Tesis berjudul “Tawâdhu’ dalam Perspektif Tafsir al-Jailânî oleh Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî” oleh Wasilah Nur Kamilah dengan NIM 13210558 diujikan pada sidang Munaqasyah Fakultas Usuluddin, Lembaga Ilmu Al-Quran. IIQ) Jakarta pada Agustus 2017. Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul "Tawâdhu' dalam perspektif tafsir Al-Jailânî oleh Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî" adalah benar-benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan.
بٰ َتيكۡلٱ
Al-Qur'an adalah mukjizat abadi yang tidak terbatas pada dimensi ruang dan waktu dan tidak ada keraguan sedikit pun tentangnya.
ينيميل ۡسُمۡليل٨٩
أيبَمُهَرۡج َ
يفَِ يشۡمَت َ
يضرۡ َ ۡ لۡٱ
لاَبي لۡٱ ۡ
Identifikasi dan Perumusan Masalah
- Identifikasi Permasalahan
- Pembatasan Masalah
- Perumusan Masalah
Bagaimana Syeikh Abdul Qâdir al-Jailânî menafsirkan ayat-ayat tentang tawâdhu’ dalam al-Quran. Batasan masalah penelitian ini adalah tentang tawâdhu’ menurut al-Qur’an dalam tafsir Al-Jailânî oleh Syeikh Abdul Qâdir Al-Jailânî.
Kegunaan Penelitian
Tinjauan Pustaka
Pada tahun 2012, referendum tersebut diberi judul “Konsep Tawâdhu” dalam Perspektif Al-Qur’an, dalam Kamus. 11 Maftuhatur Rohmah, "Konsep Tawâdhu' dalam Perspektif Al-Qur'an", Tesis yang diperoleh Program Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta:
Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Teknik pengumpulan data
- Metode Analisis data
Di dalam Al-Qur'an tidak ada kata tawâdhu', namun ada beberapa pengertian yang mengandung arti tawâdhu'. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumenter yaitu melalui pengumpulan berbagai sumber data yang dianggap bersinggungan dengan tema penelitian ini.
Teknik dan Sistematika Penulisan 1. Teknik Penulisan
- Sistematika Penulisan
Kedua, membahas jenis dan syarat tawadhu', ketiga membahas urgensi tawadhu' dalam Al-Qur'an. Hal ini dilakukan karena bab kedua merupakan landasan teori agar penyusunan disertasi dapat terarah dan sistematis, untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang taudhu' dalam Al-Qur'an.
Definisi Tawâdhu’
- Menurut Bahasa
- Menurut Istilah
As-Suhrawardi mengatakan, “Tawâdhu’ menjaga keseimbangan antara sikap luhur (al-Kibr) dan rendah hati (adh-Dhi’ah). Sikap tawadhu terhadap sesama manusia merupakan sifat mulia yang lahir dari kesadaran akan kemahakuasaan Allah SWT.
Macam-Macam dan Syarat-Syarat Tawâdhu’
- Macam-Macam Tawâdhu’
- Syarat-Syarat Tawâdhu’
Oleh karena itu, orang yang berakal harus selalu menghindari tawadhu, yang tercela dalam segala keadaan. Dan tidak ada seorang pun yang tawadhu (rendah hati) demi Allah, kecuali Allah mengangkatnya (tingkatan). (HR Muslim) 29.
كَراَب
Urgensi mengetahui tawâdhu’
Sikap tawadhu' sangat dianjurkan oleh Rasulullah saw karena orang yang melakukan tawadhu' akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT dan juga akan diberikan keutamaan dari Allah SWT. Sebagian ulama mengatakan bahwa “Semua kebaikan ada dalam satu rumah dan kunci pembukanya adalah tawadhu’ sedangkan segala keburukan ada dalam satu rumah dan kunci pembukanya adalah takabur”.
ذوَإِ
Al-Quran mengatakan bahwa kesombongan dan kesombongan adalah penyebab utama penghalang seseorang terhadap kebaikan dan kebenaran.
بۡكَتۡسٱ
١٢ َلاَق
إ َنيِّ
يَسۡجُدُونَۤ
لوُسّر هِ ّللٱ
Semua rasul dan malaikat mempunyai sifat tawadhu, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT. 33 Syaikh Salim bin 'Id al-Hilali, At-Tawâdhu' fî Dhau-il Kitâb is-Sunnah, terj.
لََّو ُمُتنَ
Kosa Kata tawâdhu’ di Dalam Al-Qur`an
اوُعۡدٱ ۡمُكّبَر
هّنِإ ه ةَيۡفُخَوۥ
ءٓاّ ّضّلٱ
نيِرُوِكٰ ّشلٱ٦٣
Maka mengapa mereka tidak meminta (kepada Allah) dengan merendah diri apabila azab Kami telah menimpa mereka, bahkan hati mereka menjadi keras, dan syaitan memperlihatkan kepada mereka kebaikan dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6] ] : 43).Perkataan khâfidhah dan pembahagiannya dalam al-Quran disebut sebanyak empat kali, dengan bentuk khâfidhah seperti yang dinyatakan dalam QS.
اَمُهۡ َحَۡرٱ
كَعَبّتٱ َنِم
ينِنِمۡؤُم ۡ لٱ٢١٥
Kondisi Sosial, Politik, dan Ilmiah
Beliau adalah Al-Muqtafi li Amrillah Abu Abdillah bin Al-Mustazhhir Billah bin Al-Muqtadi Abdullah bin Al-Amir Muhammad bin al-qa'im li Amrillah. Al-Mustanjid Billah adalah Abu Al-Muzhaffar Yusuf bin al-Muqtafi li Amrillah Muhammad bin al-Mustazhhir Billah Ahmad bin al-Muqtadi al-Abbasyi.
Riwayat pendidikan dan Karir
Oleh itu, Syeikh Abdul Qâdir al-Jailânî memutuskan untuk pergi ke Baghdad untuk menuntut ilmu. Syeikh Abdul Qâdir al-Jailânî tiba di Baghdad pada tahun 488 A/1095 M, ketika berusia 18 tahun.
Wafat dan karya-karyanya
Ibnu an-Najjar menyatakan: “Jenazah Syeikh Abdul Qâdir al-Jailâni telah disediakan untuk dikebumikan pada waktu malam. Syeikh Abdul Qâdir al-Jailânî mempunyai banyak karya bertulis yang bermanfaat kepada manusia.
نيِ ذ لَّٱَو
Menurutnya, Al-Quran mengandungi pelbagai isyarat yang semuanya bergantung kepada kedekatan dan kesungguhan manusia kepada Allah SWT.
ذللّٱ
يِنِسۡحُم ۡ لٱ
- Sumber Penafsiran
- Metode Penafsiran
- Corak Penulisan
- Sistematika Penulisan
- Penafsiran Syekh Abdul Qâdir Al-Jailânî terhadap ayat-ayat tentang tawâdhu’ di dalam Al-Qur`an
21 Yunus Hasan Abidu, Tafsir Al-Qur'an Sejarah Tafsir dan Metode Mufassir, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. an tentang Tawâdhu' Al-Qur'an .
اوُعۡدٱ
Adapun kata khâfidha dan haunan, yaitu rendah hati (tawâdhu') terhadap sesama hamba Allah SWT. Dari penjelasan di atas, penulis menjelaskannya dalam 2 bagian, yaitu pertama, tawadhu' adalah hamba Allah SWT., dan kedua, tawadhu' adalah hamba dengan hamba-hamba lainnya.
نيِدَتۡعُم ۡ لٱ
Tawâdhu’ ialah hamba kepada hamba yang lain iaitu lemah lembut, kasih sayang, saling menghormati, saling menghargai, saling memberi dan menerima nasihat dan sebagainya. Dalam ayat di atas, Syeikh Abdul Qâdir al-Jailânî menjelaskan tentang tawâdhu’ seorang hamba kepada Tuhannya, iaitu merendah diri ketika berdoa kepada Allah.
ب ۡلٱ
هَنوُعۡدَتۥْ
اعُّٗ َضََت
نيِرِكَٰ َّشلٱ
Karena fitrah manusia adalah ketika mereka dalam kesulitan dan bahaya, mereka ingat bahwa Allah SWT yang menyelamatkan mereka.
رُكۡذٱَو
لۡوَق ۡلٱ ْ َن
وُدُغ ۡلٱ ِْب
لا َصلۡأٓٱ َْْو
يِلِفَٰ َغۡلٱ
Menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani bahawa zikir kepada Allah adalah mengingat Allah sebagai Tuhan yang paling disembah, setiap orang hendaklah berwaspada dan sentiasa mengingati Allah (zikrullah) siang dan malam, baik zahir mahupun batin. Berzikir kepada Allah dalam setiap pergerakan dan saat, setiap kali berdiri dan duduk, setiap kali berjalan dan berbaring, kerana perbuatan ini meningkatkan taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah.
ءٓاَّ َّضَلٱ
نَٰ َطۡي َّشلٱ
Kerana mereka tidak mempedulikan ayat-ayat Allah, mereka berdusta kepada Rasul-Nya dan berpaling dari agama-Nya”13. Syeikh Abdul Qâdir al-Jailâní mengatakan bahawa punca utama buta hati ialah sikap acuh tak acuh atau tidak menghiraukan perintah Allah di dunia, yang menyebabkan seseorang itu lupa kepada Allah, lupa tujuan hidupnya, lupa janji kepada Allah ketika berada di alam akhirat. dunia rohani sebelum dia dilahirkan ke dunia ini.
ضَلٱ
Penderitaan seperti kemiskinan, penyakit dan berbagai krisis Kedua membuktikan bahwa Allah mengutus Nabi ke suatu negara, yaitu agar penduduk sadar dan rendah hati (tunduk) kepada Allah SWT. Oleh karena itu, diharapkan Allah mengutus Nabi ke suatu negeri, yaitu menyadarkan manusia dan agar manusia merasakan tawadhu' di hadapan Allah SWT.
باَذَع ۡلٱ
اوُن َكََتۡسٱ
19 Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Al-Fathur Rabbani Wal Faidhurrahmani, terjemah. dll.20 Menurut Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî, Tawâdhu'. adalah kerendahan hati seseorang, sehingga ketika melihat orang lain, dia bergumam, 'Mungkin dia lebih baik dan lebih tinggi dariku di mata Allah SWT.' 22 Sebenarnya ayat ini tidak menjelaskan pengertian tawadhu', tetapi menurut Muhammad bin Ka'ab As-Su'udi pengertian dari QS.
ضِفۡخٱَو
حاَنَجْاَمُهَل
لُّلذٱ
ةَ ۡحَّۡرلٱ
اايرِغ َص٢٤
ضِفۡخٱ
Menurut Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî, bersikap sombong terhadap Nabi berarti tidak memperhatikan aturan Nabi, bahkan Nabi dianggap sebagai manusia biasa yang tidak perlu memperhatikan perkataannya. Jangan menjadi orang yang terdorong oleh keserakahan dan pemanjaan nafsu yang justru mendorong Anda menuju pintu para penguasa untuk mendapatkan apa yang tidak mereka miliki.
كَعَبَّتٱ
Awalnya kamu adalah sperma kotor, berasal dari air yang hina, sedangkan pada akhirnya kamu adalah bangkai yang tidak berguna.
يِنِمۡؤُم ۡ لٱ
Jika anda bertemu dengan orang yang lebih muda, katakan kepada diri anda: orang ini lebih muda, dosanya lebih kecil. Jika kamu bertemu dengan orang tua, katakan pada dirimu sendiri: 'Orang ini lebih tua dariku, dia banyak beribadah kepada Tuhan.
داَبِعَو
Jika kamu melihat seekor binatang, katakanlah pada dirimu sendiri, 'Binatang ini tidak akan dimintai pertanggung jawaban di alam kubur setelah mati, dan tidak akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat. Tetapi aku di alam kubur akan ditanyai dan akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat', agar kamu menjadi rendah hati.
حۡمَٰنَِّرلٱ
Ciri-ciri orang yang sombong terhadap sesama manusia adalah orang lain dianggap hina dan rendah hati, tidak perlu dihormati, dan bila perlu orang harus menghormatinya. Maka tumbuhlah sifat hina ini dalam jiwanya.29 Itulah sebabnya ayat di atas menjelaskan bahwa kita harus rendah hati dan menunjukkan kasih sayang terhadap sesama manusia.
نيِ لذٱ َّ
عَلَْنوُشۡمَي
نوُلِهَٰ َج ۡلٱ
Analisa Penafsiran Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî
Menurut tafsir penjelasan Syekh Abdul Qâdir al-Jailânî tentang makna tawâdhu' dalam ayat-ayat Al-Qur'an. Dapat dikatakan bahwa tafsir al-Jailânî sangat memperhatikan cara menafsirkan Al-Qur'an dengan Al-Qur'an (Al-Qur`an bi Al-Qur`an).
Saran-Saran
Rohmah, Maftuhatur, "Konsep Tawadhu' dalam Perspektif Al-Qur'an", Skripsi Diserahkan ke Program Universitas Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta: 2012. Shefaa', Khuloud, "Tawakal dalam Tafsir Al-Jailani", Tesis diserahkan ke Program Universitas Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) Jakarta: 2012.
Nasehat Syeikh Abdul Qodir Jailani tentang Tawadhu
Jelas bahwa pendapat pertama menyimpulkan bahwa tafsir al-Jilani adalah karya al-Nakhjuvani, sedangkan pendapat kedua yang diwakili oleh Dr. Sayyid Nuri membela keaslian tafsir al-Jilani melalui pernyataannya, “Salah satu karya Abd al-Qadir al-Jilani yang ditulis tangan adalah.
Biografi Syeikh Abd Al-Qadir Jilani
- Tawadhu‟ yang terpuji yaitu ke-tawadhu‟-an seseorang kepada Allah dan tidak mengangkat diri di hadapan hamba-hamba Allah
Al-Jilani berkata: "Marilah kita memahami al-Quran dengan hati, renungan dan ilmu Allah (mukasyafah) daripada hanya menggunakan pandangan dan perkiraan yang rasional." Berdasarkan pendekatan sufi, tafsir al-Jilani al-Fawatih al-ilahiyyah wa al-Mafatih al-Gaybiyyah al-Muwadihah li al-Kalim al-Qur‟aniah wa al-Hikam al-Furqaniah (Kunci Ilahi dan Yang Ghaib) dipanggil Key menerangkan Ayat-ayat Al-Quran dan Perbezaan antara Benar dan Palsu), dan dikenali sebagai sebuah buku yang menerangkan dimensi kerohanian secara esoterik (ba¯³n).
Qana‟ah dalam kehidupan
Syekh Nu'man berkata: “Dan orang yang ingin menggunakan ilmunya untuk beramal juga harus sabar menghadapi rintangan yang ada di depannya. Bagi orang yang berjiwa dan bermental demikian, ilmu pengetahuan dan teknologi modern memang sangat mengkhawatirkan, karena akan menjadi penyebab kehancuran di muka bumi, sebagaimana firman Allah SWT.
نىُعِجْرَي
Sesiapa yang bertakwa kepada Allah akan bertambah ketaatannya kepada Allah dan sentiasa menjauhkan diri daripada perbuatan yang tidak diredhaiNya. Demikianlah nampaknya orang yang bertakwa kepada Allah sentiasa mengingatiNya, tidak banyak pembicaraan yang tidak berfaedah.