Hasil Penelitian. Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menginterpretasi kemampuanberpikirkreatifmatematik dengan. model discovery learning. Data hasil posttest terdiri dari data kemampuanberpikirkreatifmatematik siswa. Posttest diberikan setelah diadakan pembelajaran sebelumnya pada siswa kelas eksperimen dengan model pembelajaran discovery learning dan kelas kontrol dengan pembelajaran langsung. Analisis statistik terhadap data kemampuankemampuanberpikirkreatifmatematik dilakukan dengan menggunakan T-Test ANOVA serta dilakukan uji normalitas dan homogenitas varians populasi. Uji normalitas distribusi data dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov dan uji homogenitas varians populasi dengan uji Levene. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas, data skor posttest kemampuanberpikirkreatifmatematik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan variansinya homogen, maka untuk mengetahui ada atau tidak adanya perbedaan rerata kedua kelas digunakan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t).
6. Tidak terdapat interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan Tingkat Kemampuan Awal Siswa (TKAS) dalam meningkatkan kemampuanberpikirkreatifmatematik siswa. Berarti secara bersamaan faktor pendekatan pembelajaran dan TKAS tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kemampuanberpikirkreatifmatematik siswa.
EKSPERIMEN -------------------------------------------------------- D4. PERHITUNGAN HASIL PRETES, POSTES, DAN GAIN KEMAMPUANBERPIKIR KRITIS MATEMATIK ------------ D5. PERHITUNGAN HASIL PRETES, POSTES, DAN GAIN KEMAMPUANBERPIKIRKREATIFMATEMATIK --------- E. UNSUR-UNSUR PENUNJANG PENELITIAN ------------------
Anak usia SD adalah anak yang berada pada jenjang usia sekitar 7 sampai 12 tahun. Menurut Piaget anak usia sekitar ini masih berpikir pada tahap operasional konkrit. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun terkait dengan objek yang bersifat konkrit. 18 Artinya siswa SD belum berpikir secara formal. Sebagaimana kita ketahui, matematika adalah ilmu deduktif, karena matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pada pengamatan (induktif) seperti pada ilmu pengetahuan yang lain. Kebenaran generalisasi matematika harus dibuktikan secara deduktif. 19
9. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar Belakang Pendidikan terhadap KemampuanBerpikirKreatifMatematik 174 10. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Asal Budaya terhadap KemampuanBerpikir Kr eatif Matematik……… 176 11. Hasil Analisis Interaksi antara Model Pembelajaran dengan Kelompok Latar
Maka dari itu, Peneliti mencoba sebuah pendekatan pembelajaran yang menurut peneliti cocok untuk digunakan dalam upaya meningkatkan kemampuanberpikirkreatifmatematik dan self confidence, yaitu pendekatan Model-Eliciting Activities. Sebuah pendekatan yang melatih siswa untuk membuat model sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Model yang dibuat adalah rumus matematika dan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah matematika. Pedekatan ini mengharuskan membentuk sebuah kelompok, sehingga dalam pelaksanaannya, setiap siswa harus berkerja sama untuk bereksplorasi dalam memunculkan ide yang diyakininya benar, serta berani menentukan ide yang dianggap paling benar dan orisinil. Orisinil karena dituntut untuk bisa membuat model sendiri. Pembelajaran menggunakan pendekatan ini diyakini dapat meningkatkan kemampuanberpikirkreatif matematis dan self-confidence.
12. Disposisi berpikirkreatifmatematik antara mahasiswa kelompok Sunda yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE DDR lebih baik secara signifikan daripada PKV, namun tidak dengan PKBE Non-DDR. Disposisi berpikirkreatifmatematik antara mahasiswa kelompok Non-Sunda yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan PKBE tidak lebih baik secara signifikan daripada PKBE Non-DDR dan PKV.
Dengan keberagaman penyelesaian atau metode penyelesaian tersebut di atas, maka pendekatan open-ended memberikan keleluasaan bagi siswa untuk mengemukakan jawaban. Melalui presentasi dan diskusi tentang beberapa penyelesaian alternatif, pendekatan ini membuat siswa menyadari adanya metode- metode penyelesaian yang beragam. Pada akhirnya kapasitas matematika siswa untuk menyelesaikan masalah matematik yang lebih fleksibel dapat meningkat. Hal ini dapat membantu siswa melakukan pemecahan masalah secara kreatif dan membuat siswa lebih menghargai keragaman berpikir selama proses pemecahan masalah.
Hasil pengujian normalitas dan homogenitas data pretes menunjukkan bahwa data pretes kemampuan awal berpikirkreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal dan variansi kedua kelas juga homogen, sehingga uji statistik yang akan digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata kedua sampel adalah uji parametrik yaitu uji-t dua pihak. Adapun kriteria pengujiannya pada taraf signifikan 0,05 adalah terima H0 jika s ig. ≥ 0,05. Maka dirumuskan hipotesis statistik sebagai berikut.
Menurut Osborne dan Wittrock (dalam Hulukati, 2005) bahwa esensi pembelajaran generatif adalah pikiran atau otak manusia bukanlah penerima informasi secara pasif tetapi aktif mengkonstruksi dan menafsirkan informasi dan selanjutnya menarik kesimpulan berdasarkan informasi itu. Pembelajaran generatif melibatkan aktivitas mental berpikir. Mental berpikir seseorang yang melakukan pembelajaran generatif akan berkembang sejalan dengan proses belajarnya. Pandangan lain tentang pembelajaran generatif oleh Wimberg dan Hollins (2002) adalah pada aspek teoritis pembelajaran generatif terkait erat dengan konstruktivisme, strategi pembelajaran yang mirip dengan pembelajaran kooperatif, menjelajahi perspektif, membangun pengetahuan di atas pengetahuan sebelumnya, secara aktif menghasilkan empat elemen ide-ide yaitu: ingat, integrasi, organisasi, dan elaborasi. Sedangkan dari aspek praktis terdiri dari Brainstorm , menghasilkan sub-masalah, sub-tujuan, dan strategi untuk mencapai tugas atau masalah yang lebih tinggi, dan membangun model mental atau mind mapping.
etnomatematika. Rendahnya rerata hasil belajar mahasiswa PGSD selama ini karena pembelajaran banyak didominasi oleh pembelajaran konvensional, sehingga diperlukan inovasi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika merupakan sebuah solusi dalam mengembangkan hasil belajar mahasiswa, khususnya dalam kemampuan pemodelan, berpikirkreatif, disposisi pemodelan, dan disposisi berpikirkreatifmatematik. Selain inovasi pembelajaran, penyusunan bahan ajar yang sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan mahasiswa sangat penting untuk dikembangkan. Metode Didactical Design Research (DDR) digunakan dalam pengembangan bahan ajar pembelajaran kontekstual berbasis etnomatematika. Sehingga PKBE yang akan digunakan peneliti terdiri dari PKBE DDR dan Non DDR. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas penelitian ini berjudul: “ Mengembangkan Kemampuan dan Disposisi Pemodelan serta BerpikirKreatifMatematik Mahasiswa PGSD melalui Pembelajaran Kontekstual Berbasis Etnomatematika”.
1. Bagi siswa, penerapan pembelajaran dengan Kooperatif Think-Talk-Write (TTW) sebagai salah satu sarana untuk melibatkan aktivitas siswa secara optimal dalam memahami konsep matematika sehingga konsep yang semula abstrak akan lebih cepat dipahami secara terintegrasi. Dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif Think-Talk-Write (TTW) belajar siswa menjadi bermakna karena ia dapat melihat hubungan antara konsep yang dipelajarinya dengan konsep yang dikenalnya. Hal ini diharapkan membuat siswa mengubah pandangannya dengan tidak menganggap lagi matematika sebagai pelajaran yang sulit dan siswa sebenarnya memiliki kemampuan untuk mempelajari mata pelajaran ini sehingga pada akhirnya siswa diharapkan lebih mempunyai kepercayaan diri dalam belajar matematika.
Karena kedua varibel terikat yang digunakan dalam penlitian ini memuat dua aspek, yaitu aspek afektif dan aspek kognitif, maka instrumen yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam. Pertama angket untuk mengukur aspek afektif, yaitu self-confidence , kedua tes untuk mengukur aspek kognitif, yaitu kemampuanberpikirkreatifmatematik.
a) Jika data normal, uji normalitas data dengan menggunakan Shapiro-Wilk dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α , maka sebaran berdistribusi normal. Jika datanya normal selanjutnya uji homogenitas. Untuk menguji homogenitas varians menggunakan uji Levence dengan kriteria jika nilai Sig (p) > α , sehingga disimpulkan data berasal dari populasi yang varians sama. Jika data homogen, maka statistik yang akan digunakan untuk menguji perbedaan kemampuanberpikirkreatif dan disposisi matematik dari masing-masing level siswa digunakan Analysis of Variance (ANOVA) dua jalur dengan desain faktorial 3 2 , terdiri tiga level kompetensi matematik (tinggi, sedang dan rendah) dan dua metode (Ruseffendi, 1993: 431). Dengan ANOVA dua jalur untuk mengetahui pengaruh faktor pembelajaran terhadap kemampuanberpikirkreatifmatematik dan disposisi matematik. Uji-t dilakukan untuk menguji apakah pada masing-masing kelompok tingkat kompetensi matematik, siswa kelompok tinggi atau sedang memiliki kemampuanberpikirkreatif dan disposisi matematik lebih baik dari kelompok rendah. Selanjutnya dilakukan uji asosiasi dengan menggunakan uji Spearman's rho untuk mengetahui asosiasi antara kemampuanberpikirkreatifmatematik dengan disposisi matematik.
kurang memperhatikan pengembangan kemampuanberpikir kritis dan kreatif (Asikin, 2002). Hal ini sejalan pula dengan Ratnaningsih (2007) yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa merasa sangat sulit untuk bisa secara cepat menyerap dan memahami pelajaran matematika, dikarenakan berkaitan dengan caramengajar guru di kelas yang kurang bervariasi. Penyebab lain sulitnya siswa memahami pelajaran matematika adalah karena pembelajaran matematika yang mereka rasakan kurang bermakna. Masih ada guru, pada saat pembelajaran matematika tidak mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari, padahal menurut Jenning dan Dunne (Suharta dalam Ratnaningsih, 2007) bahwa mengaitkan pengalaman kehidupan nyata siswa dengan idea-idea matematika dalam pembelajaran di kelas penting dilakukan, agar pembelajaran bermakna.
Untuk mencapai tujuan tersebut, siswa diharapkan dapat menguasai konsep dasar matematika secara benar sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mempelajari matematika di jenjang sekolah selanjutnya. Lebih jauh pembelajaran matematika di sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berhitung, meningkatkan kemampuan bermatematika, dan membentuk sikap kritis, kreatif, jujur, disiplin, efisien dan efektif. Hal ini menunjukkan bahwa salah satu harapan yang ingin dicapai dalam pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dasar bagi para siswa adalah dimilikinya keterampilan berpikirmatematik yang memadai, karena siswa harus dipersiapkan sikap dan mentalnya untuk menghadapi situasi dan kondisi perkembangan globalisasi dunia dan transfer ilmu, teknologi dan informasi di masa depan.
Menurut Ennis (dalam Hassoubah, 2004), berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Oleh karena itu, indikator kemampuanberpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis siswa sebagai berikut :
mengarah kepada pemahaman geometri yang mendalam. Geogebra yang bersifat dynamis memungkinkan banyak eksplorasi yang dapat dilakukan terhadap suatu konsep matematika sehingga dapat merangsang kreatifitas berpikir siswa. Keunggulan lain adalah bahwa Geogebra memungkinkan pengguna untuk mengekspor file ke dalam format web (a java applet) yang kemudian dapat di unggah ke web server. Hal ini menyediakan kemampuan bagi siswa dan guru untuk membahas dan menganalisa masing-masing pekerjaan dan memungkinkan membuat diskusi tentang pekerjaannya.
5. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran sehari-hari yang umumnya berpusat pada guru. Pembelajarannya bersifat informatif di mana guru memberi dan menjelaskan materi pelajaran dengan cara ceramah, siswa mendengarkan dan mencatat penjelasan yang disampaikan guru, siswa belajar sendiri- sendiri, kemudian siswa mengerjakan latihan, dan siswa dipersilahkan untuk bertanya apabila tidak mengerti selama pembelajaran berlangsung. 6. Peningkatan dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuanberpikir
Berbagai definisi terkandung dalam pengertian yang berakaitan dengan istilah kreativitas atau cara berpikirkreatif. Istilah kreativitas terkadang tidak dibedakan dengan istilah berpikir kreatif.Menurut Munandar (2004:37) menyatakan bahwa berpikirkreatif disebut juga berpikir divergen atau kebalikan dari berpikir konvergen. Berpikir divergen yaitu berpikir untuk memberikan macam-macam kemungkinan jawaban benar ataupun cara terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada jumlah dan kesesuaian. Sedangkan, berpikir konvergen yaitu berpikir untuk memberikan satu jawaban terhadap suatu masalah berdasarkan informasi yang diberikan.