MAKALAH
PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN DAN KELAHIRAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Psikologi Perkembangan Dosen Pengampu: Selly candra Ayu, M.Si
Disusun Oleh;
Hilwa Izzati Wafa (220401110190) Regita Ayudya Pramesti (220401110193)
Aprilian Aufa Dhiyaul H. (220401110197) Abi Syamsudin Tamami (220401110212) Ahmad Nabiel Raja K. (220401110225)
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2023
PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN
Perkembangan Pra Kelahiran atau biasa disebut juga perkembangan pranatal adalah, perkembangan awal dari manusia. Dari dimulai dari pembuahan yang terjadi dari sel sperma dan sel telur. Sel telur yang dibuahi oleh sel sperma yang matang yang akhirnya akan menjadi sel-sel baru dan membentuk zigot. Pembuahan ini menandakan bahwa kedua organ manusia berfungsi dengan baik.
Menurut William Sallebach, Periode pranatal merupakan masa kritis bagi perkembangan fisik, emosi, dan mental bayi. Ini adalah masa dimana mulai terbentuknya hubungan antar orang tua dan bayi yang akan berdampak panjang bagi keduanya di masa yang akan datang, terutama perkembangan kecerdasan dan kemampuan bayi dalam kandungan.
A. RANGKAIAN PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN
Secara Biologis hidup dimulai pada wkatu konsepsi atau pembuahan. Teori ini diperkuat oleh “Homunculus” pada abad pertengahan, bahwa perkembangan
psikologis telah dimulai pada waktu konsepsi. Pada masa konsepsi ini telah ada dalam bentuk yang teramat kecil hingga seakan-akan hanya dilihat dari mikroskop. Pada masa sekarang telah mengagnggap bahwa perkembangan psikologis ini dimulai pada anak yang belum dilahirkan mulai beraksi terhadap rangsangan dari luar. Janin yang ada di dalam telah dapat menunjukkan reaksi pada bulan-bulan pertama mengadakan tingkah laku spontan, dan bahkan telah terlihat habituasi. Hal ini menunjukkan anak dalam kandungan telah menyesuaikan diri misalnya dengan suara-suara dari luar.
Suatu percobaan dengan sebuah bel yang dipasangkan pada sebilah kayu dan
ditempelkan pada perut ibu, menunjukkan bahwa anak yang masih dalam kandungan tadi semua semua mereaksi dengan detik nadi yang bertambah cepat, tetapi sesudah rangsangan (bel) tadi diberikan berulang-ulang, maka bayi tidak lgi memunculkan reaksi apa-apa lagi.
Dalam fase Pra-natal ini berpengaruh pada perilaku bayi sesudah dilahirkan.
Fase ini banyak menyulut para ahli Psikologi perkembangan, banyak pendapat dan dugaan mengenai masalah tersebut, namun belum ada data yang eksak mengenai hal itu. Perkembangan biologis manusia ini telah dikemukakan bahwa perkembangan manusia ini terjadi pada saat konsepsi, yaitu pada waktu sel sperma dan ovum lebur menjadi satu. Rangkaian fase ini dapat dibagi dalam tiga periode: germinal, embrionik, fetal.
Periode Germinal adalah periode perkembangan prakelahiran yang berlangsung dua minggu pertama setelah pembuahan. Di masa ini meliputi pembentukan telur yang sudah dibuahi (zigot), pembelahan sel, dan pelekatan zigot ke dinding rahim. Pembelahan sel pada zigot berlangsung cepat selama periode germinal.
Kurang lebih satu minggu setelah pembuahan, sel-sel ini mulai melakukan diferensiasi- yaitu, spesialisasi untuk berbagaimacam tugas. Dalam tahap ini, sekelompok sel tersebut kini disebut blastokis, yaitu lapisan sel-sel bagian dlam yang akan berkembang menjadi embrio, dan trofoblas, yaitu lapisan sel-sel bagian luar yan nantinya akan menyediakan gizi dan dukungan untuk embrio. Implantasi, yaitu melekatnya zigot ke dinding rahim, terjadinya pada kira-kira ke -11 hingga ke-15 setelah pembuahan.
Tahap germinal ini sering juga disebut periode zigot, ovum atau periode nuthfah, adalah periode awal kejadian manusia. Periode germinal ini berlangsung kira-
kira dua minggu pertama dari kehidupan, sejak pertemuan antara sel sperma laki-laki dengan sel telur (ovum) perempuan, yang dinamakan dengan pembuahan (fertilization). Saat itu sel sperma pria bergabung dengan sel telur Wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel baru, yang disebut zigot (zygote). Zigot ini kemudian membelah-belah menjadi sel-sel yang berbentuk bulatan-bulatan kecil, yang disebut blastokis. Setelah tiga hari blastokis mengandung sekitar 60 sel. Tetapi, jumlahnya semakin banyak, maka sel-sel ini semakin mengecil, sebab blastokis tidakmungkin lebih besar dari zigotnya yang asli blastokis akan membelah pada saat pembelahan dan mengapung dan berproses di sepanjang tuba falopi.
Setelah seminggu atau beberapa hari setelah konsepsi blastokis menempel di dinding rahim. Blastokis yang tetanam di dinding rahim disebut dengan embrio dan inilah akhir dari tahan germinal dan permulaan dari tahap embrio.
Tahap Embrionik adalah periode perkembangan prakelahiran yang terjadi dari dua hingga delapan minggu setelah pembuahan. Selama periode embrionik kecepatan diferensiasi sel meningkat, sistem pendukung bagi sel terbentuk dan organ-organ mulai nampak. Periode ini muncul ditandai dengan melekatnya blastokis ke dindidng rahim.
Massa sel sekarang disebut dengan embrio, dan memunculkan tiga lapisan sel.
Endoderm adalah lapisan dalam sel, yang akan berkembang menjadi sistem pencernaan dan pernapasan. Ektoderm adalah lapisan yang paling luar, akan menjadi sistem saraf, reseptor sensoris (contohnya: telinga, hidung, dan mata), dan kulit, rambut dan kuku. Mesoderm adalah lapisan yang berada di tengah yang menjadikan antara lain sistem peredaran, tulang, otot, sistem pembuangan kotoran, dan sistem reproduktif. Setiap bagian tubuh yang terbentuk dan berkembang dihasilkan dari tiga lapisan ini. Mulai dari Endoderm yang menghasilkan bagian-bagian dalam tubuh, Mesoderm yang membalut bagian-bagian dalam tubuh atau yang mengelilingi wilayah tubuh, dan terakhir Ektoderm terutama yang menghasilkan bagian permukaan tubuh.
Tiga lapisan tadi memiliki sistem pendukung yang disitu digunakan untuk bayi untuk melanjutkan hidup. Sistem pendukung kehidupan ini meliputi amnion, tali pusar, dan ari-ari. Amnion merupakan semacam keranjang atau amplop yang berisi cairan bening dan didalamnya ada embrio yang terapung-apung dan berkembang. Cairan ini disebut cairan amniotik yang menyediakan suatu tempat atau lingkungan bagi embrio yang memungkinkan temperature dan kelembapan akan tetap terjaga, serta tahan akan guncangan. Tali pusar (umbilical cord) ini terdiri dari dua arteri dan satu urat darah halus yang menghubungkan bayi dengan ari-ari. Plasenta (ari-ari) ini terbentuk dari sekelompok jaringan yang terbentuk seperti piringan, tempat pembuluh-pembuluh darah yang dari ibu dan bayinya saling menjalin namun tidak bergabung.
Sementara itu tali pusar adalah suatu aliran lembut yang terdiri atas pembuluh- pembuluh darah yang berfungsi menghubungkan embrio dengan plasenta. Tali pusar ini terdiri dari tiga pembuluh darah besar, satu untuk menyediakan bahan makanan dan dua untuk membuang sisa buangan ke tubuh ibu. Meliputi molekul-molekul yang sangat kecil, oksigen, air, garam, mkaan dalam darah ibu, serta karbondioksida dan sisa pencernaan yang berasal dari darah bayinya mengalir diantara ibu dan bayinya.
Tetapi molekul-molekul yang besar tidak dapat melintas melalui dinding ari-ari, molekul-molekul ini yang tidak dapat melintas adalah sel-sel darah merah, dan substansi yang berbahaya antara lain meliputi bakteri, zat buangan dari ibu, dan hormon.
Periode embrio ini juga ditandai dengan organ-organ yang sudah utama yang sudah mulai dibentuk. Proses ini dinamakan dengan Organogenesis, adalah pembentukan organ yang berlangsung selama ddua bulan pertama dari perkembangan prakelahiran. Ketika saat organ itu sudah terbentuk maka organ itupula sangat rapuh terhadap lingkungan. Minggu ketiga setelah pembuahan terjadi pembentukan saluran
neural yang kemudian membentuk urat saraf tulang belakang. Di hari ke-21 mata mulai terbentuk dan hari ke-24 sel-sel dari jantung mulai melakukan deferensiasi.
Selama minggu ke empat, sistem urogenital mulai terbentuk, sementara lengan dan kaki mulai tumbuh. Keempat bilik jantung mulai terbentuk, dan pembuluh darah mulai tampak. Kaki dan lengan mengalamai deferensiasi lebih lanjut pada minggu ke lima hingga ke delapan. Disaat ini wajah sudah mulai tampak tetapi belum terlihat jelas.
Alat percenaan mulai berkembang secara terstruktur dan wajah mulai terlihat jelas pada minggu kedelapan. Beratnya disaat ini sekitar 1/30 ons dan panjangnya hanya 1 inci lebih.
Periode fetal merupakan periode ketiga dari perkembangan pranetal disebut juga dengan periode fetus atau janin, yang dalam Psikologi islam disebut dengan periode mudhghah. Periode Fetal adalah perkembangan ini dimulai pada dua bulan setelah pembuahan sampai bulan ketujuh pada umumnya. Pertumbuhan dan perkembangan ini melanjutkan rangkaian yang sebelumnya dengan dramatis.
Setelah sekitar delapan minggu kehamilan, embrio mulai berkembang menjadi sel sel tulang. Dalam masa ini embrio mengupgrade namanya menjadi janin (fetus).
Dalam periode ini ciri-ciri fisik sudah bermunculan dengan jelas dan lebih proposional.
Masa ini adalah masa finalisasi seperti kepala yang tadinya lebih besar dari bagian badan lainnya mulai mengecil. Kaki dan tangan terus tumbuh terus secara seubtansial.
Pada bulan ketiga janin sudah memanjang sampai kira-kira 3 inci dan beratnya kira- kira ¾ ons dan secara spontan dapat menggerak-gerakkan kepala dan tangan dan kakinya, serta denyut jantung mulai bergerak. Intinya pada fase ini janin semakin aktif, mulai dari menggerakkan kepalanya. Wajah, dahi, kelopak mata, hidung dan dagu sudah jelas, demikian pula lengan bagian atas, lengan bagian bawah, tangan, serta tungkai dan lengan bawah. Banyak kasus yang sudah dapat melihat dan mengidentifikasikan bahwa laki-laki dan perempuan. Para akhir keempat janin telah tumbuh sebesar 6 inci dan beratnya 4 sampai 7 ons. Ibu dapat merasakan pertama kalinya merasakan gerakan-gerakan tangan dan kakinya janin.
Pada akhir bulan ke-5 panjang, janin kira-kira mencapai 12 inci dan beratnya mencapai satu pon. Kulit bayi mulai memiliki tekstur dan terbentuk, kuku jari kaki dan kuku jari tangan. Janin sudah mulai aktif dengan memperlihatkan kecenderungan untuk berada diposisi tertentu dalam kandungan. Pada akhir bulan keenam bayi memanjang sampai 14 inci dan juga beratnya naik hingga satu pon lagi. Lapisan rambut mulai terbentuk, mata dan kelopak mata juga sudah terbentuk juga. Munculnya gerak pernapasan yang belum beraturan dan reflek menggenggam muncul. Pertama kalinya janin memiliki peluang untuk bertahan hidup di luar rahim, yang artinya mampu bertahan hidup (viable) pada sekitar bulan keenam (sekitar 24 minggu hingga 25 minggu setelah pembuahan). Bahkan bayipun bisa dilahirkan pada bulan ketujuh tetapi biasanya membutuhkan bantuan alat pernapasan, panjang janin bertambah kurang lebih 16 inci pada akhir bulan ketujuh dan beratnya mencapai sekitar 1 ½ kg.
Dua bulan terakhir ini dalam perkembangan prakelahiran, lapisan-lapisan dan jaringan lemak berkembang, dan fungsi berbagai jantung dan ginjal mulai berfungsi.
Selama bulan kedelapan dan kesembilan, bertambah 2,5-3,5 kg. Mulai berkembang lapisan lemak badan yang berguna untuk mengatur temperature badannya setelah kelahiran. Pembuahan sel telur wanita oleh sel sperma laki-laki dianggap sebagai salah satu masa yang sangat penting dan menentukan perkembangan manusia pada periode- periode selanjutnya. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980), disini ada empat kondisi yang dapat mempengaruhi perkembangan individu baru di masa datang, yaitu: 1) penentuan sifat bawaan, 2) penentuan jenis kelamin, 3) penentuan jumlah anak, dan 4) penentuan posisi urutan anak.
B. TERATOLOGI DAN RISIKO DALAM PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN
Teratogen adalah unsur yang berpotensi mengakibatkan kelainan dalam kelahiran atau secara negatif menyebabkan perubahan kognitif dan perilaku.
(kata ini berasal dari kata Yunani tera yang berarti “moster”.) Bila teratogen beraksi pada awal kehamilan saat proses pembuahan dan organogenesis, bisa jadi berdampak negatif pada janin yang mengakibatkan kelainan anatomis. Namun, apabila teratogen bereaksi pada saat organogenesis sudah lengkap dan matang di usia kehamilan tua, kemungkinan tidak menyebabkan kelainan anatomis. Dosis, kerentanan genetik, dan lama paparan teratogen dapat memengaruhi tingkat dan jenis kerusakan yang terjadi pada embrio atau janin adalah dosis, kerentanan genetik, waktu paparan.
Teratologi perkembangan prakelahiran adalah bidang studi yang mempelajari cacat bawaan atau kelainan perkembangan yang terjadi pada janin selama kehamilan. Cacat bawaan atau kelainan perkembangan ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti faktor genetik, faktor lingkungan, atau kombinasi keduanya. Beberapa contoh cacat bawaan yang sering terjadi adalah spina bifida, sindrom Down, kelainan jantung bawaan, kelainan wajah seperti bibir sumbing dan langit-langit lepas, serta kelainan kromosom seperti sindrom Turner dan sindrom Klinefelter.
Studi tentang teratologi perkembangan prakelahiran sangat penting untuk membantu dokter dan peneliti memahami faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan perkembangan, sehingga dapat mengembangkan metode pencegahan atau penanganan yang lebih efektif. Selain itu, pengetahuan tentang teratologi juga dapat membantu pasangan dalam mempersiapkan diri sebelum merencanakan kehamilan, misalnya dengan melakukan pemeriksaan kesehatan dan menghindari faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kelainan perkembangan pada janin.
Macam-macam kelainan prakelahiran
Kelainan prakelahiran atau cacat bawaan merupakan kelainan yang terjadi pada janin sebelum atau saat lahir. Berikut ini adalah beberapa macam kelainan prakelahiran:
1. Kelainan jantung bawaan: Kelainan yang terjadi pada struktur jantung atau pembuluh darah di sekitar jantung.
2. Spina bifida: Kelainan pada sistem saraf yang terjadi ketika tulang belakang janin tidak tertutup dengan sempurna.
3. Sindrom Down: Kelainan genetik yang terjadi karena adanya satu salinan tambahan kromosom nomor 21.
4. Langit-langit lepas: Kelainan pada struktur langit-langit mulut yang menyebabkan susah makan dan bernafas.
5. Bibir sumbing dan langit-langit sumbing: Kelainan pada struktur bibir dan langit-langit mulut yang menyebabkan kesulitan dalam mengunyah, minum, dan bicara.
6. Kelainan urinogenital: Kelainan pada sistem reproduksi dan sistem kemih.
7. Kelainan mata: Kelainan pada struktur mata seperti glaukoma, katarak, atau kelainan pada retina.
8. Kelainan ekstremitas: Kelainan pada anggota gerak seperti kelainan pada tulang, otot, atau sendi.
9. Sindrom Klinefelter: Kelainan genetik pada laki-laki yang terjadi akibat adanya satu atau lebih salinan tambahan kromosom X.
10. Sindrom Turner: Kelainan genetik pada perempuan yang terjadi karena hanya memiliki satu kromosom X.
Resiko prakelahiran adalah faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi pada kehamilan atau kelahiran. Beberapa contoh resiko prakelahiran adalah:
1. Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua: Ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
2. Riwayat kehamilan yang tidak sehat: Jika sebelumnya ibu pernah mengalami keguguran, persalinan prematur, atau memiliki bayi yang lahir dengan cacat bawaan, maka risiko komplikasi pada kehamilan dan kelahiran selanjutnya akan lebih tinggi.
3. Kelainan genetik: Beberapa kelainan genetik seperti sindrom Down atau kelainan kromosom lainnya dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan perkembangan pada janin.
4. Gaya hidup yang tidak sehat: Konsumsi alkohol, merokok, atau penggunaan obat-obatan terlarang dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan perkembangan pada janin serta komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
5. Riwayat penyakit kronis: Ibu yang menderita penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, atau lupus, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi pada kehamilan dan kelahiran.
6. Infeksi selama kehamilan: Infeksi seperti rubella, toksoplasmosis, atau sitomegalovirus dapat meningkatkan risiko terjadinya kelainan perkembangan pada janin.
7. Ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan jenis darah ayah dapat menimbulkan resiko untuk perkembangan prakelahiran
8. Bahaya Lingkungan: Ibu yang bekerja dalam lingkungan yang terpapar bahan kimia berbahaya atau radiasi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi pada kehamilan dan kelahiran
C. PERAWATAN PRAKELAHIRAN
Dalam sebuah riset yang dicetuskan oleh David Olds dan koleganya yaitu program kunjungan ke rumah untuk kesehatan ibu hamil dimulai dari trimester kedua atau ketiga perkembangan prakelahiran. Didapatkan hasil bahwa kunjungan ini memiliki banyak hasil positif, mendorong perilaku prakelahiran yang sehat, serta perbaikan perkembangan sosial untuk sang anak.
D. PERKEMBANGAN PRAKELAHIRAN YANG NORMAL
Ketika perkembangan prakelahiran tidak banyak mengalami masalah dan perkembangan berjalan menurut jalur yang positif tergolong sebagai perkembangan prakelahiran yang normal. Perkembangan yang normal juga dapat dilihat dari perkembangan janin sesuai pada tahapan-tahapanya.
KELAHIRAN
Kelahiran adalah suatu kegiatan di mana makhluk hidup melahirkan keturunan melalui proses kelahiran. Studi psikologis tentang kelahiran difokuskan pada bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan pascalahir, kondisi lingkungan pralahir, dan sejumlah faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sebelum dan sesudah lahir. (Hurlock, 1978).
A. PROSES KELAHIRAN
Santrock (1995) dan Seifert & Huffnung (1994) yang merupakan ahli psikologi perkembangan membagi proses kelahiran dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, kontraksi peranakan yang menyebabkan leher rahim terentang dan terbuka berlangsung selama 15 hingga 20 menit dan berakhir selama 1 menit. Setelah tahap tersebut selesai, kontraksi memperlebar leher rahim sampai terbuka 4 inci agar bayi dari dalam peranakan dapat bergerak ke saluran kelahiran.
Tahap kedua berlangsung sekitar 1.5 jam yang dimulai saat kepala bayi bergerak melalui leher rahim dan saluran kelahiran, lalu berakhir saat bayi sudah keluar dari tubuh ibu. Pada tahap ini, setiap kontraksi menyebabkan sakit yang dirasakan ibu untuk mendorong bayinya keluar. Kontraksi terjadi hamper setiap menit ketika kepala bayi keluar dari tubuh ibu dan berlangsung sekitar 1 menit.
Tahap ketiga adalah setelah bayi lahir (afterbirth). Pada tahap ini, ari-ari, tali pusar, dan selaput lain pada bayi dilepaskan dan dibuang. Tahap inilah yang paling
pendek di antara ketiga tahap tersebut, yang mana berlangsung selama beberapa menit saja.
Dalam buku Child Development, Elizabeth B. Hurlock menjelaskan bahwa ada 5 tipe atau model kelahiran. Tipe pertama adalah Natural or Spontaneous Birth, yaitu bayi lahir secara alami (natural) atau spontan di mana prosesnya berjalan tanpa adanya pertolongan bagi ibunya. Tipe kelahiran ini dapat berjalan karena posisi dan ukuran bayi (fatus) serta rahim ibu (uterus) memungkinkan dapat muncul kepalanya dulu, kemudian leher, dan memperlihatkan badan, bergerak perlahan melalui seluruh kelahiran, selanjutnya dalam waktu yang sama tampak tangan dan kedua kakinya.
Tipe kedua adalah Instrument Birth, yaitu kelahiran bayi dengan alat-alat ini terjadi jika bayi tampak terlalu besar dari (saluran kelahiran) badan ibu, atau jika tidak memungkinkan untuk lahir secara normal, maka menurut ilmu bedah terpaksa harus menggunakan alat untuk menolong bayi tersebut.
Tipe ketiga adalah Breech Birth. Kelahiran ini biasanya disebut dengan kelahiran “sungsang”, yaitu posisi di mana tampak pantat bayi dulu, lalu diikuti kakinya, kedua tangan, serta kepala bayi. Dan jika posisi bayi tidak berubah sebelum proses kelahiran dimulai, maka bayi harus ditolong dengan menggunakan alat khusus untuk mengeluarkannya dari peranakan.
Tipe keempat adalah Transverse-Presentation Birth, yaitu kelahiran di mana keberadaan bayi melintang pada rahim ibu. Jika posisi bayi tidak dapat berubah sebelum proses kelahiran dimulai, maka penggunaan alat untuk menolong kelahiran bayi terpaksa harus dilakukan.
Tipe kelima adalah Caesarean-Section Birth, yaitu kelahiran dengan pembedahan. Tipe kelahiran ini dilakukan jika badan bayi terlalu besar untuk melewati saluran kelahiran dan terlalu lama dan sulit untuk diupayakan. Pembedahan dilakukan dengan membelah dinding rahim ibu untuk mengeluarkan bayi tersebut.
Adapun kelahiran bayi yang selamat tetapi belum waktunya untuk lahir atau belum mencapai periode kandungan secara penuh, hal ini disebut sebagai bayi prematur (bayi kurang umur/kurang matang). World Health Organization (WHO) memberikan standar bayi prematur, yaitu bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Biasanya bayi ini harus dimasukkan ke dalam inkubator atau couveuse (semacam mesin pengeram) agar memperoleh kehangatan seperti yang diperlukan tubuhnya.
B. KOMPLIKASI MELAHIRKAN
Komplikasi merupakan penyakit yang baru timbul kemudian sebagai tambahan pada penyakit yang sudah ada. Dengan begitu, komplikasi dapat menyertai kelahiran bayi. Melahirkan terlalu cepat (precipitate delivery) adalah suatu cara di mana bayi
memerlukan waktu kurang dari 10 menit untuk “dipaksa keluar” melalui saluran kelahiran. Hal tersebut dapat mengganggu aliran normal darah bayi dan tekanan pada kepala bayi dapat menyebabkan pendarahan. Pada sisi lain, proses melahirkan yang berlangsung terlalu lama dapat menyebabkan anoxia, yaitu tidak cukupnya pasokan udara dan adanya kerusakan otak.
Posisi terbalik atau sungsang (breech position) adalah posisi bayi di dalam peranakan yang menyebabkan kepala bayi bukan bagian yang pertama keluar dari saluran kelahiran, sehingga munculnya masalah pernapasan. Beberapa bayi sungsang tidak dapat dikeluarkan melalui leher rahim dan harus melakukan pembedahan cesar.
Pembedahan cesar (cesarean section) adalah pemindahan bayi dari peranakan atau rahim dengan pembedahan. Pembedahan cesar dilakukan jika bayi dalam posisi sungsang, bayi terletak melintang di dalam peranakan, kepala bayi terlalu besar untuk melewati pinggul ibu, bayi mengalami komplikasi, atau jika kemaluan ibu mengalami pendarahan.
C. PEMERIKSAAN TERHADAP BAYI YANG BARU LAHIR
Bayi yang baru lahir akan segera dipertemukan pada ibunya dan bayi tersebut akan dinilai, seperti ditimbang dibersihkan, dan dites untuk mendeteksi ada tidaknya tanda-tanda masalah pada perkembangan yang harus segera ditangani (Therrell dkk, 2010).
Skala Apgar adalah suatu metode yang banyak digunakan untuk mengukur kesehatan bayi yang baru lahir dalam 1 dan 5 menit setelah kelahiran. Skala Apgar mengevaluasi tingkat denyut jantung, upaya pernafasan, tekanan otot, warna tubuh, dan kepekaan refleks bayi. Dokter ahli kandungan atau perawat melakukan evaluasi dan memberi skor, atau nilai, kepada bayi yang baru lahir yang bernilai 0, 1, atau 2 terhadap kelima tanda kesehatan ini. Skor total 7 hingga 10 mengindikasikan bahwa kondisi bayi yang baru lahir tergolong baik. Skor 5 mengindikasikan kemungkinan adanya kesulitan perkembangan. Skor 3 atau kurang mengindikasikan kondisi darurat dan kelangsungan hidup bayi berada dalam bahaya. Skala Apgar khususnya efektif untuk mengukur kemampuan bayi yang baru. lahir untuk berespons terhadap stres akibat proses kelahiran dan menghadapi lingkungan baru (Reynolds. 2010). Skala ini juga mengidentifikasikan bayi-bayi berisiko tinggi yang perlu dirawat intensif. Untuk pengukuran yang lebih cermat atas bayi yang baru lahir, Brazelton Neonatal Behavioral Assessment Scale atau Neonatal Intensive Care Unit Network Neurobehavioral Scale dapat digunakan.
Brazelton Neonatal Behavioral Assessment Scale (NBAS) diberikan dalam 24 hingga 36 jam setelah kelahiran. Skala ini juga digunakan sebagai indeks sensitif untuk mengukur kompetensi neurologis dalam beberapa minggu atau beberapa bulan setelah kelahiran dan digunakan di berbagai studi mengenai perkembangan bayi (Mamtani, Patel. & Kulkarni, 2008). NBAS mengukur perkembangan neurologis. refleks, dan reaksi bayi terhadap objek dan orang lain. Enam belas jenis refleks, antara lain bersin, mengejapkan mata, dan mencari asal stimulus, diukur bersama dengan reaksi-reaksi terhadap stimulus animate (misalnya wajah dan suara) dan inanimate (misalnya suara kerincingan).
Turunan dari NBAS, Neonatal Intensive Care Unit Network Neurobeha- vioral Scale (NNNS), memberikan analisis yang lebih komprehensif mengenai perilaku, respons neurologis dan stres, serta kapasitas regulatori dari bayi yang baru lahir (Brazelton, 2004; Lester, Tronick, & Brazelton, 2004). NBAS dikembangkan untuk memeriksa bayi yang normal, sehat, dan tepat waktu, sehingga Brazelton bersama Barry Lester dan Edward Tronick mengimbangkan NNNS untuk memeriksa bayi "yang berisiko". NNNS secara khusus berguna untuk mengevaluasi bayi yang lahir prematur (meskipun skala ini tidak cocok untuk bayi-bayi yang memiliki usia masa persiapan kehamilan kurang dari 30 minggu) dan bayi yang terkena dampak penggunaan obat (Boukidis & Lester, 2008). Baru-baru ini, sebuah asesmen NNNS terhadap bayi prematur (di usia satu bulan) yang terpapar obat-obatan terlarang selama masa prakelahiran mengungkapkan bahwa NNNS meramalkan akibat-akibat perkembangan tertentu, antara lain kesulitan neurologis, IQ. dan kesiapan bersekolah di usia 4,5 tahun (Liu dkk., 2010).
D. BAYI LAHIR DENGAN BERAT BADAN RENDAH DAN BAYI LAHIR PREMATUR
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan pada bayi yang baru lahir. Rata rata berat badan bayi normal adalah 3.200 gram. Bayi dengan berat badan lahir yang rendah (low birth weight infant) apabila memiliki berat badan kurang dari 2.500 gram atau 5 ½ pon saat lahir. Bayi akan digolongkan sebagai memiliki berat badan sangat rendah (very low birth weight) apabila memiliki berat badan kurang dari 3 pon ketika lahir. Bayi yang digolongkan sebagai sebagai memiliki berat badan lahir rendah ekstrem (extremly low birth weight) apabila memiliki berat badan kurang dari 2 pon ketika lahir. BBLR merupakan prediktor tertinggi angka kematian bayi. BBLR disebabkan oleh usia kehamilan yang pendek (prematuritas), dan Pertumbuhan Janin Terhambat (PTJ).
Bayi dengan berat badan lahir rendah umumnya mengalami proses hidup jangka panjang yang kurang baik. Apabila tidak meninggal pada awal kelahiran, bayi BBLR memiliki resiko tumbuh dan berkembang yang lambat dibanding dengan bayi dengan berat badan normal. Individu dengan riwayat BBLR mempunyai faktor resiko tinggi untuk mengalami hipertensi, penyakit jantung dan diabetes setelah usia 40 tahun.
Faktor yang meningkatkan perempuan mempunyai bayi dengan berat badan yang kurang yaitu:
1. Faktor demografi dan sosial ekonomi, seperti orang Afro Amerika, umur di bawah 17 dan di atas 40, miskin, tidak menikah, atau tidak berpendidikan, dan dilahirkan di daerah tertentu, seperti di negara bagian selatan dan negara daratan (Thompson, Goodman, Chang & Stukel, 2005) 2. Faktor medis selama masa kehamilan, seperti tidak ada anak atau memiliki anak lebih dari empat, pendek atau kurus, sebelumnya memiliki bayi dengan berat badan rendah atau keguguran, diri sendiri memiliki
berat badan yang rendah serta memiliki kelainan kelamin atau kemih atau hipertensi kronis.
3. Faktor perilaku dan lingkungan pranatal, seperti gizi buruk, perawatan kehamilan yang tidak memadai, merokok, penggunaan alkohol atau obat obatan lain, stress, atau zat zat beracun.
4. Faktor kondisi medis yang berhubungan dengan kehamilan, seperti pendarahan pada vagina, tekanan darah tinggi atau rendah, anemia, dan depresi (Arias, MacDorman, Strobino, & Guyer, 2003; Chomitz, Cheung,
& Lieberman, 1995; dkk, yang dikutip dalam Bernstein, 2003)
Usia juga berpengaruh terhadap BBLR. Menurut Sistiarani (2008) umur yang baik untuk kehamilan adalah 20-35 tahun. Pernyataan tentang usia ibu saat melahirkan berpengaruh terhadap BBLR sejalan dengan teori menurut Hurlock B.E. (2002) dalam Hidajati (2012) semakin meningkat umur dan tingkat kematangan maka kekuatan seseorang dalam berpikir dan bekerja juga akan lebih matang. Ibu yang melahirkan di usia 20 tahun belum memiliki organ reproduksi yang matang dan belum berfungsi secara optimal. Karenanya, ada kompetisi makanan antara janin dan ibunya yang masih dalam pertumbuhan, serta adanya perubahan hormonal selama kehamilan sehingga wanita tersebut mempunyai kebutuhan terhadap zat gizi yang lebih dari pada wanita lainnya yang meningkatkan resiko BBLR. Wanita dengan usia diatas 35 tahun mengalami kemunduran fungsi biologis pada organ organ tubuh salah satunya penurunan mobilitas usus yang akan menyebabkan penurunan nafsu makan yang akan mempengaruhi asupan nutrisi yang di butuhkan antara ibu dan janin.
Diperkirakan 15% dari semua bayi yang ada di seluruh dunia lahir dengan berat badan lahir yang rendah, dan presentase yang jauh lebih besar dapat ditemukan di negara begara berkembang (UNICEF, 2008b). BBLR di negara berkembang berasal dari permasalahan kesehatan yang buruk dan gizi yang tidak cukup dari si ibu. Menurut UNICEF dan WHO (2004) merokok di saat kehamilan merupakan daktor utama yang menyebabkan berat badan bayi yang baru lahir menjadi rendah (UNICEF&WHO, 2004).
Bayi lahir prematur (prematur infant) lahir tiga minggu atau lebih sebelum waktu seharusnya, dengan kata lain, bayi yang lahir 35 minggu atau kurang setelah pembuahan atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Masalah utama dalam persalinan prematur adalah perawatan bayinya, semakin muda usia kehamilannya semakin besar morbiditas dan mortalitasnya (Saifudin, 2009). Bayi yang dilahirkan memiliki resiko kematian yang lebih tinggi, resiko penyakit, disabilitas dalam hal motorik jangka panjang, kognitif, visual, pendengaran, sikap, emosi sosial, kesehatan dan masalah pertumbuhan jika dibandingan dengan bayi normal (Zhang et al., 2012).
Bayi yang lahir sebelum waktunya memerlukan perawatan khusus dan mempunyai resiko lebih besar terhadap kelainan atau masalah kesehatan baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Kelainan jangka pendek yang sering terjadi adalah RDS (Respiratory Distress Syndrom), perdarahan intra/periventrikular, NEC (Necrotrizing Entero Citilis), dan lainnya. Adapun kelainan jangka panjang berupa kelainan neurologik seperti serebral palsi, retinopati, retardasi mental, juga dapat terjadi disfungsi neurobehavioral. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Kelahiran prematur memengaruhi kelahiran cacat saraf seperti kelumpuhan otak, dan lebih dari sepertiga mrnyebabkan kematian bayi, dan bayi dengan berat badan rendah merupakan faktor yang mendasari 60 hingga 80 persen kematian bayi di seluruh dunia (UNICEF, 2008b).
Umur ibu yang sangat muda yaitu kurang dari 19 tahun atau lebih darii 35 tahun terbukti memiliki insiden persalinan prematur yang lebih tinggi. Riwayat persalinan prematur merupakan faktor yang sangat erat dengan persalinan prematur berikutnya. Ibu yang pernah mengalami persalinan prematur sebelumnya akan beresiko 3,65 kali terjadi persalinan prematur kembali.
Persalinan prematur dapat dialami oleh ibu yang anemia dikarenakan ada gangguan pada pengangkutan oksigen keseluruh tubuh yang dapat mempengaruhi kondisi tubuh ibu dan menghambat perkembangan janin yang dikandungnya sehingga menyebabkan terjadinya persalinan prematur. Selain itu, faktor resiko ibu melahirkan bayi yang prematur yakni dikarenakan paparan rokok setiap harinya, ibu dengan perekonomian rendah, jarak kehamilan kurang dari 17 bulan, ibu dengan pekerjaan selain ibu rumah tangga, ibu dnegan gizi buruk, ibu dengan usia diatas 35 tahun dan di bawah 20 tahun, serta ibu yang melahirkan kembar.
Pada tahun 2006, presentase bayi prematur di A.S adalah sebesar 12,8 persen yakni meningkat 36 persen dari tahun 1980 an (National Center for Health Statistic, 2008). Meningatnya jumlah kelahiran prematur ini agaknya berkaitan dengan faktor faktor seperti meningkatnya jumlah bayi yang dilahirkan perempuan dengan usia 35 tahun keatas, meningkatnya perempuan yang melahirkan bayi kembar, menyalahgunakan obat (tembakau, alkohol) dan meningkatnya stress (Goldenberg & Culcane, 2007). Variasi etnis juga menjadi karakterisasi bayi prematur (Balchin & Steer, 2007). Contohnya kemungkinan lahir prematur untuk seluruh bau=yi di A.S. adalah 12,8 persen, namun lebih besar kemungkinan terjadi pada bayi berentis Amerika-Afrika yaitu 18,5 persen (National Center for Health Statistics, 2009).
Meskipun kebanyakan bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah akan sehat sehat saja, mereka akan mengalami lebih banyak masalah kesehatan dan perkembangan dalam konteks kelompok dibandingkan dengan bayi dengan berat badan normal (Minde & Zelkowitz, 2008). Bayi prematur ekstrem lahir kurang dari 28 minggu prematur, dan bayi yang sangat prematur lahir kurang dari 33 minggu usia dalam kandungan.
Perawatan Bayi dengan Berat Badan Rendah dan Prematur
Perawatan kangguru adalah teknik menggendong bayi yang melibatkan kontak kulit ke kulit, dengan bayi hanya menggunakan popok, digendong dalam posisi tegak menempel ke dada orang tuanya, emnyerupai bayi kangguru yang digendong ileh ibunya. Bayi bayi prematur sering kali mengalami kesulitan untuk mengkoordinasikan laju pernapasan dan detak jangtungny, maka kontak fisik yang rapat dengan orang tuanya selama perawatan dapat membantu menstabilkan detak jantung, temperatur, dan pernapasan bayi prematur (Nyqvist dkk., 2010)
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, Elizabeth B., (1980). Development Psychology A Life-Span Approach. New York:
McGraw-Hill, Inc.
Santrock, John W. (1995). Life-Span Development. 5th ed. Wm. C. Brown Communications, Inc.
Ahmadi, Abu. Sholeh, Munawar. (2005). Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.