• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUTORIAL ONLINE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)

N/A
N/A
Zaenal Novianto

Academic year: 2024

Membagikan "TUTORIAL ONLINE PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUTORIAL ONLINE

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (MKDU4221)

Disusun Oleh :

NAMA : IRMA ANGGRAENI NIM : 859525639

SEMESTER : 1 (Satu)

POKJAR : SALUT CIAMPEL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ JAKARTA

2023

(2)

KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas tutorial online3 ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Selain itu, juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang perkembangan Peserta Didik bagi para pembaca dan juga penulis.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dedi Yuisman, selaku Tuton Mata kuliah Pendidikan Agama Islam /MKDU4221 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini

Saya menyadari, tugas yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan tugas ini.

Karawang, 21 November 2023

Irma Anggraeni

(3)

cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.

1. Struktur iman ada tiga yaitu pembenaran dalam hati, ikrar dengan lisan, dan pembuktian melalui perbuatan. Jelaskan keterkaitan tiga aspek ini!

Jawaban :

Struktur iman ada tiga aspek yaitu : kalbu (pembenaran dalam hati), lisan (ikrar dengan lisan), dan perbuatan (pembuktian dalam perbuatan). Sangat tepat jika iman didefinisikan dengan pendirian yang diwujudkan dalam bentuk bahasa dan perilaku.

Istilah iman identik dengan kepribadian manusia seutuhnya, atau pendirian yang konsisten. Orang yang beriman berarti orang yang memiliki kecerdasan, kemauan, dan keterampilan.

1. Pembenaran dalam Hati

Ini mengacu pada keyakinan dan keimanan yang mendalam di dalam hati seseorang.

Pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman dan mencakup pengakuan dan penerimaan terhadap keberadaan Tuhan, risalah-Nya, dan prinsip-prinsip ajaran agama. Ini adalah inti atau akar dari iman seseorang.

2. Ikrar dengan Lisan

Setelah pembenaran dalam hati, langkah berikutnya adalah mengucapkan ikrar atau pernyataan keimanan dengan lisan. Ini melibatkan mengucapkan kalimat syahadat, yang merupakan kesaksian tentang keesaan Tuhan dan kenabian Muhammad.Dengan mengucapkan ikrar ini, seseorang secara terbuka menyatakan keyakinannya dan menyatakan komitmen terhadap ajaran agama.

3. Pembuktian Melalui Perbuatan

Iman yang sejati tercermin dalam tindakan dan perilaku sehari-hari. Ini mencakup mempraktikkan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari, berusaha untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh agama. Pembuktian melalui perbuatan merupakan manifestasi konkret dari keimanan seseorang dan mencerminkan konsistensi antara keyakinan dalam hati dan amal perbuatan.

Keterkaitan Ketiga Aspek Ini yaitu :

Pembenaran dalam hati adalah dasar dari iman, sementara ikrar dengan lisan adalah ekspresi terbuka dari keyakinan tersebut. Pembuktian melalui perbuatan adalah implementasi konkret dari iman dalam kehidupan sehari-hari. Keterkaitan ini menciptakan sebuah kesatuan antara dimensi batiniah dan dimensi lahiriah dalam praktek keagamaan. Tindakan nyata sebagai bukti keabsahan keyakinan. Jika seseorang benar-benar meyakini prinsip-prinsip agama, hal itu seharusnya tercermin dalam tindakan sehari-hari, seperti kasih sayang, keadilan, dan integritas. Sebaliknya, jika ada ketidaksesuaian antara keyakinan dalam hati, ikrar lisan, dan perbuatan, hal ini dapat menimbulkan keraguan terhadap keikhlasan dan keabsahan iman seseorang.

Dengan merangkai ketiga aspek ini, Islam mengajarkan bahwa iman bukanlah sekadar keyakinan dalam hati atau ucapan semata, tetapi juga harus tercermin dalam tindakan dan perilaku sehari-hari.

(4)

2. Sebutkan ciri-ciri orang yang beriman!

Jawaban :

Jika iman diartikan percaya, maka ciri-ciri orang yang beriman tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya Allah saja, karena yang tahu isi hati seseorang hanyalah Allah. Karena pengertian iman yang sesungguh nya adalah meliputi aspek qalbu, ucapan dan perilaku, maka ciri-ciri orang yang beriman akan dapat diketahui, antara lain :

1.Pertama, apabila disebutkan nama Allah, maka bergetarlah hatinya. Hal ini karena mereka ingat akan keagungan dan kekuasaan-Nya. Orang beriman akan merasa takut apabila mereka tidak memenuhi tugas kewajiban sebagai hamba Allah, dan merasa berdosa apabila melanggar larangan-larangan-Nya. Bergetarnya hati sebagai perumpamaan dari perasaan takut ini adalah sikap mental yang bersifat abstrak, yang hanya dapat dirasakan oleh yang bersangkutan dan hanya Allah sendiri yang mengetahuinya. Sedang orang lain dapat mengetahui dengan memperhatikan tanda- tanda lahiriah dari orang yang merasakannya, yang terlukis dalam perkataan atau gerak-gerik perbuatannya.

2. Ciri orang beriman yang kedua adalah apabila dibacakan ayat-ayat atau tanda-tanda kekuasaan Allah, maka akan bertambah iman mereka. Bertambahnya iman mereka akan semakin menyadarkan bahwa dirinya adalah orang yang lemah di sisi Allah dan Allahlah Zat yang paling besar dan kuat serta maha kuasa. Dengan dibacakan dan melihat ayat-ayat Allah, orang-orang beriman akan semakin bertambah semangat dalam beribadah. Ayat-ayat Allah ini bukanlah hanya ayat qauliyah saja yakni ayat- ayat yang dapat dipelajari dalam Al-Qur’an. Namun ayat-ayat Allah ada juga yang berbentuk ayat kauniyah yakni seperti segala ciptaan Allah di muka bumi dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya seperti peristiwa alam, sosial, dan sebagainya.

3.Ketiga adalah bertawakal (berserah diri) hanya kepada Allah Yang Maha Esa.

Orang beriman tidak berserah diri kepada selain Allah swt karena sikap tawakal merupakan senjata terakhir seseorang dalam mewujudkan serangkaian amal setelah berbagai sarana dan syarat-syarat yang diperlukan dipersiapkan. Orang beriman yakin bahwa setelah serangkaian usaha dan doa yang telah dilakukan, maka Allah lah yang akan mengabulkan dan mencukupi semuanya:

ٍءْي َششش ّلششُكِل ُهششّٰللا َلششَعَج ْدششَق ِرْمَا ُغِلاَب َهّٰللا ّنِا ٗهُبْسَح َوُهَف ِهّٰللا ىَلَع ْلّكَوَتّي ْنَمَو ِسَتْحَي َل ُثْيَح ْنِم ُهْقُزْرَيّوٖۗه ۗ ُۗب اًرْدَق

Artinya: “Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu. (QS: Ath-Thalaq: (65).3)

4. Keempat adalah selalu mendirikan shalat lima waktu dengan sempurna baik itu syarat-syaratnya, rukun-rukunnya, serta tepat pada waktunya dengan khusyu’ semata karena Allah. Hal ini bisa dipahami bahwa seseorang yang tidak rajin dalam melaksanakan shalat lima waktu, maka keimanannya pun sangat patut dipertanyakan.

(5)

mengeluarkan zakat, infak, sedekah, memberi nafkah kepada keluarga dekat ataupun jauh, atau membantu kegiatan sosial dan kepentingan agama, serta kemaslahatan umat. Orang beriman tidak akan khawatir jika bersedekah akan mengurangi hartanya.

Namun sebaliknya, bersedekah akan mendatangkan kebahagiaan dan tidak akan mengurangi rezeki dari Allah swt.

3. Tuliskan satu ayat Al-Quran atau hadits beserta tafsir atau syarahnya yang menunjukkan kewajiban menuntut ilmu!

Jawab :

Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim. Bahkan Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk menuntut ilmu melalui salah satu firman-Nya.

Perintah untuk menuntut ilmu tersurat dalam QS. At Taubah ayat 122. Allah SWT berfirman:

ْمُهَمْوَق اْوُرِذْنُيِلَو ِنْيّدلا ىِف اْوُهّقَفَتَيّل ٌةَفِٕى َط ْمُهْنّم ٍةَقْرِف ّلُك ْنِم َرَفَن َلْوَلَف ّف َ ك اْوُرِفْنَيِل َنْوُنِمْؤُمْلا َناَك اَمَو ۤا ًۗة ۤا ۞ ࣖ َنْوُرَذْحَي ْمُهّلَعَل ْمِهْيَلِا آْوُعَجَر اَذِا

Artinya: "Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya."

Menurut ulama tafsir Ibnu Katsir, ayat tersebut merupakan penjelasan dari Allah SWT mengenai apa yang dikehendaki-Nya, yaitu berkenaan dengan keberangkatan semua kabilah bersama Rasulullah SAW ke medan Tabuk serta sejumlah kecil dari masing- masing kabilah apabila mereka tidak boleh berangkat semuanya.

Ibnu Katsir menjelaskan, hal ini dimaksudkan agar mereka yang berangkat bersama Rasulullah SAW dapat memperdalam agamanya melalui wahyu-wahyu yang diturunkan kepada Rasul. Begitu mereka kembali kepada kaumnya, mereka bertugas untuk memberikan peringatan tentang segala sesuatu yang menyangkut musuh agar mereka waspada. Menurut tafsir ini, menuntut ilmu (belajar agama) sama wajibnya dengan berjihad atau fardhu kifayah hukumnya,“Dengan demikian, maka golongan yang tertentu ini memikul dua tugas sekaligus. Tetapi sesudah masa Nabi SAW maka tugas mereka yang berangkat dari kabilah-kabilah itu tiada lain adalakanya untuk belajar agama atau berjihad, karena sesungguhnya hal tersebut fardhu kifayah bagi mereka,” jelas Ibnu Katsir.

Dalam tafsir Kementerian Agama (Kemenag) disebutkan, perang bertujuan untuk mengalahkan musuh-musuh Islam serta mengamankan jalan dakwah agama Islam, sedangkan menuntut ilmu dan mendalami ilmu-ilmu agama bertujuan untuk mencerdaskan umat dan mengembangkan agama Islam.

Perintah untuk menuntut ilmu ini juga dijelaskan dalam sabda Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Ibnu Majah.

ٍمِلْسُمِلُكىَلَعٌةَضْثِرَفْمْلِعلْاُبَلَط Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu muslim.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih waDha’if Sunan Ibnu Majah no. 224.).

(6)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga berpesan kepada umatnya untuk belajar, menghormati guru, dan berlaku baik kepada orang-orang yang mengajarkan ilmu,

ْمُكْيِمِلَعُمِلا ْوَلَيَلَوْمُكْيِمِلَعُمِلا ْوُعَضاَوَتَوا ْوُمِلَعَوا ْوُمَلَعَت Artinya: “Belajarlah kamu semua, dan mengajarlah kamu semua, dan hormatilah guru-gurumu, serta berlaku baiklah terhadap orang yang mengajarkanmu.” (HR Tabrani).

Menuntut ilmu memiliki sejumlah keutamaan. Menurut Rasulullah SAW, Allah SWT akan memudahkan jalan menuju surga bagi orang-orang yang menuntut ilmu.

مِلْسُمُهاَوَر . ِةَنَجلاىَلِإاًقْيِرَطُهَلُهلل َلَهَس,اًمْلِعِهْيِفُسِمَتْلَياًقْيِرَطَكَلَسْنَم Artinya: “Barang siapa menempuh satu jalan (cara) untuk mendapatkan ilmu, maka Allah pasti mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).

4. Al-Qur’an memberikan apresiasi terhadap ilmu pengetahuan, maka banyak kata ilmu ataupun derivasinya yang muncul. Jelaskan kata derivasi yang memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam beragam bentuknya!

Jawaban :

Al-Qur’an memberikan penekanan pada pentingnya pengetahuan dan pembelajaran.

Beberapa kata dan konsep yang terkait dengan ilmu pengetahuan muncul dalam beragam bentuk dalam Al-Qur’an. Beberapa derivasi atau kata-kata yang memiliki kesamaan makna dengan ilmu dalam beragam bentuknya antara lain: ‘Ilm (ملع): Ini adalah kata Arab yang secara langsung diterjemahkan sebagai “ilmu” atau

“pengetahuan”. Terdapat berbagai ayat dalam Al-Qur’an yang menekankan pentingnya mencari pengetahuan dan memahami tanda-tanda Allah di sekitar kita.

Contoh ayat: “Dan Allah mengajarkan kepadanya (Nabi Adam) nama-nama (segala sesuatu). Kemudian Allah menyuruh mereka: ‘Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama barang-barang ini, jika kamu memang orang-orang yang benar (dalam pendirianmu).’

” (QS. Al-Baqarah [2:31])

Ma’rifah (ةفرعم) : Kata ini berasal dari akar kata yang sama dengan ‘ilm, yang mengandung makna pemahaman atau pengetahuan yang mendalam. Dalam konteks Islam, ma’rifah mencakup pengetahuan tentang Allah dan pemahaman spiritual.

Contoh ayat: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang berilmu di antara hamba- hamba-Ku yang takut kepada Allah.” (QS. Fussilat [41:38]) Hikmah (ةمكح): Meskipun tidak secara langsung berkaitan dengan kata ‘ilm, hikmah memiliki hubungan erat dengan pemahaman dan penerapan pengetahuan dengan bijaksana. Ayat-ayat dalam Al-Qur’an sering kali merujuk pada pemberian hikmah oleh Allah.

Contoh ayat: “Dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sesungguhnya ia telah diberi kebajikan yang banyak.” (QS. Al-Baqarah [2:269]) ‘Alim (ملاع) dan ‘Alam ( ملاع): ‘Alim adalah kata yang merujuk pada orang yang memiliki pengetahuan atau ilmu, sedangkan ‘alam berhubungan dengan dunia atau segala sesuatu yang ada.

Kedua kata ini mencerminkan pemahaman Islam tentang pencarian ilmu dan pengamatan terhadap dunia.

Contoh ayat: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu (dengan peraturan-Nya). Perintah (menurut ketentuan-Nya) diturunkan di antara keduanya,

(7)

Melalui penggunaan beragam kata dan konsep semacam ini, Al-Qur’an mendorong umat Islam untuk mencari pengetahuan, memahami tanda-tanda Allah dalam ciptaan- Nya, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang agama dan dunia.

5. Al-Qur’an pernah menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat (buruk) dari hewan ternak. Di ayat manakah Al-Quran menyebutkan demikian? Tuliskan ayat tersebut beserta tafsirnya!

Jawab :

Ayat yang menyebutkan bahwa manusia bisa lebih sesat atau buruk dari hewan ternak terdapat dalam Al-Qur'an Surah Al-A'raf ayat 179. Berikut adalah ayat tersebut beserta tafsirnya:

ّل ٌناَذٰا ْمُهَلَو َهِب َنْوُر ِششصْبُي ّل ٌنُيْعَا ْمُهَلَو َهِب َنْوششُهَقْفَي ّل ٌبْوششُلُق ْمُهَل ْنِ ْلاَو ّنِجْلا َنّم اًرششْيِثَك َمّنَهَجِل اَنْأَرَذ ْدَقَلَوۖا ۖا ِۖس َنْوُلِفٰغْلا ُمُه َكِٕى وُا ّلَضَا ْمُه ْلَب ِماَعْنَ ْلاَك َكِٕى وُا َهِب َنْوُعَمْسَيٰۤل ۗ ٰۤل ۗا

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk Jahannam banyak dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf:

179)

Tafsir dari ayat ini adalah bahwa Allah menciptakan banyak jin dan manusia yang akan masuk ke dalam neraka Jahannam. Mereka memiliki hati, mata, dan telinga, tetapi tidak memanfaatkannya dengan baik. Mereka tidak menggunakan hati mereka untuk memahami ayat-ayat Allah, tidak menggunakan mata mereka untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan tidak menggunakan telinga mereka untuk mendengar ayat-ayat Allah. Dalam hal ini, mereka lebih buruk daripada binatang ternak, karena binatang ternak tidak memiliki akal dan kemampuan untuk memahami ayat-ayat Allah. Oleh karena itu, mereka yang lalai dan tidak memanfaatkan akal dan indera yang diberikan oleh Allah akan menjadi lebih sesat dan buruk daripada binatang ternak. Tafsir pada ayat ini dijelaskan mengapa seseorang tidak mendapat petunjuk dan mengapa pula yang lain disesatkan. Dan demi keagungan dan kekuasaan kami, sungguh, akan kami isi neraka jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia karena kesesatan mereka. Hal itu karena mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah dan mereka memiliki mata tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengarkan ayat-ayat Allah. Mereka layaknya seperti hewan ternak yang tidak menggunakan akal yang diberikan Allah untuk berpikir, bahkan mereka sebenarnya lebih sesat lagi dari binatang, sebab, binatang itu’denganinstinknya’ akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara mereka itu malah menolak kebaikan dan kebenaran yang ada. Mereka itulah orang-orang yang lengah Demikianlah, seseorang terjerumus ke dalam neraka karena mengabaikan tanda-tanda keesaan Allah dan tidak mengingat-

(8)

Nya. Maka pada ayat ini, Allah mengingatkan agar kita tidak melalaikannya dan selalu memanggil-Nya dengan nama-nama-Nya yang terbaik.

Dan hanya Allah yang memiliki al-asma’’ al-a’usna’, yakni nama-nama terbaik yang menunjukkan keagungan dan kemahasempurnaan-Nya, maka berdoalah dan bermohonlah kepada-Nya dengan menyebutnya, yaitu al-asma’ ala’usna’ itu. Dan tinggalkanlah serta waspadalah terhadap orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dengan menyalahartikan nama-nama-Nya. Jangan dihiraukan orang-orang yang menyembah Allah dengan menyebut nama-nama yang tidak sesuai dengan sifat- sifat keagungan Allah, atau dengan memakai al-asma’ al-husna’, tetapi dengan maksud menodai nama Allah atau mempergunakan al-asma’ al-husna’ untuk nama- nama selain Allah. Mereka kelak, di dunia atau di akhirat, akan mendapat balasan yang sesuai dengan kadar kedurhakaan mereka disebabkan apa yang telah mereka kerjakan.

Referensi

(9)

MKDU4221/Modul 6 (6.5-6)

https://aceh.pikiran-rakyat.com/news/pr-2987367861/struktur-iman-ada-tiga-pembenaran- dalam-hati-ikrar-dengan-lisan-dan-pembuktian-melalui-perbuatan?page=all

[2] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka.

MKDU4221/Modul 6.(6.7).

https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-5-ciri-orang-beriman-dalam-al-qur-an-OeE2g [3] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama

Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka.

MKDU4221/Modul 6.(6.22).

https://www.smol.id/akademia/7110850381/terjawab-tuliskan-satu-ayat-al-quran-atau-hadits- beserta-tafsir-atau-syarahnya-yang-menunjukkan-kewajiban-menuntut-ilmu?page=2

[4]Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka.

MKDU4221/Modul 6.(6.29)

[5] Ali Nurdin, Syaiful Mikdar, dan Wawan Suharmawan. Pendidikan Agama Islam/MKDU4221. Tanggerang : Penerbit Universitas Terbuka.

MKDU4221/Modul 6.(6.44-45)

Referensi

Dokumen terkait

dalam peperangan. Lanjutan ayat diatas berbunyi ” Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka

Dalam rangka memperdalam dan menfokuskan pembahasan dalam penelitian, perlu adanya pembatasan ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti. Penelitian ini dibatasi

makan kepada keluarganya seperti yang ia makan, ia memberi pakaian kepada keluarganya seperti pakaian yang ia pakai, ia tidak memberi beban pekerjaan kepada anggota

Metodologi pembelajaran agama Islam di sekolah disampaikan sebagian guru secara statis-indoktrinatif-doktriner dengan fokus utama kognitif yang sibuk mengajarkan

Untuk memberi motivasi bagi keluarga penghafal al-Qur’an untuk lebih meningkatkan Pendidikan Agama Islam dalam lingkungan keluarga, serta penambahan khazanah ilmu pengetahuan tentang

Agama Islam dilapas ini yaitu mengenai kurangnya tenaga pengajar akan tetapi pihak lapas mengambil solusi berupa mendatangkan ustad dari luar dan merekrut sebagian narapidana untuk

Membeda-bedakan antar suku, agama, golongan, ras, warna kulit dan lain-lain dengan anggapan bahwa rasnya lah yang paling baik, atau hanya suku dan budayanyalah yang dapat memperoleh hak

Budi Pekerti adalah konsep yang mirip dengan etika dan moral, dan juga digunakan dalam konteks budaya Indonesia.Ini mencakup kualitas kepribadian dan perilaku yang dianggap baik dan