• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM "

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PERKEMBANGAN SUKUK KORPORASI DI INDONESIA PERIODE

2002-2013

Oleh:

Sofa Atun Fertika Sari NIM: 11190126

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi Syariah (S.E.I) PALEMBANG

2015

(2)

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN RADEN FATAH

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI Nama Mahasiswa : Sofa Atun Fertika Sari

Nim/Jurusan : 11190126 / Ekonomi Islam

Judul Skripsi : Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia

Periode 2002-2013

Telah diterima dalam ujian munaqosyah pada tanggal 13 Mei 2015 PANITIA UJIAN SKRIPSI

Tanggal Pembimbing Utama : Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag t.t :

Tanggal Pembimbing Kedua :M. Rusydi, M.Ag t.t :

Tanggal Penguji Utama : Raden Ayu Ritawati SE, M.H.I t.t :

Tanggal Penguji Kedua : Erdah Litriani, SE., M.Ec, Dev t.t :

Tanggal Ketua : Mufti Fiandi, M. Ag t.t :

Tanggal Sekretaris : Sepriyani, M. HI t.t :

(3)

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Sofa Atun Fertika Sari

NIM : 11190126

Jenjang : S1 Ekonomi Islam

Menyatakan, bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya.

Palembang, 2015

Saya yang menyatakan

Sofa Atun Fertika Sari NIM: 11190126

(4)

NOTA DINAS

Kepada Yth,

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, UIN Raden Fatah Palembang

Assalamu’alaikum wr.wb

Disampaikan dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi terhadap naskah skripsi berjudul:

PENGARUH INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP PERKEMBANGAN SUKUK KORPORASI DI INDONESIA PERIODE

2002-2013 Yang ditulis oleh:

Nama : Sofa Atun Fertika Sari NIM : 11190126

Program : S1 Ekonomi Islam

Saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam untuk diujikan dalam sidang munaqosyah ujian skripsi.

Wassalamu’alaikum wr.wb

Palembang, Desember 2014

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag M. Rusydi, M. Ag NIP. 19750928 200604 2 001 NIP:19730108 200001 1 007

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

(5)

Motto :

“Agama membuat hidup terarah Ilmu membuat hidup menjadi mudah Dan seni membuat hidup menjadi indah”

Surah Al-Qasas : 77

“Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah di anugrahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah

kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana

Allah telah berbuat baik kepadamu.“

PERSEMBAHAN:

1. Kedua orang tuaku dan keluarga

2. Teman-teman yang mendukung keberhasilanku.

3. Almamaterku.

ABSTRAK

Pasar modal merupakan salah satu elemen penting dan tolak ukur kemajuan perekonomian suatu negara. salah satu ciri negara industri maju maupun negara industri baru adalah adanya pasar modal yang tumbuh dan berkembang dengan baik. Keputusan Investor untuk membeli sukuk korporasi tidak terlepas dari evaluasi yang dilakukan investor terhadap sukuk korporasi tersebut (dari segi intrinsic value maupun market value) dengan melihat kondisi makroekonomi.

(6)

Adapun beberapa faktor yang mungkin dapat mempengaruhinya yaitu seperti inflasi dan nilai kurs Rupiah terhadap dollar.

Pokok masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap perkembangan sukuk korporasi di Indonesia periode 2002-2013. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan menggunakan SPSS 15.0. Penelitian ini menggunakan data Inflasi yang diperoleh dari website Bank Sentral Republik Indonesia www.bi.go.id pada periode 2002-2013, sedangkan data nilai tukar rupiah diambil dari Laporan Kebijakan Moneter Bank Indonesia berupanilai dari AUD 1 dalam Rupiah pada periode 2002-2013, dan data perkembangan sukuk korporasi diambil dari statistik pasar modal syariah oleh Otoritas Jasa Keuangan Syariah periode 2002-2013.

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah bahwa Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia periode 2002-2013. Hal itu dapat dilihat dari pengembangan estimasi yang digunakan Uji Signifikansi Simultan (Uji F) diketahui F hitung 32.656 sementara nilai F tabel 4.29 / (32.656 > 4.29) dan tingkat signifikansinya adalah 0.000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0.05.

Sedangkan secara parsial Inflasi tidak berpengaruh positif signifikan terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi,bahwa nilai t hitung -1.073 lebih kecil dari nilai t tabel 1.883 (-1.073 <1.883), dengan nilai signifikan untuk inflasi adalah 0.331 lebih besar dari 0.05 (0.331 > 0.05) . Maka hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variable inflasi terhadap perkembangan sukuk korporasi dan variabel Nilai Tukar Rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi bahwa nilai t hitung 7.624 lebih besar dari nilai t tabel 1.883. (6.147 > 1.883.), dengan nilai signifikan untuk Variabel nilai tukar rupiah adalah 0.000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0.05 (0.000 <

0.05). Maka hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai tukar rupiah terhadap perkembangan sukuk korporasi.

Kata Kunci: Sukuk Korporasi, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah.

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Latin Huruf Keterangan

ا Alief - Tidak dilambangkan

ب Ba>’ B -

(7)

ت Ta>’ T -

ث S|a>’ S| S dengan titik

diatasnya

ج Ji>m J -

ح H{a>’ H{ H dengan titik

dibawahnya

خ Kha>’ Kh -

د Da>1 D -

ذ Z|a>1 Z| Z dengan titik

diatasnya

ر Ra>’ R -

ز Za>’ Z -

س Si>n S -

ش Syi>’ Sy -

ص S{a>d S{ S dengan titik

dibawahnya

ض D{a>d D{ D dengan titik

dibawahnya

ط T{a>’ T{ T dengan titik

dibawahnya

ظ Z{a>’ Z{ Z dengan titik

dibawahnya

ع ‘Ain ‘ Koma terbalik

diatasnya

غ Gain G -

ف Fa>’ F -

ق Qa>f Q -

ك Ka>f K -

ل La>m L -

م Mi>m M -

ن Nu>n N -

و Wa>wu W -

ه Ha>’ H -

ء Hamzah ‘ Apostrof

ي Ya>’ Y -

B. Konsonan Rangkap

Konsonan Rangkap, termasuk tanda Syad|d|ah, ditulis lengkap ةّي دمحا : ditulis Ah}madiyyah

C. Ta>’Marbu>t}ah di akhir Kata

(8)

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia

ةع امج : ditulis jamā’ah

2. Bila dihidupkan karena berangkai dengan kata lain, ditulis t.

ا ةمعن : ditulis ni’matullāh رطفلا ةاكز :ditulis zakātul-fit{ri D. Vokal Pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.

E. Vokal Panjang

1. A panjang ditulis a>, i panjang ditulis i> dan u panjang ditulis u>, masing-masing dengan tanda ( ¯ ) diatasnya.

2. Fathah + ya>’ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah + wa>wu mati ditulis au.

F. Vokal-vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof (‘)

متنأأ : ditulis a’antum ثن ؤم : ditulis mu’annas|

G. Kata Sandang Alief + La>m.

1. Bila diikuti huruf Qamariyyah ditulis al- نآ رقلا : ditulis al-Qur’an

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah, huruf i diganti dengan huruf syamsiyah yang mengikutinya

ةعيشلا : ditulis asy-syȋ’ah H. Huruf Besar

Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD 1. Kata dalam Rangkaian Frase dan Kalimat 2. Ditulis kata per kata, atau

3. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tesebut ملإسلا خيش : ditulis syaikh al- Islām atau syaikhul-Islām

(9)

I. Lain-Lain

Kata-kata yang sudah dibakukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (seperti kata ijmak, nas, dll), tidak mengikuti pedoman transliterasi ini dan ditulis sebagaimana dalam kamus tersebut.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap perkembangan sukuk korporasi di Indonesia periode 2002-2013” ini dengan baik, sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1). Penulis ingin menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terima kasih atas bantuan dan dukungan yang diberikan oleh semua pihak hingga terselesaikannya skripsi ini, di antaranya:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Nurrohman dan Ibunda Kunah yang selalu memberikan rasa cinta dan kasih sayang, perhatiannya dan senantiasa selalu berdoa demi keberhasilanku.

2. Kakak-kakaku tercinta ( Syaiful Ma’rif, Farid Ma’ruf dan Hayatunisa) yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa untuk kesuksesan penulis.

3. Adiku tersayang (Syarif Hidayattullah), serta semua keluarga yang telah memberikan dukungan,semangat dan do’a untuk keberhasilanku.

4. Bapak, Dr. H. Edyson Saifullah, L.c, MA selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Raden Fatah Palembang.

5. Bapak Ulil Amri, Lc.,M.HI selaku Ketua Program Studi Ekonomi Islam dan Ibu Juwita Anggraini selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Islam.

6. Bapak Syahril Jamil, M.Ag Selaku Penasehat Akademik Program Studi Ekonomi Islam.

(11)

7. Ibu Dr. Maftukhatusolikhah, M.Ag selaku Pembimbing I dan Bapak M.

Rusydi, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberi pengarahan hingga terselesainya skripsi ini.

8. Para Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Agama Islam Negeri Raden Fatah Palembang, yang telah memberikan bimbingan selama masa studi.

9. Teman seperjuangan (Kia, Ria, Sintia, Susanti dan Zubaida) teman- teman jurusan Ekonomi Islam khususnya Eki 4 yang telah memberikan semangat dan motivasinya, serta rekan-rekan sealmamater dan semua pihak terima kasih atas bantuan dan kerja sama selama studi.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Palembang, April 2015

Penulis,

Sofa Atun Fertika Sari Nim: 11190126

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI...ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...iii

NOTA DINAS...iv

ABSTRAK...v

PEDOMAN TRANSLITERASI...vi

KATA PENGANTAR...x

DAFTAR ISI...xii

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR GAMBAR...xv

DAFTAR GRAFIK...xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah...1

B. Rumusan masalah ...8

C. Tujuan dan kegunaan penelitia...9

D. Kontribusi penelitian...9

E. Sistematika penulisan...10

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PEMGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Penelitian Terdahulu...12

B. Teori Pasar Modal...15

C. Pasar Modal Syariah...22

D. Sukuk ...26

E. Sukuk Korporasi...36

F. Variabel Makroekonomi 1. Inflasi...38

2. Nilai Tukar Rupiah...45

G. Keterkaitan Antara Variabel Makroekonomi dengan Sukuk 1. Inflasi dengan Sukuk...46

2. Nilai Tukar Rupiah dengan Sukuk...47

H. Pengembangan Hipotesis...48

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data...51

2. Sumber Data...51

B. Populasi dan Sampel Penelitian...52

C. Teknik Pengumpulan Data...54

D. Variabel-variabel Penelitian...54

E. Teknik Analisis Data...55

(13)

BAB 1V. PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian...63

B. Analisis Regresi Linier Berganda...67

C. Uji Asumsi Klasik...69

1. Uji Normalitas ...69

2. Uji Multikolonieritas...71

3. Uji Autokorelasi...72

4. Uji Heterokedastisitas...72

D. Koefisien Determinasi (R2)...74

E. Uji Hipotesis...75

1. Uji signifikaansi Simultan (Uji Statistik F)...75

2. Uji signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)...76

F. Pembahasan Hasil Penelitian...78

BAB V. PENUTUP A Kesimpulan...81

B. Implikasi Penelitian...81

C. Keterbatasan Penelitian...82

D. Saran Untuk Penelitian...83

DAFTAR PUSTAKA...84

LAMPIRAN-LAMPIRAN...87

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Jumlah Total dan Jumlah Emisi Sukuk Dan Sukuk

Outstanding...5

Tabel 2.1 Perkembangan Pasar Modal Di Indonesia...19

Tabel 2.2 Perbandingan Sukuk dengan Obligasi Konfensional...29

Tabel 3.1 Nama Sukuk Korporasi Outstanding...52

Tabel 4.1 Total Nilai Outstanding Sukuk Korporasi Tahun 2002-2013...64

Tabel 4.2 Data Perkembangan Inflasi Tahun 2002-2013...65

Tabel 4.3 Data Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Tahun 2002-2013...67

Tabel 4.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda...68

Tabel 4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)...70

Tabel 4.6 Hasil Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF...71

Tabel 4.7 Hasil Uji Autokorelasi...72

Tabel 4.8 Koefisien Determinasi (R2)...74

Tabel 4.9 Hasil Uji statistik F...75

Tabel 4.10 Hasil Uji statistik T...76

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 proses penerbitan umum sukuk...33

Gambar 2.2 alur penerbitan sukuk korporasi di pasar modal Indonesia...37

Gambar 4.1 Normal P-Plots of Regresion Standardized Residual...69

Gambar 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas...73

(16)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Penerbitan Sukuk dan Sukuk Korporasi

Outstanding...4

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Aktifitas pasar modal di Indonesia dimulai sejak tahun 1912 di Jakarta. Efek yang diperdagangkan pada saat itu adalah saham milik perusahaan orang Belanda dan obligasi yang diperdagangkan adalah obligasi milik pemerintah Hindia Belanda. Aktivitas pasar modal ini berhenti ketika terjadi Perang Dunia II. Ketika Indonesia merdeka, pemerintah menerbitkan obligasi pada tahun 1950. Pengaktifan pasar modal di Jakarta ini ditandai dengan diterbitkanya Undang-Undang Darurat tentang Bursa Nomor 13 Tahun 1951 yang kemudian ditetapkan Undang-Undang Nomo 15 tahun 1952 yang berkaitan dengan pasar modal. 1

Pasar modal merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan produk. Dalam arti sempit pasar modal adalah suatu pasar dimana dana-dana jangka panjang, baik utang maupun modal sendiri diperdagangkan.

Dengan kata lain, pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun.

Dua jangka yang merupakan modal sendiri berbentuk saham biasa (common

1 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal Syariah Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana 2009), hlm. 13

(18)

stock) dan saham preferen (preferen stock), sedangkan dana utang berbentuk obligasi (bonds). 2

Pasar modal berfungsi sebagai penyedia fasilitas untuk memindahkan dana dari pihak kelebihan dana atau pemberi pinjaman dana (lender) kepada pihak peminjam dana. Bentuk instrumen keuangan yang diperjualbelikan seperti saham, obligasi, waran, bukti right, dan produk turunan atau biasa disebut derivative. Contoh produk derivative adalah indeks harga saham dan indeks kurs obligasi. 3

Dengan adanya Bursa Efek Indonesia (BEI) dan banyaknya bentuk instrumen dalam pasar modal membuat perkembangan pasar modal syariah di Indonesia semakin berkembang dan masyarakat pun mulai melirik pasar modal syariah sebagai alternatif investasi. Hal ini pula yang menjadi motivasi para pengusaha atau perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia untuk meningkatkan kualitas produksinya dan mendorong perusahaan- perusahaannya untuk go public dan menerbitkan instrumen-instrumen pasar modal baik dalam bentuk saham, obligasi maupun instrumen lainnya.

Instrumen Keuangan Syariah yang telah diterbitkan baik oleh negara maupun korporasi salah satunya adalah sukuk . Pada saat ini, beberapa negara telah menjadi penerbit regular dari sukuk, misalnya; Malaysia, Bahrain, Brunei Darusalam, Uni Emirate Arab, Qatar, Pakistan, dan State of Saxony Anhalt-jerman. Penerbitan sukuk negara tersebut biasanya ditujukan untuk keperluan pembiayaan negara secara umum (general funding) atau

2 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika 2011), hlm.72

3Mohamad Samsul. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio, ( Jakarta: Erlangga 2006) hlm. 45

(19)

untuk pembiayaan proyek-proyek tertentu, misalnya pembangunan bendungan, unit pembangkit listrik, pelabuhan, bandar udara, rumah sakit, dan jalan tol. Selain itu, sukuk juga dapat digunakan untuk keperluan pembiayaan cash-mismatch, yaitu dengan menggunakan sukuk dengan jangka waktu pendek (Islamic Treasury Bills) yang juga dapat digunakan sebagai instrumen pasar uang.

Sukuk merupakan salah satu instrumen keungan syariah yang baru muncul di Indonesia pada tahun 2002 (masih menggunakan istilah obligasi syariah). Sukuk pada dasarnya mirip dengan saham namun memiliki jangka waktu tertentu (seperti obligasi). Kehadiran sukuk pada tahun 2002 merupakan inovasi tersendiri pada perkembangan pasar modal syariah di Indonesia karena mampu menjadi alternatif instrumen obligasi (surat hutang) bagi perusahan-perusahaan yang membutuhkan sumber dana eksternal.

Kata Sukuk berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari kata sakk yang berati sertifikat atau note. Dahulu, sukuk digunakan oleh para pedagang sebagai dokumen yang menunjukan kewajiban pembayaran yang timbul dari usaha perdagangan dan aktiva komersial lainya.4

Dilihat dari kelompok issuer, terdapat dua jenis sukuk dipasar modal indonesia, yaitu sukuk korporasi dan sukuk pemerintah (Surat Berharga Syariah Negara –SBSN). Hingga juli 2013, nilai sukuk pemerintah yang

4 Nurul Huda dan Mustafa Edwan Nasution, Investasi pada Pasar Modal Syariah, Kencana, Jakarta, 2008, hlm 89

(20)

outstanding adalah sebesar Rp 9,328 miliar sementara nilai sukuk korporasi outstanding adalah sebesar Rp 6,974 miliar.

Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2002 hingga saat ini sukuk korporasi di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Hingga tahun 2013 terdapat 64 emisi sukuk yang telah diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia dan 36 sukuk masih outstanding (22 sisanya sudah jatuh tempo dan dilunasi). Nilai emisi sukuk pada tahun 2013 adalah sebesar Rp 11,994.4 miliar sementara nilai sukuk outstanding pada tahun yang sama adalah sebesar Rp 7,553.0 miliar.

Grafik 1.1

(21)

Tabel 1.1

Sumber: BAPEPAM – LK

Jika dilihat dari struktur akad dari sukuk korporasi yang outstanding (36 sukuk), 11 diantaranya menggunakan akad mudharobah sementara sisanya menggunakan akad ijarah. Tingginya peredaran sukuk ijarah yang hampir mirip dengan obligasi (surat hutang) sehingga investor yang sama sekali belum pernah mengenal instrumen keuangan syariah tidak kesulitan dalam memahami instrumen sukuk. Sementara jika dilihat dari tenor (jangka waktu) dari sukuk outstanding memiliki jangka waktu 5 tahun dengan nilai par dan nilai outstanding rata-rata sebesar 200 miliar.

perkembangan sukuk negara Indonesia sangat lambat Jika dibandingkan dengan perkembangan sukuk di Malaysia. Tampak dari total emisi/penerbitan hingga petengahan 2008 baru mencapai lima miliar rupiah lebih ($500 juta). Dibanding dengan malaysia yang pada pertengahan 2007 telah membukukan total emisi 111,5 miliar ($33 miliar). Banyak tantangan yang dihadapi dalam pengembangan sukuk di Indonesia.

(22)

Sukuk sebagai produk pasar modal syariah dalam perkembanganya tidak terlepas dari pengaruh variabel-variabel lain baik itu variabel internal sukuk seperti: kurangnya sosialisasi pada masyarakat terkait produk sukuk, minat emiten pada sukuk yang masih rendah serta masih cendrungnya investor dengan saham yang bisa dijual sewaktu-waktu ketika investor membutuhkan dananya kembali serta masih tingginya unsur spekulatif.

Sukuk juga tidak terlepas dari variabel makro negara indonesia seperti inflasi dan nilai tukar rupiah.

Pada dasarnya kondisi perekonomian akan mempengaruhi kondisi pasar, maka pada giliranya kondisi pasar akan mempengaruhi para investor.

Sulit para investor atau pemodal untuk memperoleh hasil investasi yang berlawanan dengan kecendrungan kondisi pasar. Hal ini didukung Samsul bahwasannya kinerja perusahaan dan resiko yang dihadapi oleh pasar modal dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro ekonomi, selain itu Bodie dan Alex juga menyatakan, bagi beberapa perusahaan lingkungan ekonomi makro dan industri mungkin mempunyai pengaruh yang relatif besar dibandingkan kinerja didalam industri. 5

Investor dalam melakukan keputusan investasi harus memperhatikan gambaran besar ekonomi. Merujuk pada teori-teori tersebut maka dapat dipastikan bahwasanya perkembangan sukuk korporasi di Indonesia juga akan dipengaruhi oleh beberapa faktor makro ekonomi. Teori tersebut diatas didukung oleh penelitian Yuliana, 2008 tentang pengaruh variabel makro

5 Ayu Afsari, “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan Obligasi Syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan tahun 2011”, skripsi, (Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, 2012), hlm.6

(23)

ekonomi terhadap return obligasi syariah di Indonesia, hasil penelitian ini menyebutkan bahwa terdapat pengaruh variabel makro ekonomi berupa inflasi dan nilai tukar rupiah yang signifikan terhadap return obligasi syariah mudhorobah dan ijarah di Indonesia.6

Kurs atau disebut juga nilai tukar merupakan satu dari faktor makro ekonomi yang menjadi perhatian untuk pengambil kebijakan ekonomi. Kurs menujukan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kenaikan kurs US$ yang tajam terhadap rupiah akan berdampak negatif pada emiten yang memiliki hutang dalam dolar sementara produk emiten tersebut dijual dalam nilai tukar rupiah. Sedangkan emiten yang berorientasi secara ekspor akan menerima dampak positif dari kenaikan kurs US$. Nilai tukar rupiah akan dipengaruhi oleh tingkat inflasi yang tinggi.

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli para investor untuk berinvestasi pada instrumen sukuk di Indonesia. 7

Hubungan nilai tukar rupiah tehadap mata uang asing dengan perkembangan instumen sukuk di indonesia diantaranya dapat dilihat melalui

6 Ibid., hlm. 28

7 Wenda Meles Tri Nilasari, “Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Harga Obligasi Syariah Yang Listing di BEI Pada Tahun 2008-2009”, Skripsi, (Malang:

Fakultas Ekonomi UM, 2010), hlm.8 (tidak diterbitkan)

(24)

pendekatan pasaran barang, dimana perubahan pada kurs akan mempengaruhi para emiten atau peusahaan, kemudian akan mempengaruhi pendapatan perusahaan. Pada saat kurs rupiah tedepresiasi maka bahan baku impor atau produk yang memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan. Kejadian ini menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga akan mempengaruhi minat emiten atau perusahaan untuk berinvestasi pada instrumen sukuk korporasi di Indonesia.

Kestabilan kondisi makroekonomi Indonesia sangat mutlak diperlukan bagi perkembangan pasar modal di Indonesia umumnya dan penerbitan sukuk khususnya. Karena akan mempengaruhi keputusan penerbitan sukuk yang dilakukan pemerintah maupun korporasi.

Mengingat masih minimnya kajian sebelumnya terkait sukuk dan hubungannya dengan indikator makroekonomi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut dengan mengambil judul ”Pengaruh Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia Priode 2002-2013”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil rumusan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana Pengaruh Inflasi Terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia Periode 2002-2013?

(25)

b. Bagaimana Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia Periode 2002-2013?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

a. Seberapa besar pengaruh inflasi terhadap perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia periode 2002-2013.

b. Seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah terhadap perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia periode 2002-2013.

2. Kegunaan Penelitian a. Bagi Penulis

Tulisan ini memberikan manfaat bagi penulis berupa pemahaman yang lebih mendalam lagi mengenai sukuk korporasi serta memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Studi Ekonomi Islam.

b. Bagi Investor dan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam melihat perkembangan sukuk korporasi di indonesia.

c. Bagi Keilmuan Ekonomi Islam.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi para pembaca maupun bagi penyusun khususnya.

D. Kontribusi Penelitian

(26)

1. Memberikan pengetahuan mengenai pengaruh inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap perkembangan sukuk korporasi di Indonesia.

2. Memberikan pengetahuan mengenai gambaran umum perkembangan sukuk korporasi di Indonesia.

3. Sebagai referensi bagi penelitian-penelitian selanjutnya, khususnya bagi penelitian mengenai perkembangan sukuk korporasi di Indonesia.

E. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis, maka penulis perlu menyusun sistematika sedemikian rupa sehingga dapat menunjukan hasil penelitian yang baik dan mudah dipahami. Adapun sistematika tersebut adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi dengan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan, kontribusi penelitian dan sistematika penulisan.

2. BAB II LANDASAN TEORITIK DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Bagian ini mengkaji teori yang digunakan dalam penelitian untuk mengembangkan hipotesis dan menjelaskan fenomena hasil penelitian sebelumnya.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan setting penelitian, desain penelitian, jenis dan sumber data populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, variabel-

(27)

variabel penelitian, instrumen penelitian (uji validitas dan reliabilitas) dan teknik analisis data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini terdiri dari: gambaran umum obyek penelitian, karakteristik responden, data deskriptif, analisis data (disesuaikan dengan teknik analisis yang digunakan), hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian.

5. BAB V KESIMPULAN

Bab ini terdiri dari: kesimpulan yang menunjukan keberhasilan tujuan dari penelitian. Saran-saran yang berisi keterbatasan dari penelitian yang telah dilakukan dan saran bagi penelitian yang akan datang.

6. DAFTAR PUSTAKA 7. LAMPIRAN-LAMPIRAN

(28)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Penelitian Terdahulu

Wenda Meles Tri Nilasari dari Universitas Malang Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia Terhadap Harga Obligasi Syariah Yang Listing Di BEI Pada Tahun 2008-2009”, menganalisis;

1. Pengaruh inflasi terhadap harga obligasi syariah yang listing di BEI tahun 2008-2009.

2. Pengaruh tingkat suku bunga terhadap harga obligasi syariah yang listing di BEI tahun 2008-2009.

3. Pengaruh inflasi terhadap tingkat suku bunga Bank Indonesia tahun 2008-2009.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi tidak berpengaruh terhadap harga obligasi syariah yang listing di BEI tahun 2008- 2009, tingkat suku bunga SBI tidak berpengaruh terhadap harga obligasi syariah yang listing di BEI tahun 2008-2009 dan inflasi berpengaruh terhadap tingkat suku bunga SBI tahun 2008-2009.8

Ayu Afsari dari Fakultas Ekonomi Universitas Sumatra Utara 2012, dalam skripsinya yang berjudul “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi obligasi syariah (sukuk) di Indonesia sampai dengan tahun 2011”,

8 Wenda Meles Tri Nilasari, op.cit, hlm.80

(29)

menunjukan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia adalah peran aktif pemerintah yang masih belum maksimal dalam mendukung obligasi syariah ini sehingga secara otomatis mempengaruhi faktor-faktor lainya.9

Nina Wanda dari Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan dengan judul skripsi ”Aspek Hukum Obligasi Syariah Sebagai Instrumen Pasar Modal Syariah”, dalam skripsinya ini menguraikan pengertian, sejarah dan jenis-jenis obligasi syariah. Pengaturan obligasi syariah, pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan obligasi syariah, penerapan prinsip syariah dalam pelaksanaan obligasi syariah, bentuk pelaksanaan akad dan mekanisme dalam investasi obligasi syariah dan perlindungan hukum terhadap investor dalam investasi melalui obligasi syariah.

Dicky Ageng Prasetio dari Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013 dengan judul skripsi “Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker”, Variabel ekonomi makro yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Kurs Rupiah dan BI Rate bahwa Secara simultan, variabel independen yaitu Inflasi, jumlah uang beredar, kurs Rupiah dan BI Rate berpengaruh secara signifikan terhadap fee ijarah default sukuk. Secara parsial, variabel independen yang mempengaruhi fee ijarah default sukuk adalah Inflasi dan Jumlah Uang Beredar.10

9 Ayu Afsari, op.cit, hlm.6

10 Dicky Ageng Prasetio, “Analisis Faktor-faktor Makro Ekonomi Yang Mempengaruhi Fee Ijarah Default Sukuk PT Berlian Laju Tanker”, Skripsi, (Jakarta: Fakultas Ekonomi Dan

(30)

Dari penelitian-penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan penulis lakukan;

penelitian ini berbeda dengan penelitian Wenda Meles Tri Nilasari ia menganalisis variabel makroekonomi berupa inflasi dan tingkat suku bunga terhadap harga obligasi syariah yang listing di BEI tahun 2008-2009, kemudian penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Ayu Afsari ia menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi obligasi syariah (sukuk) di indonesia dalam penelitiannya faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan obligasi syariah (sukuk) di Indonesia adalah peran aktif pemerintah yang masih belum maksimal dalam mendukung obligasi syariah.

kemudian penelitian yang dilakukan oleh Nina Wanda juga berbeda dalam penelitiannya ia menganalisis aspek hukum obligasi syariah sebagai instrumen pasar modal syariah, dan berikutnya penelitian dicky Ageng Prasetio ia menganalisis faktor-faktor makroekonomi yang mempengaruhi fee ijarah default sukuk PT berlian laju tengker dalam penelitiannya variabel makroekonomi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Kurs Rupiah dan BI Rate.

Dari ke empat penelitian tersebut tentu sangat berbeda sedangakan penelitian yang akan penulis lakukan adalah menganalisis faktor-faktor apa saja dapat yang mempengaruhi perkembangan sukuk di Indonesia yaitu berupa variabel makroekonomi yang berupa inflasi dan nilai tukar rupiah

Bisnis Jurusan Manajemen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2013, hlm. 10

(31)

terhadap perkembangan sukuk korporasi di Indonesia priode 2002-2013 yang tidak dibahas dalam penelitian-penelitian terdahulu.

B. Teori Pasar Modal

1. Pengertian pasar modal

Secara formal pasar modal dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authoritie, maupun perusahaan swasta. Dengan demikian pasar modal merupakan konsep yang lebih konsep yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial market, diperdagangkan semua bemtuk hutang dan modal sendiri, baik dana jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiabel atupun tidak.11

Pasar modal merupakan bagian integral dari suatu sistem keuangan. Istilah pasar biasanya menggunakan kata bursa, exchange, dan market. Sementara untuk istilah modal sering digunakan kata efek, scurities, stok. Secara umum, pasar modal dalam arti sempit dipahami suatu tempat yang terorganisasi di mana efek-efek diperdagangkan yang disebit bursa efek. Bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisasi yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-

11 Suad Husnan, Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Anlisis Sekuritas Edisii Keempat, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2009), hlm. 3

(32)

wakilnya. Fungsi bursa efek ini antara lain menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran.12

Definisi pasar modal dalam arti luas adalah pasar konkret atau abstrak yang mempertemukan pihak yang menawarkan dan yang memerlukan dana jangka menengah dan panjang, yaitu jangka satu tahun ke atas. Pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dan permintaan surat berharga. Di tempat inilah para pelaku pasar yang punya kelebihan dana (investor) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Pihak emiten yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal. Emiten adalah badan usaha (perseroan terbatas) yang menerbitkan saham untuk menambah modal atau menerbitkan obligasi untuk mendapatkan dana dari para investor di bursa efek.13

Dengan demikian secara umum dapat dipahami bahwa pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang membutuhkan modal (emiten) dan pihak yang memiliki modal (investor) untuk melakukan transaksi dalam rangka penggunaan modal tersebut.

12 Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah Di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 82

13 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan Edisi 1, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2008), hlm. 133

(33)

2. Fungsi Pasar Modal

Dalam dunia modern, pasar modal memiliki peran yang strategis bagi penguatan ekonomi suatu negara. Fungsi pasar modal adalah sebagai berikut:14

1) Sebagai sumber penghimpun dana 2) Sebagai alternatif investasi para pemodal 3) Biaya penghimpunan dana relatif rendah 4) Mendorong perkembangan investasi 3. Instrumen Pasar

Instrumen pasar modal yang diperdagangkan berbentuk surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik instrumen pasar modal bersifat kepemilikan atau bersifat utang.

Instrumen kepemilikan yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan yang bersifat utang diwujudkan dalam bentuk obligasi.15

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pasar Modal Secara rinci faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pasar modal adalah:16

1) Supply sekuritas

Faktor ini berarti harus banyak perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.

14 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 569

15 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Raja Grafindo Pustaka, 2012), hlm. 185

16 Suad Husnan, Dasar-dasar Teori Portofolio; hlm. 8

(34)

2) Demand sekuritas

Faktor ini berarti bahwa harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan.

3) Kondisi politik dan ekonomi

Faktor ini akhirnya akan mempengaruhi supply dan demand akan sekuritas. Kondisi politik yang stabil akan ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi supply dan demand.

4) Masalah hukum dan peraturan

Pembelian sekuritas pada dasarnya mengandalkan diri pada informasi yang disediakan oleh perusahaan-perusahaan yang menerbitkan sekuritas. Peraturan yang melindungi pemodal dari informasi yang tidak benar menjadi mutlak diperlukan.

5) Keberadaan lembaga yang mengatur dan mengawasi kegiatan pasar modal dan berbagai lembaga yang memungkinkan dilakukan transaksi secara efisien.

5. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

(35)

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:17

Tabel 2.1

Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Desembe

r 1912

Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda

1914- 1918

Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 1925-

1942

Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya

Awal tahun 1939

Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup

1942- 1952

Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II 1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin

tidak aktif 1956-

1977

Perdagangan di Bursa Efek vakum 10

Agustus

Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal).

17 Ibid. hlm. 13

(36)

1977 Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal.

Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara

1977- 1987

Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal

1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia

1988- 1990

Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat

2 Juni 1988

Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer

Desembe r 1988

Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal

16 Juni 1989

Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya 13 Juli

1992

Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ

22 Mei 1995

Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading System)

10 Nov 1995

Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996

1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai

diaplikasikan di pasar modal Indonesia

2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)

2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)

02 Maret 2009

Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia

(37)

6. Signaling Theory

Signalling theory menjelaskan bahwa signal-signal yang timbul dari informasi baik yang berasal dari eksternal perusahaan (demo buruh, inflasi bencana alam dan lain-lain) maupun internal perusahaan (kebijakan-kebijakan manajemen) secara langsung akan berpengaruh pada pergerakan perkembangan pasar modal dan perusahaan terkait.18

Dalam pasar modal yang efisien, investor tidak dapat hanya mengandalkan analisis teknikal untuk mendapatkan keuntungan. Namun juga harus mampu mengetahui peristiwa-peristiwa besar maupun kecil yang mungkin nantinya akan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap pasar modal. Di dalam pasar yang efisien ini investor dituntut untuk mengetahui peristiwa-peristiwa ekonomi maupun non- ekonomi yang meliputi peristiwa politik, sosial, budaya, dan juga yang dapat mengganggu stabilitas nasional negara.

Signalling theory memiliki prinsip bahwa setiap tindakan mengandung informasi. Informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi.19 Ketika informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan menganalisis informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Selanjutnya pasar akan

18 Jogianto, Portofolio dan Analisis Investasi, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 2003) hlm. 410

19 Mamduh M. Hanafi, Manajemen Keuangan; hlm. 314

(38)

bereaksi sesuai dengan signal yang diterima dan mengakibatkan perubahan harga, volume perdagangan dan abnormal return.

Informasi berupa laporan keuangan, kondisi keuangan maupun sosial politik dan kondisi ekonomi tentu akan dipertimbangan oleh para pelaku pasar. Informasi makroekonomi dalam hal ini seperti inflasi, nilai tukar mata uang dan perubahan tigkat bunga suatu negara dapat menjadi sinyal bagi pihak diluar perusahaan, terutama pihak investor. Peristiwa ekonomi cenderung dianggap sebagai sinyal buruk karena berpengaruh terhadap stabilitas perkembangan pasar modal.

C. Pasar Modal Syariah

Sebagai negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam, indonesia memiliki potensi yang besar untuk dapat mengembangkan kegiatan ekonomi syariah temasuk pasar modal berbasis integrasi produk syariah.

Disamping itu, aliran dana dari negara-negara muslim yang siap ditempatkan pada instrumen keuangan syariah juga merupakan potensi yang sangat besar bagi pasar modal. Adapun dari sisi penawaran, banyak pula perusahaan yang membutuhkan dana menawarkan produk pasar modal berbasis syariah.

Sejalan dengan pengembangan pasar modal indonesia secara umum, pasar modal yang berbasis syariah di yakini dapat menjadi salah satu pilar kekuatan industri pasar modal indonesia.20

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan prinsip-prinsip syariah, setiap transaksi perdagangan surat berharga di pasar

20 Andri Soemitra, Masa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia; hlm.81

(39)

modal dilaksanakan sesuai dengan ketentuan syariah islam.21. Pasar modal syariah merupakan kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.22

Berdasarkan definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Pasar Modal (UUPM) yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah

Usaha yang tidak dapat memasukkan emitennya ke dalam pasar modal syariah adalah usaha yang bertentangan dengan syariat islam, seperti:23

1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

2. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan konvensional dan asuransi konvensiona.

21 Adrian Sutedi, Pasar Modal Syariah: Sarana Investasi keuangan berdasarkan prinsip syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 29

22Ahmad Ifham Sholihin, Buku Pintar Ekonomi Syariah, (Jakarta:PT Gramedia, 2010), hlm. 351

23 Abdul Manan, Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariah Indonesia,(Jakarta: Kencana, 2009), hlm. 81

(40)

3. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram.

4. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan menyediakan barang atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

Sedangkan jenis efek syariah yang disebutkan dalam pasal 4 fatwa DSM-MUI Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 sebagai berikut:

1. Efek Syariah mencakup Saham Syariah, Obligasi Syariah, Reksadana Syariah, Kontrak Investasi Kolektif Beragun Aset (KIK EBA), dan surat berharga lainnya yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

2. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria sebagaimana yang tercantum dalam pasal 3, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa.

3. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

4. Reksa Dana Syariah adalah reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta dengan manajer investasi, begitu pula pengelolaan dana investasi sebagai wakil pemilik harta, maupun antara Manajer Investasi sebagai wakil pemilik harta.

(41)

5. Efek Beragun Aset Syariah adalah efek yang diterbitkan oleh kontrak investasi kolektif EBA syariah yang portofolionya terdiri dari aset keuangan berupa tagihan yang timbul di kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.

6. Surat berharga komersial syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip- prinsip syariah.

Untuk transaksi efek yang telah diatur dalam pasal 5 Fata DSN-MUI Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 adalah sebagai berikut:24

1) Pelaksanaan trnasaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian seta tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kedzaliman.

2) Tindakan spekulasi transaksi yang mengandung unsur dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kedzaliman sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diatas meliputi:

a) Najsy yaitu melaksanakan penawaran palsu

b) Bai’ al-ma’dum, yaitu melakukan penjualan atas barang (efek syariah) yang belum dimiliki (short selling).

c) Insider trading, yaitu memakai informasi orang dalam untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilarang.

24 Ibid., hlm. 85

(42)

d) Menimbulkan informasi yang menyesatkan

e) Margin trading, yaitu melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman berbasis bunga atas kewajiban menyelsesaikan pembelian efek syariah tersebut.

f) Ihtikaf (penimbunan), yaitu melakukan pembelian atau dan pengumpulan suatu efek syariah untuk menyebabkan perubahan harga efek syariah, dengan tujuan mempengaruhi pihak lain

Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa pelaksanaan transaksi jualbeli Efek Syariah harus dilakukan dengan mengikuti prinsip kehati- hatian menghindari spekulasi dan manipilasi yand didalamnya mengandung unsur dharar (merugikan), gharar (penipuan), riba, maisir (judi), risywah (suap-menyuap), maksiat dan kedzaliman.

D. Sukuk

1. Pengertian Sukuk

Sukuk merupakan salah satu instrumen keuangan syariah yang baru muncul di Indonesia pada tahun 2002 istilah baru yang dikenalkan sebagai pengganti dari istilah obligasi syariah (Islamic Bonds). Sukuk merupakan bentuk jamak dari kata saak yang memiliki arti sama dengan sertifikat atau note. Kata kata saak, sukuk dan sakaik dapat ditelusuri dengan mudah pada literatur Islam komersial klasik. Kata-kata tersebut terutama secara umum digunakan untuk perdagangan internasional di wilayah muslim pada abad pertengahan, bersamaan dengan kata-kata hawalah (menggambarkan transfer/pengiriman uang dan mudarabah

(43)

(kegiatan bisnis persekutuan) akan tetapi, sejumlah penulis barat tentang sejarah perdagangan Islam/Arab abad pertengahan memberikan kesimpulan bahwa kata sakk merupakan kata dari suara latin “cheque” atau

Check” yang biasanya digunakan pada perbankan kontemporer.25

Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN- MUI/IX/2002, sukuk merupakan suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.26

Pada prinsipnya sukuk adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang ditererbitkan berdasarkan suatu transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction), yang dapat berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah atau yang lain.27

2. Karakteristik Sukuk

25 Nurul Huda dan Mustafa Edwan Nasutio, Investasi pada Pasar Modal Syariah, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm.136

26 Ibid., hlm. 87

27 Mustafa Edwin Nasution, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam,(Jakarta: Kencana, 2006), hlm 304

(44)

Sukuk yang sudah mengadaptasi nilai-nilai syariah memiliki sejumlah karakteristik unik dibandingkan dengan instrumen investasi lainya, yaitu: 28

a. Merupakan bukti kepemilikan atas aset, hak manfaat, jasa atau kegiatan investasi tertentu.

b. Pendapatan kompetitif yang diberikan berupa imbalan, margin, atau bagi hasil sesuai jenis akad yang digunakan dalam penerbitan.

c. Dapat diperjualbelikan di pasar sekunder (khususnya sukuk ijarah) sehingga berpotensi mendapatkan capital gain, terbebas dari unsur riba, gharar, dan maisir.

d. Memerlukan adanya underlying asset penerbitan.

e. Penggunaan proceeds (dana hasil penerbitan sukuk) harus sesui prinsip syariah.

Perbedaan pokok antara sukuk dan obligasi konvensional terletak pada konsep imbalan atau bagi hasil dan adanya transaksi pendukung (underlying transaction) berupa akad atau perjanjian antara pihak yang disusun berdasarkan prinsip syariah.

Secara sederhana perbedaan obligasi konvensional dengan sukuk dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2

Perbandingan Sukuk dengan Obligasi Konvensional

Deskripsi Sukuk Obligasi

28 Andri Soemitra, Maasa Depan Pasar Modal Syariah di Indonesia; hlm.130

(45)

konvensional Penerbit Pemerintah, korporasi Pemerintah, korporasi Sifat Instrumen Sertefikat

kepemilikan/penyertaan atas suatu aset

Instrumen pengakuan utang

Penghasil Imbalan, bagi hasil, margin

Bunga kupon, capital gain

Jangka waktu Panjang Menengah-panjang

Underlying asset Perlu Tidak perlu

Price Market price Market price

Investor Islami, konvensional Konvensional Penggunaan dan

hasil penerbitan

Harus sesuai syariah Bebas

Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah

3. Jenis-jenis Sukuk

Berdasarkan jenis akadnya, sukuk dibedakan menjadi enam macam sebagai berikut:29

a. Sukuk Ijarah

Sukuk Ijarah adalah sekuritas yang mewakili kepemilikan aset yang keberadaannya jelas dan diketahui, yang melekat pada suatu kontrak sewa beli (lease), sewa dimana pembayaran return pada pemegang sukuk. Sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad ijara dimana satu pihak bertindak sendiri atau melalui wakilnya menjual atau menyewakan hak manfaat atas suatu aset kepada pihak berdasarkan harga dan periode yang sepakati tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan aset itu sendiri.

b. Sukuk Mudharabah

29 Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Mediakita, 2011), hlm.136

(46)

Sukuk Mudharabah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditangung sepenuhnya oleh pihak yang menyedia modal.

c. Sukuk Murabahah

Sukuk Murabahah adalah surat berharga yang berisi akad murabahah dimana keduanya bersepakat soal harga perolehan dan keuntungan (margin). Dengan memberi tahu harga pembelian dan keuntungan yang ingin diperoleh dari penjualan harga tersebut. Penerbit wajib memberikan pendapatan berupa bagi hasil dari margin keuntungan kepada pemilik dana dan membayar kembali dana pokok pada saat jatuh tempo.

d. Sukuk Musyarakah

Sukuk musyarakah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian akad musyarokah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, menggembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal masing-masing pihak.

e. Sukuk Istishna’

(47)

Sukuk Istishna’ adalah sukuk yang ditebitkan berdasarkan perjanjian atau akad istisna dimana para piihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan.

f. Sukuk Salam

Sukuk salam adalah surat berharga yang berisi akad salam.

Penerbit obligasi wajib memberikan pendapatan berupa bagi hasil dari margin keuntungan kepada pemilik dana dan membayar kembali dana pokok pada saat jatuh tempo.

4. Sumber Hukum Sukuk

Landasan syariah yang digunakan oleh para penerbit (issuer) baik itu sukuk negara ataupun sukuk korporasi (Fatwa DSN MUI) adalah didasarkan pada .

1.

Al-Quran Surat al-Ma’idah / 5: 1

...ِدْوُقُعْلاِب اْوُفْوَا اْوُنَمَا َنْيِذَلا اَهَيَااَي

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-akad itu...”

(Quran Surat al-Ma’idah (5): 1) 2. Al-Quran Surat al-Isra’ /17: 34

ً لْوُئْسَم َن اَكَدْهَعْلا َنِا ,ِدْهَعْل اِب اْوُفْوَاَو...

Artinya:

“... dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertamggungan jawabnya.” (Quran Surat al-Isra’(17): 34)

3. Al-Quran Surat al-Baqarah / 2:275

(48)

يِذَلا ُموُقَياَمَك َلِا َنْوُمْوُقَيَل اَبَرلا َنْوُلُكْاَي َنْيِذَلا

َنِم ُناَطْي َشلا ُهُطَبَخَتَي

َلَحَاَو ,اَبَرل ُلْثِم ُعْيَبلْا اَمَنِا اوُل اَق ْمُهَنَاِب َكِلَذ ,َسَمْلا اَبَرلااَمَرَحَو َعْيَبْلا ُهللا اَم ُهَلَف ىَهَتْن اَف ِهّبَر ْنِمُةَظَعْوَم ُهَءاَج ْنَمَف ,

ْنَمَو ,هِللا ىَلِا هُرْمَاَو ,َفَلَس ...َنْو ُدِل اَخ اَهْيِف ْمُهِر اَنلا ُب اَحْصَا َكِئَلِوْاَفَد اَع

Artinya:

“Orang-orang uang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhanya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan), dan urusanya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka kekal didalamnya.” (Quran surat al-baqarah /2::

275)

4. Hadist Nabi riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:

ً ل َلَح َم َرَََح اًحْلُص َلِا َنْيِمِلْسَمْلا َنْيَبٌزِئ اَج ُحْلُصلَا اًماَرَح َلَحَاْوَا

َل َلَح َمَرَحاَََط َر َََش ِ َلِا ْمِهِطوُرُش ىَلَع َنوُمِلْسَمْلاَو اَماَرَح َلَحَاْوَا .

Artinya:

“perjanjian boleh dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram, dan kaum muslimin terkait dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”(HR. Imam al-Tirmidzi).30

30 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 45

(49)

5. Proses Penerbitan Sukuk

Sukuk yang diterbitkan dalam keuangan nasional terdiri dari sukuk yang diterbitkan oleh pihak swasta yaitu sukuk korporasi dan sukuk yang ditrbitkan oleh pemerintah yaitu sukuk negara.

Penerbitan sukuk pada perinsipnya tidak jauh berbeda dengan obligasi konvensional, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:31

Gambar 2.1

Proses Penerbitan Umum Sukuk

Dana Dana

Bagi Hasil & Pembayaran Pokok

Sumber: Andri Soemitra (2014)

Berdasarkan gambar 2.1 maka dapat dijelaskan lamgkah-langkah umum untuk menerbitkan obligasi syariah sebagai berikut:

1. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah kepada underwriter (wakil dari emiten).

2. Underwriter melakukan penawaran kepada investor.

31 Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution, Investasi Pada Pasar Modal Syariah; hlm.90

(50)

3. Bila investor tertarik maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalu underwriter.

4. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada investor.

6. Resiko Sukuk

Secara umum, risiko pada sukuk mirip dengan risiko obligasi konvensional karena keduanya merupakan instrumen pada pasar modal.

Resiko-resiko yang dihadapi investor sukuk sebagai berikut:32 a. Resiko Tingkat Pengembalian (Rate of Return Risk)

Resiko tingkat pengembalian ada pada semua tipe sukuk dengan pengembalian tetap (fixed rate). Imbal hasil yang mengacu pada LIBOR atau benchmark konvensional lainnya membuat return pada sukuk dipengaruhi suku bunga. Sedangkan pada akad mudharabah, imbal hasil sangat bergantung pada kinerja perusahaan yang dapat naik dan turun.

b. Resiko Kredit (Credit Risk)

Resiko kredit pada sukuk ijarah dihadapi oleh investor disebabkan kegagalan pembayaran (default) atas sewa underlying asset.

Kecenderungan default menjadi lebih besar karena mekanisme penjadwalan ulang atas hutang dengan imbal hasil/suku bunga lebih tinggi tidak diperbolehkan dalam hukum Islam. Resiko kredit pada sukuk harus dinilai secara independen khususnya jika pemberi

32 Muhammad Nafik Hadi Ryandono, Bursa Efek dan Investasi Syariah (Surabaya:

Cahaya Amanah, 2008), 356

(51)

pinjaman memiliki alternatif penggantian lain ketika underlying asset tidak dapat menutupi kerugian yang terjadi.

c. Resiko Nilai Tukar (Foreign Exchange Rate Risk)

Resiko nilai tukar dapat terjadi jika return atas pengelolaan underlying asset diberikan dalam mata uang asing. Penerbit dapat menghitung dan memberikan jaminan atas resiko tersebut dalam rangka melindungi investor dari pergerakan nilai tukar.

d. Resiko Tingkat Harga (Price/Collateral Risk)

Resiko tingkat harga terjadi ketika spesifikasi aset yang tercermin pada nilai penerbitan sukuk yang diajukan berbeda dengan nilai pasar sesungguhnya dan laporan atas nilai underlying asset. Sukuk ijarah paling rentan menghadapi resiko ini karena aset yang disewakan dapat mengalami depresiasi hingga dibawah harga pasar. Pengelolaan yang baik atas aset menjadi faktor penting dalam menghadapi resiko ini.

e. Resiko Likuiditas (Liquidity Risk)

Pertumbuhan pasar sekunder yang lambat membuat investor sukuk menghadapi resiko likuditas. Kecenderungan membeli dan menahan (buy and hold) pada mayoritas investor sukuk membuat mekanisme transfer kepemilikan sukuk tidak efisien. Hal ini terjadi pula pada Sukuk Salam, dimana aset yang mewadahi kontrak merupakan komoditas pertanian. Sehingga perdagangan pada sekuritas tersebut menimbulkan unsur spekulasi. Zero Coupon Sukuk seperti Sukuk

Gambar

Tabel IV.1
Tabel IV.2
Tabel IV.3
Tabel IV.6
+4

Referensi

Dokumen terkait

10 Perbedaan penelitian ini dengan yang akan dilakukan oleh peneliti terletak pada subyeknya, pada penelitian Iqbal Fauzi meneliti tentang strategi pengembangan

Terjadinya kredit bermaslah pada UEK – SP Air Hitam Gemilang tentu banyak faktor yang menyebabkan, berdasarkan wawancara penulis lakukan dengan pihak UEK – SP

Agar permasalahan penelitian ini menjadi lebih spesifik, maka penulis melakukan pembatasan masalah, dimana penelitian ini memfokuskan pada pengaruh inovasi produk yang

Penelitian-penelitian di atas tentunya berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Ada 3 perbedaan mendasar penelitian ini dengan penelitian sebelumnya: 1)

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1 Implementasi pengurangan penghasilan kena pajak bagi yang membayar zakat dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dengan pedagang pakaian dipasar Kota Terpadu Mandiri Lagita Ketahun dapat disimpulkan bahwa minat pedagang masih kurang bahkan tidak berminat

Perbedaan harga sebelum cuci gudang dengan harga pada saat cuci gudang Wawancara dengan Adel, menyebutkan bahwa penjualan pada waktu cuci gudang dengan penjualan waktu cuci gudang,

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek gadai masyarakat di Desa Bukit Harapan ialah pemberi gadai rahin menyerahkan barang jaminan gadai marhun kepada penerima gadai