• Tidak ada hasil yang ditemukan

tugas terstruktur - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "tugas terstruktur - Spada UNS"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS TERSTRUKTUR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Yang Diampu Oleh : Dr. Naharus Surur, M.Pd.

Disusun Oleh:

Karimatuz Zuraiza (K5418041 / B)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2020

(2)

A. Permasalahan Peserta Didik dalam Bidang Sosial

Dalam menunjang berhasilnya suatu proses belajar, terdapat beberapa hal pokok yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar itu sendiri. Siswa mengalami beragam masalah, jika mereka dapat menyelesaikannya maka mereka tidak akan mengalami masalah atau kesulitan dalam belajar. Salah satu permasalaannya adalah peserta didik seringkali merasa minder dan berpikiran negative serta kurang dapat bergaul dengan temannya.

B. Analisis Permasalahan Melalui Tahapan Studi Kasus

Subjek kasus adalah peserta didik yang memiliki konsep diri negatif, cenderung menarik diri dari teman-teman sekelas, tidak percaya diri dengan kemampuannya, tidak mampu menyampaikan pendapat dengan baik, dan minder saat berteman karenakeadaan dirinya. Terdapat beberapa gejala yang biasanya dialami oleh anak, antara lain adalah : Gejala Fisik : Keringat yang berlebihan , Detak jantung yang berdebar-debar , Wajah memerah, Bergetar , Sakit perut, Mati rasa , Pusing 2.

Gejala Tingkah Laku : Tidak berani/sedikit melakukan kontak mata , Penundaan , Cara bicara tidak lancar , Gelisah , Menolak interaksi sosial 3. Gejala Kognitif ; Kesadaran diri yang tinggi , Merasa dirinya dilihat dan dievaluasi oleh orang lain , Kewaspadaan yang berlebihan , Berpikir merendahkan diri sendiri.

C. Sintesis

Dari analisis data/informasi tersebut maka dapat diketahui bahwa peserta didik tersebut mempunyai masalah, dan harus segera diatasi. Karena aapabila tidak segera diatasi maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap nilai peserta didik tersebut dan juga akan mengabibatkan peserta didik akan mengalami keterbelakangan mental . selain itu, juga akan menyebabbkan anak menjadi anti social dan yang ditakutkan adalah anak akan menjadi pribadi yang malas dengan hal yang berbau pergaulan.

Contoh dari pengindraan sosial dan rasa tertekan dalam situasi baru adalah ketika individu merasa gugup saat berbicara dan tidak mengerti mengapa hal tersebut dapat terjadi. Individu juga akan merasa malu pada saat dekat dengan orang lain dan gugup pada saat bertemu dengan orang yang baru dikenal. Selain itu, individu juga akan merasa khawatir saat mengerjakan sesuatau yang baru di depan orang lain. Hal tersebut membuat individu yang merasakannya akan menghindari kontak mata dan situasi sosial.

(3)

D. Diagnosis

Diagnosis merupakan langkah untuk mencari faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah yang sedang dihadapi oleh subyek kasus. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang diperoleh dari hasil identifikasi, maka disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab subyek kasus memiliki konsep diri yang negatif disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut:

1) Subyek kasus selalu diejek oleh teman sekelasnya karena mengalami kekurangan pada fisik

2) Subyek kasus merasa tidak bisa mengungkapkan perasaan yang dirasakannya tehadap temannya karena ejekan tentang kekurangan yang pada dirinya sehingga subyek kasusmenarik diri dari pegaulan dengan semua teman-temannya.

E. Prognosis

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebab berdasarkan hasil diagnosis diatas maka untuk mengatasi masalah yang dialami oleh subyek kasus I maka pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan model konseling Terapi Rasional Emotif untuk mengubah pemikiran peserta didik yang irasional menjadi rasianoal dan Behavioraluntuk memperbaiki tingkah laku subyek kasusyang salah.Teknik yang digunakanadalah teknik didaktik, latihan asertif/ ketegasan, pengondisian operan dengan metode penguatan positif, dan teknik pemberian tugas.

F. Treatment

Pada tahap ini dilaksanakan alternatif bantuan sebagaimana dirumuskan dalam prognosis, maka dalam treatment akan diambil tindakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:Pertama pembimbing menggunakan pendekatan RET dengan teknik didaktik untuk mengarahkan subyek kasus dan mengubah pemikirannya yang irasional menjadi rasional terhadap dirinya. Seperti diberi petanyaan bagaimana tidakan yang selama ini subyek kasus lakukan untuk menyelesaikan masalahnya dan bagaimana hasilnya sudah mendapat hasil yang diinginkan dijawabnya “....belum, karena saya masih tetap mendengar mereka mengejek seperti biasanya”. Dari situ subyek kasus dapat berpikir bahwa pemikiran dan tindankanya selama ini salah.

Pembimbing menunjukan dampak dari pemikiran subyek kasus sehingga dapat berpikiruntuk menyelesaikan masalahnyadenganmenghadapimasalah tersebut.

(4)

Subyek kasus juga ditunjukan manfaat dari mengembangkan cara berpikir positif terutama terhadap diri sendiri. Kedua pembimbing menggunakan pendekatan behavioral untuk memperbaiki tingkah laku subyek kasus dalam pergaulannya dengan mengajak subyek kasus untuk bermain peran.Pertama subyek kasus memainkan peran sebagai salah satu teman yang suka mengejeknya, untuk memberi contoh kepada pembimbing, sementara pembimbing mencontohkan cara berpikir dan cara bertindak yang seharunya subyek kasus lakukan untuk menghadapi temannya tersebut.

Kemudian pembimbing dan subyek kasus bertukar peran dan subyek kasus menjadi dirinya sendiri untuk mencoba tingkah laku baru yang diperlihatkan oleh pembimbing dan pembimbing memainkan peran sebagai salah satu teman yang suka mengejeknya.Selanjutnyaketiga pembimbing memberi motivasi dan semangat kepada subyek kasus bahwa dia memiliki kemampuan untuk memberi sikap yang santai dan tegas ketika mendengar dan meghadapi ejeknya yang sering dilontarkan salah satu temannya dikelas terhadap dirinya.Terakhir pembimbing juga memberi tugas kepada subyek kasus untuk selalu bersikap santai dan tegas ketika menghadapi ejekan dari orang yang berada disekitarnya, terutama terhadap salah satu teman sekelasnya yang selalu mengejeknya dan tidak menghidar dari teman sekelas maupu orang yang berada disekitarnya dan berfikir yang positif.

G. Follow Up

Dari hasil evaluasi untuk diperoleh hasil yang optimal, maka dilakukan tindakan yaitu bekerjasama dengan masing-masing pihak yang terkait dengan individu, gunakan mempertahankan perubahan yang sudah subyek kasus dapatkan yaitu: Subyek kasus akan tetap mempertahankan perubahan yang sudah ada, dan kedepannya subyek kasus akan selalu menjalin hubungan yang baik dengan teman- teman sekelasnya. Selalu berpikir positif dan tegas menaganggapi pendapat orang terhadap dirinyadan berusaha memperbaiki diri serta fokus mengembangkan potensi yang ada pada dirinya seperti menyalurkan hobby.Untuk meningkatkan kepercayaan dirinya subyek kasusjuga berjanji untuk rajin berolahraga dan mengatur pola dan jumlah makannya.

Referensi

Dokumen terkait

Tingkah laku, perbuatan siswa yang merugikan dirinya sendiri atau orang lain dan melanggar nilai-nilai moral maupun nilai-nilai sosial (Gunarsa, 1995: 15). Kenakalan siswa

Anak autistik usia dini adalah anak dengan tingkah laku yang berfokus. terhadap dirinya sendiri dan adanya perilaku pengulangan gerak

mencoba sendiri atau berarti dengan pengalaman atau latihan. 5) Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar harus relatif menetap. bukan perubahan yang bersifat sementara. Belajar

diuraikan sebagai kesulitan dalam penyesuaian diri dan tingkah laku tidak sesuai dengan norma- norma yang berlaku dalam lingkungan yang merugikan bagi dirinya sendiri maupun orang

Sedangkan belajar merupakan suatu proses yang dilakukan siswa untuk memperoleh perubahaan tingkah laku yang lebih baik dan sebelumnya sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi

Fokus :Belajar sebagai proses membantuIndividu, agar dirinya mampu membantu dirinya sendiri.Setiap individu memiliki kemampuan yang terbaik dalam dirinya, dan akan berkembang secara

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Kesimpulan Sosiodrama adalah bentuk metode mengajar dengan mendramakan atau memainkan peran tingkah laku dalam hubungan sosial, permainan ini ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah