CIPUTAT
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)
Oleh:
Mutiara Tsani NIM 15311583
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA 1440 H/2019 M
CIPUTAT
Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd)
Oleh:
Mutiara Tsani NIM 15311583
Dosen Pembimbing:
Eka Naelia Rahmah, M.A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA 1440 H/2019 M
i
Skripsi dengan judul “Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Kepedulian Sosial di SD Dua Mei” yang disusun oleh Mutiara Tsani Nomer Induk Mahasiswa 15311583 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke siding munaqasyah.
Jakarta, 15 Agustus 2019 Pembimbing,
Eka Naelia Rahmah, MA
ii
Skripsi dengan judul “Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial‟‟ yang disusun oleh Mutiara Tsani dengan NIM 15311583 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 17 Agustus 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
Jakarta, 17 Agustus 2019 Dekan Fakultas Tarbiyah
Sidang Munaqasyah
Ketua Sidang Sekertaris Sidang
Dr. Esi Hairani, M.Pd Reksiana, MA.Pd Penguji I Penguji II
Dr. Esi Hairani, M.Pd Reksiana, MA.Pd Pembimbing
Eka Naelia Rahmah, MA
iii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mutiara Tsani NIM : 15311583
Tempat/ Tanggal Lahir : Bekasi, 14 Juli, 1998.
Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Kepedulian Sosial di SD Dua Mei Ciputat”
adalah benar-benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan. Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, 15 Agustus 2019
Mutiara Tsani
iv
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(QS. Al-Insyiroh [94] :6)
v
Mutiara Tsani (15311583), Judul SKripsi “Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial SD Dua Mei Ciputat)” Program studi Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur’an Jakarta
Seiring dengan perkembangan zaman, di era globalisasi ini nilai-nilai kepedulian sosial terus mengalami degradasi khususnya dikalangan sekolah dasar, pelajar dan generasi muda, nilai-nilai kepedulian saat ini mulai luntur contohnya sikap ingin menang sendiri, tidak setia kawan dan lain sebagainya, penyebab lunturnya nilai-nilai tersebut sangat beragam, diantaranya karena kesenjangan sosial atau status sosial, karena sikap egois masing-masing individu, kurangnya pemahaman atau penanaman tentang nilai-nilai kepedulian sosial, kurangnya sikap toleransi, simpati dan empati.
Adapun rumusan masahnya adalah Bagaimana cara guru menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap siswa ? Bagaimana Strategi guru PAI dalam menumbuhkan kepedulian sosial siswa?
Bagaimana program kerja dan rencana kerja guru dalam menumbuhkan nilai kepedulian sosial siswa?.
Penelitian ini menggunakan pendektan kualitatif jenis deskriptif dengan subjek guru dan siswa kelas IV, V, VI, dan kepala sekolah.
Pengumpulan data dilaksanakan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan. Peneliti menggunakan triangulasi teknik untuk memperoleh keabsahan data.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa guru sudah menanamkan nilai kepedulian sosial di SD Dua Mei Ciputat.
Penanaman tersebut meliputi: 1. Cara verbal melalui motivasi, nasihat, cerita, teguran, hukuman, pujian, dan non verbalnya melalui pembiasaan prilaku teladan: 2. Strategi keteladanan, kegiatan spontan teguran, pengondisian lingkungan dan kegiatan rutin belum dilaksanakan dengan baik dan maksimal. 3. Guru menggunakan model gabungan dengan mengintegrasikan penanaman nilai melalui pelajaran dan luar pelajaran.
Kata kunci: Pendidikan nilai, penanaman nilai kepedulian sosial.
vi
Along with the times, in this globalization era the values of social awareness continue to experience degradation, especially among elementary schools, students and young people, the values of caring are starting to fade, for example, the attitude of wanting to win alone, unfaithful friend and so on, the cause of fading these values are very diverse, including because of social inequalities or social status, because of the selfish attitudes of each individual, lack of understanding or inculcation of the values of social care, lack of tolerance, sympathy and empathy.
The formulation of the problem is: How do teachers foster a sense of social care for students? What is the PAI teacher's strategy in fostering students' social care? How do the work programs and work plans of teachers in growing the value of students' social care?
This study used a descriptive qualitative type approach with the subject of teachers and students grade IV, V, VI, and the principal. Data collection is carried out through observation, interviews and documentation. Data analysis techniques used are data reduction, data display, and drawing conclusions.
Researchers use triangulation techniques to obtain data validity.
Based on the results of the study it can be concluded that the teacher has instilled the value of social care in SD Dua Mei Ciputat. The inculcation includes: 1. Verbal ways through motivation, advice, stories, reprimands, punishment, praise, and non-verbal through habitual exemplary behavior: 2. Exemplary strategies, spontaneous reprimand activities, environmental conditioning and routine activities have not been carried out properly and optimally. 3. The teacher uses a combined model by integrating the inculcation of values through learning and beyond learning.
Keywords: Value education, instilling the value of social care.
vii
Sebagai ucapan rasa syukur, Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis khususnyaberupa kekuatan, kesabaran dan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis tujukan kepada baginda Rasulullah SAW, yang telah menjadi suri tauladan dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia ini. Demikian pula kepada keluarga dan para sahabatnya.
Penulis menyadari sekali, bahwa proses penyelesaian skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, sekaligus mendapatkan sumbangan dari mereka, baik yang bersifat materi, fikiran, fasilitas, motivasi dan lain sebagainya yang rasanya sulit diungkapkan satu persatu. Tanpa mengurangi arti penghargaan dan rasa terima kasih kepada semua pihak, berikut ini secara khusus penulis menyampaikan rasa terima kasih yang seluas-luasnya kepada yang terhormat:
1. Prof Dr. HJ. Huzaemah Tahido Yanggo, MA, selaku Rektor Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta.
2. Dr. Esi Hairani, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu AL-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada program Sarjana (S.1) Jakarta dengan berbagai fasilitasnya.
3. Ibu Reksianan, M.Pd, selaku Kepala Program Pendidikan Fakultas Tarbiyah yang selalu memberikan nasehat selama perkuliahan.
4. Eka Naelia Rahmah, MA, Selaku pembimbing yang telah banyak memberikan kritik dan arahan kepada penulis dan selalu memberikan motivasi agar cepat dalam menyusun skripsi.
viii
berbagai ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis selama menjalani masa perkuliahan.
6. Seluruh instruktur tahfidz yang telah sabar mengajari saya dalam Membaca dan menghafal Al-Qur‟an.
7. Seluruh staf bagian Tata Usaha Fakultas Tarbiyah Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta yang telah memberikan banyak informasi terkait perkuliahan dan pengurusan penyelesaian skripsi serta kemudahan pengurusan administrasi kepada penulis.
8. Orang tua penulis Abi M. Husni Mubarok dan Umi Nurhayati yang tidak pernah lelah memberikan perhatian, dukungan yang sangat besar baik moril maupun materil dan yang paling utama adalah do‟a yang tiada henti.
9. Adik Penulis Cahaya Salsa Bilah yang selalu menjadi tempat keluh kesah.
10. Keluarga besar Madrodih Rifan yang tidak pernah bosan dalam memberikan dukungan, semangat dan bantuan baik moril maupun materil kepada penulis.
11. Keluarga Mahasiswa Betawi (KMB) yang telah menemani berjuang sampai kepada tahap ini.
12. Sahabat Fillah (Gojin) yang selalu menghibur dengan kelucuannya dan keanehannya.
13. Sahabat Kossan Nailul Marom,S.Ag, Fauziyah Laily,S.E Alfida Miftah Farhanah.S.H. yang selalu mendengarkan keluh kesah penulis dengan sabar.
14. Sahabat Fillah Nur Aghni Apriani, S.Pd, Nur Fadilah Afla, Arsy Ayda,S.Pd, Siti Wulandari,S.Pd, Rifkha Khumaira.S.Pd, Apriliani
ix
15. Future Man (Abang H. Ahmad Kasful Alam) Ketua KMB 2017 yang selalu menjadi tempat keluh kesah, membangun semangat, dan selalu menjadi yang terbaik selamanya.
Penulis menyadari bahwa meskipun ini merupakan hasil kerja keras dan upaya maksimal, namun sebagai manusia biasa tentu masih banyak ditemukan kelemahan dan kekurangan dalam skripsi ini, sekaligus membuka peluang bagi pembaca untuk mengkritik dan mengoreksi kelemahan dan kekurangan tersebut, terutama bagi mereka yang menekuni bidang pendidikan Al-Qur‟an akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis berserah diri dan menggantungkan seluruh harapan. Semoga usaha penulis dan peran serta semua pihak yang terkait yang penulis tidak dapat sebutkan satu-persatu namanya dalam skripsi ini, semoga bernilai ibadah dan mendapat pahala serta ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Jakarta,15 Agustus 2019
Penulis,
Mutiara Tsani
15311583
x
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini :
1. Konsonan
أ
:aط
:thة
:bظ
:zhد
:tع
:„ث
:tsغ
:ghج
:jف
:fح
:hق
:qر
:khن
:kد
:dل
:lذ
:dzو
:mز
:rٌ
:nش
:zٔ
:wس
:sِ
:hش
:syء
:`ظ
:sh٘
:yض
:dh2. Vokal Vokal tunggal
Vokal Panjang
Vokal rangkap
Fathah a
آ
â٘...
AiKasrah i
٘
îٔ...
AuDhammah u
ٔ
ûxi
Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (
لا
) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya. Contohnya :حسمجنا
: al- Baqarahخُٚدًنا
: al-Madînah b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا
) syamsiyahKata sandang yang diikuti oleh alif lam (
لا
) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh :مجسنا
: ar-rajulحدٛسنا
: as-Sayyidahصًطنا
: asy-syamsٙيزادنا
: ad-Dârimî c. Syaddah (Tasydîd)Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab digunakan lambang (
ﹽ
), sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydîd.Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah. Contoh :
َِّللّبِث بََُّيَأ
: Âmannâ billâhiُءبََٓفُّسنا ٍََيَآ
: Âmana as-Sufahâ`uٍَِٚرَّنا ٌَِّإ
: inna al-ladzînaُّسنا َٔ
ِعَّك
: wa ar-rukka`i d. Ta Marbûthah (ح
)xii
kata sifat (na‟at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh :
ِحَدِئ فَلأا
: al-Af`idahُخَِّٛيَلا سِلإا ُخَعِيبَجنا
: al-Jâmi‟ah al-Islâmiyyah.Sedangkan Ta Marbûthah (
ح
) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh :ٌخَجِصبَِ ٌخَهِيبَع
: „Âmilatun Nâshibah.َٖس جُكنا َخََٚلأا
: al-Âyat al-Kubrâ e. Huruf KapitalSistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksrakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini, seperti vetak miring (italic) atau cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh : „Ali Hasan al-„Âridh, al-„Asqallânî, al-Farmawî dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur`an dan nama-nama surahnya menggunkan huruf kapital. Contoh : Al-Qur`an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan seterusnya.
xiii
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
PERNYATAAN PENULIS... iv
HALAMAN MOTTO... v
HALAMAN PERSEMBAHAN... vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... viii
TRANSLITERASI... ix
ABSTRAK... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar belakang... 1
B. Identifikasi Masalah... 7
C. Pembatasan Masalah... 7
D. Perumusan Masalah... 7
E. Tujuan Penelitian... 8
F. Manfaat Penelitian...,….. 8
G. Tinjauan Pustaka... 9
H. Sistematika Penulisan... 13
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan... 15
2. Pengertian Pendidikan Agama Islam... 15
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 18
xiv
6. Karakteristik Pendidikan Agama Islam... 25
B. Pendidikan Karakter 1. Pendidikan Karakter ... 27
2. Pengertian Pendidikan Karakter... 28
3. Tujuan Pendidikan Karakter... 29
4. Fungsi Pendidikan Karakter... 30
C. Kepedulian Sosial 1. Pengertian Kepedulian Sosial... 31
2. Dalil Tentang Kepedulian Sosial... 32
3. Bentuk-bentuk Kepedulian Sosial... 35
4. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Turunnya Kepedulian Sosial... 41
5. Dampak Positive Memiliki Kepedulian Sosial.... 43
6. Hikmah Dan Manfaat Kepedulian Sosial...45
D. Tinjauan Kepedulian Sosial 1. Gambaran Umum Menumbuhkan Sikap Kepedulian Sosial Pada Siswa...45
2. Indikator Nilai-Nilai Sosial...46
BAB III OBJEK PENELITIAN A. Metodologi Penelitian... 53
1. Tempat dan Waktu Penelitian... 53
2. Jenis dan Pendekatan Penelitia………... 53
3. Sumber Data………... 54
4. Teknik Pengumpulan Data………... 55
5. Teknik Analisis Data………... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN………... 61
xv
1. Cara Guru PAI dalam Menumbuhkan kepedulian Sosial ...74 2. Cara guru Pendidikan Agama Islam dalam
menumbuhkan kepedulian siswa…... 71 3. Program kegiatan dan rencana kerja dalam
menumbuhkan kepedulian siswa... 87 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan………...92 B. Saran………...93 DAFTAR PUSTAKA………...94 LAMPIRAN………...
xvi
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Wawancara dan Penelitian Dari Fakultas Tarbiyah.
Lampiran 2 Surat Izin Melaksanakan Penelitian.
Lampiran 3 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Pendidikan Nilai Kepedulian Sosial.
Lampiran 4 Kesimpulan Data Penelitian Lampiran 5 Display Data Bagan
Lampiran 6 Catatan Lapangan Lampiran 7 Dokumentasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses yang lebih besar dan mendalam dari aktifitas persekolahan, pendidikan merupakan proses pengembangan sosial yang mengubah individu dari sekedar makhluk biologis menjadi makhluk sosial agar hidup bersama realitas zaman dari masyarakatnya, artinya pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial kemanusiaan (humanisasi) kepada makhluk hidup.1 Dengan pendidikan manusia dapat dibedakan dengan makhluk- makhluk yang lainnya karena pendidikan memberikan suatu sifat- sifat kemanusiaan serta pola-pola pikir yang mengiringinya selama menjalani aktifitas kehidupannya baik yang terjadi saat ini atau masa depan, berangkat dari hal tersebut pendidikan dapat di artikan sebagai seni yang mentransfer ilmu untuk membangun masa depan pada diri seseorang, pendidikan adalah suatu proses pengembangan individu secara menyeluruh didalam lingkungan masyarakat sosial.
Kepedulian seseorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa pendidikan ataupun pembiasaan. Hal ini sejalan dengan tujuan dari pendidikan SISDIKNAS UU RI NO.20 TAHUN 2003 BAB II PASAL III dinyatakan:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan
1 Hery Noer Aly dan Munzier S. Watak Pendidikan Islam. (Jakarta: Friska Agung Inshani, 2003) Hal 24.
rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyaratan dan kebangsaan.‟‟
Sekolah Dasar merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan mempunyai tugas berat yaitu menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik salah satu nilai yang harus ditanamkan adalah kepedulian sosial. Hal ini dikarenakan memudarnya rasa empati terhadap sesama, misalnya, perkelahian antar siswa, sikap egois dan acuh tak acuh dengan keadaan teman, tidak adanya sikap saling menghargai, sopan dan santun, maka sangat penting adanya internalisasi nilai kepedulian sosial di sekolah dasar.
Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha yang sungguh- sungguh untuk memahami, membentuk, menumbuhkan nilai-nilai etika baik untuk diri sendiri maupun untuk semua warga masyarakat dan warga negara secara keseluruhan, dalam konteks pelaksanaan pendidikan, pendidikan karakter dapat diartikan sebagai proses pemberian tuntunan peserta atau anak didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa, pendidikan karakter sangat penting dilakukan karena dapat mempengaruhi akhlak mulia peserta didik, menjadi sebuah pola baik itu pikiran, sikap maupun tindakan, yang melekat pada diri seseorang dengan sangat melekat.2
Kepedulian Sosial salah satu satu contoh perbuatan terpuji hubungan manusia dengan manusia, yang juga merupakan salah satu pokok-pokok materi kurikulum Pendidikan Agama Islam yang dilengkapi dengan dalil aqli dan naqli nya sehingga dengan aspek-
2 Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter (Jakarta: PT Gramedia Widasarana Indonesia , 2007) Hal 44.
aspek yang diajarkan mengenai pergaulan hidup dapat dilaksanakan dengan kesadaran bukan hanya sekedar ikut-ikutan.3
Menurut KH. Munawir Aseli Manusia tidak bisa hidup tanpa adanya bantuan dari manusia atau orang lain karena itu manusia termasuk makhluk sosial, kepedulian sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.4 Ada begitu banyak nilai-nilai kebaikan yang sebaiknya ditanamkan kepada diri anak, yakni kepedulian terhadap sesama seiring berkembangnya waktu dan zaman, rasa kepedulian banyak manusia terhadap sesamanya mulai banyak berubah dan meluntur, sehingga dengan menumbuhkan rasa peduli terhadap sesama nya, maka dimasa depan lingkungan anak akan tumbuh dan hidup tetap menjunjung tinggi rasa kepedulian yang besar bagi sesama.5 Allah berfirman didalam Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah 261:
Artinya:“Perumpamaan (nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunianya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261)
3 Moehammad Ali,Moehammad Asrori, dkk, Psikologi Remaja : Pekembangan Peserta Didik (Jakarta: PT Bumi Askara, 2004)Hal 85.
4 Wawancara dengan Ulama Betawi, KH.Munawir Aseli, Bekasi, 4 Maret 2019.
5 Zubaedi, Pendidikan Berbasis Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) Hal 13.
Demikian janji Allah sebagai pendorong agar manusia mau bersikap peduli terhadap sesama, namun semua itu harus di lakukan dengan keikhlasan untuk mendapatkan keridhoan dari Allah SWT.
Namun seiring dengan perkembangan zaman, di era globalisasi ini nilai-nilai kepedulian sosial terus mengalami degradasi khususnya dikalangan sekolah dasar, pelajar dan generasi muda, nilai-nilai kepedulian saat ini mulai luntur contohnya sikap ingin menang sendiri, tidak setia kawan dan lain sebagainya, penyebab lunturnya nilai-nilai tersebut sangat beragam, diantaranya karena kesenjangan sosial atau status sosial, karena sikap egois masing-masing individu, kurangnya pemahaman atau penanaman tentang nilai-nilai kepedulian sosial, kurangnya sikap toleransi, simpati dan empati.6
Sekarang ini anak-anak perlu dikenalkan, diajarkan dan ditumbukan mengenai sifat kepedulian sosial, agar pada suatu saat nanti anak mempunyai kepekaan terhadap orang yang membutuhkan, dengan dikenalkan sifat kepeduliannya tentunya anak akan mengenal dan memahami arti penting dari kepedulian terhadap sesama karena itu akan bermanfaat bagi anak-anak tersebut pada khususnya dan pada bangsa dan negara manakala diajarkan serius.7
Pendidikan agama islam sangat berperan penting dalam menumbuhkan kepedulian sosial bertujuan untuk manusia menyempurnakan budi pekertinya (akhlaknya) menjadikan manusia
6 Juliwati dan Suharnan, “Religiusitas, Empati dan Prilaku Prososial Jamaah”, dalam Jurnal Psikologi Indonesia, 3 , (02), 130-140.
7 Purwulan H, “Kepedulian Sosial Dalam Pengembangan Interpersonal Pendidik, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan”.
memiliki keteraturan pikiran dan halus perasaannya, membentuk pribadi islami agar berguna bagi masyarakat, pengembangan potensi diri anak agar memiliki kekuatan spritual keagamaan, setiap peserta didik pada satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama, dan disinilah peran guru pendidikan agama islam dalam membentuk dan menumbuhkan karakter manusia sangat dibutuhkan untuk menolong kehidupan sesama, bergotong royong dan membantu manusia yang lebih membutuhkan, peduli dengan keadaan lingkungan sekolah, masyarakat dan negara.
Terkait dengan penelitian di SD Dua Mei data yang diperoleh hasil penjelasan wawancara dengan guru PAI Ibu Siti Komariah M.Pd.I menjelaskan tingkat kepedulian Sosial siswa yang mulai memudar, semisal perkelahian antar siswa, kurangnnya kepedulian untuk membantu teman yang belum memahami dalam mempelajari mata pelajaran, kurangnya interaksi dan pemberian sapa antar sesama siswa dan guru, dan di SD Dua Mei juga adanya toleransi antar agama, yang bukan hanya yang beragama Islam tetapi, banyaknya Agama yang beragam di sekolah ini, maka dari itu siswa di SD Dua Mei, sudah diajarkan dari mereka kelas 1 (satu) cara menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial, seperti sering diadakannya infaq setiap hari jum‟at, menumbuhkan rasa peduli ketika temannya sakit, menumbuhkan rasa peduli untuk bergotong royong bersama, menumbuhkan rasa peduli terhadap teman yang berbeda keyakinan, menumbuhkan kepedulian terhadap kebersihan lingkungan sekolah dan dari pihak sekolah terus menerus belajar
menumbuhkan karakter kepedulian sosia terhadap siswa.8 Karena menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial merupakan salah satu tugas berat yang harus segera dilaksanakan oleh Sekolah Dasar
Maka dari itu sikap kasih sayang terhadap sesama dapat dilatih dengan cara memberi tahu anak bagaimana harus bersikap saat berteman, mereka juga harus diajarkan untuk mengutarakan perasaan dengan kata-kata, bagi anak hal itu sangat penting karena keinginan dan kemauannya selalu ingin di perhatikan, hal lain yang harus diajarkan guru terhadap siswa adalah mengajarkan mereka, untuk saling mengasihi, menyayangi, mencintai, salah satunya yaitu menumbuhkan kepedulian sosial terhadap sesama.
Berpijak dari masalah tersebut diatas maka Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang Penerapan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial Di SD Dua Mei Ciputat
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat didentifikasi masalah seperti berikut:
1. Kepedulian sosial siswa yang rendah terhadap sesama.
2. Sikap acuh tak acuh (apatis) terhadap lingkungan sekitarnya.
3. Internalisasi nilai-nilai pendidikan sosial dalam menumbuhkan kepedulian sosial.
4. Perlunya guru PAI membentuk dan menumbuhkan sikap kepedulian sosial siswa terhadap teman sebaya, lingkungan dan masyarakat.
8 Wawancara dengan Ibu Siti Komariah, Guru Pendidikan Agama Islam, SD Dua
Mei Ciputat, 8 Maret 2019.
5. Menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap teman yang berbeda keyakinan.
6. Rasa Kepedulian siswa terhadap orang yang lebih membutuhkan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas, maka masalah pada penelitian ini dibatasi oleh:
1. Cara guru Menumbuhkan kepedulian sosial terhadap siswa.
2. Cara guru PAI dalam menumbuhkan kepedulian sosial siswa.
3. Program kegiatan dan rencana kerja guru dalam menumbuhka kepedulian sosial.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, peneliti merumuskan masalah dalam pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana cara guru menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap siswa ?
2. Bagaimana cara guru PAI dalam menumbuhkan sikap kepedulian siswa?
3. Bagaimana program kegiatan dan renca kerja guru dalam menanamkan nilai kepedulian sosial siswa?
E. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana cara guru menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap siswa ?
2. Untuk mengetahui Bagaimana Strategi guru PAI dalam menumbuhkan sikap kepedulian siswa?
3. Untuk mengetahui Bagaimana program kegiatan dan renca kerja guru dalam menanamkan nilai kepedulian sosial siswa?
F. Manfaat Penelitian
Dari penelitian diatas diharapkan ada manfaat yang dapat diambil yaitu:
1. Secara Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai penguatan nilai-nilai kepedulian sosial terhadap murid dan gurunya.
b. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan tambahan pengetahuan dan wawasan, baik kepada orang tua, praktisi pendidikan, mengenai pentingnya menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial sejak dini dengan melalui pendekatan dan pemahaman yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan zaman.
2. Secara Praktis
a. Bagi lembaga tempat penelitian, semoga hasil peneliti ini dapat menjadi feed back (umpan balik) dan bahan evaluasi tersendiri mengenai menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial.
b. Bagi orang tua, semoga dengan hasil penelitian ini mampu memberikan pemahaman tentang pentingnya menumbuhkan nilai-nilai kepedulian sosial pada anak usia dini dan khususnya di zaman modern ini.
c. Bagi peneliti yang akan datang, hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi para peneliti terkait untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
G. Tinjauan Pustaka
1. Skripsi disusun oleh Cahyo Waskito Adi (NIM 1223301014) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri Purwakerto 2016, Berjudul Penanaman Kepedulian Sosial Di MTS Satu Atap Hidayatul Mubtadi’in Kaltapen Kecamatan Purwakerto Kabupaten Banyumas.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode study kasus, teknik pengumpulan data dengan purpose sampling sedangkan teknik analisis data menggunakan analisis, data reduksi data, perifikasi data, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penanaman nilai kepedulian sosial di MTS Satu Atap Hidayatul Mubtadi‟in Kali Tapen terdapat beberapa tahapan sebagai berikut: Tahap transformasi, tahap transaksi nilai dan tahap traninternalisasi untuk menunjang dalam menanamkan kepedulian sosial pada siswa, guru menggunakan metode keteladanan, pembiasaan, nasihat, hukuman dan keteladan.
Persamaan penelitian ini dengan penulis ini adalah sama-sama meneliti kepedulian sosial di sekolah, dan sama-sama menggunakan metode penilitian kualititaif.
Perbedaannya penelitian ini dengan penulis adalah peneliti meneliti tentang penanaman kepedulian sosial, sedangkan, penulis meneliti tentang peranan pendidikan agama islam dalam menumbuhkan kepedulian sosial.
2. Skripsi disusun oleh Cahya Janwardhi (NIM 12130083) Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2018, berjudul
Internalisasi Nila-nilai Pendidikan Sosial Dalam Menumbuhkan Kepedulian Siswa MTSN Turen.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan jenis penelitian studi kasus, yaitu peneliti berangkat kelapangan untuk mengadakan pengamatan secara intensif, terperinci dan mendalam pada kasus yang terjadi, metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi untuk menganalisis data.
Persamaan penulis dengan peneliti penanaman nilai yang dilakukan nya sama, penanaman nilainya secara verbal dan non verbal, penanaman nilai verbal yakni dengan pemberian motivasi, nasihat, cerita dan teguran, hukuman dan pujian.
Sedangkan non verbalnya pun sama dengan menggunakan pembiasaan prilaku teladan, persamaan penulis dan peneliti.
Perbedannya penulis dengan peneliti, peneliti membahas tentang internalisasi nilai-nilai kepedulian sosial dan penulis membahas tentang peranan pendidikan agama islam dalam menumbuhkan kepedulian sosial.
3. Skripsi disusun oleh Nailul Falah, (NIM 14220040) Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kali Jaga Yogyakarta 2018, Berjudul Bimbingan Kelompok Dalam Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa MAN 2 Sleman.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, metode pengumpulan data ini dengan menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk menganalisis data, hasil penelitian ini menggunakan tahap-tahap bimbingan kelompok.
Pertama, tahap pembentukan kedua, tahap peralihan, ketiga, tahap pelaksanaan.
Persamaannya penulis dengan peneliti meningkatkan kepedulian sosial dilingkungan sekolah dan memahami pentingnya kepedulian sosial. Perbedannya penulis dengan peneliti, penulis membahas tentang peranan pendidikan agama islam dalam menumbuhkan kepedulian sosial dan peneliti membahas tentang tahap-tahap bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepedulian sosial.
4. Skripsi di susun oleh Nur Ikhwani, (NIM 11113192) Mahasiswa Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) 2017, Berjudul Kepedulian Sosial Anak Dilingkungan Masyarakat Margosari Studi Deskripitif Anak-Anak Sanggar Belajar Margosari, Sidorejo, Salatiga.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan metode pengumpulan data dengan metode wawancara, observasi, dokumen, dan teknik analisis data, pengumpulan data, reduksi data penyajian data dan penarik kesimpulan.
Persamannya peneliti dengan penulis membahas tentang kepedulian sosial dilingkungan sekolah dan masyarakat.
Perbedaannya peneliti dengan penulis, peneliti membahas tentang kepedulian sosial anak dilingkungan masyarakat sanggar belajar dan penulis membahas tentang peranan pendidikan agama islam dalam menumbuhkan kepedulian sosial lebih berperan untuk menumbuhkan kepedulian sosial dilingkungan sekolah dasar.
5. Skripsi di susun oleh Aprilia Chorinawati, (NIM 13311213) Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Institut Agama Islam Surakarta 2017, Berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Kepedulian Sosial Pada SAntri TPQ Raudhotul Qur’an Desa Cekopo Panekan Magetan.
Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, Subyek penelitian ini adalah guru dan santri TPQ dan didukung informan penelitian oleh pimpinan TPQ dan wali santri. Teknik pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan penanaman dan pembentukan karakter melalui tiga tahap: a. moral knowing, b. moral feeling, c. moral action.
Persamaan peneliti dengan penulis pembentukan karakter kepedulian sosial terhadap diri siswa melalui pembiasaan dan penanaman melalui pembiasaan ditumbuh kembangkan melalui pembiasaan karakter peduli.
Perbedaannya peneliti dengan penulis, peneliti membahas tentang Implementasi pendidikan karakter kepedulian sosial dan penulis tentang peranan pendidikan agama islam dalam menumbuhkan kepedulian sosial.
H. Sistematika Penulisan
Teknik penulisan laporan dalam penelitian ini akan merujuk pada buku Petunjuk Penulisan Proposal dan Skripsi yang diterbitkan oleh Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta revisi tahun 2017. Untuk mempermudah dan mendapatkan gambaran utuh secara menyeluruh. Dalam penelitian ini penulis membagi
dalam lima bab, dalam setiap bab, adapun rincian sistematika penulisan skripsi ini ditulis sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan, bab ini mencakup pembahasan mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.
BAB II: Kajian teori, Bab ini mencakup landasan teoritis atau konsep yang mendukung penulisan yang meliputi Pendidikan Agama Islam yang mencangkup:
Pengertian Pendidikan pengertian Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam, Karakteristik Pendidikan Agama Islam Kepedulian Sosial yang mencangkup: Pengertian Kepedulian Sosial, Dalil Tentang Kepedulian Sosial, Bentuk-bentuk kepedulian Sosial, Faktor-faktor yang menyebabkan Turunnya Kepedulian Sosial, Dampak Positive Memiliki Kepedulian Sosial. Manfaat Kepedulian Sosial, Hikmah Kepedulian Sosial.
BAB III: Metode Penelitian, Bab ini meliputi pembahasan mengenai jenis penelitian, subjek, tempat dan waktu penelitian, Pendekatan Peneltian, sumber data, teknik pengumpulan data.
BAB IV: Hasil penelitian, Bab ini menguraikan hasil penilitian secara rinci meliputi gambaran umum objek penelitian, sejarah dan letak SD Dua Mei, Tujuan di dirikan SD
Dua Mei, Visi misi SD Dua Mei, Kurikulum Pendidikan SD Dua Mei, dan analisis Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Kepedulian Sosial Di SD Dua Mei, mengenai analisis data dan penyajian data yang meliputi Peranan pembelajaran PAI dalam menumbuhkan kepedulian siswa di SD Dua Mei, Sikap kepedulian siswa di SD Dua Mei, Pendekatan strategi guru PAI dalam menumbuhkan kepedulian siswa, internalisasi nilai- nilai PAI dalam menumbuhkan kepedulian siswa.
BAB V: Penutup, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
55 BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan adalah unsur yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan diharapkan mampu memberikan perubahan dan kemajuan pada diri manusia.
Pendidikan merupakan sarana dan media yang sangat berperan dalam pembentukan keperibadian dan kecerdasan manusia.
Pendidikan juga merupakan sarana untuk melestarikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan mengembangkan individu menuju manusia yang lebih baik dan bermartabat.
Pendidikan seorang tidak tumbuh begitu saja tanpa adanya rangsangan baik itu berupa pembelajaran ataupun pembiasaan.
Hal ini sejalan dengan tujuan dari pendidikan SISDIKNAS UU RI NO 20 TAHUN 2003 BAB II PASAL III dinyatakan:
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan, keterampilan, kesehatan jasmani dan rohan, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah
“penguasaan diri” karena disinilah manusiawikan manusia (humanisasi).9 Penguasaan diri merupakan langkah yang harus dituju untuk tercapainya pendidikan yang memanusiawikan
9 Ki Hajar Dewantara, Pendidikan nasional, (Yogyakarta: Majlis Luhur Persatuan Taman Siswa. 962) hlm 13.
manusia. Ketika setiap peserta didik mampu menguasai dirinya, mereka akan mampu juga menentukan sikapnya. Dengan demikian akan tumbuh sikap mandiri dan dewasa. Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya uapaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran dan jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakat.10
2. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan dalam bahasa Arab adalah tarbiyah yang berasal dari tiga kata yaitu robba-yarubbu (memperbaiki, menguasai urusan, menuntun dan memelihara). Dari istilah-istilah tersebut dapat diketahui bahwa pendidikan mencakup tiga unsur, yaitu menjaga, memelihara serta mendidik, mengembangkan bakat dan potenti peserta didik agar mencapai kebaikan dan kesempurnaan serta melakukan proses tersebut secara bertahap dan berkelanjutan.11
Pendidikan Agama Islam (tarbiyatul islamiyah) adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran Islam, dibarengi dengan tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dalam kerukunan umat beragama hingga terwujud kesaatuan dan persatuan bangsa.12
Pengertian pendidikan secara harfiah berarti membimbing, memperbaiki, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara.
Esensi dari pendidikan adalah adanya proses transfer nilai, pengetahuan, dan keterampilan guru kepada anak didiknya,
10 Kihajar Dewantara, Pendidikan, hlm 14.
11 Sukring, Pendidikan dan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2013) Cet 1, hlm 17.
12 Baharuddin, Pendidikan dan Psikolog Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruz Media, 2016, Cet 5, hlm 195-196.
mendidik untuk berprilaku sesuai dengan nilai-nilai atau akhlak islam dan mendidik peserta didik untuk mempelajari materi ajaran pendidikan agama islam.13
Jika ditinjau secara definisi, pendidikan memiliki pengertian atau penjelasan yang beraneka ragam. Tayar Yusuf mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan keterampilan kepada generasi muda agar menjadi manusia bertakwa kepada Allah.14 Menurut Zuhairini, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar untuk membimbing ke arah pembentukan kepribadian peserta didik secara sistematis dan pragmatis, supaya hidup sesuai dengan ajaran islam, sehingga terjadinya kebahagian dunia akhirat.15
Sedangkan menurut Omar Muhammad al-Thoumi al- Syaibani dalam sukring mendefinisikan pendidikan Islam sebagai proses mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan Pribadi, masyarakan dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi asasi dalam masyarakat. Perubahan tingkah laku individu yang menghasilkan keshalehan individu, juga mencakup tingkah masyarakat, sehingga menghasilkan keshalehan sosisal.16
13 Muhaimin, dkk, Paradigma Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001) hlm 75-76.
14 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004) hlm 130.
15 Zuhairini, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN Press, 2004) hlm 11.
16 Sukring, Pendidik dan Peserta Didik Dalam Pendidikan Islam, hlm 17-18.
Pendidikan islam bukan hanya tentang mengajarkan atau menyalurkan ilmu didalam kelas. Sebagaimana yang dijelaskan Zakiyah Darajat dalam fatah bahwa didalam pendidikan islam, orang yang didik tidak hanya diberikan pengetahuan tentang ajaran islam saja, namun juga pembentukan keperibadian berupa pembinaan sikap, mental, dan akhlaq hal tersebut jauh lebih penting dari pada pandai menghafalkan kata-kata, dalil-dalil, dan hukum-hukum islam yang tidak diresapi dan tidak dihayati dalam hidup.
3. Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam
Ruang lingkup pengajaran pendidikan agama islam mencakup usaha untuk mewujudkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara lain sebagai berikut:
a. Hubungan manusia dengan Allah
Hubungan dengan Allah dalam arti perhambatan terhadap-Nya merupakan titik tolak terwujudnya ketaqwaan.
Hubungan dengan Allah dilakukan seorang muslim dalam bentuk ketaatan melaksanakan ibadah, ibadah ritual tersebut berimplementasi terhadap kehidupan sosial. Konsistensi dalam mendirikan sholat lima waktu menjadi ciri utama seorang muslim. Ia menyerahkan hidupnya secara utuh kepada Allah melalui shalat, sehingga shalat memiliki dampak nyata dalam kehidupan sehari-hari. Shalat memberi warna dalam kehidupan di luar shalat dalam bentuk pemihak pada kebenaran dan penolakan terhadap kemunkaran. Allah merupakan titik berangkat dan titik tuju. Oleh karena itu, tidak ada perbuatan yang terlepas dari hubungan dengan Allah sehingga hidup merupakan proses terus menerus mencari
makna bagi kehidupan abadi di akhirat yang dimulai dengan kehidupan yang baik didunia.
b. Hubungan manusia dengan manusia.
Orang lain yang dimaksud disini ialah manusia lainnya sebagai individu ataupun kelompok. Pada dasarnya etika manusia itu mencakup perkataan dan perbuatan.17 Manusia dengan manusia adalah sebuah keniscayaan, karena sadar atau tidak manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan manusia lain. Sebagaimana tergambar dari proses penciptaan Adam as, yang merasakan kesendirian tanpa manusia lain, sehaingga Allah dengan kehendaknya menciptakan Hawa dan juga sebagai pendamping dan juga sebagai perwujudan Adam sebagai makhluk sosisal. Selain itu manusia diciptakan dari berbagai karakteristik, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal satu sama lain.18 Dalam QS. Al- Hujurat:[49] :13).
Artinya: Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya
17 Barsihannoor, Etika Islam (Cet 1 Makassar: University Alauddin Press, 2012) hlm 136.
18 Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016) hlm 83.
Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (QS. Al-Hujurat [49]:13)
Pada ayat di atas dikemukakan bahwa setiap manusia harus saling mengenal satu sama lain, sebagai makhluk sosial.
Akan tetapi, perlu disadari dalam mewujudkan kehidupan sosial yang tentram rasanya akan sangat sulit jika dalam berhubungan dengan yang lain perbuatan dan perkataan tidak mampu untuk dijaga. Dalam menjalin hubungan baik sesama manusia hendaknya sikap hormat-menghormati tidak dilupakan. Mengenai hal ini, Allah sudah mempringatkan dalam (Surah An-Nisa [4]86).:
ٌَبَك َ َّللّٱ ٌَِّإ ٓۗٓبَُّْٔدُز َۡٔأ ٓبَُِٓۡي ٍََس ۡدَأِث إَُّٛذَف ٖخَِّٛذَتِث ىُتُِّٛٛد اَذِإَٔ
بًجِٛسَد ٍء َۡٙض ِّمُك َٰٗهَع ٦٨
Artinya: Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu. (QS. An-Nisa [4] 86).
Sebagai makhluk sosial, manusia dapat saling berinteraksi mejalin hubungan yang baik saling menghormati dengan sesama, berkasih sayang sebagai fitrah diri manusia.
Interaksi manusia akan menghasilkan bentuk masyarakat yang luas. Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat islam, memberikan petunjuk mengenai ciri-ciri dan kualitas suatu masyarakat yang baik, walaupun semua itu memerlukan upaya penafsiran dan pengembangan pemikiran.
c. Hubungan manusia dengan dirinya.
Setelah hubungan manusia terhadap Allah dan manusia lain telah terbentuk. Selain itu, perlu pula diketahui
bahwa manusia punya kewajiban secara moral sebagai wujud dari Akhlak individu yang harus dipegang, seperti memelihara kesucian diri baik jasmani dan rohani. Seperti QS. AT-Taubah [9]:108 sebagai berikut:
.
َٗهَع َسِّسُأ ٌدِج ۡسًََّن ۚا ٗدَثَأ ِِّٛف ۡىُمَت َلَ
ُّكَدَأ ٍو َٕۡٚ ِلََّٔأ ٍِۡي َٰٖٕۡمَّتنٱ
ُّتِذُٚ ُ َّللّٱَٔ ۚ أُسََّٓطَتَٚ ٌَأ ٌَُّٕجِذُٚ ٞلبَجِز ِِّٛف ِِّۚٛف َوُٕمَت ٌَأ ٍَِٚسَِّّٓطًُۡنٱ ٨٠٦
Artinya: Jangnlah engkau melaksanakan shalat dalam masjid itu selama-lamanya, sungguh, masjid yang didirikan atas dasar taqwa, sejak hari pertama adalah lebih pantas engkau melaksanakan shalat didalamnya. Didalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At-Taubah [9]:108).
Kesucian diri seorang manusia tidak hanya dari fisik semata, tapi perlu pula menjaga kesucian diri dari tuduhan, fitnah dan memelihara kehormatan serta menjaga lidah anggota badan lainnya dari perbuatan tercela.19 Sebagaimana dalam QS. Asy-Syam [91]: 9 sebagai berikut:
َٰٓىَّكَش ٍَي َخَهۡفَأ ۡدَل ب
٩
Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. (QS. Asy-Syams [91]9).
Berdasarkan pemamparan mengenai relasi diri dengan diri sendiri, semakin jelaslah bahwa tidak hanya relasi diluar diri yang dibangun akan tetapi menjadi diri sendiri sesuai dengan tuntunan Allah akan membuat setiap manusia mengenali dirinya sendiri.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam
19 Rosihan Anwar, Akidah Akhlak (Cet 1, Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm 230.
Tujuan Pendidikan adalah sesuatu berupa keadaan yang ideal yang terdapat pada peserta didik yang ingin dicapai oleh pendidikan. Misalnya, agar peserta didik menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, bahasa dan keterampilan yang dibutuhkan guna menopang kesuksesan hidupnya di masyarakat.
Dilihat dari segi ruang lingkupnya, terdapat tujuan umum dan khususnya. Tujuan umum adalah tujuan yang lebih besar yang ingin dicapai oleh pendidik secara umum misalnya, menjadikan sumber daya manusia Indonesia yang unggul. Dalam bahasa inggris tujuan yang disebut dengan (goal) dan dalam bahasa arab disebut al-ghayah (tujuan jangka panjang dan umum) sedangkan, tujuan khusus tujuan yang lebih sempit yang ingin dicapai setiap kali jenjang suatu pendidikan telah dicapai.20
Menurut Al-Ghazali bahwa tujuan pendidikan itu ada tiga macam yaitu, pertama, tujuan mempelajari ilmu pengetahuan semata-mata untuk ilmu pengetahuan saja, kedua, tujuan pendidikan adalah pembentukan akhlak, ketiga, tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam hal ini Al-Ghazali menegaskan bahwa pendidikan islam bukanlah semata-mata untuk kepentingan dunia saja tetapi pencapaian pembentukan akhlak yang terpuji.
Di dalam Al-Qur‟an ada beberapa ayat yang merujuk pada tujuan pendidikan islam, yaitu:
(Surah Ali Imran [3]: 102):
20 Abuddin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, hlm 80-81.
Artinya:Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali- kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama islam.(QS.
Ali Imran [3]:102).
Mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari taqwa sebagai akahir dari proses hidup yang jelas berisikan kegiatan pendidikan. Inilah tujuan akhir dari proses hidup yang jelas berisikan kegiatan pendidikan. Inilah tujuan akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan Kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan islam.21
(QS.Al-Baqarah [2]:30).
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,‟‟Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di bumi‟‟ Mereka berkata, “mengapah engkau hendak
21 Rohimin, Tafsir Tarbawi: Kajian Analisis dan Penerapan ayat-ayat Pendidikan, (Yogyakarta: Nusa Media Bekerjasama dengan STAIN Bengkulu Press, 2008) hlm 9.
menjadikan khalifah dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan Engkau?‟‟ Tuhan Berfirman: Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui (QS. Al-Baqarah [2]:30).
Ayat tersebut mengajarkan bahwa manusia diciptakan hanya untuk beribadah dalam artin luas, yaitu segala aktivitas unntuk mencari ridho Allah dan manusia berfungsi sebagai khalifah (pengganti) dimuka bumi untuk memakmurkan, menjaga, memelihara, dan melestarikan alam semesta. Sehingga tujuan pendiikan islam memiliki makna luas, yaitu pengenalan manusia sebagai hamba Allah, sebaga khalifah, dan manusia sebagai makhluk sosial.
Manusia tanpa akhlak akan kehilangan derajat kemanusiaannya bahkan lebih jelek dari binatang. Dengan demikian, tugas pokok pendidikan agama islam adalah menumbuhkan, menanamkan, dan mengubah dimensi potensial manusia, termasuk juga yang terpenting dimensi moralitasnya sebagaimana yang dicontohkan dan diperintahkan Rosulallah S.A.W dalam hadistnya:
“Sesungguhnya aku diciptakan untuk menyempurnakan akhlaq”. (HR. Muslim).22
5. Fungsi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Fungsi merupakan kegunaan Pendidikan Agama Islam secara operasional. Menurut Zuhairini dan Abdul Ghofir Pendidikan Agama Islam disekolah berfungsi sebagai:23
22 A.Fatah Yasin, Dimensi-dimensi Pendidikan Islam, (Malang: UIN Malang Press, 2008) hlm30.
23 Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UM Press, 2004), hlm 1
a. Pengembangan
Pengembangan yaitu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga, pada dasarnya kewajiban yang pertama adalah kewajiban menanamkan ketaqwaan dan keimanan dilakukan oleh setiap orang tua dlam keluarga. Sekolah berfungsi menumbukan dan mengembangkan lebih lanjut pada diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketaqwaan tersebut dapat dikembangan secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
b. Penyaluran
Penyaluran yaitu untuk menyalurkan anak yang memiliki bakat khusus agama agar bakat tersebut berkembang secara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan orang lain.24
c. Perbaikan
Perbaikan yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan, dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan pemahaman dan pengalaman ajaran islam dalam kehidupan sehari- hari.
d. Pencegahan
Pencegahan yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dalam lingkugan atau budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menjadi manusia Indonesia seutuhnya.
24 Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdkarya, 2012) hlm 15-16.
e. Penyesuaian
Penyesuaian yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkunganya dengan ajaran islam f. Sumber nilai
Sumber nilai yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
6. Karakteristik Pendidikan Islam
Menurut Prof. Dr. Azyumardi Azra, pendidikan agama islam memiliki beberapa karakteristik, yaitu:25
a. Penguasaan ilmu pengetahuan. Ajaran dasar islam mewajibkan menuntut ilmu pengetahuan bagi setiap muslimin dan muslimat
b. Pengembangan ilmu pengetahuan. Ilmu yang telah dikuasai harus diberikan dan dikembangkan kepada orang lain.
c. Penekanaan pada nilai-nilai akhlaq dalam penguasaan ilmu dan pengembangannya. Ilmu pengetahuan yang didapat dalam diri pendidikan agama islam terkait oleh nilai-nilai akhlak d. Penguasaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, halnya
untuk pengabdian kepada Allah dan masyarakat umum.
e. Penyesuaian terhadap perkembangan anak. Sejak awal perkembangan islam, pendidikan islam diberikan kepada anak seusia umur, kemampuan, perkembangan, jiwa dan bakat anak. Setiap usaha pendidikan haruslah memperhatikan faktor pengembangan anak.
25 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Di Tengah Milenium III, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012). Hlm 98.
f. Pengetahuan kepribadian. Bakat alami dan kemampuan pribadi tiap-tiap anak didik diberikan kesempatan berkembang sehingga bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat.
g. Penekanan kepada amal sholeh dan tanggung jawab setiap anak didik diberikan dorongan dan semangat untuk mengamalkan pengetahuan sehingga bermanfaat bagi diri, keluarga dan masyarakat secara keseluruhan.26
Dengan karakteristik pendidikan tersebut tampak jelas keunggulan pendidikan agama islam dibanding dengan pendidikan lainnya. Karena pendidikan dalam islam memiliki ikatan langsung dengan nilai-nilai dan ajaran yang mengatur seluruh aspek kehidupan.
B. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter
Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa latin character, yang antara berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, keperibadian dan akhlak. Istilah karakter juga diadospi dari bahasa latin kharakter, kharessian, dan xharaz yang berarti tool for marking, to engrave, dan pointed stake. Dalam bahasa inggris diterjemahkan menjadi character berarti tabiat, budi pekerti watak. Dalam bahasa arab, karakter diartikan
26 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Di Tengah Milenium III, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012. hlm 98.
syakhsiyyah yang artinya lebih dekat dengan personality (kepribadian).27
Secara terminology (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau kelompok. Karakter merupakan nilai-nilai prilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat.28
Scerenko mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari seseorang , suatu kelompok atau bangsa, karakter merupakan nilai dasar prilaku yang menjadi acuan tata nilai interaksi antar manusia. Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama, berdasarkan atas pilar: kedamaian (peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan (freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honest), kerendahan hati (humality), kasih sayang, (love), tanggung jawab (responbility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity).
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi karakter tersebut diatas, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena
27 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm 20-21.
28 Agus Zaenul Fitri, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah, hlm 20-21.
pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain serta diwujudkan dalam sikap dan prilakunya dalam kehidupan segari-hari.
2. Pengertian Pendidikan Karakter
Lickona dalam bukunya Muchlas Samani konsep dan model pendidikan karakter, mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh membantu seseorang memahami, prduli dan bertindak dengan andasan inti nilai-nilai etis secara sederhana Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter siswa. Menurut Scerenko dalam bukunya Muchlas Samani konsep dan model pendidikan karakter, pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan di berdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).29
Dan menurut Anne Lockwood dalam bukunya Muchlas Samani konsep dan model pendidikan karakter, mendefinisikan pendidikan karakter sebagai aktivitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk prilaku dari siswa seperti pernyataannya: Pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap rencana sekolah, yang di rancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis prilaku orang muda dengan mempengaruhi secara eksplisit nilai-
29 Muchlas Samani dkk, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 42-46.
nilai kepercayaan non non relativistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu didalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter juga dapat dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan. Kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Allah SWT, diri sendiri, lingkungan maupun kebangsaan.30
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola piker sikap, dan prilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlakul karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab, Menurut Kemendiknas, tujuan pendidikan antara lain:
a. Mengembangkan potensi kalbu, nurani, afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.
b. Mengembangkan kebiasaan dan prilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
30 Muchlas Samani dkk, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, hlm 42-46.
c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.
d. Mengembangkan kemampuan peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang jujur, aman, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.