasarkan definisi-definisi operasional yang dimaksud dengan judul Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Fikih Berbasis Mubādalah di Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi adalah suatu proses sistematis yang mengikuti prosedur yang ditetapkan dalam rangka mengembangkan bahan ajar berupa buku siswa yang berbasis nilai- nilai keadilan, kerjasama, kesalingan, dan timbal balik antara dua pihak atau lebih, baik antara relasi laki-laki dan perempuan pada mata pelajaran fikih kelas XI semester genap di Madrasah Aliyah Negeri 4 Banyuwangi.

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran dan Komponen Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun melalui unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.11 Unsur-unsur yang ada dalam pembelajaran biasa juga disebut komponen. Pembelajaran merupakan unsur-unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan pembelajaran, artinya ada relevansi dari seluruh komponen pembelajaran yang ada untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Pembelajaran tidak akan terjadi apabila tidak adanya guru (pendidik) yang mengajarkan materi, atau materi ajar tidak akan tersalurkan dengan baik kepada peserta didik tanpa adanya yang tepat.

Pendidik dan metode tidak akan ada gunanya tanpa adanya peserta didik.12 Dengan demikian pembelajaran merupakan serangkaian proses interaksi peserta didik dengan sumber belajar, peserta didik dengan pendidik dan peserta didik dengan lingkungannya yang semuanya saling timbal balik yang mengubah perilaku dari yang urang baik menjadi baik.

Adapun komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan, komponen paling mendasar dalam proses desain pembelajaran adalah tujuan dan standar kompetensi yang hendak

11 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajran (Cet. XIII; Jakarta: Bumi aksara, 2013), 57.

12 Dolong, H. M. Jufri. “Teknik Analisis Dalam Komponen Pembelajaran.” Jurnal UIN Alauddin 5, no. 2 (2016):293.

11

(29)

dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran.13 Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran, rumusan tujuan merupakan aspek fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik.

2. Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan, dijadikan sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran.14

3. Pendidik atau guru adalah orang yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan anak didik.

4. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. 15 Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dikelas.

5. Proses belajar mengajar meruapakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan

6. Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang digunakan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan bahan ajar karena metode merupakan rangkaian dari media tersebut.

13 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain pembelajaran: Disesuaikan Dengan Kurikulum 2013 (Cet. III; Jakarta: Kencana, 2014), 81.

14 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi pembelajaran (Cet. III; Jakarta: Bumi akasara, 2008), 140.

15 Kesumawati, Nila. “Pengembangan Bahan Ajar Interaktif Berbasis Komputer” (2007). 64.

(30)

7. Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, dan penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.16

B. Pengembangan Bahan Ajar 1. Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar merupakan bagian integral dari pengembangan kurikulum maupumn pengembangan sistem pembelajaran.17 Pendapat Nasution dalam bukunya Muhammad Joko Susilo memberikan uraian bahwa komponen kurikulum yang lazim disebut dan dipertbangkan dalam proses mengajar dan evaluasi.

Mengembangkan bahan ajar tentu perlu memperhatikan prinip- prinsip pembelajaran, diantaranya yang meliputi tiga prinsip yaitu prinsip relevasi, konsistensi dan kecukupan.18

Prinsip relevasi merupakan keterkaitan materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada hubungannya dengan pencapaian KI dan KD. Prinsip kecukupan, artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi inti yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit dan tidak boleh terlalu

16 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 159.

17Ahmad Sunyoto, “ Pengembangan Bahan Ajar Fikih Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IX Dengan Menggunakan Kurikulum-13 Di MTs Negeri 3 Kabupaten Malang”, 2018.

18 Sofwan, Aep Paudus. “Pengembangan Bahan Ajar Bidang Studi Fikih Berbasis” (2017). 109.

(31)

banyak. Prinsip kecukupan, artinya meteri yang diajarkan hendaknya cukup memdai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan.

Pengembangan bahan ajar, setidaknya memperhatikan ide-ide, cita-cita yang harus dipertahankan sebab dijadikan acuan untuk membentul manusia-manusia utuh.19 Demikian pengembangan bahan ajar fikih harus mempertahanan dan tidak boleh lepas dari cita-cita, nilai-nilai, ide-ide fikih. Nilai-nilai itu diupayakan pindah dalam pribadi siswa . sehingga terjadi kesinambungan ajaran-ajaran Islam di tengah- tengah masyarakat. Maka, pengembangan bahan ajar harus dapat memberikan kemampuan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya.

2. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat materi pelajaran yang mengacu pada kurikulum yang digunakan dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan. Bahan ajar juga menjadi salah satu unsur dari komponen pembelajaran. Bahan ajar berbentuk modul setidaknya terdiri atas tujuh komponen, yaitu: Tujuan pemberlajaran, lembar evaluasi, kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang lebih luas, lembar kegiatan siswa, yang berisi

19Nino Indrianto.” Pengembangan Bahan Ajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural Bagi Siswa Kelas XII SMAN 2 Kediri”, 2011.

(32)

substansi kompetensi yang akan dipelajari, kunci lembar kerja, pedoman bagi guru.20

Bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar, segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melakukan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. 21

Bahan ajar dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa seperangkat materi atau substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara sistematis, manampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara untuh dan terpadu. 22

Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat maupun teks) yang disusun secara sistematis yang manampilkan sosok utuh dari kompetensi yang dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses pembelajaran dengan tujuan untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran.23

Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bahan ajar merupakan segala bahan atau materi pembelajaran yang disusun berdasarkan kurikulum yang digunakan untuk mencapai kompetensi serta dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik oleh pendidik maupun peserta didik.

20 Ika Lestari, Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. (Padang: Akademia Permata, 2016), 67.

21Lestari, 8.

22 Dikmenjur.net, diakses pada 26 Oktober 2020 pukul 22.56.

23 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, ( Jakarta: Kencana, 2019), 238.

(33)

3. Kriteria Bahan Ajar yang Baik

Bahan ajar yang diberikan kepada siswa haruslah bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang berkualitas dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, karena siswa mengkonsumsi bahan ajar yang berkualitas. Bahan ajar yang baik harus memenuhi beberapa kriteria sebagai berikut:

a) Substansi yang dibahas harus mencakup sosok tubuh dari kompetensi atau sub kompetensi yang relevan dengan profil kemampuan tamatan.

b) Substansi yang dibahas harus benar, lengkap dan aktual, meliputi konsep fakta, prosedur, istilah dan notasi serta disusun berdasarkan hirarki/step penguasaa kompetensi.

c) Tingkat keterbacaan, baik dari segi kesulitan bahasa maupun substansi harus sesuai dengan tingkat kemampuan pembelajaran.

d) Sistematika penyusunan bahan ajar harus jelas, runtut, lengkap dan mudah dipahami.24

4. Fungsi dan Manfaat Bahan Ajar

Fungsi bahan ajar adalah sebagai motivasi dalam proses kegiatan belajar mengajar yang lakukan oleh guru dengan materi pembelajaran yang kontekstual agar siswa dapat melaksanakan tugas belajar secara optimal. Adapun fungsi bahan ajar adalah:

24 Daryanto, Menyusun Modul: Bahan Ajar Guru untuk Persiapandalam Mengajar. (Yogyakarta:

Gava Media, 2014), 150.

(34)

a) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam prosespe belajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan/dilatihkan kepada siswanya,

b) Pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalamprosespembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya dipelajari/dikuasainya, c) Alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil pembelajaran, d) Membantu guru dalam kegiatan belajar mengajar,

e) Membantu siswa dalam proses belajar,

f) Sebagai perlengkapan pembelajaran untuk mencapai tujuan pelajaran, dan

g) untuk menciptakan lingkungan / suasana balajar yang kondusif.25

Bahan ajar memiliki manfaat yang memberikan pengaruh besar terhadap keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Manfaat bahan ajar dikelompokkan bagi guru maupun siswa. Manfaat bagi guru yakni:

a) memperoleh bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,

b) tidak bergantung pada buku teks yang terkadang sulit didapat, c) memperkaya wawasan karena dikembangkan dengan

menggunakan berbagai referensi,

25 Siti Aisyah, “Bahan Ajar Sebagai Bagian Dalam Kajian Problematika Pembelajaran Bahasa Indonesia”, Jurnal Salaka 2 no.3. 2020, 88.

(35)

d) menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menyusun bahan ajar, serta

e) membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara guru dan peserta didik, karena peserta didik akan merasa lebih percaya kepada gurunya maupun kepada dirinya.

Kemudian bagi siswa, manfaat bahan ajar yakni:

a) kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik,

b) kesempatan untuk belajar secara mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, serta

c) mendapatkan kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.26

5. Jenis Bahan Ajar

Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, pertama bahan cetak (printed) seperti handout , buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallcard, foto/gambar, model/maket. Kedua,bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Ketiga, bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti compact disk film.

Keempat, bahan ajar multimedia interaktif (interactive material material) seperti CAI (Computer Assisted Instuction); compact disk

26 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2007), 94.

(36)

(CD) multimedia pembelajaran interaktif , dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials). 27

Beraneka ragamnya dari jenis banan ajar, tidak semua pendidik maupun peserta didik mampu mengaksesnya. Kemudian juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dalam materi pembelajaran tersebut 6. Langkah - Langkah Pengembangan Bahan Ajar

Langkah-langkah ilmiah yang harus dilewati oleh setiap pengembang pembelajaran dintaranya yaitu:

a) Identifikasi kebutuhan dan masalah

b) Analisis masalah (terutama terkait dengan pola resistensi)

c) Analisis masalah (identifikasi faktor kebutuhan dan motivasi dan teknik persuasi)

d) Merumuskan dan menetapkan tujuan e) Menyeleksi topik

f) Menyeleksi bentuk (format) g) Penyusunan konten (visual script) h) Editing

i) Pengujian (testing) j) Revisi

Langkah-langkah di atas sangat ideal dalam mengembangkan bahan pembelajaran. Namun jika bahan pembelajaran dikembangkan dalam pengertian menyeleksi, memodifikasi atau mendesain bahan pembelajaran,

27 Andi Prastowo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, ( Jogjakarta: Diva Press, 2011), 54.

(37)

langkah-langkah yang dilakukan tidak sebanyak langkah-langkah di atas.

Hanya cukup menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Mempersiapkan garis-garis besar bahan pembelajaran b) Melakukan penelitian

c) Menguji bahan pembelajaran yang tersedia

d) Menyusun atau memodifikasi bahan yang tersedia e) Menyediakan dan membuat bahan pembelajaran f) Menyeleksi atau menyediakan aktivitas pembelajaran

Semua langkah yang ditawarkan di atas pada dasarnya dapat diikuti, dimodifikasi atau diadaptasi tergantung dari kebutuhan dimana dan untuk kalangan yang mana bahan pembelajaran tersebut dikembangkan. 28 C. Mata Pelajaran Fikih

1. Pengertian Fikih

Fikih adalah ilmu tentang hukum Islam yang disimpulkan dengan jalan rasio berdasarkan dengan alasan-alasannya. 29 Fikih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan haknya sebagai hamba Allah. Fikih membahas tentang bagaimana cara tentang beribadah, tentang prinsip rukun Islam dan

28 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran Disesuaikan dengan Kurikulum 2013 (Jakarta, 2013) 283.

29 Hashbi Ash Shidieqy, Pengantar Ilmu Fikih. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 17.

(38)

hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah. Seperti tata carabersuci dan sholat, makanan halal dan haram, serta akad dalam jual beli dan sebagainya.

ْلا َيَاَزَمْلاَو .ِةَفْ يِرَّشلا ِةَبَ تْرَمْلا ِهِذَِبِ ُوْقِفْلا َناَك اَذِإَف ُماَمِتْىِْلْا َناَك .ُوَفْ يِنُم

. َلَْوُْلْا ِةَجَرَّدلا ِفِ ِوِب

ِةَسْيِفَّنلا ِتاَقْوَْلَْا ُفْرَصَو َأ ِوْيِف ِرُمُعْلا ُّلُك ْلَب

ِوِب ُلَمَعْلاَو .ِةَّنَْلْا ُلْيِبَس ُوَلْ يِبَس َّنَِلْ ، َلَْو ٌزْرِح

ٌةَّنُجَو ِراَّنلا َنِم

30

“Maka jika ada ilmu fikih dengan ini kedudukan yang mulia dan kelebihan yang agung. Ada ilmu fikih yang dinperhatikan denganya dalam derajat pertama dan menghabiskan beberapa waktunya yang bernilai bahkan setiap umur dalam memahami fikih, maka itu lebih utama, karena sesungguhnya jalannya adalah jalan ke surga dan melakukan dengannya dapat memelihara dari neraka dan perisai neraka”

Fikih dalam bahasa Arab, secara harfiah berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Beberapa ulama mengurai bahwa maksud secara terminologi yaitu merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum Islam yang diperoleh melalui dalil di al-Qur'an dan as-Sunnah. Selain itu merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah.31

Sedangkan definisi fikih secara terminologi ialah suatu ilmu yang mempelajari bermacam-macam syari‟at atau hukum Islam dan

30 Taqiyuddin Abi Bakr Muhammad al-Husaini Asy-Syafi‟i. Kifayatul Akhyar. Beirut, Lebanon:

Dar al-Kutub al-„Ilmiyah.

31Ulum, Miftahul. “Fiqh Mu‟amalah Dalam „Dakwah‟ Ekonomi.” AL-IMAN: Jurnal Keislaman dan Kemasyarakatan 2, no. 1 (2018): 275.

(39)

berbagai macam aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang berbentuk masyarakat sosial atau pengetahuan tentang hukum-hukum syari‟at yang berkaitan dengan perbuatan dan perkataan mukallaf (mereka yang sudah terbebani menjalankan syari‟at agama), yang diambil dari dalil-dalilnya yang bersifat terperinci, berupa nash- nash al-Qur‟an dan as-Sunnah serta yang bercabang darinya yang berupa ijma‟dan ijtihad. 32

2. Hakikat Fikih Mubādalah

Fikih merupakan karya intelektual menyangkut hukum dengan basis teks-teks keagamaan, terutama al-Qur‟an dan hadits. Rumusan karya pikiran cerdas ini diperlukan untuk memberikan jawaban terhadap persoalan-persoalan manusia, baik dalam urusan personal (ritus-peribadatan), hubungan kemanusiaan yang eksklusif (seperti hukum keluarga), maupun hubungan yang inklusif seperti urusan ekonomi-ekonomi, politik (siyasah), kebudayaan dan sebagainya.33

Fikih merupakan suatu kumpulan ilmu yang sangat besar pembahasannya, yang mengumpulkan berbagai ragam jenis hukum Islam dan bermacam aturan hidup, untuk keperluan seseorang, golongan masyarakat umum. Jadi secara umum ilmu fikih itu dapat disimpulkan bahwa jangkauan fikih sangat luas, yaitu membahas

32 http://pai.ftk.uin-alauddin.ac.id/artikel/detail_artikel/225, diakses 26 November 2020.

33 Husain Muhamad, Fikih Perempuan. (Yogyakarta: IRCiSoD, 2019), 269.

(40)

tentang masalah-masalah hukum Islam dan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan kehidupan manusia.34

Persoalan yang paling kursial dalam fikih, tetapi sering dilupakan orang, ialah bahwa fikih selalu dihasilakan melalui aktivitas pikiran atau intelektual yang tidak berasa dalam kehampaan ruang dan waktu, dengan berbagai problematika dan logka masing-masing. Fikih sebagai karya intelektual sesungguhnya senantiasa bergumul dengan fakta-fakta historis.

Fakta-fakta historis-sosiologis ini menyimpan makna-makna substansi- substansinya sendiri-sendiri. Karena itu, kesimpulan- kesimpulan pikiran (fikih) yang lahir dalam sejaran tertentu tidak bisa ditarik ke ruang dan waktu lain, yang secara substantif telah berbeda. Hal ini juga berarti bahwa untuk menghukumi persoalan-persoalan yang dihadapi pada masa kini, tidak selalu dapat diberlakukan hukum yang telah berlaku pada masa lampau. Kerancuan atau kekeliruan besar akan terjadi apabila kita memaksakan berlakunya keputusan pikiran untuk seluruh ruang dan waktu yang sekali lagi telah berbeda atau berubah secara substantial. 35

Membincang tentang fikih mubādalah hal pertama yang harus diperhatikan adalah tauhid, bahwa tujuan manusia adalah untuk beribadah dan hanya tunduk kepada Allah ta‟ala36.

Selama ini teks-teks keagamaan (tafsir dan fikih) diyakini oleh pemerhati perempuan memiliki andil besar dalam melanggengkan ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan. Lemah dan kurangnya peran perempuan dalam ruang-ruang publik antara lain disebabkan oleh tafsir teks agama yang menempatkan perempuan pada ranah domestik (dapur, kasur dan sumur).

Teks-teks keagamaan juga berperan dalam menciptakan citra negatif terhadap perempuan. Perempuan disebut sebagai setan yang

34 M. Noor Harisuddin, Pengantar Ilmu Fiqh. 2019. (Surabaya: CV. Salsabila Putra Pratama), 8.

35 Muhamad, Fikih Perempuan, 270.

36 https://www. /Fiqih_Mubadalah_Harapan_Baru_Penguat_Aeg.pdf

(41)

sengaja diciptakan untk manggoda laki-laki,permpuan sumber fitah, merupakan contoh pandangan masyarakat yang dilegitmasi secara sempurna oleh tafsir terhadap teks-teks agama.37

Sehingga sangat penting pembelajaran dilakukan secara maksimal agar tidak goyah terhadap keyakinan yang sudah dimiliki.

Pada hakikatnya mencakup beberapa aspek diantaranya yaitu pertama, aspek keyakinan yang dimana keyakinan ini adalah berhubungan dengan sikap ketika beribadah dan memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan hukum Islam, kedua adalah proses yaitu dimana prosedur pemecahan masalah melalui dalil-dalil yang sedah jelas adanya sehingga tidak akan tersesat jauh ketika tidak memiliki dalil atau pegangan dalam mengambil keputusan, ketiga yaitu aplikasi dimana aplikasi ini adalah penerapan dari keyakinan dengan dalil-dalil yang sudah benar adanya yang bersumber dari al-Qur‟an dan al-Hadits serta fatwa ulama‟. Keempat aspek diatas ini yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.

3. Karakteristik Materi Fikih

Mata pelajaran fikih adalah salah satu bagian dari Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang fikih ibadah, terutama menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara

37 Abu Yazid, Paradigma Baru Pesantran. (Yogyakarta: IRCiSoD. 2018), 53.

(42)

pelaksanaan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata cara pelaksanaan thaharah, shalat, puasa, zakat, sampai dengan pelaksanaan ibadah haji, serta ketentuan tentang makanan dan minuman, khitan, kurban, dan cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Pembelajaran fikih adalah sebuah proses belajar untuk membekali siswa agar dapat mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum islam secara terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil aqli atau naqli. 38

4. Tujuan Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah

a) Memahami prinsip- prinsip, kaidah-kaidah dan tatacara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial serta mengelaborasinya dengan menganalsis kedalam konteks kehidupan.

b) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya. 39 5. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah

a) Kajian tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari'at dalam Islam;

konsep fikih dan sejarah perkembangannya, ketentuan pemulasaraan jenazah, ketentuan zakat dan perundang-undangan tentang pengelolaan zakat, haji dan umrah, kurban dan akikah;

b) Hukum Islam konsep akad kepemilikan harta benda, dan -ihyaaul mawaat, jual beli, khiyaar, salam, dan hajr, musaaqah, muzaara'ah, mukhaabarah, mudlaarabah, muraabahah, syirkah, syuf'ah, wakaalah, shulh, dlamaan dan kafaalah; nafaqah, shadaqah, hibah, hadiah dan wakaf; hukum riba, bank, dan asuransi; jinaayaat, huduud, larangan bughaat; peradilan Islam dan hikmahnya;

c) Hukum Islam tentang ketentuan perkawinan dalam hukum Islam dan perundang-undangan; ketentuan talak dan rujuk dan akibat hukum yang menyertainya; ketentuan hukum waris dan wasiat; konsep

38 Mohammad Rizqillah Mansur, “Metodologi Pebelajaran Fikih”, Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 2. (2019), 36.

39 Keputusan Mentri Agama RI No. 183. 2019.

(43)

ushul fikih; muttafaq dan mukhtalaf; konsep ijtihad dan bermadzhab dalam pelkasanaan hukum Islam; konsep tentang al-haakim, alhukmu, al-mahkuum fiih, dan al-mahkuum ' alaih; al-qawaaidul khamsah; kaidah 'amr dan nahi; `aam dan khaash; takhshiish dan mukhasshish, mujmal dan mu bayyan; muraadif dan musytarak;

muthlaq dan muqayyad; dhaahir dan ta'wiil; manthuuq dan mafhuum.40

6. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah

Setelah menjalani proses pembelajaran secara integral, lulusan Madrasah Aliyah diharapkan memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai tabel berikut: 41

Tabel 1.1

Standar Kompetensi Lulusan Madrasah Aliyah (MA)

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

1 2

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap:

beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berkarakter, jujur, dan peduli, bertanggungjawab, pembelajar sejati sepanjang hayat, serta sehat jasmani dan rohani, sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan keluarga, madrasah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan internasional.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks berkenaan dengan: ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora.

Mampu mengaitkan pengetahuan di atas dalam konteks din sendiri, keluarga, madrasah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, serta kawasan regional dan internasional.

41 Keputusan Mentri Agama RI No. 183. 2019, 13.

(44)

7. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar (KI-KD) Mata Pelajaran Fikih di Madrasah Aliyah

a) Kompetensi Inti

Kompetensi Inti I (Spiritual): Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

Kompetensi Inti II (Sikap Sosial): Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, bertanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Kompetensi Inti III (Pengetahuan): Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengeta-huan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Kompetensi Inti IV (Ketrampilan): Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. 42

b) Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar yang selanjutnya disingkat KD merupakan kemampuan spesifik yang mencangkup sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran. Dalam Keputusan Menteri Agama 183 tahun 2019, KD mata pelajaran fikih semester genap sebagai berikut:

42 Keputusan Mentri Agama RI No. 183. 2019, 14.

(45)

Tabel 1.2 Kompetensi Dasar Kompetensi

Dasar

Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar

Kompetensi Dasar

1 2 3 4

1.5 Menghayati hikmah dari ketentuan Islam tentang

pernikahan

2.5Mengamalkan sikap taat dan bertanggungjawab sebagai

implementasi dari pemahaman ketentuan

perkawinan dalam hukum Islam dan perundang- undangan

3.5

Menganalisis ketentuan perkawinan dalam hukum Islam dan perundang- undangan

4.5

Menyajikan hasil analisis praktik pernikahan yang sesuai dan tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang terjadi di masyarakat 1.6 Menghayati

efek negatif dari perceraian sebagai hal mubah yang dibenci Allah

2.6 Mengamalkan sikap tanggung jawab

denganberfikir dan bertindak dewasa sebagai implementasi pemahaman tentang perceraian dan akibat hukum yang

menyertainya

3.6

Mengevaluasi ketentuan talak dan rujuk dan akibat hukum yang

menyertainya

4.6

Menyajikan hasil evaluasi talak dan rujuk yang terjadi di masyarakat

1.7.

Menghayati hikmah dan manfaat dari ketentuan syariat Islam tentang pembagian warisan dan wasiat

2.7 Mengamalkan sikap peduli, jujur dan kerja sama sebagai

implementasi dari pernahaman tentang ketentuan pembagian harta warisan dan wasiat

3.7

Menganalisis ketentuan

hukum waris dan wasiat

4.7

Menyajikan hasil analisis praktik waris dan wasiat dalam

masyarakat yang sesuai dan tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam

(46)

D. Berbasis Mubādalah 1. Pengertian Mubādalah

Mubādalah adalah bahasa Arab

ة َلَداَبُم

berasal dari akar suku kata “ba-da-la” yang berarti mengganti, menggubah, dan menukar. Akar kata ini digunakan al-Qur‟an sebanyak 44 kali dalam berbagai bentuk kata dengan makna seputar itu.

Sementara, kata mubādalah sendiri metupakan bentuk kesalingan (mufā‟alah) dan kerjasama antar dua pihak (musyārakah) untuk makna tersebut, yang berarti saling mengganti, saling mengubah, atau saling menukar satu sama lain.43

Dalam kamus modern lain, al-Mawrid, untuk Arab-Inggris, karya Dr. Rohi Baalbaki, kata mubādalah diartikan muqābalah bi al- mitsl. Atau menghadapkan sesuatu dengan padananya. Kemudian diterjemahkan beberapa makna: reciprocity, reciprocation, repayment, requital, paying back, returning in kind or degree.

Sementara dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “kesalingan”

(terjemahan dari mubādalah dan reciprocity) digunakan hal-hal “yang menunjukkan makna timbal balik”.44

Dalam kosmologi al-Qur‟an, manusia adalah khalifah Allah swt, di muka bumi untuk menjaga, merawat, dan melestarikan segala isinya. Amanah khalifah ini ada di pundak manusia. Laki-laki dan perempuan. Bukan salah satunya, sehingga keduanya harus bekerjasama, saling menopang, dan saling tolong-menolong untuk melakukan dan menghadirkan segala kebaikan. Demi kemakmuran bumi dan seisinya. Kesalingan ini menegaskan bahwa salah satu jenis

43 Faqihuddin Abdul Kodir. Qira‟ah Mubādalah. (Yogyakarta: IRCiSoD. 2019), 17.

44 Kodir, 30.

(47)

kelamin tidak diperkenankan melakukan kezaliman dengan mendominasi dan menghemoni yang lain. Hal ini bertentangan dengan amanah kekhalifahan yang diemban bersama. Dan akan menyulitkan tugas memakmurkan bumi jika tanpa kerja sama dan tolong- menolong.

Berikut adalah ayat-ayat yang menggunakan redaksi umum, yang menginspirasi kesalingan dan kerjasama dalam relasi manusia (QS. Al-Hujurat:13)

َل َِاَبَ قَو و ُع ُع ْمُكا َنْلَعَجَو ٰ َثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ َّنَِّإ ُساَّنلا اَهُّ يَأ َيَ

ْمُمَمَر ْكَأ َّنِإ ا ُفَرا َعَ تِل

ٌيِبَخ ٌميِلَع ََّللَّا َّنِإ ْمُكاَقْ تَأ َِّللَّا َدْنِع

( 33 )

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa- bangsa dan

Gambar

Tabel 1.2  Kompetensi Dasar  Kompetensi
Tabel 3.6  Kriteria Kelayakan
Tabel Indikator Pencapaian Kompetensi   Indikator Pencapaian Kompetensi
Gambar 4.1  Halaman Judul
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh rekapitulasi desain akhir bahan ajar menulis cerpen berbasis pengalaman siswa Kelas XI adalah kevalidan (produk

Dari beberapa definisi bahan ajar tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan atau materi pelajaran yang digunakan guru dan peserta

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, perolehan dari bahan ajar (LKS) konsep diferensial untuk siswa kelas XI berbasis konflik kognitif dan perangkat

Fikih Fikih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang hukum Islam yang berkaitan dengan rukun Islam mulai dari ketentuan dan tata

Definisi operasional mengenai “Penguasaan Keterampilan Merenda Pada Peserta Didik Kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Nurul Iman ” perlu dirumuskan.. untuk menghindari

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seluruh rekapitulasi desain akhir bahan ajar menulis cerpen berbasis pengalaman siswa Kelas XI adalah kevalidan (produk

(2) Kelayakan bahan ajar e- Book Interaktif pendekatan kurikulum 2013 pada mata pelajaran Praktikum Akuntansi Lembaga/Instansi Pemerintah berdasarkan hasil validasi

CONCLUSION Berdasarkan pengembangan dan uji coba dilakukan dilapangan terhadap bahan ajar berbentuk buku cerita bergambar berbasis saintifik pada mata pelajaran fisika kelas XI IPA