BUKUJAWABANTUGASMATAKULIAH TUGAS 2
NamaMahasiswa : ACHMAD UBAIDILLAH MAHMUD
NomorIndukMahasiswa/NIM : 050743881
Kode/NamaMataKuliah. :HKUM4210/HukumLingkungan
Kode/NamaUTDaerah :71/Surabaya
MasaUjian :2024/2025Ganjil(2024.2)
.KEMENTERIANPENDIDIKAN,KEBUDAYAAN,RISET,DANTEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
Tugastmk2hukumlingkungan
1. A.RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup) adalah sebuah dokumen perencanaan yang memuat upaya-upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam suatu wilayah tertentu. RPPLH disusun untuk memastikan bahwa pembangunan dan aktivitas di wilayah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kelestarianlingkungansertamemenuhistandarlingkunganyangberlaku.RPPLHberfungsi sebagai panduan dalam mengelola dan melindungi lingkungan hidup melalui berbagai kebijakan, strategi, dan langkah-langkah konkret yang perlu dilaksanakan.
Penyusunan RPPLH biasanya dilakukan oleh pemerintah daerah, baik di tingkat provinsi maupunkabupaten/kota,sesuaidengankewenangannya.Prosesinimelibatkankoordinasi antara instansi pemerintah terkait, serta masyarakat dan pihak-pihak lain yang berkepentingandengankondisilingkungandiwilayahtersebut.Pemerintahpusat,melalui kementerianterkait,jugadapatmemberikanpanduandanpersyaratanuntukpenyusunan RPPLH.
Secaraumum,instansiyangberwenangdalammenyusunRPPLHadalah:
1. Pemerintah Daerah (provinsi atau kabupaten/kota), dengan melibatkan Dinas Lingkungan Hidup dan lembaga terkait lainnya.
2. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan(KLHK) berperan dalam memberikan kebijakan nasional serta koordinasi terkait RPPLH di tingkat provinsi atau kabupaten/kota.
Proses penyusunan RPPLH juga melibatkan partisipasi publik untuk memastikan bahwa rencana tersebut mencerminkan kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat.
B.AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dan UKL-UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan) keduanya adalah instrumen dalam pengelolaanlingkunganhidupdiIndonesia,namunmerekamemilikitujuandanskalayang berbeda.
1. AMDAL
Tujuan: Untuk menganalisis dan mengevaluasi dampak lingkungan yang signifikan dari suatu kegiatan atau proyek yang direncanakan.
Kewajiban: Biasanya diterapkan pada proyek dengan potensi dampak lingkungan yang besar, seperti industri besar, proyek pembangunan infrastruktur, pertambangan, dan sebagainya.
Proses:Prosesnyamelibatkanpenyusunandokumenanalisisdampakyangmemadai,yang harus disetujui oleh Kementerian Lingkungan Hidup atau instansi terkait.
Dokumen: Laporan AMDAL yang mencakup kajian mengenai dampak lingkungan yang mungkin timbul, serta upaya mitigasi dan pemantauan yang diperlukan.
2. UKL-UPL:
Tujuan: Untuk merencanakan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan pada kegiatan yang memiliki dampak lingkungan kecil atau tidak signifikan.
Kewajiban: Biasanya diterapkan pada proyek dengan skala lebih kecil atau dampak yang lebihterbatas,sepertipembangunanfasilitaskecil,industrimenengah,atauproyek-proyek yang sudah memiliki protokol pengelolaan lingkungan yang standar.
Proses: Prosedurnya lebih sederhana dibandingkan AMDAL, cukup dengan penyusunan dokumen UKL-UPL yang berisi rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan.
Dokumen:DokumenUKL-UPLberisirencanadanlangkah-langkahyangakandiambiluntuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, serta mekanisme pemantauan.
Perbedaanutama:
AMDAL lebih kompleks dan diperlukan untuk proyek dengan dampak lingkungan besar, sedangkan UKL-UPL digunakan untuk kegiatan dengan dampak yang lebih kecil dan lebih sederhana dalam pengelolaannya.
C.Dalam PP No. 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, kegiatan yang dikecualikan dari kewajiban untuk memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) adalah kegiatan yang tidak diperkirakan memberikan dampak besar terhadap lingkungan. Beberapa kriteria kegiatan yang dikecualikan dari kewajiban AMDAL antara lain:
1. Jenis Kegiatan yang Tidak Menyebabkan Dampak Besar dan Menyeluruh Kegiatan yang skalanya kecil, terbatas, dan tidak menimbulkan dampak yang signifikan terhadap lingkungan hidup. Ini termasuk kegiatan dengan potensi dampak yang dapat dikendalikan dan tidak menyebabkan kerusakan lingkungan yang luas.
2. Kegiatan yang Telah Memiliki Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kegiatan yang sudahdinilaidalamKajianLingkungan HidupStrategis(KLHS)padatingkatperencanaandan kebijakan yang relevan.
3. KegiatanyangMenggunakanSistemPenyaringDampak(SistemScreening)Kegiatanyang diidentifikasi sebagai tidak memerlukan AMDAL berdasarkan sistem penyaring dampak yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
4. Kegiatan yang Tertentu dan Menggunakan Teknologi Ramah Lingkungan Beberapa jenis kegiatan dengan teknologi terbaru yang ramah lingkungan dan tidak berpotensi menimbulkan dampak besar.
Kegiatanyang dikecualikandariAMDALiniumumnyaakandilakukanpenilaianlingkungan melalui mekanisme lain seperti Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
Lebihjelasnya,detailkegiatanyangdikecualikandapatdilihatpadaLampirandariPPNo.22 Tahun 2021 yang memuat daftar kegiatan tertentu dan kriteria pengecualian tersebut.
D.Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang memiliki kewenangan untuk melakukan penilaian terhadap dokumenAmdal(AnalisisMengenaiDampakLingkungan)adalahKomisiPenilai
AMDAL.Komisi ini dibentuk oleh Pemerintah Daerahdi tingkat provinsi atau kabupaten/kota, sesuai dengan kewenangan yang berlaku.
Selain itu, Badan Lingkungan Hidup Provinsi atau Kabupaten/Kota (BLH) juga berperan dalam melakukan pengawasan dan memberikan rekomendasi terkait Amdal. Meskipun begitu, proses penilaian Amdal dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk masyarakat, ahli, dan instansi terkait lainnya, untuk memastikan bahwa analisis dampak lingkungan dilakukan secara objektif dan menyeluruh.
Jadi, secara keseluruhan, penilaian Amdal dilakukan oleh Komisi Penilai AMDAL yang ditunjuk oleh pemerintah daerah, dengan rekomendasi dan evaluasi dari berbagai pihak terkait.
2. A.Berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, yang mengatur tentang perizinan berusaha, perusahaan dapat menghadapi gugatan administrasi, meskipun tidak secara langsung disebutkan dalam peraturan tersebut. Namun, dalam praktik hukum, ada beberapa poin yang dapat diambil untuk menjawab pertanyaan ini:
1. GugatanAdministrasiterhadapKeputusanAdministratifPerizinanberusahaadalahhasil dari keputusan administratif yang dikeluarkan oleh pemerintah atau instansi yang berwenang.
Jika perusahaan merasa keputusan terkait perizinan berusaha tersebut tidak sesuai dengan ketentuan hukum atau merugikan pihak tertentu, maka secara teori bisa diajukan gugatan administratif. Gugatan ini biasanya diajukan ke Pengadilan Tata Usaha Negara(PTUN)sesuaidenganketentuandalamUndang-UndangNo.5Tahun1986tentang Peradilan Tata Usaha Negara (sebelum diubah oleh UU No. 51 Tahun 2009).
2. Prosedur Penyelesaian Sengketa Sebelum mengajukan gugatan administrasi ke PTUN, seseorangatauperusahaanyangmerasadirugikanolehkeputusanperizinanberusahajuga dapat mengajukan banding atau keberatan ke instansi yang mengeluarkan izin tersebut, sesuai dengan prosedur yang diatur dalam peraturan yang berlaku. Hal ini sejalan dengan semangatUndang-UndangCiptaKerjayangmengutamakanpenyelesaiansengketamelalui mekanisme administratif terlebih dahulu.
3. Tindak Lanjut dari GugatanJika penyelesaian administratif tidak memberikan hasil yang memadai, maka gugatan administrasi dapat diajukan ke PTUN. PTUN akan memeriksa apakah keputusan yang diambil oleh pejabat administratif tersebut sah atau tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
PendapatsayaPerusahaandapatmengajukangugatanadministrasijikamerasakeputusan terkaitperizinanberusahatersebuttidaksesuaidenganketentuanhukumataumerugikan perusahaan. Gugatan ini dapat diajukan melalui jalur PTUN, namun terlebih dahulu perusahaan harus mengikuti prosedur penyelesaian sengketa administratif yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B.Menurutsaya sudahdi beri tegurankerasKementerian Lingkungan Hidup danKehutanan telah memberikan sanksi administratif berupa paksaan
pemerintah kepada Pertamina Refinery Unit V di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada 30 April 2018. Kalangan organisasi masyarakat sipil meminta KLHK maupun Pertamina, transparan dalampelaksanaan dan pengawasan sanksi itu.
C. Jika sanksi administrasi tidak dijalankan sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 2 Tahun 2013, hal ini dapat mengarah pada pelanggaran yang berkelanjutan, merusak upaya perlindungan lingkungan, dan menciptakan ketidakadilan bagi pihak yang mematuhi aturan. Peraturan tersebut dirancang untuk memastikan kepatuhan terhadap pengelolaanlingkungan,dankegagalandalampenerapannyadapat menurunkanefektivitas regulasi,sertameningkatkanpotensikerusakanlingkunganyang lebihbesardimasadepan.