• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

Perception Of Society Abaut Seed Iron Mine In West Sungai Kunyit Village, Sangir Balai Janggo Subdistrick, South Solok Regency

By:

Sri Indah Rahmatika* Erna Juita** Elvi Zuriyani**

Geography Education Programe STKIP PGRI Sumatera, Padang, 2014

ABSTRACT

Sangir Balai Janggo subdistrict is teritory very famous by it’s plantation in South Solok and rich by nature resource. Like oil palm plantation, rubber plantation, gold mine, and then seed iron mine.

The purpose of result is to get data, to process, to analize and to discuss society perseption about seed iron mine existance in west Sungai Kunyit Village, Sangir Balai Janggo subdistrick look at: 1) healty rate, 2) income rate, 3) and street access has used by society of Sungai Kunyit Village.

The research is descritave, to be population in this research is society has activity seed iron mine. The sample of research has taken with Random Sampling, the sample ammount to 77 person. Data colletion use blank questionnaire, the analysis has used descriptive statistics.

The result of reseach is 1) Society say that agree with existence seed irin mine effected disease from activity of PT.VUM’s mine and to fell up many ISPA illess. 2) Society say that agree about than income that has accepted and solid for to open sidiline effort to increase knock about need.

3) Society say that street has gone by damaged and travelled distance to be longest so that society jaourney activity have the hands tied and very dusty in consequence of seed iron mine activity in Sungai Kunyit Village.

Keyword: healty rate, income rate, and street access.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Wilayah Indonesia merupakan wilayah yang luas dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang berfariasi, baik yang dapat dipengaruhi maupun yang tidak dapat dipengaruhi. Sumber Daya Alam (SDA) yang ada juga mempunyai fungsi penyangga perikehidupan yang sangat penting bagi seluruh makhluk hidup dimuka bumi. Agar dapat menjamin pembangunan Nasional yang berkelanjutan.

Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari batu-batuan atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang pada umumnya menggunakan bahan- bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air atau sungai dan lingkungan sekitarnya.Pada pertambangan bawah (underground

mining) kerusakan lingkungan umumnya di akibatkan karena adanya limbah (tailing) yang dihasilkan pada proses pemurnian biji. Baik tambang maupun tambang terbuka menyebabkan terlepasnya unsur-unsur kimia tertentu seperti Fe dan S dari senyawa pirit. (p2s) menghasilkan air buangan bersifat asam yang dapat menghanyutkan terbawa aliran permukaan pada saat hujan dan masuk ke lahan pertanian dibagian hilir pertambangan, sehingga menyebabkan kemasamam tanahnya yang lebih tinggi. Tanah air asam tambang tersebut sangat masam dengan ph berkisar antara 2,5-3,5 yang berpotensi mencemari lahan pertanian.

Peraturan dasar yang mengatur usaha pertambangan di Indonesia adalah UU No. 11/1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan dan peraturan

(3)

2 pemerintah (PP). Dalam UU pertambangan dinyatakan bahwa segala bahan galian yang terdapat di dalam wilayah hukum pertambangan di Indonesia adalah kekayan Nasional yang di kuasai oleh negara untuk digunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam, salah satunya adalah sumber daya mineral yang lebih banyak dipergunakan sebagai bahan baku industri. Pemerintah Republik Indonesia sendiri membagi bahan galian menjadi 3 golongan,antara lain:

Bahan galian golongan A (bahan galian strategis) seperti minyak bumi, gas, dan uranium, Bahan galian golongan B (bahan galian vital) seperti emas, biji besi, timah dan nikel, bahan galian golongan C (bahan galian non strategis dan non vital) seperi batu- batuan dan kerikil. Penggolongan tersebut membuktikan bahwa begitu banyak sumber daya mineral yang ada di Indonesia.

Biji besi merupakan salah satu bahan industri potensial yang ada di Indonesia, salah satunya tempat di Bukit Gadang, daerah Sungai Kunyit Barat Kecamatan Sangir Balai Janggo, Solok Selatan daerahnya yang terletak sebelah utara Kabupaten Solok Selatan, arahnya ke Kabupaten Dhamasraya. Potensi yang dimiliki oleh Daerah Bukit Gadang Nagari Sungai Kunyit ini banyak menarik minat pengusaha yang ingin mengusahakan agar dapat menambang. Yang memegang perusahaan pertambangan biji besi tersebut di pegang oleh tiga Negara termasuk Indonesia sendiri. Para penambang pertambangan biji besi ini kebanyakan menggunakan alat-alat modren, untuk mengeruk atau pasir dan sejenisnya. Alat-alat ini dapat merusak lingkungan karena disebabkan oleh operator atau alat berat dan dibandingkan dengan alat tradisional, tetapi ada juga masih menggunakan alat tradisional seperti skop dan cangkul.

Pembangunan

ketenagakerjaan merupakan usaha dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi pengangguran serta mengembangan sumber daya manusia. Dalam mengembangkan ini diarahkan pada peningkatan kesejahteraan, sumber daya yang propesional, mandiri, dan

produktif. Pembangunan

ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditunjukan pada pembentukan dan pengembangan tenaga kerja yang berkualitas dan meningkatkan taraf hidup tenaga kerja (Ketetapan MPR No 11/1993, GBHN.

Makna dan Hakekat Pembangunan, hal 1993:204) dalam Yuliandra 2009.mencemari dan merusak lingkungan (Siahaan,2004:207 ).

Dampak positif adanya tambang biji besi ini menyerap tenaga kerja bagi masyarakat yang ada di sekitarnya pertambangan biji besi sehingga menambah penghasilan masyarkat tetapi dampak negatif lebih banyak dirasakan oleh masyarakat disana karena tambang biji besi ini berada dekat pemukiman penduduk diantaranya merusak lahan penduduk, pencemaran air dan udara serta mengganggu kesehatan, dengan adanya dampak negatif dari pertambangan biji besi ini penduduk mulai resah karena akses jalan yang satu-satunya untuk penghubung ke daerah luar sangat rusak oleh truk pengangkut bijih besi tersebut. Jalan yang biasanya bisa ditempuh dari daerah Sungai Kunyit Barat ke Padang Aro hanya 1,5 jam, kini bisa 2 sampai 3 jam perjalanan pakai kendaraan, lebih parahnya bila datang musim hujan.

Daerah Sungai Kunyit Barat, Kecamatan Balai Janggo terletak sangat jauh dari lintas Padang – Sungai Penuh. Masyarakat di daerah Sungai Kunyit Barat pada umumnya bekerja sebagai berkebun sawit dan karet, namun sebagian penduduk ada yang bekerja sebagai non pekebun, seperti pegawai, karyawan, pedagang pada umumnya, para pelajar dan lain sebagainya. Sebahagian masyarakat

(4)

3 tersebut bekerja, beraktifitas dan menuntut ilmu di luasr daerah Sungai Kunyit Barat seperti, Padang Aro, pegawai Kantor Bupati, Sungai Penuh, Muara Labuh, dan daerah luar Kabupaten Solok Selatan seperti, Padang dan Solok Kota.

Dimana yang menjadi perhatian adalah dampak terhadap sekitar lingkungan sekitar masyarakat dan persepsi masyarakat tentang pertambangan biji besi di daerah yang tepatnya di Sungai Kunyit Barat kecamatan Sangir Balai Janggo berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian ini yang berjudul ” Persepsi Masyarakat Tentang Tambang Biji Besi Di Nagari Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan“

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah- masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.

(Sudjana dan Ibrahim, 1989).

Menurut Pabundu (2005 hal:4) penelitian deskriptif lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi dan analisis.

B. Tempat Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian dan karangka pemikiran yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka yang menjadi lokasi penelitian ini adalah di Nagari Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan.

C. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang digunakan untuk menganalisa data dalam penelitian ini adalah analisa Deskriptif dan uji persyaratan analisis regresi linier berganda.

1. Angket di cek kebenaran dan perlengkapannya

2. Menghitung frekuensi dari masing- masing laternatif jawaban yang diberikan responden.

3. Statistik Deskriptif

karena tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kecendrungan – kecendrungan indikator masing – masing variabel, yang menggunakan rumus sebagai berikut :

Rumus persentase : P = 𝑓

𝑛 × 100 % Keterangan :

P = Persentase f = Frekuensi

n = Jumlah responden (Arikunto : 2006)

kriteria persepsi kelompokan sebagai berikut:

SS =Sangat Setuju (84- 100%)

S =Setuju (61-

80%)

CS =Cukup Setuju (41- 60%)

KS =Kurang Setuju (21- 40%)

TS =Tidak Setuju (0-20%)

HASIL PENELITIAN A. Pembahasan

Berdasarkan deskripsi dan analisis data dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa:

Pertama, kesehatan masyarakat tentang keberadaan tambang biji besi

(5)

4 dilihat dari tingkat kesehatan di Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan, persepsi masyarakat mengatakan bahwa kegiatan PT.VUM memang mengakibatkan banyak terjangkit penyakit. Pertambangan menyebabkan bahwa masyarakat sering mengalami sakit. banyak membuat masyarakat mengalami penyakit ISPA.

ISPA adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut yang disebabkan oleh aktifitas pertambangan dan debu yang di hasilkan dari truk pengangkut material biji besi. Untuk itu masyarakat setuju untuk melakukan cek kesehatan 1 kali sebulan dan masyarakat sangat setuju kalau adanya pemberian pengobatan gratis kepada masyarakat Sungai Kunyit dari pihak PT.

Karena sebelum ini belum ada dilakukan pengobatan gratis dari pihak pertambangan.

Menurut Potter dan Perry (2005:5) dalam Depi Rinaldo (2013:70) kesehatan yang baik atau kesehatan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit. Membuat defenisi kesehatan yang baik tidaklah mudah karena setiap orang mempunyai konsep kesehatan sendiri.

Sehat bukanlah suatu pengetahuan yang ilmiah yang dapat diperoleh atau suatu benda. Suatu bagian tubuh atau suatu fungsi tubuh seperti pendengaran, penglihatan dan pernapasan. Sehat adalah

keadaan dimana seseorang

mendefenisikannya sesuai dengan nilai yang yang ada pada dirinya.

Istilah kesehatan UU Republik Indonesia no.23 tahun1992 dalam (Soemira:2012) kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara harmonis.

Kedua, pendapatan masyarakat tentang keberadaan tambang biji besi dilihat dari tingkat pendapatan di Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan. Persesi masyarakat mengatakan bahwa pengeluaran lebih besar dari pendapatan yang diterima dan sementara masyarakat setuju bahwa bertambahnya pendapatan dengan adanya pertambangan. Dan masyarakat cukup setuju dari hasil bekerja pertambangan di PT.VUM memenuhi kebutuhan juga pendapatan menjadi bertambah dan masyarakat sangat sangat

setuju apabila membuka usaha sampingan membuka usaha untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan Edial (1997) dalam Putri Rahayu (2012:70) pendapatan merupakan sumber bagi keluarga untuk menentukan tingkat pengeluran dimana tingkat pendapatan yang rendah umunya keluarga itu hamper menghasilkan semua pendapatan untuk memenuhi kebutuhan dasar apabila pendapatan mereka tinggi tentu mereka akan membelikan sejumlah kebutuhan dengan kualitas dengan baik.

Setiap orang berhak untuk mencari nafkah dalam upaya untuk mencukupi kebutuhan hidup sehingga pendapatan dapat mempengaruhi seseorang untuk mengejar apa yang mereka inginkan dan cita-citakan. Untuk masyarakat yang mempunyai penghasilan yang kecil, mereka berupaya hasil dari pekerjaannya hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ketiga, sarana dan prasarana masyarakat tentang keberadaan tambang biji besi dilihat dari sarana dan prasarana di Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan. Persepsi masyarakat mengatakan kondisi jalan menjadi rusak akibat dari aktifitas pertambangan. Jalan yang rusak sudah diperbaiki oleh pihak PT, namun menurut masyarakat perbaikan jalan tersebut masih berdebu jika dilalui oleh truk pengangkut bahan galian tambang sebagian masyarakat pengguna jalan jadi terganggu dan lambat.

bahan galian tambang at perbaikan jalan tersebut masih kurang karena hanya diberi material kerikil seadanya dari pihak pertambangan dan masih tetap berdebu jika dilalui oleh truk pengangkut dan jalan tetap berlobang bila musim hujan tiba. Artinya masyarakat setuju jika kegiatan PT.VUM menghambat perjalanan. Kondisi jalan tidak lancar dan akibat dari aktifitas pertambangan waktu tempuh keluar daerah menjadi lama, misalnya jarak tempuh dari Daerah Sungai Kunyit ke daerah Padang Aro biasanya 1,5 jam kini bisa mencapai 2,5 jam sampai 3 jam perjalanan.

Sistem infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Sistem infrastruktur dapat didefenisikan sebagai fasilitas-fasilitas dan struktur-struktur dasar

(6)

5 peralatan-peralatan instalansi-instalansi yang dibangun dan yang dibutuhkan untukberfungsinya sistem sosial dan ekonomi masyarakat (Grigg,1888) dalam Zesa Mulyanda (2013:80).

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Persepsi masyarakat mengatakan bahwa setuju PT.VUM memang mengakibatkan banyak terjangkit penyakit. Dan mengatakan pertambangan menyebabkan masyarakat banyak mengalami penyakit ISPA. Juga setuju untuk melakukan cek kesehatan.

2. Persesi masyarakat mengatakan bahwa sangat setuju pengeluran lebih besar dari pada pendapatan yang diterima dan sangat setuju untuk membuka usaha sampingan memenuhi kebutuan segari-hari.

3. Persepsi masyarakat mengatakan sangat setuju kondisi jalan menjadi rusak akibat dari aktifitas pertambangan. Dan juga ada kendala dalam penggunaan jalan bagi masyarakat di Daerah Sungai Kunyit.

B. Saran

1. Bagi masyarakat Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo Kabupaten Solok Selatan untuk memperhatikan perubahan lingkungan yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat dan agar menjadi waspada terhadap sesuatu yang akan membuat kerugian pada diri masyarakat maupun secara fisik.

2. Bagi pemerintah Sungai Kunyit agar memberikan masukan tentang pentingnya kesehatan masayarakat dan terutama sarana akses jalan yang semakin parah akibat aktifitas pertambangan biji besi yang membuat masyarakat mengeluh.

3. Dapat menjadi acuan dan tolak ukur bagi pemerintah dan instansi terkait untuk mengetahui keberdaan tambang biji besi dan terima tanggapan dari masyarakat

di daerah Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo sehingga dapat mengambil kebijakan dalam menentukan arah pembangunan masyarakat di masa yang akan datang.

4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Elwes Linda, (1992), Promosi Kesehatan Gajah Mada University, Yogyakarta

Hull, Amdal (1997). Tingkat Perkembangan Distribusi Pendapatan RT.Jakarta

Moleong. (2010). Metodologi penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya : Bandung

Mulyanda Sari, Zesa. 2013. Studi Lokasi Pusat Pemerintahan Kabupaten Dhamasraya N.H.T. Siahaan.2004. Hukum Lingkungan dan

Ekologi Pembangun.PT Gelora Aksara Pratama. Jakarta.

Osnela, Yezi .(2005) Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga Petani Padi Di Kenagarian Tepi Selo Kecamatan Lintau Buo Utara Kab. Tanah Datar.Skripsi (Universita Negri Padang)

Rahayu, Sri.Tambang Biji Besi.2010 Skripsi Universita Negeri Padang

Rinaldo, Depi.2013. Kondisi Sosial Ekonomi Petani Gambir Dikenagarian Ganting Mudiak Selatan Surantiah Kecamatan Sutera Kabupaten Pesisir

Selatan.STKIP PGRI Sumatera Barat Sugiyono.2009. Metode Penelitian Kuantitatif

dan Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfa Beta.

Soekanto. (1983). Mata Pencarian. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Soemarwoto. (1978). Kualitas Lingkungan Hidup. Dalam Rahayu (2010).

Referensi

Dokumen terkait

4.Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pengelolaan tanaman karet, ketersediaan lahandan permintaan karet secara bersama-sama terhadap motivasi masyarakat menanam karet