PERAN FARMASIS DALAM EPIDEMIOLOGI
Kelompok :
1. 21330051 Mumtaz Maulania 2. 21330053 Gilar Apta
Rahmadanti H
3. 21330054 Muhammad Alif Akbar
4. 21330056 Allya Ramadania Taslim
5. 23330735 Amelia Nur Fajrianti
Dosen :
1. apt. Ainun Wulandari, S Farm. M.Sc.
2. Dr. apt. Lili Musnelina, M.Si
FARMAKOEPIDEMIOLOGI
Farmakoepidemiologi adalah ilmu mengenai penggunaan obat dan efek obat dalam populasi yang besar (Storm, et. al., 2011). Tujuan utama farmakoepidemiologi adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang manfaat dan risiko yang terkait dengan penggunaan obat, yang pada akhirnya memberikan informasi dalam pengambilan keputusan klinis dan kebijakan kesehatan masyarakat.
Peranan Farmasi Dalam bidang Epidemiologis
Ahli epidemiologi farmasi mempelajari dan mengukur pengaruh obat-obatan farmasi terhadap demografi atau populasi tertentu.
Contoh Kasus
Obat penghilang rasa sakit yang diresepkan seperti Adderall, Xanax yang rentan disalahgunakan
Peranan Farmasi
Farmasi memantau penggunaan obat serta menentukan penyebab utama penyalahgunaan zat dan bagaimana respons demografi terhadap bahan kimia tertentu, farmasi akan meneruskan temuan tersebut kepada pejabat kesehatan masyarakat dan masyarakat. Farmasi juga bertanggung jawab atas berbagai kegiatan untuk menjamin aspek keamanan, khasiat, mutu sediaan farmasi, ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan obat.
Studi farmakoepidemiologi dapat membantu mengidentifikasi risiko dan manfaat obat serta memberikan informasi dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan obat.
Bidang farmakoepidemiologi mencakup berbagai jenis studi observasional, yang masing-masing memiliki kekuatan dan keterbatasan uniknya sendiri. Studi observasional dapat dikategorikan menjadi dua jenis utama: deskriptif dan analitis.
Kajian Farmakoepidemiologi
Peranan farmakoepidemiologis dalam pengembangan obat
Farmakoepidemiologi dalam periode pengembangan obat dapat membantu mengidentifikasi penyakit penyerta utama dari penyakit yang mendasarinya. Misalnya, diketahui bahwa pasien dengan rheumatoid arthritis memiliki peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, hal ini merupakan informasi penting ketika menilai peningkatan risiko kardiovaskular yang mungkin terkait dengan obat antiinflamasi nonsteroid tertentu. Dalam hal ini, penting juga untuk memahami seberapa cocok profil komorbiditas dari populasi target dengan populasi uji klinis, karena hal ini akan memberikan pemahaman tentang jenis pasien yang kemungkinan akan menerima obat yang saat ini sangat sedikit diketahui. Informasi ini dapat digunakan untuk merencanakan farmakovigilans proaktif, untuk memastikan bahwa profil keamanan produk diperluas secara aktif.
- Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari tentang deteksi, penilaian, pemahaman dan pencegahan efek samping dari obat. Ilmu tersebut mencakup kegiatan mendeteksi dan monitoring efek dari obat yang tidak diharapkan dan merugikan pasien.
- Dengan berkembangnya obat baru di pasaran, maka resiko terjadinya efek yang tidak diinginkan dari obat semakin meningkat. Oleh karena itu, edukasi terhadap Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD) menjadi penting.
- Farmakoepidemiologi sangat berperan dalam pengambilan keputusan terapi yang paling tepat untuk pasien. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah Good Pharmacovigilance Processes (GVPV) yang berfokus pada pengamatan yang jelas dan akurat terhadap suatu jenis obat untuk mengidentifikasi reaksi obat yang merugikan.
- Peran farmasi bagi masyarakat sangat penting untuk memberikan edukasi terhadap pasien dalam membantu mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat
Tantangan Dalam Interpretasi
Penelitian
Farmakoepidemiolog
i
Contoh Peranan farmasi dalam bidang epidemiologi
Contoh peranan farmakoepidemiologi di apotek yaitu peberian obat antihipertensi yang di beli di apotek oleh pasien, obat-obat antihipertensi dilaporkan memicu terjadinya disfungsi ereksi.
Golongan CCB adalah kategori obat yang paling sering
diresepkan, tetapi β blocker memiliki frekuensi kejadian ROTD
lebih tinggi Reaksi dosis awal atau saat peningkatan dosis obat
antihipertensi sering mengakibatkan penurunan tekanan darah
secara mendadak, hipotensi postural, pusing, syncope, sakit
kepala, lesu, atau gejala lainnya. Maka dari itu peranan farmasi
disini yaitu memonitoring efek yang tidak diharapkan dan
merugikan pasien pada pemberian obat antihipertensi.
Kesimpulan
Farmakoepidemiologi menjadi suatu hal yang sangat penting untuk tujuan terapi karena mendalami aspek pola konsumsi obat dan efeknya pada masyarakat.
Dalam hal ini, apoteker memiliki peran penting dalam berkontribusi dan pemanfaatan data studi farmakoepidemiologi di apotek. Apoteker dapat memonitoring efek obat yang tidak diinginkan dengan melakukan edukasi dan kewaspadaan terhadap Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD), serta memantau juga pola pengobatan yang diberikan pada pasien.
Semua hal ini harus selalu dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan dalam pengobatan dan mengurangi tingkat mortalitas akibat penyalahgunaan obat. Selain itu, data dari studi farmakoepidemiologi juga dapat digunakan oleh apoteker dalam membantu perencanaan pengadaan sediaan farmasi di Instalasi Farmasi.