(RS-RTLH)
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh : Ellen Elvamia
6662112096
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG - BANTEN
2018
MOTTO :
Don’t Talk Just Act Don’t Say Just Show Don’t Promise Just Prove
PERSEMBAHAN
Sebagai ungkapan rasa syukur dan terima kasih untuk kedua orang tua ku yang ku sayangi, dan teman-teman yang telah membantu dalam segala hal.
Juga tidak lupa untuk semua orang yang menanyakan kapan aku lulus.
i
Ellen Elvamia NIM 6662112096 Skripsi Pengaruh Kredibilitas Penyuluh Dinas Sosial Kota Serang terhadap Tingkat Pemahaman Masyarakat pada Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni”. Pembimbing I : Dr.
Naniek Afrilla F, S.Sos. M.Si dan Pembimbing II : Burhanudin, M.Si
RS-RTLH adalah program yang diperuntukkan kepada rumah tangga miskin (RTM), yang memiliki rumah tidak memenuhi standar untuk dihuni. Dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan taraf kehidupan secara wajar dan memiliki hunian yang memenuhi standar. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua teori yaitu teori kredibilitas sumber dan teori kemungkinan elaborasi yang bertujuan untuk mengukur seberapa besar kredibilitas penyuluh Dinas Sosial Kota Serang dalam menjalankan program RS-RTLH kepada masyarakat, mengukur tingkat pemahaman masyaarakat mengenai program RS- RTLH, dan juga mengukur pengaruh kredibilitas penyuluh Dinas Sosial Kota Serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi social rumah tidak layak huni. Hal tersebut dilakukan agar dapat meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin melalui pemberian kepada yang bersangkutan untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan secara swakelola, serta melestarikan hasil pencapaian kegiatan secara mandiri dengan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hibah dalam negeri, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan APBD Kota/Kabupaten maupun sumber dana lain yang tidak mengikat. Adapun metode yang digunakan adalah kuantitatif deskriptif, dengan populasi penelitian berjumlah 100 orang dan diambil sampel sebanyak jumlah populasi yang biasa disebut pula sampel jenuh atau sensus. Penelitian dilakukan pada para penerima bantuan program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) di Dinas Sosial Kota Serang tahun anggaran 2016. Data dikumpulkan dengan angket dan dianalisis menggunakan aplikasi SPSS versi 24. Bedasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) terdapat pengaruh yang signifikan antara kredibilitas penyuluh Dinas Sosial Kota Serang terhada tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi social rumah tidak layak huni, 2) Pengaruh kredibilitas Penyuluh Dinas Sosial Kota Serang Tehadap Tingkat Pemahaman Masyarakat Pada Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni Kota Serang sebesar 39,2% sementara sisanya sebesar 60,8% dijelaskan oleh sebab dan faktor lain diluar variabel yang peneliti bahas dalam penelitian ini.
Kata Kunci : Kredibilitas Penyuluh, Pemahaman Masyarakat, Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) Dinas Sosial Kota Serang.
ii
Ellen Elvamia NIM 6662112096 “The Credibility Influence of Social Extension Officer Regional Serang to Public Understanding Level on Social Rehabilitation Program of Ineligible Housing”. Precepcor I : Dr. Naniek Afrilla F, S.Sos. M.Si and Precepcor II : Burhanudin, M.Si
RS-RTLH is a program dedicated to poor households (RTM), which have a home that does not meet the standards to live in. With the perpose that they can raise the standard of living fairly and have standard occupancy. In this research, the researcher uses two theories, the first is the theory of source credibility and elaboration probability theory which aims to measure how big the credibility of the Social Extension Officer Regional Serang in running the RS-RTLH program to the public, to measure the level of understanding of the RS-RTLH program, the credibility of the Social Extension Officer Regional Serang to the level of public understanding on the social rehabilitation program and search about how the credibility of the Social Extension Officer Regional Serang. This is done in order to improve the social welfare of the poor through the provision of those concerned to participate actively in carrying out activities on a self-managed basis, as well as preserving the achievement of activities independently with the financing of the State Budget (APBN), domestic grants, the Revenue Budget and Regional Expenditure (APBD) Provincial and APBD Kota / Kabupaten as well as other non-binding funding sources. The method used is quantitative descriptive, with the research population amounted to 100 people and sampled as much as the number of populations commonly called also samples saturated or census. The research was conducted on the beneficiaries of the program of Social Rehabilitation of Unfit Homes (RS-RTLH) in Serang City Social Office for budget year 2016. Data were collected by questionnaire and analyzed using SPSS version 24. Based on the research result, it can be concluded that: 1) which is significant between the credibility of the extension of the Social Office of the City of Serang to the level of community understanding on the social rehabilitation program is unfit for habitation, 2) The influence of the credibility of the Social Service Coordinator of the Serang City Municipality to the Level of Public Understanding on the Social House Rehabilitation Program Unfit for the City of Serang by 39.2% while the rest of 60,8% is explained by cause and other factor outside of variable which researcher in this research.
Keywords: Extension Officer Credibility, Public Understanding, Social Rehabilitation Program Ineligible Housing (RS-RTLH) Social Service Regional Serang.
iii
Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Kredibilitas Penyuluh Dinas Sosial Kota Serang Terhadap Tingkat Pemahaman Masyarakat Pada Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni”. Tanpa menemukan hambatan dan kesulitan yang terjadi tentunya penelitian ini tak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan, dukungan, dan bimbingan dari dosen pembimbing.
Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.I.Kom) Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam proses penyusunannya, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak yang telah mendukung dan memotivasi penulis. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, Drs., M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
3. Dr. Rahmi Winangsih, Dra., M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
4. Dr. Naniek Afrilla Framanik, S.Sos., M.Si, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah memberikan petunjuk dan saran dengan penuh kesabaran dan juga meluangkan waktunya, serta memberi masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Burhanudin, S.Sos., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II dan juga sebagai Dosen Akademik yang telah meluangkan waktunya serta memberi masukan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dan juga telah membimbing perkuliahan dari semester awal hingga akhir.
iv
Sosial dan Ilmu Politik yang telah membantu penulis dalam hal kelancaran proses skripsi.
8. Syamsuri, S.Sos., selaku Kepala Dinas Sosial Kota Serang, Agus M. Arif Dj., S.Sos., M.Si., selaku Kepala Bidang Pemberdayaan Sosial Dinas Sosial Kota Serang, H. Tabrani, S.IP., Kepala Seksi Pemberdayaan Sumber Daya Manusia dan Lingkungan Sosial Dinas Sosial Kota Serang, beserta jajaran staf Dinas Sosial Kota Serang yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data terkait penelitian ini.
9. Camat beserta seluruh pegawai Kecamatan di Kota Serang yaitu Kecamatan Serang, Kasemen, Taktakan, Cipocok Jaya, Walantaka, dan Curug yang telah memberikan kemudahan dalam pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini.
10. Kepala Desa beserta seluruh pegawai Desa Banten yang telah memberikan informasi dalam penelitian ini.
11. Keluarga besar penulis, khususnya untuk orang tua Penulis yang selalu memberikan segalanya baik moril maupun materil serta doa yang tulus, sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini dengan baik.
12. Kerabat dekat seperjuanganku Mila Adiyapa, dan Agnes yang dengan senang hati memberikan semangat serta dukungan kepada peneliti sehingga peneliti termotivasi untuk mengerjakan skripsi ini dengan baik.
13. Kepada Desy, Hasty, Yanah dan teman-teman yang telah membantu dan mendukung dalam segala hal untuk menyelesaikan Skripsi ini.
14. Kepada Sahabat setia Pepy, Jey, Ica, Ima yang selalu membantu menyemangati dan memberikan dukungan kepada penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada A Dayat, dan A Aep yang telah bersedia membantu dan memberikan informasi dalam penyusunan skripsi ini.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, masih jauh dari bentuk kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan berbagai kritik dan saran dari berbagai pihak atas segala kekurangan, kekeliruan, dan kesalahan dalam pembuatan skripsi ini menjadi tanggung jawab penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.
Serang, 23 April 2018 Penulis
Ellen Elvamia 6662112096
vi
Halaman HALAMAN JUDUL
LEMBAR ORISINILITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 11
1.3 Identifikasi Masalah ... 11
1.4 Tujuan Penelitian ... 12
1.5 Manfaat Penelitian ... 12
1.5.1 Manfaat Praktis ... 12
1.5.2 Manfaat Teoritis ... 13
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTSIS/ASUMSI DASAR PENELITIAN ... 14
2.1 Komunikasi ... 14
2.1.1 Definisi Komunikasi ... 15
2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi ... 18
2.1.3 Tujuan Komunikasi ... 20
2.1.4 Komunikasi Persuasi ... 21
2.1.5 Kredibilitas Komunikator ... 24
2.1.6 Teori Kredibilitas Sumber ... 27
2.1.7 Program RS-RTLH ... 29
2.1.8 Sosialisasi ... 32
2.1.9 Pemahaman Masyarakat ... 34
2.1.10 Sikap ... 37
2.1.11 Teori Kemungkinan Elaborasi ... 38
2.2 Kerangka Berpikir ... 43
2.3 Operasional Variabel... 46
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 55
3.1 Pendekatan dan Metodologi Penelitian ... 56
3.2 Paradigma Penelitian ... 56
3.3 Variabel Penelitian ... 56
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.4.1 Dokumentasi ... 57
3.4.2 Kuesioner ... 58
3.5 Sumber Data ... 60
3.6 Instrumen Penelitian ... 61
3.6.1 Uji Validitas ... 61
3.6.2 Uji Reliabilitas ... 62
3.7 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 63
3.7.1 Hasil Uji Validitas ... 64
3.7.2 Hasil Uji Reliabilitas ... 66
3.8 Populasi dan Sampel ... 68
3.8.1 Populasi ... 68
3.8.2 Sampel ... 68
3.9 Teknik Pengolahan Data dan Analisi Data ... 69
3.9.1 Teknik Pengolahan Data ... 69
3.9.2 Analisi Data ... 71
3.10 Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 77
3.10.1 Lokasi Penelitian ... 77
3.10.2 Jadwal Penelitian ... 79
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 80
4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 80
4.1.1 Deskripsi Kota Serang ... 80
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 84
4.1.3 Gambaran Umum Dinas Sosial Kota Serang ... 86
4.1.4 Visi dan Misi Dinas Sosial Kota Serang ... 87
4.1.5 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang ... 88
4.1.6 Tugas Pokok dan Fungsi ... 89
4.1.7 Sumber Daya Manusia Dinas Sosial Kota Serang ... 92
4.2 Deskripsi Responden ... 93
4.2.1 Identitas Responden ... 93
4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 97
4.3.1 Analisi Deskriptif ... 126
4.3.2 Hasil Uji Normalitas ... 127
4.3.3 Hasil Uji Koefisien Korelasi ... 129
4.3.4 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 130
4.3.5 Hasil Uji Regresi ... 131
viii
4.4.1 Pembahasan Hasil Variabel X... 135
4.4.2 Pembahasan Hasil Variabel Y... 136
4.4.3 Pembahasan Hasil Variabel X dan Variabel Y ... 137
BAB V PENUTUP ... 137
5.1 Kesimpulan ... 137
5.2 Saran ... 141
5.2.1 Saran Praktis ... 141
5.2.2 Sran Teroritis ... 141
DAFTAR PUSTAKA ... 142
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
ix
Halaman
Tabel 2.1 Operasional Variabel ... 46
Tabel 2.2 Penelitian Sebelumnya ... 51
Tabel 3.1 Skor Skala Likert ... 59
Tabel 3.2 Tingkat Reliabilitas ... 63
Tabel 3.3 Hasil Uji Kredibilitas Penyuluh... 64
Tabel 3.4 Hasil Uji Tingkat Pemahaman Masyarakat ... 65
Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas Kredibilitas Penyuluh... 67
Tabel 3.6 Hasil Uji Reabilitas Tingkat Pemahaman Masyarakat ... 67
Tabel 3.7 Kriteria Analisis Deskriptif Presentase ... 72
Tabel 3.8 Kriteria Presentase Koefisien Korelasi ... 74
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kecamatan di Kota Serang ... 82
Tabel 4.2 Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 85
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk ... 86
Tabel 4.4 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Sosial Kota Serang ... 89
Tabel 4.5 Data Pegawai Dinas Sosial Kota Serang Menurut Pendidikan .... 92
Tabel 4.6 Data Pegawai Dinas Sosial Kota Serang Menurut Golongan ... 93
Tabel 4.7 Jenis Kelamin Responden ... 94
Tabel 4.8 Usia Responden ... 95
Tabel 4.9 Penghasilan Responden ... 96
Tabel 4.10 Hasil Jawaban Responden Variabel X1 ... 97
Tabel 4.11 Hasil Jawaban Responden Variabel X2 ... 98
Tabel 4.12 Hasil Jawaban Responden Variabel X3 ... 100
Tabel 4.13 Hasil Jawaban Responden Variabel X4 ... 101
Tabel 4.14 Hasil Jawaban Responden Variabel X5 ... 103
Tabel 4.15 Hasil Jawaban Responden Variabel X6 ... 104
Tabel 4.16 Hasil Jawaban Responden Variabel X7 ... 106
Tabel 4.17 Hasil Jawaban Responden Variabel X8 ... 108
Tabel 4.18 Hasil Jawaban Responden Variabel X9 ... 109
Tabel 4.19 Hasil Jawaban Responden Variabel X10 ... 110
Tabel 4.20 Hasil Jawaban Responden Variabel X11 ... 112
Tabel 4.21 Hasil Jawaban Responden Variabel X12 ... 114
Tabel 4.22 Hasil Jawaban Responden Variabel Y1 ... 116
Tabel 4.23 Hasil Jawaban Responden Variabel Y2 ... 117
Tabel 4.24 Hasil Jawaban Responden Variabel Y3 ... 118
Tabel 4.25 Hasil Jawaban Responden Variabel Y4 ... 120
Tabel 4.26 Hasil Jawaban Responden Variabel Y5 ... 121
Tabel 4.27 Hasil Jawaban Responden Variabel Y6 ... 122
Tabel 4.28 Hasil Jawaban Responden Variabel Y7 ... 124
Tabel 4.29 Hasil Jawaban Responden Variabel Y8 ... 125
Tabel 4.30 Sample Kolomogorov X terhadap Y ... 128
Tabel 4.31 Hasil Uji Korelasi X dengan Y ... 129
Tabel 4.32 Hasil Uji Koefisiensi Determinasi ... 130
x
xi
Halaman
Gambar 2.1 Model Komunikasi ... 17
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 45
Gambar 4.1 Peta Administrasi Kota Serang ... 83
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Sosial Kota Serang... 88
xii
Diagram 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 94
Diagram 4.2 Usia Responden... 95
Diagram 4.3 Penghasilan Responden... 96
Diagram 4.4 Hasil Jawaban Responden Variabel X1 ... 97
Diagram 4.5 Hasil Jawaban Responden Variabel X2 ... 99
Diagram 4.6 Hasil Jawaban Responden Variabel X3 ... 100
Diagram 4.7 Hasil Jawaban Responden Variabel X4 ... 102
Diagram 4.8 Hasil Jawaban Responden Variabel X5 ... 103
Diagram 4.9 Hasil Jawaban Responden Variabel X6 ... 105
Diagram 4.10 Hasil Jawaban Responden Variabel X7 ... 106
Diagram 4.11 Hasil Jawaban Responden Variabel X8 ... 108
Diagram 4.12 Hasil Jawaban Responden Variabel X9 ... 109
Diagram 4.13 Hasil Jawaban Responden Variabel X10 ... 111
Diagram 4.14 Hasil Jawaban Responden Variabel X11 ... 113
Diagram 4.15 Hasil Jawaban Responden Variabel X12 ... 114
Diagram 4.16 Hasil Jawaban Responden Variabel Y1 ... 116
Diagram 4.17 Hasil Jawaban Responden Variabel Y2 ... 117
Diagram 4.18 Hasil Jawaban Responden Variabel Y3 ... 119
Diagram 4.19 Hasil Jawaban Responden Variabel Y4 ... 120
Diagram 4.20 Hasil Jawaban Responden Variabel Y5 ... 120
Diagram 4.21 Hasil Jawaban Responden Variabel Y6 ... 121
Diagram 4.22 Hasil Jawaban Responden Variabel Y7 ... 123
Diagram 4.23 Hasil Jawaban Responden Variabel Y8 ... 125
1 1.1 Latar belakang Masalah
Pembangunan menjadi sebuah kebutuhan masyarakat saat ini, pada hakikatnya pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari suatu negara demi terciptanya kehidupan yang sejahtera. Proses peningkatan kualitas hidup difokuskan kepada peningkatan sumber daya manusia sehingga mampu menciptakan gagasan-gagasan konstruktif yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam membentuk dan menciptakan sumber daya manusia yang produktif, maka pembangunan sangat penting untuk dilakukan. Dimana pembangunan beresensi adanya perubahan yang diharapkan terjadi dalam dimensi kehidupan di masyarakat.
Pemerintah sebagai penyelenggara telah membuat program-program yang berupaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan, dengan memberikan pemberdayaan secara berkelanjutan. Program-program yang dibuat oleh pemerintah tidak hanya berfokus kepada bantuan stimulan usaha ekonomi produktif seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kelompok Usaha Bersama (KUBE) ataupun berbentuk bantuan tunai seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan Raskin. Namun pemenuhan tempat tinggal yang layak bagi masyarakat miskin pun tidak luput dari perhatian pemerintah. Sehingga pada
tahun 2011 Pemerintah melalui Kementerian Sosial Republik Indonesia membuat program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH).
RS-RTLH itu sendiri adalah program yang diperuntukkan kepada rumah tangga miskin (RTM), yang memiliki rumah tidak memenuhi standar untuk dihuni. Dengan maksud agar mereka dapat meningkatkan taraf kehidupan secara wajar dan memiliki hunian yang memenuhi standar.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial penduduk miskin melalui pemberian kepada yang bersangkutan untuk berpartisipasi aktif dalam melaksanakan kegiatan secara swakelola, serta melestarikan hasil pencapaian kegiatan secara mandiri dengan pembiayaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hibah dalam negeri, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi dan APBD Kota/Kabupaten maupun sumber dana lain yang tidak mengikat.1
Program RS-RTLH juga tidak hanya berfokus pada aspek fisik rumah saja, tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana membangun kapasitas kelompok fakir miskin ini memahami dan menyadari bahwa pentingnya tempat tinggal yang layak huni dan aspek sosial dalam lingkungan keluarga.
Begitu pula ketika pelaksanaan di lapangan, harapannya adalah muncul rasa kesetiakawanan sosial dan semangat gotong-royong di masyarakat yang kini mulai pudar. Selain itu, dengan adanya program ini diharapkan dapat membantu meringankan kesulitan keluarga miskin untuk memiliki rumah layak huni. Program ini bukan dimaksudkan sebagai kelanjutan program
1 http://indonesia.ucanews.com/2014/10/08/bedah-kampung-upaya-memotong-rantai-kemiskinan/
(Tanggal akses 28 Oktober 2014)
subsidi langsung tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga sangat miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. Program Rumah tidak layak huni lebih dimaksudkan kepada upaya membangun system perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Sasaran atau penerima bantuan dari program RS-RTLH adalah rumah tangga sangat miskin yang memiliki anggota keluarga yang terdiri dari anak usia 0-15 tahun ataupun ibu hamil, nifas dan berada pada lokasi terpilih. Penerima bantuan ini adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada rumah tangga yang bersangkutan (jika tidak ada ibu, nenek, tante, ataupun bibi, kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan). Komponen atau hal yang menjadi fokus utama dalam program ini adalah bidang kesejahteraan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan mengurangi angka kemiskinan.
Memiliki rumah layak huni adalah hak pemenuhan dasar bagi rakyat Indonesia. Sebagaimana yang tertera dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 hasil amandemen ke IV, dijelaskan bahwa “Rumah adalah salah satu hak dasar setiap rakyat Indonesia, maka setiap warga negara berhak untuk bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat”.
Oleh karena itu, setiap rakyat Indonesia berhak untuk memiliki rumah.
Karena rumah adalah kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan harkat, martabat, mutu kehidupan danpenghidupan, serta sebagai upaya pencerminan diri pribadi dalam peningkatan taraf hidup serta perwujudan dalam pembentukan watak, karakter, dan kepribadian bangsa.
Selain itu bagi masyarakat yang ingin memperoleh program pembangunan tersebut harus memiliki ketentuan dan persyaratan tertentu diantaranya terkait kepemilikan lahan rumah yang dihuni harus berupa lahan milik sendiri, agar tidak terjadi nya konflik di kemudian hari dan juga harus memenuhi kategori masyarakat miskin. Oleh karena itu perlu ada nya kegiatan penyuluhan program RS-RTLH itu sendiri, dimana kegiatan tersebut merupakan salah satu alat yang digunakan pemerintah untuk menyosialisasikan tujuan dan sasaran kebijakan pemerintah di sektor pembangunan, khususnya kebijakan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan mengurangi kemiskinan. Proses komunikasi dalam penyuluhan selalu dikaitkan dengan tujuan untuk mengubah sikap, pendapat, perilaku, pengetahuan dan keterampilan sasaran komunikasi. Baik secara langsung atau tidak langsung sehingga sasaran komunikasi akan berubah menuju ke arah lebih baik dengan cara mengikuti saran, gagasan, atau inovasi yang diajarkan.2
Sebuah program dapat berjalan melalui seorang penyuluh untuk mengkomunikasikan program dalam bentuk pesan tertentu dan sosialisasi dari pihak Dinas Sosial Kota Serang kepada maysarakat untuk memberikan penyuluhan ataupun pemahaman mengenai program yang dijalankan, agar menunjang terciptanya komunikasi yang baik antara kedua belah pihak. Baik pihak dari Dinas Sosial Kota Serang itu sendiri maupun dari masyarakat.
Selain itu penyuluh dapat memberi kesempatan kepada masyarakat untuk
2 Lucie Setiana 2005. Teknik Penyuluhan & Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta. Ghalia Indonesia. Hal: 18
bertanya seluas-luasnya pada saat penyuluhan tersebut, sehingga dalam pertemuan tersebut penyuluh dapat mengetahui apakah pesan yang disampaikan bisa diterima atau tidak oleh masyarakat.
Adapun penyebaran informasi mengenai program RS-RTLH yang dilakukan oleh penyuluh kepada masyarakat berlangsung melalui saluran komunikasi antar pribadi. Komunikasi antar pribadi dianggap lebih efektif dalam tahap persuasi untuk membujuk individu menerima ide-ide baru. Hal tersebut didukung oleh pandapat Effendy yang menyatakan bahwa komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis berupa percakapan. Dimana komunikator mengetahui tanggapan komunikan secara langsung, pada saat komunikasi sedang terjadi. Oleh karena itu komunikator mengetahui pasti apakah komunikasi yang diberikan berdampak positif ataupun negatif, dan juga berhasil atau tidaknya komunikasi tersebut.
Hal tersebut dapat berjalan dengan efektif jika komunikator dapat memberikan kesempatan kepada komunikan untuk bertanya mengenai program yang diberikan khususnya untuk program RS-RTLH.3
Adapun penanggung jawab pelaksana kegiatan untuk program RS- RTLH dilingkungan Kementerian Sosial Repulik Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan.
Berdasarkan sumber dari Kemensos dalam pelaksanaan penyaluran bantuan program RS-RTLH dibagi menjadi 2 sasaran, yakni bantuan untuk
3 Onong U Effendy. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal: 9-10
masyarakat miskin di Perdesaan, dan bantuan untuk masyarakat miskin di Perkotaan. Bantuan program RS-RTLH yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin yang memiliki rumah tidak layak huni di Perkotaan, penyalurannya dilakukan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan.
Sedangkan untuk di Perdesaan, penyalurannya dilakukan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan. Oleh karena itu penyuluh dapat secara langsung menyampaikan sebuah informasi kepada masyarakat berupa program yang terkait, melalui saluran komunikasi antar pribadi. Sehingga komunikasi dapat menjadi lebih intensif karena bersifat dua arah dan dapat langsung diterima satu sama lain.
Kemiskinan yang muncul akan berdampak pada implikasi kesenjangan sosial, yang ditandai dengan permasalahan-permasalahan sosial.
Hal tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan komunikasi antar pribadi itu sendiri apabila dipandang dari sudut komunikator. Seperti yang dikemukakan oleh Thomas M. Scheider, bahwa berkomunikasi ialah menyatakan dan mendukung identitas diri untuk membangun kontak sosial dengan orang lain untuk merasa, berpikir, dan berprilaku seperti yang kita inginkan.4 Dalam kata lain diperlukan adanya kredibilitas dalam diri komunikator yang menentukan keberhasilan dari komunikasi persuasif, kredibilitas itu sendiri adalah keahlian komunikator yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan.
Komunikator yang dinilai tinggi pada keahlian dianggap sebagai cerdas,
4 Deddy Mulyana. 2007. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya.
Hlm: 4
mampu, ahli, tahu banyak, berpengalaman, atau terlatih. Kepercayaan, kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan sumber informasi yang dianggap tulus, jujur, bijak dan adil, objektif, memiliki integritas pribadi, serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi (Venus, 2009: 57).5 Rakhmat mengatakan bahwa Seorang komunikator menjadi source of credibility disebabkan adanya “ethos” pada dirinya. Ethos sendiri adalah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan- ucapannya dapat dipercaya, seperti apa yang dikatakan oleh Aristoteles, dan yang hingga kini tetap dijadikan pedoman, adalah good sense, good moral character dan goodwill.6 Perlu adanya kredibilitas seorang penyuluh program RS-RTLH mengenai permasalahan yang ada di dalam program tersebut yang pertama didasari dengan akal sehat ketika memberikan penyuluhan, yang kedua adanya sikap ataupun prilaku yang baik, sopan, dan ramah kepada masyarakat baik secara lisan maupun ekspresi tubuh yang baik ataupun memiliki daya tarik sebagai salah satu komponen pelengkap dalam pembentukan kredibilitas sumber. Apabila sumber ataupun komunikator (penyuluh) merupakan individu yang tidak menarik atau tidak disukai, persuasi biasanya tidak efektif. Dan yang ketiga mempunyai niat yang baik, untuk memberikan masyarakat pemahaman mengenai program RS-RTLH, mendengarkan permasalahan yang terjadi dan dapat memberikan solusi di setiap pertanyaan-pertanyaan atau permasalahan yang timbul. (Azwar, 2011:
5 Antar Venus, Drs, M.A. 2009. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
6 Cangara, Hafied. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
76).7 Oleh karena itu pentingnya kredibilitas bagi penyuluh, agar dapat mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat terhadap tingkat pemahaman tentang program RS-RTLH.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Provinsi Banten sebanyak 10 632 166 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 7 124 120 jiwa (67,01 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 3 508 046 jiwa (32,99 persen).8 Dengan melihat jumlah penduduk di Provinsi Banten yang cukup besar maka perlu adanya penanganan yang serius. Penanganan tersebut diharapkan ada keterlibatan dari semua pihak, baik pemerintah, dunia usaha dan masyarakat. Selain itu Pemerintah Kota Serang melaksanakan berbagai macam program salah satunya yaitu program RS-RTLH, program tersebut menjadi salah satu program yang dijadikan sebagai prioritas utama oleh Pemerintah Kota Serang dalam melaksanakan pembangunan yang berbasis pada pemberdayaan masyarakat guna menanggulangi masalah kemiskinan, serta tercapainya visi pembangunan Kota Serang, yaitu terwujudnya landasan Kota Serang yang global dan berwawasan lingkungan.
Salah satu daerah yang melaksanakan program RS-RTLH adalah Kota Serang yang berada di Provinsi Banten. Alasan Kota Serang melaksanakan Program RS-RTLH adalah sebagai upaya untuk menanggulangi dan menurunkan angka kemiskinan. Di mana jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kota Serang pada tahun 2014 lebih tinggi dari pada
7 Azwar, S., 2011. Sikap dan Perilaku. Dalam: Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. 2nd ed.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 3-22.
8 http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id=36&wilayah=Banten
Kota Cilegon. Jumlah RTM di Kota Serang sebanyak 16.719, sedangkan Kota Cilegon hanya berjumlah sebanyak 10.906.9 Sebagaimana kita ketahui, pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang memeperhatikan kepentingan sosial yang ada di lingkungan sekitarnya. Dinas yang terkait bersama masyarakat turut serta dalam melaksanakan program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH). Program tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan masyarakat khususnya di Kota Serang dimana program yang dijalankan adalah renovasi rumah yang sudah tidak layak huni lagi, kondisi tempat tinggal yang pada saat itu dalam kondisi yang rusak ataupun tidak layak huni tetapi masih ditempati oleh warga.
Oleh karena itu kredibilitas penyuluh sangat diperlukan untuk dapat mewujudkan program yang terintergrasi. Kredibilitas penyuluh dalam program RS-RTLH merupakan aspek yang sangat penting, Jalaluddin Rakhmat menjelaskan bahwa dua komponen kredibilitas yang paling penting ialah keahlian (expertise) dan kepercayaan (trustwortness).10 Adapun yang dimaksud dengan keahlian adalah kesan yang di bentuk oleh penyuluh dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Seorang komunikan (penyuluh) yang memiliki keahlian tinggi dapat diukur dengan tingkat kecerdasan, tingkat kemampuan, dan juga tingkat keahlian dalam berkomunikasi dan memiliki wawasan yang luas. Sedangkan kepercayaan adalah kesan tentang penyuluh yang berkaitan dengan karakter (watak). Seorang komunikan
9 http://www.radarbanten.com/read/berita/10/14370/Angka-Kemiskinan-di-Kota-serang Masih- Terbilang-Tinggi/
10 Jalaludin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. , Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hlm:
257
(penyuluh) dalam menyampaikan program RS-RTLH dapat dipercaya jika dianggap jujur, sopan, dan memiliki moral yang baik.
Tentu dalam program RS-RTLH tidak terlepas dalam permasalahan karena dalam program RS-RTLH akan banyak menemui masalah dan kendala yang tentunya akan dihadapi oleh Dinas Sosial Kota Serang dalam mewujudkan peningkatan kesejahteraan dan mengurangi angka kemiskinan, juga meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Dimana dalam pembangunan RS-RTLH tersebut masih banyak masyarakat yang kurang mengerti dan memahami tentang apa dan bagaimana pembangunan rumah ataupun renovasi rumah tidak layak huni, dan juga program yang tidak berjalan lancar ataupun terhambat karna berbagai faktor-faktor tertantu.
Dengan adanya program yang dibuat Dinas Sosial Kota Serang ini membuat peneliti tertarik mencoba melakukan penelitian mengenai masalah apa saja yang dihadapi dan apa saja hambatan-hambatan yang dialami penyuluh untuk dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat.
Berdasarkan dari fenomena diatas tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kredibilitas Penyuluh Dinas Sosial Kota Serang Terhadap Tingkat Pemahaman Masyarakat Pada Program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas menunjukan betapa pentingnya sebuah pendekatan agar dapat mengetahui persepsi dan memberikan informasi mengenai program yang terkait "Seberapa besar Pengaruh kredibilitas penyuluh dinas sosial kota serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni”, yang dilaksanakan baik sebelum maupun ketika proses pelaksanaannya berlangsung.
1.3 Identifikasi Masalah
Berdasarkan Perumusan masalah diatas identifikasi masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Seberapa besar kredibilitas penyuluh Dinas Sosial Kota Serang dalam menjelaskan program RS-RTLH kepada masyarakat?
2. Seberapa besar tingkat pemahaman masyarakat mengenai program RS- RTLH?
3. Seberapa besar pengaruh kredibilitas penyuluh dinas sosial kota serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dirumuskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengukur kredibilitas penyuluh Dinas Sosial Kota Serang dalam menjelaskan program RS-RTLH kepada masyarakat
2. Mengukur tingkat pemahaman masyarakat mengenai program RS-RTLH.
3. Mengukur pengaruh kredibilitas penyuluh dinas sosial kota serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Praktis
Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat serta mengetahui apa yang dilakukan Dinas Sosial Kota Serang dalam melaksanakan program RS-RTLH di Kota Serang, untuk memberikan kontribusi atau gambaran bagi suatu lembaga, instansi, atau organisasi untuk mengetahui pengaruh program yang dibuat untuk masyarakat yang kurang mampu, agar pada nantinya program tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Adapun penelitian ini akan memberikan dampak bagi masyarakat tentang pengaruh kredibilitas penyuluh dinas sosial kota serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni.
1.5.2 Manfaat Teoritis
Dari segi teoritis diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih mengenai pengaruh kredibilitas penyuluh dinas sosial kota serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni. Mengingat bahwa pentingnya kredibilitas penyuluh untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai program RS-RTLH, adapun manfaat yang lain yaitu untuk menumbuhkan jiwa sosial terhadap satu sama lain. Penulis juga berharap dapat memberikan deskripsi dan memperkaya refrensi mahasiswa komunikasi mengenai pengaruh kredibilitas penyuluh dinas sosial kota serang terhadap tingkat pemahaman masyarakat pada program rehabilitasi sosial rumah tidak layak huni (RS-RTLH).
14 2.1 Komunikasi
2.1.1 Definisi Komunikasi
Komunikasi adalah hubungan kontak antar manusia baik indivdu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau tidak komunikasi adalah bagaian dari kehidupan manusia itu sendiri. Komunikasi juga termasuk ke dalam ilmu sosial dan merupakan ilmu terapan (applied science), dan karena itu maka ilmu komunikasi sifatnya interdisipliner atau multidisipliner. Ini disebabkan oleh objek materialnya sama dengan ilmu–
ilmu lainnya, terutama yang termasuk ke dalam ilmu sosial atau ilmu kemasyarakatan. Dan apabila seseorang telah mengadakan hubungan tetap maka sistem komunikasi yang mereka lakukan akan menentukan apakah sistem tersebut dapat mempererat atau mempersatukan mereka, mengurangu ketegangan atau melenyapkan persengketaan apabila muncul.
Istilah komunikasi atau dalam bahasa latin yaitu Communication, yang berarti “pemberitahuan” atau “pertukaran pikiran”11. Maka dapat diartikan bahwa dalam prosesnya komunikasi harus memiliki unsur-unsur kesamaan makna agar terjadi pertukaran pikiran maupun pengertian antara sumber (scource) dan penerima (recipient).
11 Rosandy Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2008. Hal 81
Berdasarkan arti kata komunikasi di atas lebih dipertegas lagi dengan pengertian komunikasi di bawah ini, yaitu :
Seperti yang diungkapkan oleh Onong Uchjana Effendy (Effendy, 1989:60) bahwa komunikasi adalah:
“Proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna sebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi,kepercayaan, harapan, himbauan, dan sebagai panduan, yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, baik langsung secara tatap muka maupun tidak langsung, melalui media, dengan tujuan mengubah sikap, pandangan atau perilaku”.
Berdasarkan pengertian di atas, Communicare bisa berarti dua orang atau lebih, yang secara bersama–sama bertemu baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui media atau saluran tertentu (komunikasi antarpribadi), tukar menukar mengenai pengetahuan, pengalaman, pikiran, gagasan dan perasaan (to make common, sharing). Pada proses ini terjadinya interaksi dimana komunikasi telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar karena “Setiap masyarakat baik primitif maupun modern berkeinginan mempertahankan suatu persetujuan mengenai berbagai aturan sosial melalui komunikasi” (Rakhmat,1986:1).
Pernyataan tersebut, didukung pula dengan pernyataan lain, yaitu: “90%
kehidupan manusia dilakukan dengan berkomunikasi” (Soesanto,1977:2).
Dari dua pernyataan tersebut, tergambarkan bagaimana komunikasi menjadi salah satu kebutuhan manusia yang hakiki, dan menjadi ajang sekaligus sarana penyampaian gagasan dan isi kepala kepada orang lain.
Adapun beberapa pengertian komunikasi yang disampaikan oleh para tokoh komunikasi dunia yang dikutip oleh Mulyana antara lain adalah, W.Weaver menyatakan komunikasi adalah suatu proses dimana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang lain. Selanjutnya Hovland, Janis &
Kelley mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana individu (komunikator) menyampaikan pesan (biasanya verbal) untuk mengubah prilaku individu lain (khalayak).12 Karena itu komunikasi juga sebagai kegiatan yang ditandai dengan tindakan perubahan, pertukaran, dan perpindahan, stiap kegiatan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh manusia. Manusia akan menkomunikasikan apa saja yang mereka butuhkan dan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainya, dan ingin mengetahui apa saja yang terjadi dilingkungan di setiap lingkungan. Oleh sebab itu sabagai makhuluk sosial manusia setiap harinya melakukan interaksi dengan melakukan komunikasi pada orang lain. Rasa ingin tahu tersebut memaksa manusia untuk melakukan komunikasi.
Komunikasi mempunyai dua fungsi, pertama fungsi sosial yaitu untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Kedua, fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan pada saat tertentu dalam mengambil suatu keputusan atau kebijakan. Adapun
12 Elvinaro Ardianto. Q-Aness, Bambang, Filsafat ilmu komunikasi.Bandung : Simbosa, 2007.
Hlm. 17
model komunikasi yang dikembangkan Aries Toteles, komunikasi yang di mulai dari seorang komunikator dalam memberikan argumen dalam pidato.
Gambar : 2.1 Model Komunikasi
Komunikasi dan Regulasi Penyiaran (Muhammad.2005:5)
Secara terminologis komunikasi berati proses penyampaian pesan suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari pengertian tersebut sudah jelas bahwa garis besar dari komunikasi akan melibatkan orang lain, dimana seseorang menyatakan sesuatu kepada yang lainnya.
Jadi yang terlibat dalam komunikasi itu adalah manusia atau dalam bahasa asingnya human communication.13 Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transisi informasi yang terdiri rangsangan yang disampaikan oleh sumber kepada penerima sehingga pada tujuan komunikasi itu sendiri.
Adapun tujuan komunikasi yaitu:
1. Mengubah sikap
2. Mengubah opini atau pandangan 3. Mengubah perilaku
4. Mengubah masyarakat
Tujuan komunikasi dapat tercapai jika unsur-unsur komunikasi seperti komunikator, pesan media dan komunikan dapat menjadi sebuah
13 Onong Uchajana Effendy. Dinamika Komunikasi, Bandung. PT.Remaja Rosdakarya. 2004.
Hlm 4
Pembicara Argumen Pidato Pendengar
kesatuan yang memperlihatkan adanya keterkaitan yang saling melengkapi. Oleh karena itu dengan adanya komunikasi yang dilakukan tentu sangat berpengaruh dalam melancarkan kegiatan penyuluh untuk memberikan pemahaman tentang program RS-RTLH. Karena pengaruh kredibilitas penyuluh sendiri sangat bergantung dan tidak bisa terlepas dari komunikasi dan dengan adanya tindakan yang dilakukan melalui komunikasi yang baik yaitu dengan menyampaikan informasi mengenai program tersebut kepada masyarakat Kota Serang sehingga masyarakatnya akan lebih jelas memahami program Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH).
2.1.2 Unsur-unsur Komunikasi
Dari pengertian komunikasi yang telah diuraikan di atas, terdapat beberapa unsur yang menjadi prasyarat terjadinya suatu komunikasi.
Adapun unsur-unsur komunikasi menurut H. A. W. Widjaja (2002:18) adalah sebagai berikut :
1. Sumber (Source)
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam rangka penyampaian pesan, yang digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri.
Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku dan sejenisnya.
2. Komunikator
Komunikator dapat berupa individu yang sedang berbicara, menulis, kelompok orang, organisasi komunikasi seperti radio, surat kabar dan
lain sebagainya. Dalam penyampaian pesan terkadang komunikator dapat menjadi komunikan dan begitu pula sebagainya.
3. Komunikan
Komunikan atau penerima pesan dapat digolongkan dalam 3 jenis yaitu personal, kelompok dan massa.
4. Pesan
Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai perintah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan.
5. Saluran (Channel) atau media
Saluran komunikasi selalu menyampaikan pesan yang dapat diterima melalui panca indera atau menggunakan media.
6. Hasil (Effect)
Effect adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak dengan yang kita inginkan. Jadi apabila sikap atau tingkah laku orang lain tersebut sesuai dengan keinginan kita, berarti komunikasi dapat dikatakan berhasil demikian pula sebaliknya.14
Dari unsur-unsur komunikasi di atas, dapat dikatakan berlangsungnya proses komunikasi yang dilakukan oleh komunikan dan komunikator, komunikator menyampaikan pesan atau keinginan kepada komunikan yang
14 Widjaja, HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
mempengaruhi komunikan sehingga komunikan menyampaikan tanggapan atau feedback. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses komunikasi terdapat unsur-unsur yang mendukung terjadinya proses komunikasi antara lain yaitu sumber, komunikator, komunikan, pesan, saluran dan hasil.
2.1.3 Tujuan Komunikasi
Komunikasi merupakan kegiatan yang dilakukan manusia, maka agar setiap kegiatan berkomunikasi tersebut dapat berjalan dengan baik dan lancer, maka kegiatan komunikasi harus mempunyai tujuan. Menurut H. A.
W. Widjaja (2002: 21) pada umumnya komunikasi mempunyai beberapa tujuan, antara lain yaitu :
1. Supaya yang kita sampaikan dapat dimengerti, sebagai komunikator kita harus menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan tuntas sehingga mereka dapat mengikuti apa yang kita maksudkan.
2. Memahami orang lain, dan sebagai penyuluh dari suatu lembaga harus mengetahui benar aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkannya.
3. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
Sedangkan menurut Onong U. Effendy (2007: 55) menyatakan tujuan komunikasi sebagai berikut:
1. Mengubah sikap (to change the attitude)
2. Mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) 3. Mengubah perilaku (to change the behavior)
4. Mengubah masyarakat (to change the society)
Dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan komunikasi pada dasarnya adalah untuk menyampaikan pesan atau informasi dari komunikator kepada komunikan agar setelah mendapatkan pesan atau informasi tersebut komunikan akan mengerti apa yang diinginkan komunikator, mampu mengubah sikap, pendapat dan perilaku atau menggerakkan komunikan untuk melakukan sesuatu dan tujuan yang lainnya.
2.1.4 Komunikasi Persuasi
Istilah “persuasi” atau dalam bahasa inggris persuasion bersal dari kata Latin persuasio, yang secara harafiah berarti hal membujuk, hal mengajak, atau menyakinkan. Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi persuasive didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Sedangkan menurut R.
Bostrom bahwa komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima.
Komunikasi persuasif ini dapat dipergunakan untuk mengubah perilaku, keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan
tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri. Persuasi juga di kenal dengan istilah “retorika” pada zaman yunani kuno. Salah satu manuskrip yang memuat tentang studi persuasi adalah buku tentang bagaimana cara memperoleh pujian dari
“Pharaoh” atau Firaun.15 Retorika menurut Aristoteles adalah seni persuasi sebagai suatu uraian singkat, jelas, dan meyakinkan dengan keindahan bahasa yang disusun untuk hal-hal yang bersifat memperbaiki (corrective).
Kegiatan komunikasi tidak hanya informatif yaitu agar orang lain mengerti, tetapi juga persuasif yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman atau keyakinan untuk melakukan suatu perbuatan, kegiatan dan lain-lain. Hal ini ditegaskan oleh H. A. W. Widjaja (2002: 67) yang mengatakan bahwa:
Komunikasi persuasi ini tidak lain daripada suatu usaha untuk meyakinkan orang lain agar publiknya berbuat dan bertingkah laku seperti yang diharapkan komunikator dengan membujuk tanpa memaksanya.
Pada dasarnya kegiatan persuasif memiliki tujuan untuk memberikan dorongan kepada komunikan agar berubah sikap, pendapat dan tingkah lakunya atas kehendak sendiri dan bukan karena keterpaksaan. Hal tersebut diungkapkan Suranto A.W (2005: 116) bahwa "Dalam kegiatan persuasif tersebut, seseorang atau sekelompok orang yang dibujuk diharapkan sikapnya berubah secara suka rela dengan senang hati sesuai dengan pesan- pesan yang diterimanya". Persuasi sebagai proses komunikasi bertujuan
15 Naniek Afrilla F. 2016. Modul 3 studi tentang Persuasi. Hlm: 35
untuk memperoleh respon dengan pesan-pesan verbal dan non verbal dilakukan secara halus dan manusiawi agar komunikan melaksanakan sesuatu dengan senang hati. Hal tersebut ditegaskan Ronald L. A. dan Karl W. E. Anatol yang dikutip dan diterjemahkan oleh Dedy D. Malik dan Yosal Iriasantara (1994: 51) :
Persuasi adalah sebuah proses komunikasi yang kompleks yang dilakukan oleh seorang individu atau kelompok untuk memperoleh (secara sengaja atau tidak sengaja) suatu respon tertentu dan individu atau kelompok lain secara verbal dan non verbal serta dilakukan secara halus dan manusiawi sehingga komunikan bersedia melakukan sesuatu dengan senang hati. 16
Dengan komunikasi persuasif inilah orang akan melakukan apa yang dikehendaki komunikatornya, dan seolah-olah komunikan itu melakukan pesan komunikasi atas kehendaknya sendiri. Seperti halnya ketika penyuluh memberikan informasi atau masukan kepada masyarakat mengenai program RS-RTLH maka masyarakat akan menanggapi dengan pertanyaan- pertanyaan seputar penyuluhan program tersebut, karena masyarakat itu sendiri merasa perlu memahami betul apa yang disampaikan oleh komunikator. Di sinilah peran komunikasi persuasif akan terlihat dan akan mampu mewujudkan tujuan dari komunikasi, dalam hal ini untuk memberikan persepsi dan pemahaman tentang apa yang penyuluh jelaskan kepada masyarakat khususnya untuk program RS-RTLH. Selain itu, komunikasi persuasif dapat menunjang kelancaran dalam pelaksanaan proses pemberian informasi dari penyuluh kepada masyarakat, yaitu mampu memunculkan interaksi, opini, dan pemahaman dalam proses
16 Severin, Werner J. & James W. Tankard, JR. 2008. Teori komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm: 177
penyuluhan tersebut. Adapun sifat komunikasi persuasif yang membujuk dapat meyakinkan masyarakat bahwa penyuluhan yang diberikan oleh komunikator (penyuluh) atau materi yang disampaikan sangat penting untuk dipahami,sama halnya dengan kredibilitas yang dimiliki penyuluh harus di dasari dengan komunikasi yang baik. Sehingga masyarakat dengan sendirinya akan termotivasi untuk hadir pada acara saat penyuluhan berlangsung ataupun tertarik untuk mendengarkan penjelasan-penjelasan yang diberikan. Dengan komunikasi persuasif, penyuluh mampu mengajak masyarakat untuk berinteraksi dengan baik tanpa ada pemaksaan. Sehingga motivasi masyarakat akan muncul dari dalam diri sendiri.
2.1.5 Kredibilitas Komunikator
Dalam kegiatan penyuluhan program RS-RTLH kredibilitas yang dimiliki seorang penyuluh sangatlah penting, karena penyuluh berhubungan dengan masyarakat maupun program tersebut baik secara langsung maupun melalui pelantara seperti petugas Dinas Sosial Kota Serang yang bersangkutan dengan program tersebut, tokoh masyarakat, dan sebagainya.
Karena penyuluh memiliki peran yang berfungsi sebagai pemimpin, penasihat, dan pembimbing (pengajar). Agar masyarakat mampu memahami materi yang disampaikan, baik perorangan maupun kelompok.
Kredibilitas itu sendiri adalah seberapa besar komunikan melihat sumber memiliki pengetahuan, ketrampilan, atau pengalaman yang relevan dan mempercayai sumber tersebut untuk memberikan informasi yang tidak
objektif. Informasi dari sumber yang kredibel mempengaruhi keyakinan, opini, sikap, dan perilaku melalui suatu proses yang dinamakan internalisasi, yang terjadi saat komunikan menerima opini dari penyuluh yang kredibel mempercayai bahwa informasi yang diberikan tersebut cukup akurat. Kredibilitas juru bicara secara umum dapat digeneralisasikan meliputi tiga dimensi, yaitu: keahlian, kejujuran, dan daya tarik (DeSarbo dan Harsman, 1985; Ohanian, 1990). Dalam kata lain kredibilitas ini berkaitan dengan persepsi khalayak tentang keefektifan seseorang penyuluh sebagai pembicara.17 Dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi, Prof.
Dr. H. Hafied Canggara, M.Sc. (2008;91) berpendapat bahwa :
“Kredibilitas ialah seperangkat persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki sumber sehingga diterima atau diikuti oleh khalayak (penerima). Gobbel, menteri propaganda Jerman dalam perang dunia II menyatakan bahwa, untuk menjadi seorang komunikator yang efektif harus memiliki kredibilitas yang tinggi.”18
Menurut aristoteles, bisa diperoleh jika seorang komunikator memiliki ethos, pathos, dan logos. Ethos ialah kekuatan yang dimiliki pembicara dari karakter pribadinya, sehingga ucapan-ucapanya dapat dipercaya. Pathos ialah kekuatan yang dimiliki seorang pembicara dalam mengendalikan emosi pendengarnya, sedangkan logos ialah kekuatan yang dimiliki komunikator melalui argumentasinya.19
17 Antar Venus. 2004. Manajemen Kampanye: Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hlm: 55
18 Prof. Dr. H. Hafied Canggara, M.Sc. 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada.Hlm.32
19 Onong Uchjana Effendy. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hal: 351-352
Adapun menurut Rahmat (2004:256) ethos merupakan credibility yang terdiri dari dua unsur expertness (keahlian) dan trustworthiness (dapat dipercaya).20 Expertness (keahlian) yaitu kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator (penyuluh) dalam hubungannya dengan topik yang akan dijelaskan. Sedangkan trustworthiness yaitu kesan komunikan tentang sifat dari komunikator, seperti bersif jujur, terbuka, memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat, juga bermoral, ataupun sebaliknya.
Hafied Canggara (2008;92) mengutip pendapat James Mc Croskey (1966) lebih jauh menjelaskan bahwa kredibilitas seorang komunikator dapat bersumber dari kompentensi (competence), sikap (character), tujuan (intention), kepribadian (personalitiy) dan dinamika (dynamism).21 Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Kompentensi : penguasaan yang dimiliki komunikator (Penyuluh) pada masalah yang dibahasnya.
2. Sikap : menunjukan pribadi komunikator (Penyuluh) apakah ia tegar atau toleran dalam prinsip.
3. Tujuan : menunjukan apakah hal-hal yang dsampaikan itu punya maksud yang baik atau tidak.
4. Kepribadian : menunjukan apakah pembicara (Penyuluh) memiliki pribadi yang hangat dan bersahabat.
5. Dinamika : menunjukan apakah hal yang disampaikan itu menarik atau sebaliknya membosankan.
20 Jalaludin Rakhmat. 2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Hlm: 256
21Syaiful Rohim. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam dan Aplikasi. Jakarta. Rineka Cipta.
Hal: 74
Interaksi yang di berikan penyuluh Dinas Sosial Kota Serang dengan masyarakat pada saat penyuluhan dapat menimbulkan adanya umpan balik secara langsung yang menjadi tolak ukur apakah pesan yang disampaikan oleh penyuluh tersebut dapat diterima ataupun ditolak oleh masyarakat.
Proses penyuluhan secara dialogis tersebut menggambarkan situasi bahwa penyuluh dan masyarakat pun berfungsi ganda dimana masing-masing secara bergantian menjadi pembicara maupun pendengar sehingga tujuan kegiatan penyuluhan dapat terlaksana dengan baik.
2.1.6 Teori Kredibilitas Sumber
Penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Hovland, Janis dan Kelley yaitu Teori Kredibilitas Sumber ( Source Credibility Theory ) dalam buku Communication and Persuasion. Asumsi dasar dari teori ini adalah menyatakan bahwa seseorang dimungkinkan lebih mudah dipersuasi jika sumber-sumber persuasinya cukup kredibel. Sumber dengan kredibilitas tinggi memiliki dampak besar terhadap opini audiens daripada sumber dengan kredibilitas rendah. Sumber yang memiliki kredibilitas tinggi lebih banyak menghasilkan perubahan sikap dibandingkan dengan sumber yang memiliki kredibilitas rendah.
“When acceptance is sought by using arguments in support of the advocated view, the perceived expertness and trustworthiness or the communicator may determine the credence given them’ (Hovland, 2007: 20 ). 22
22Anggita Dwi Ayuningtyas, Wawan Setiawan, Tri Damayanti. “Hubungan Kredibilitas Native Speaker Pada Program Dynamic Speaking Dengan Sikap Siswa Pada Bahasa Inggris”, eJurnal Mahasiswa Universitas Padjajaran, Vol.1., No.1. 2012. Hal: 6
Ketika penerimaan bisa diterima dengan argumen dalam mendukung pandangan, maka keahlian dan kehandalan komunikator bisa menentukan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Keahlian komunikator adalah kesan yang dibentuk komunikan tentang kemampuan komunikator dalam hubungannya dengan topik yang dibicarakan. Kepercayaan, kesan komunikan tentang komunikator yang berkaitan dengan sumber informasi yang dianggap tulus, jujur, bijak dan adil, objektif, memiliki integritas pribadi, serta memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi (Venus, 2009:
57). 23 Oleh karena itu penyuluh dengan kredibilitas tinggi akan berpengaruh besar terhadap pemahaman dari masyarakat mengenai program RS-RTLH.
Kredibilitas yang dimiliki oleh seorang komunikator terbentuk oleh keahlian komunikator itu sendiri dalam menguasai informasi mengenai objek yang dimaksud, memiliki ketepatan dan kebenaran informasi yang disampaikan. Apabila sumber merupakan individu yang tidak menarik atau tidak disukai, persuasi biasanya tidak akan berjalan dengan efektif. Adapun peranan kredibilitas menurut Hovland dalam proses penerimaan pesan yaitu dengan mengemukakan bahwa para ahli akan lebih persuasif dibandingkan dengan yang bukan ahli di bidangnya.24
23 Antar Venus, Drs, M.A. 2009. Manajemen Kampanye. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
24 Syaifudin Azwar. 2011. Sikap manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal:64-65
2.1.7 Program RS-RTLH
Rehabilitasi Sosial Rumah Tidak Layak Huni (RS-RTLH) adalah program kesejahteraan sosial bagi fakir miskin untuk mewujudkan rumah yang layak huni. kegiatan ini tidak hanya berfokus pada aspek fisik rumah saja, tetapi jauh lebih penting bagaimana membangun kapasitas kelompok fakir miskin ini memahami dan menyadari bahwa pentingnya tempat tinggal yang layak huni dan aspek sosial dalam lingkungan keluarga. Hal ini dilakukan agar tercapainya kesejahteraan keluarga dan berdampak pada peningkatan dalam aspek sosial dan kesehatan. Adapun dasar hukum terbentuknya program tersebut adalah sebagai berikut :
1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 (2), Pasal 33, Dan Pasal 34.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Pemukiman.
3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.
4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 Tentang Penanganan Fakir Miskin.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1981 Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Fakir Miskin.
6. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 Tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.
7. Keputusan Mentri Sosial Nomor 84/HUK/1997 Tentang Pelaksanaan Pemberian Bantuan Sosial Bagi Keluarga Fakir Miskin.
8. Keputusan Mentri Sosial Nomor 19/HUK/1998 Tentang Pelayanan Kesejahteraan Sosial bagi Fakir Miskin yang Diselenggarakan oleh Masyarakat.
9. Peraturan Mentri Keuangan RI Nomor 81/PMK.05/2012 Tentang Belanja Bahan Bantuan Sosial Pada Kementrian Negara /Lembaga.
(Sumber : Pedoman Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Tahun 2013)
Adapun kriteria rumah tidak layak huni yang dibantu melalui program RS-RTLH adalah rumah tidak layak huni yang tidak memenuhi syarat kesehatan, keamanan dan sosial dengan kondisi sebagai berikut :
1. Tidak permanen dan/ atau rusak.
2. Dinding dan atapnya yang terbuat dari bahan mudah rusak atau lapuk seperti papan, ilalang, bambu yang dianyam sehingga dapat membahayakan penghuni rumah.
3. Dinding dan atap yang sudah rusak sehingga membahayakan,, mengganggu keselamatan penghuninya.
4. Lantai tanah/ semen dalam kondisi rusak.
5. Diutamakan rumah tidak memiliki kamar, kamar mandi, dan dapur.
(Sumber Pedoman Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Tahun 2013)
Sedangkan kriteria penerimaan program RS-RTLH adalah sebagai berikut :
1. Memiliki KTP/ identitas diri yang masih berlaku
2. Kepala Keluarga/ anggota keluarga tidak mempunyai sumber mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (memperoleh upah dibawah UMR).
3. Kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan pangan untuk penduduk miskin seperti zakat, dan raskin.
4. Tidak memiliki aset lain apabila dijual tidak cukup untuk membiayai kebutuhan hidup anggota keluarga selama 3 (bulan) kecuali tanah dan rumah yang ditempati.
5. Memiliki rumah di atas tanah milik sendiri yang dibuktikan dengan sertifikat, girik, atau ada surat keterangan kepemilikan dari kelurahan atau status tanah.
(Sumber : Pedoman Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Tahun 2013)
Program RS-RTLH dilaksanakan di daerah yang masyarakatnya masih memiliki rumah tidak layak huni, baik itu di perkotaan mauupun di perdesaan. Penanggung jawab kegiatan untuk program RS-RTLH di llingkungan Kementrian Sosial Republik Indonesia adalah Direktorat Jendral Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan. Kemudian dalam pelaksanaannya, penyaluran bantuan program RS-RTLH dibagi menjadi 2 sasaran, yaitu bantuan untuk masyarakat miskin di Perdesaan dan bantuan untuk masyarakat miskin di Perkotaan. Untuk bantuan bagi masyarakat miskin yang memiliki rumah tidak layak huni di Perkotaan, penyalurannya dilakukan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan Kementrian Sosial Republik Indonesia. Sedangkan untuk di Perdesaan, penyalurannya dilakukan oleh Direktorat Penanggulangan Kemiskinan Perdesaan Kementrian Sosial Republik Indonesia.
Selain itu, adapula Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/ Kota juga melaksanakan program yang sama dengan Kementrian Sosial Republik Indonesia. Namun tetap petunjuk dari pelaksanaan program tersebut mengacu pada pedoman umum program RS- RTLH di daerah yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial Provinsi bersama Dinas Sosial Kota/Kabupaten sebagai upaya untuk mengatasi masalah kemiskinan.
Program tersebut berbentuk dana stimulan yang anggarannya berasal dari APBD Kota/Kabupaten, Provinsi maupun dari APBN. Program ini memberikan bantuan berupa rehabilitasi rumah kepada masyarakat yang
memiliki rumah tidak layak huni. Bantuan program RS-RTLH bersifat stimulan sehingga hanya untuk pemugaran/renovasi, bukan untuk merehab total bangunan rumah. Tujuan lain dari program ini adalah untuk menumbuhkan kembali rasa kesetiakawanan sosial dan gotong royong di kalangan masyarakat yang kini mulai memudar. Sehingga tergugah untuk membantu masyarakat miskin untuk mendapatkan program tersebut agar dapat meringankan beban mereka.
2.1.8 Sosialisasi
Sosialisasi adalah satu konsep umum yang bisa dimaknakan sebagai sebuah proses di mana kita belajar melalui interaksi dengan orang lain, tentang cara berpikir, merasakan, dan bertindak, di mana kesemuanya itu merupakan hal-hal yang sangat penting dalam menghasilkan partisipasi sosial yang efektif.25 Dalam kata lain sosialisasi merupakan proses yang terus terjadi selama hidup kita, adapun menrut David A. Goslin “Sosialisasi adalah proses belajaryang di alami seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan,nilai-nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggotadalam kelompok masyarakatnya”.26
Sosialisasi itu sendiri sangat penting adanya, karena bila tidak ada sosialisasi maka bisa dipastikan apapun tujuan yang kita maksudkan untuk diri kita sendiri ataupun untuk orang lain tidak akan tercapai. Kegiatan sosialisasi tidak hanya menyampaikan informasi tentang yang akan
25 Joko suyanto, Gender dan Sosialisasi, Jakarta. Nobel Edumedia, Hlm 13
26 Ihrom, Bunga Rampai. Sosiologi Keluarga. Jakarta. Yayasan Obor Indonesia, 2004. Hlm 3