• Tidak ada hasil yang ditemukan

Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Untitled - Jurnal Ilmiah Mahasiswa STKIP PGRI Sumbar"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

STUDENT’S PROBLEM’S IN PRIMARY SCHOOL 23 Ampalu PADANG

(Studies in Class IV, V, VI)

By:

Oktarina Prima Putri*

Dr. Helma, M.Pd**

Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons**

*Students

**lecturers

Guidance and Counseling study Program STKIP PGRI West Sumatra

ABSTRACT

This research is motivated by the lack concentrate of the student of studying. The purpose of this study was to describe: 1) Social problem student personality, 2) The problem of student’s in learning, and 3) Career problems. This research is quantitative descriptive. The population in this study were all students in higher grade at SDN 23 Ampalu Padang, 83 counted. The sampling technique is done by total sampling. The number of samples in this study 83 student’s. Data obtained through the questionnaire data.The data were processed using interval data and percentage. In accordance with the objectives of this study it can be concluded the of the student of SDN 23 Ampalu Padang seen from certain aspects, namely: 1) The problem seen from the aspect of social and personality student currently many criteria. 2) problem seen from problematic aspect in learning of student are in Little criteria .3) So also found on the problematic aspect of the career problem in Little criteria .

Keywords: Personality and Social, Learning, Career.

PENDAHULUAN

Belajar pada dasarnya merupakan proses dan usaha untuk mendapatkan sebuah perubahan, baik dari sisi pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Hasil belajar akan berpengaruh kepada peserta didik, baik pengetahuan, sikap, maupun keterampilan yang kemudian akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangannya bahkan dapat berdampak pada kepribadian dan karakternya. Oleh sebab itu proses belajar tidak dapat dilepaskan dan tidak akan pernah bisa dilepaskan dari pengalaman-pengalaman belajar dalam berbagai bentuk interaksinya dalam membentuk kedewasaan dan kematangan dalam belajar dan peserta didik harus dilatih dalam berbagai aspek tingkah laku sehingga diperoleh suatu pola tingkah laku yang otomatis.

Menurut Slameto (2010:2) salah satu syarat yang harus dipenuhi agar proses belajar dapat terjadi dan berjalan dengan baik adalah adanya bimbingan. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari karakteristik peserta didik dan permasalahan- permasalahan belajar yang selalu ada.

Artinya, proses belajar dapat berjalan tanpa

proses bimbingan. Namun demikian, dengan adanya bimbingan, proses belajar memiliki kemungkinan lebih besar untuk berhasil sehingga bimbingan belajar harus diberikan kepada seluruh peserta didik dalam upaya mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Dalam hal ini karena permasalahan belajar merupakan permasalahan inti dari proses pendidikan yang ada di sekolah.

Belajar merupakan usaha mencapai sebuah tingkah laku yang diharapkan, baik dalam bentuk kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Hasil dari proses belajar dapat dilihat secara nyata dalam bentuk penguasaan materi pelajaran, penggunaan pengetahuan dan keterampilan dan kemampuan menilai terhadap sikap dan perilaku dalam berbagai aspek kehidupan.

Oleh sebab itu, belajar pada garis besarnya adalah proses psiko-fisik untuk menuju perkembangan pribadi seutuhnya.

Namun demikian, pada praktiknya proses pendidikan dan belajar peserta didik tidak pernah berjalan lancar, selalu ada permasalahan. Permasalahan belajar peserta didik sangat kompleks dan bervariasi mulai dari berbohong, pergi dari sekolah atau

(3)

rumah tanpa izin, mencuri, kedisiplinan yang rendah, motivasi belajar yang rendah, dan sebagainya. Hal ini tidak lepas dari dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yang berdampak pada perubahan gaya hidup di masyarakat.

Kemudian pastinya gaya hidup serba instan, tidak mau repot, dan pengaruh masyarakat global sangat terasa. Oleh sebab itu, dewasa ini bimbingan dan konseling semakin penting dan dibutuhkan bagi peserta didik.

Wujud nyata kebiasaan belajar peserta didik yang salah dan kurangnya kesungguhannya dalam belajar diteliti oleh banyak pakar salah satunya oleh Mua’wanah dan Rifa (2009:27). Mereka melaporkan hasil survei problematika belajar peserta didik di sekolah dan menemukan secara umum bahwa terdapat beberapa kecenderungan tindakan pendidik terhadap perilaku dan sikap peserta didik yang menyimpang. Jika mengacu pada berbagai pendapat yang ada, problematika belajar peserta didik pada dasarnya adalah segala bentuk permasalahannya dalam belajar yang dialami peserta didik.

Permasalahan belajar peserta didik dapat muncul dari dalam diri peserta didik maupun dari luar. Beberapa contoh permasalahan belajar peserta didik antara lain: sukar konsentrasi, kebiasaan belajar yang buruk, sukar menangkap pelajaran, mudah lupa, dan sebagainya. Oleh sebab itu, kesulitan dan permasalahan belajar tidak mesti selalu disebabkan oleh faktor inteligensi, tatapi juga faktor-faktor non inteligensi.

Menurut Ahmadi & Widodo (2004:77) munculnya problematika belajar peserta didik tidak lepas dari kondisi kepribadian dan sosial peserta didik dan ada juga yang bersangkutan dengan problematika karir yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa permasalahan belajar pada banyak kasus bukan dikarenakan tingkat inteligensinya yang rendah, melainkan lebih pada sikap dan kedisiplinan belajar peserta didik itu sendiri.

Belajar juga terkait dengan masalah psiko-fisik sehingga selalu ada kaitan dengan kondisi psikologi bdan fisik peserta didik dalam kesulitan belajar yang mereka alami saat ini, permasalahan belajar tidak selalu dapat dilihat dari lahiriah.Masalah belajar adalah segala kondisi yang menyebabkan peserta didik tidak dapat belajar secara

optimal dan serius dan sebagai mestinya sehinnga berdampak pada pencapaian prestasi belajar peserta didik itu sendiri.

Permasalahan belajar lebih sering muncul dan dialami peserta didik karena tingkat kemandirian belajar yang masih sangat kurang. Permasalahan belajar peserta didik dapat dijelaskan karena faktor-faktor yaitu: a) tidak ada motivasi untuk belajar, b) tidak ada konsentrasi ketika mengikuti belajar, c) prestasi dan hasil belajar yang rendah , dan d) tidak mampu memanfaatkan dan mengatur waktu keseharian. Banyak peserta didik yang menemui kegagalan dalam belajar, karna peserta didik banyak bermain dalam belajar dan kurang konsentrasi dalam belajar. Maka dari itu penulis tertarik mengangkat judul mengenal

Problematika Peserta Didik SDN 23 Ampalu”.

Berdasarkan wawancara dengan wali kelas pada tanggal 24 Agustus 2015 hari Senin di SDN 23 Ampalu Padang diperoleh informasi bahwa problematika belajar peserta didik adalah: (1) Peserta didik kurang dapat berkonsentrasi dalam belajarnya, (2) Peserta didik kurang memiliki tujuan belajar yang jelas, (3) Peserta didik juga kurang memiliki kesungguhan dalam belajar di kelas, (4) Peserta didik kurang mengahargai ilmu- ilmu dan sumber-sumber ilmu yang diberikan oleh guru di dalam kelas dan Peserta didik banyak bermain di dalam kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik membahas penelitian dengan judul“Problematika Peserta Didik di Sekolah Dasar Negeri 23 Ampalu Padang.”

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya perserta didik kurang dapat berkonsentrasi dalam belajar

2. Adanya peserta didik kurang memiliki tujuan belajar yang jelas

3. Adanya peserta didik juga kurang memiliki kesungguhan dalam belajar di kelas

4. Adanya peserta didik kurang mengahargai ilmu- ilmu dan sumber- sumber ilmu yang diberikan oleh guru di dalam kelas

5. Adanya peserta didik banyak bermain di dalam kelas

6. Adanya peserta didik kurang mengenal diri sendiri dalam hal kelebihan dan kelemahan

(4)

7. Adanya peserta didik kurang memahami diri terutama dalam hal penyebab kegagalan belajarnya

8. Adanya peserta didik bersikap dan bertindak tidak sesuai dan tidak seharusnya bahkan tidak pantas dilakukan terhadap dirinya sendiri

9. Adanya peserta didik kurang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan diri serta kesuslitan dalam mengarahkan diri dalam pengambilan keputusan.

10. Adanya peserta didik melakukan tindakan-tindakan yang kurang terarah serta ketidakmampuan mewujudkan potensi dirinya.

Rumusan masalah yang

dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Problematika Peserta Didik di SDN 23 Ampalu Padang?

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini untuk mendeskripsikan:

1. Problematika kepribadian dan sosial peserta didik

2. Problematika belajar peserta didik 3. Problematika karir peserta didik METODE PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka penelitian ini dikategorikan pada jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2011:8) menjelaskan bahwa:

Penelitian deskriptif kuantitatif dapat diartikan sebagai metopenelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untukmeneliti pada populasi dan sampel tertentu, pengumpulandata mengunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang ditetapkan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif kuantitatif adalah penelitian yang wajib mengungkapkan permasalahan yang aktual sebagaimana adanya secara sistematis, faktual dan akurat yang berlandaskan pada realitias/gejala/fenomena itu dapat di klasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.

Waktu penelitian sudah dilaksanakan pada Bulan Maret tahun 2016. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 23 Ampalu Padang.

Fenomena yang terjadi di Sekolah Dasar 23 Ampalu Padang adalah permasalahan yang di

ambil oleh peneliti adalah “Problematika Peserta Didik di Sekolah Dasar 23 Ampalu”.

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk melihat problematika belajar peserta didik di SDN 23 Ampalu. Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto 2013:128).

dengan memberikan lembaran angket yang dapat dijawab oleh responden. Angket ini diisi oleh peserta didik di kelas tinggi di SDN 23 Ampalu Padang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Problematika Kepribadian dan Sosial Peserta Didik

Problematika kepribadian dan sosial peserta didik 4,82% peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 15,66%

peserta didik berada pada kategori banyak, 42,17% peserta didik berada pada kategori cukup banyak, 25,30% peserta didik berada pada kategori sedikit , dan 12,05%

peserta didik berada pada kategori sangat sedikit. Jadi, dapat disimpulkan problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padang dilihat dari aspek kepribadian dan sosial peserta didik berada pada kriteria cukup banyak.

Kepribadian peserta didik dalam konteks kehidupan sehari-hari sering dipahami sebagai ciri-ciri tertentu yang menonjol pada peserta didik yang diakui oleh masyarakat sebagai jati dirinya. Kepribadian dipahami oleh Sjarkawi (2011:17) sebagai gambaran sikap dan perilaku individu yang dimunculkan atau yang muncul dan berkesan dimasyarakat. Secara tegas, Browner mengatakan bahwa kepribadian merupakan corak tingkah laku sosial , ketakutan, dorongan dan keinginan, gerak-gerik, opini, dan sikap peserta didik.

Menurut Mua’wanah &Rafi (2009:27) problematika kepribadian atau permasalahan pribadi peserta didik merupakan berbagai jenis masalah yang muncul dan dialami peserta didik karena faktor diri pribadinya. Kondisi ini muncul karenakan penyikapan diri peserta didik terhadap peristiwa yang dihadapinya. Bentuk permasalahan pribadi yang sering muncul pada peserta didik, seperti kecewa, cangung dalam bergaul, mudah emosi, rendah

(5)

diri, dan sebagainya. Beberapa contoh problematika kepribadian peserta didik menurut Yusuf& Ahmad ( 2010:28), antara lainya:

1) Kurang motivasi untuk mempelajari agama

2) Kurangnya memahami bahwa agama sebagai pedoman hidup

3) Kurang memiliki kesadaran bahwa setiap perbuatan manusia diawasi Tuhan

4) Masih memiliki kebiasaan berbohong 5) Kurang merasa bangga dengan diri

sendiri.

6) Merasa rendah diri

7) Masih merasa malas untuk melaksanakan shalat

8) Kurang memiliki kemampuan untuk bersabar dan bersyukur

9) Masih memiliki kebiasaan mencontek 10)Masih kurang disiplin dalam menjaga

kebersihan

Dalam hal ini tentunya sebagian peserta didik apalagi di sekolah dasar memang memiliki problematika dalam kepribadian dan semua kepribadian yang dimiliki masih bergantung dari lingkungan keluarga yang mana apabila keluarga itu bisa meminimalisir problematika tersebut tentunya tidak akan berlanjut hingga peserta didik nantinya menjadi dewasa.

Kebiasaan tersebut akan berubah dengan semakin banyaknya pemahaman dan pengetahuan peserta didik mengenai nilai- nilai dan norma-norma yang berlaku sehingga problematika tersebut akhirnya menjadi tidak ada.

Begitu juga dengan permasalahan sosial peserta didik adalah permasalahan yang dialami peserta didik dalam kaitanya dengan hubungan sosial, persahabatan, dan hubungan dengan teman-teman , keluarga, dan masyarakat secara umum. Sumber permasalahan tersebut adalah kemampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri, beradaptasi, dan bergaul dengan lingkunganya. Beberapa problematika sosial peserta didik yaitu:

1) Kurang menyenagi kritikan orang lain 2) Kurang memahami tata krama atau

etika pergaulan

3) Kurang berpatisipasi dalam kegiatan- kegiatan sosial di sekolah

4) Merasa malu berteman dan bermain dengan lawan jenis

5) Kurang positif terhadap kehidupan bersama keluarga

Sesuai dengan Yusuf dan Ahmad (2010:29) layanan bimbingan dan konseling pribadi dan sosial diberikan dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan diri dan memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi dan sosial. Bimbingan pribadi dan sosial diberikan untuk menumbuhkan dan memantapkan kepribadian peserta didik serta mengembangkan kemampuanya secara seimbang dengan memperhatikan karakteristik dan keunikannya di tengah-tengah lingkungan pendidikan dan masyarakat yang heterogen.

Hal ini penting karena pada kenyataanya, di masyarakat sekolah menunjukkan bahwa tidak semua peserta didik dapat menyelesaikan permasalahan pribadi dan sosial secara mandiri dengan baik. Proses pemecahan masalah sering kali dilakukan dengan jalan pintas sehingga hanya bersifat sesaat. Namun demikian, keputusan sesaat tersebut tidak jarang berdampak terhadap peserta didik dalam bentuk permasalahan-permasalahan lainya yang lebih komplek.

Bahkan bagi mereka yang tidak mampu memecahkan problematikanya akan berubah menjadi pribadi yang menarik diri dari lingkungan dan berprilaku negatif . Oleh sebab itu perlu adanya layanan bimbingan dan konseling. Tujuanya membantu peserta didik, sebagaimana disampaikan Schertzer dan Stone Arthu Jones bahwa bimbingan dan konseling membantu peserta didik mengenali diri dan dunia kepribadianya. Dengan demikian bimbingan perlu diberikan kepada seluruh peserta didik tanpa terkecuali.

Menurut Yusuf dan Ahmad (2010:29) bimbingan pribadi merupakan usaha bimbingan yang ditujukan kepada peserta didik sebagai bentuk usaha mengatasi permasalahan-permasalahan pribadinya, tujuan dari kegiatan layanan bimbingan dan konseling pribadi dan sosial. Kehidupan sosial seseorang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan pribadinya, kehidupan pribadi akan terlihat dari kepribadianya.

(6)

Dalam kehidupan peserta didik memunculkan aksi dalam bentuk sikap dari perilakunya, dan ketika aksinya dianggap tidak baik dan tidak sesuai

dengan norma-norma dalam

kepribadinya. Aspek –aspek kepribadian peserta didik yang harus dikembangkan anatara lain. Berani berbuat benar, berfikiran jauh ke depan, berinisiatif, jujur dan ikhlas.

2. Problematika Belajar Peserta Didik Problematika belajar peserta didik 3,62% peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 10,84% peserta didik berada pada kategori banyak, 25,30%

peserta didik berada pada kategori cukup banyak, 42,17% peserta didik berada pada kategori sedikit , dan 18,07%

peserta didik berada pada kategori sangat sedikit.

Jadi, dapat disimpulkan problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padang dilihat dari aspek problematika belajar peserta didik berada pada kriteria Sedikit Bermasalah.Belajar merupakan usaha mencapai sebuah tingkah laku yang diharapkan, baik dalam bentuk kognitif, efektif, maupun psikomotorik. Hasil dari proses belajar dapat dilihat secara nyata dalam bentuk penguasaan materi pelajaran, penggunaan pengetahuan dan keterampilan, dan kemampuan menilai terhadap sikap dan perilaku dalam berbagai aspek kehidupan.

Wujud nyata kebiasaan belajar diteliti oleh banyak pakar salah satunya oleh Mu’awanah & Rifa (2009:27). Mereka melaporkan hasil survei problematika belajar peserta didik di sekolah dan menemukan secara umum bahwa terdapat beberapa kecendrungan tindakan pendidik terhadap perilaku dan sikap peserta didik yang menyimpang, jika mengacu pada berbagai pendapat yang ada.

Problematika belajar peserta didik pada dasarnya adalah segala bentuk permasalahan dalam belajar yang dialami peserta didik itu sendiri.

Munculnya problematika belajar peserta didik tidak lepas dari kondisi pribadi peserta didik yang bersangkutan.

Tidak sedikit yang mengatakan bahwa permasalahan belajar pada banyak kasus bukan dikarenakan tingkat intelegensi yang rendah, melainkan lebih pada sikap

dan kedisiplinan belajar peserta didik itu sendiri. Permasalahan belajar lebih sering muncul dan dialami peserta didik karena tingkat kemandirian belajar yang masih sangat kurang, permasalahan belajar peserta didik sangat kurang dari yang kita kirakan, kebanyakan peserta didik belum siap untuk menerima pelajaran akan mereka pelajari untuk kesiapan itu sendiri.

Belajar selalu terkait dengan masalah psiko-fisik sehingga selalu ada kaitan antara kondisi psikologi dan fisik dalam kesulitan belajar. Jika mengacu pada konsep tersebut, permasalahan belajar tidak selalu dapat dilihat secara lahiriah. Masalah belajar adalah segala kondisi yang menyebabkan peserta didik tidak dapat belajar secara optimal dan sebagaimana mestinya sehingga berdampak pada pencapaian prestasi belajar peserta didik yang belajar kurang optimal akan cendrung atau tidak mampu melampaui batas tuntas.

Menurut Irham & Wiyani ( 2014:179 ) peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar apabila ia mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan-tujuan dan batas tuntas sebuah pelajaran. Ciri- cirinya , antara lainya adalah: 1) peserta didik tidak mencapai prestasi belajar yang semestinya, padahal ia diprediksi mampu mencapai prestasi yang baik, 2) peserta didik gagal menguasai tingkat penguasaan materi, 3) peserta didik tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan , penyesuaian pelajaran, 4) peserta didik yang tidak mencapai tingkat penguasaan yang ditentukan sebagai syarat bagi kelanjutan proses belajarnya.

Melihat pentingnya bimbingan belajar, pemahaman tentang faktor yang berpengaruh terhadap proses dan kemampuan belajar peserta didik perlu dipahami dengan baik oleh seluruh pendidik, secara umum faktor yang berpengaruh terhadap proses belajar peserta didik terdiri dari faktor diri peserta didik itu sendiri (faktor internal) dan faktor dari luar diri peserta didik yaitu: (faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari komponen fisik dan psikologis, hal ini di karenakan setiap peserta didik terbentuk dari fisik dan psikis yang tidak dapat dipisahkan dan saling memengaruhi.

(7)

Oleh sebab itu keduanya harus diperhatikan serta dijaga agar tetap berada dalam kondisi yang terbaik.

Sementara faktor eksternal meliputi seluruh lingkungan fisik, alam, dan sosial di sekitar peserta didik. Secara rinci, faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Menurut Dede & Herdi (2013:95), faktor- faktor internal yang dapat menjadi penghambat dan penyebab kesulitan belajar peserta didik adalah:

1) Kelemahan fisik, meliputi kelemahan sistem syaraf, panca indera, cacat pada bagian organ

tubuh yang memicu

ketidakstabilan emosi dan mental, serta penyakit menahun lainya yang menganggu.

2) Kelemahan mental, seperti kecerdasan rendah dan kurang minat, motivasi rendah, kurang usaha, kurang menguasai keterampilan, serta kebiasaan mendasar dalam belajar yang salah.

3) Kelemahan emosianal, misalnya rasa tidak aman, penyesuaian diri yang salah, tercekam rasa fobia, dan ketidakmatangan emosi.

4) Kelemahan akibat kebiasaan dan sikap yang salah, seperti kurang menaruh minat dan perhatian terhadap pelajaran, banyak melakukan aktivitas yang berlawanan dengan aktivitas dan pekerjaan sekolah.

5) Tidak memiliki keterampilan dan kemampuan dasar, yaitu tidak mampu membaca, menulis, kurang mengetahui cara serta sikap belajar yang salah.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal dalam belajar meliputi segala sesuatu yang ada di luar individu sehingga sifatnya sangat luas dan komplek.

Kondisi eksternal yang ada meliputi sarana dan perasaan, waktu, suasana, budaya, kebiasaan, dan banyak lagi yang lainya. Oleh sebab itu proses belajar akan

sangat dipengaruhi oleh faktor- faktor eksternal tersebut.

Mengingat pentingnya pengaruh faktor eksternal dalam belajar, pendidik dituntut mengetahui dalam rangka mencengah, mensiasati, bahkan memodifikasinya untuk kepentingan belajar.Sementara faktor eksternal yang perlu diperhatikan dalam proses belajar peserta didik, Menurut Walgito 2010,yang dikutip oleh (Irham & Wiyani, 2014:182) antara lainya:

1) Tempat belajar, artinya tempat pelaksanaan proses belajar, baik di sekolah maupun dirumah mendukung aktivitas belajar.

2) Alat dan perlengkapan belajar, artinya dalam proses belajar perlu media sebagai alat yang akan mempermudah dalam menjelaskan baik secara demonstratif maupun praktik.

3) Suasana belajar, artinya proses belajar membutuhkan keadaan yang santai, kompertif, kerja sama, aktif, kreatif, mnyenangkan dan sebagainya 4) Waktu belajar, artinya belajar

tidak bisa dilakukan secara seenaknya dan sesempatnya.

Proes belajar harus teratur sesuai dengan keadaan peserta didik.

Belajar terlalu singkat kurang baik, begitu juga dengan belajar terlalu lama.

5) Pergaulan dengan teman dalam belajar, artinya teman akan sangat memegaruhi kegiatan belajar.

3. Problematika Karir Peserta Didik Problematika karir peserta didik 2,41% peserta didik berada pada kategori sangat banyak, 4,82%, peserta didik berada pada kategori banyak, 24,10% peserta didik berada pada kategori cukup banyak, 51,81% peserta didik berada pada kategori Sedikit , dan 16,86% peserta didik berada pada kategori sangat sedikit.

Jadi, dapat disimpulkan problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padang dilihati dari aspek problematika karir peserta didik berada pada kriteria Sedikit Bermasalah.Karir yang identik dengan pekerjaan dipahami

(8)

secara beragam oleh banyak pihak.

Bruce &Shertzer memahami karir sebagai suatu rangkaian pekerjaan, jabatan, atau kedudukan yang dimilik seseorang selama hidupnya. Sementara itu.

Pengertian karir tersebut menunjukan bahwa setiap waktu dan setiap posisi seseorang, baik itu sekolah dari sekolah dasar, menegah, perguruan tinggi, bahkan sampai bekerja dalam beberapa bidang dan posisi jabatan merupakan pengertian dari karir itu sendiri. Artinya, dalam setiap saat dan setiap jenjang pendidikan dan kehidupanya merupakan bagian dari karir itu sendiri. Dengan demikian, peserta didik di sekolah dasar pada dasarnya sedang menempuh dan melewati sebuah fase karir untuk meraih masa depan yang lebih baik dan menjanjikan.

Pembahasan tentang karir tidak bisa lepas dari problematika karir.

Problematika karir yang sering dihadapi adalah ketidaktahuan peserta didik atau bahkan setiap orang tentang apa yang akan dan harus dilakukanya. Minimnya pengetahuan dan gambaran tentang apa yang akan dilakukan merupakan sumber permasalahan karir setiap peserta didik.

Dalam arti yang luas, pengetahuan karir paling tidak tentang cita-cita dan harapan pekerjaan pada hakikatnya perlu dipahami sebagai tujuan akhir yang harus direncanakan dan ditempuh setahap pekerjaan, setiap sekolah, bahkan setiap minggu dan hari.

Namun demikian, banyak orang memahami karir hanya sebatas pekerjaan yang dicita-citakan, tanpa memerhatikan jenjang pendidikan dan aktivitas keseharian untuk menuju cita- cita tersebut.

Hal ini berdampak pada pemahaman peserta didik yang juga memahami karir sebagai sebuah cita-cita pekerjaan dimasa depan, tanpa memahami bahwa ketercapaian karir seseorang tidak dapat dipisahkan dengan sikap dan perilaku yang dimunculkan

saat ini, baik dalam

keseharian,pemilihan ekstrakurikuler sekolah, pemilihan sekolah lanjutan, bahkan sikap dalam belajar. Artinya, seolah-olah karir tidak ada kaitanya dengan belajar saat ini. Jelas ini merupakan pemahamn yang keliru dan

dapat berdampak parah dimasa mendatang, masa yang penuh dengan persaingan, globalisasi teknologi dan informasi yang menuntut orang lebih terampil agar mampu berkompetisi.

Saat ini era globalisasi dan tantangan dunia pekerjaan yang sangat kompetitif mendorong persiapan karir yang sedini mungkin. Pengenalan wawasan karir sejak dini merupakan pilihan strategi dalam mempersiapakan generasi yang tangguh dan siap bersaing.

Lembaga yang paling strategi untuk memberikan bimbingan pengetahuan dan wawasan karir adalah pendidikan , hal ini karena pada hakikatnya pendidikan memang mempersiapkan pekerjaan yang terampil dan produktif.

Menurut Sukardi ( 1987:104), tujuan bimbingan dan konseling karier bagi peserta didik usia sekolah dasar lebih difokuskan untuk memberikan kesadaran dan wawasan karir kepada peserta didik atau career awareness.

Artinya, untuk usia SD hanya menekankan pada peningkatan wawasan peserta didik tentang dunia pekerjaan sebanyak mungkin sebagai pilihanya.

Peserta didik belum diminta memilih jenis pekerjaan yang diharapkan. Peran pendidik adalah menjadikan cita-cita tersebut sebagai motivasi dan dorongan agar peserta didik mau belajar secara disiplin, rajin, ulet, pantang menyerah, dan lebih sunguh-sunguh.

Menurut Sukardi(1987:104) bimbingan karir merupakan proses

membantu individu untuk

mengembangkan dan menerima gambaran diri secara terintegrasi dan mandiri serta perananya dalam dunia kerja, serta menguji konsep-konsep dirinya tersebut dan mengonversinya terhadap kenyataan yang ada untuk memberikan kepuasan diri dan masyarakat.

Menurut The National Vocation Guidance Assosiation, bimbingan karir merupakan aktivitas dan program membantu peserta didik mengasimilasi

dan mengintegrasi

pengetahuan,pengalaman, dan apresiasi- apresiasi pengenalan diri, pemahaman dunia kerja masyarakat dan syarat- syarat, serta faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam penentuan sebuah jabatan karir.

(9)

Oleh sebab itu, untuk mengarah pada kondisi tersebut diperlukan proses pendamping sejak dalam bentuk bimbingan dan konseling secara baik dan sesuai dengan tugas perkembangannya. Di sekolah kegiatan bimbingan dan konseling dalam mempersiapkan keputusan- keputusan karirnya melalui kegiatan- kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler.

Bentuk intervensi tersebut di antaranya perencanaan pendidikan dan karir, pengambilan keputusan, pengembangan

keterampilan, mengatasi

masalah,informasi karir dan pemahaman diri.

KESIMPULAN

Sesuai dengan tujuan penelitian ini maka dapat disimpulkan problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padangdilihat dari aspek-aspek tertentu yaitu:

1. Problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padang dilihat dari aspek kepribadian dan sosial peserta didik berada pada kriteria cukup bermasalah.

2. Problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padang dilihat dari aspek problematika belajar peserta didik berada pada kriteria Sedikit Bermasalah.

3. Problematika peserta didik SDN 23 Ampalu Padang dilihati dari aspek problematika karir peserta didik berada pada kriteria Sedikit Bermasalah.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan di atas maka peneliti ingin mengajukan saran kepada:

1. Peserta Didik

Agar dapat mengetahui wawasan dan ilmu-ilmu pengetahuan serta sebagai sarana untuk memperoleh hasil belajar yang diinginkan oleh peserta didik di sekolah.

2. Guru Kelas

Agar dapat membantu peserta didik dalam meminimalisirkan problematika yang ada pada peserta didik sehingga peserta didik yang nantinya lulus tidak terganggu kehidupan sehari-harinya.

3. Kepala Sekolah

Agar menjadikan ini pertimbangan untuk meningkatkan pengawasan, meningkatkan kedisiplinan dan dibuat arahan yang lebih khusus untuk mementingkan juga problematika peserta didik bukan hanya dari belajar saja tapi juga yang lainnya.

4. Orang Tua

Agar melihat perkembangan peserta didik sehingga apa yang terjadipun dapat di informasikan kepada kepala sekolah dan dipertegaskan kepada seluruh guruuntuk membantu sebagian peserta didik yang memiliki sproblematika dalam dirinya.

5. Pengelola Program Studi

Sebagai tambahan untuk bahan bacaan yang kepada mahasiswa dan sebagai acuan untuk menulis skripsi nantinya. Apalagi yang berkaitan erat dengan problematika peserta didik.

6. Penelti Selanjutnya

Agar peneliti selanjutnya bisa meneliti kearah yang lebih dalam lagi terkait problematika peserta didik tersebut.

Seperti hubungan problematika dengan prestasi akademik peserta didik.

KEPUSTAKAAN

Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2004.

Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.

Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hidayat, Dede Rahmat & Herdi. 2013.

Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di sekolah . Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Irham, Muhamad & Novan Ardy Wiyan.

2014. Teori dan Aplikasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

Mangkuatmojo, soegyarto. 2003. Pengantar Statistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Mua’wanah Elfi & Rifa Hidayah. 2009.

Bimbingan dan Konseling Islam di sekolahDasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

4.Terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara pengelolaan tanaman karet, ketersediaan lahandan permintaan karet secara bersama-sama terhadap motivasi masyarakat menanam karet