Meningkatnya tenagakerjawanita dalam kegiatan nafkah karena tersedianya lapangan kerja yang mudah dimasuki oleh wanita seperti usaha dagang, buka warung, pembantu rumah tangga maupun pekerjaan dalam industri rumah tangga khususnya industri rumah tangga tergolong masih usaha sederhana dan tradisional, ditinjau dari modal yang dikeluarkan tidak terlalu besar untuk memulai suatu usaha.Tetapi usaha industri kecil sebenarnya mempunyai potensi yang cukup besar dalam ikut membangun perekonomian dan membantu mengatasi pengangguran. Industri rumah tangga paling banyak merekrut tenagakerjawanita dikarenakan wanita mempunyai spesifikasi tersendiri dalam pekerjaan di bidang industri, contohnya industri konveksi, kerajinan tangan, makanan olahan seperti industri kacang intip, dodol dan lain-lain. Hal ini disebabkan lapangan pekerjaan tersebut tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi, modal yang besar dan lain-lain.
organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan keterampilan yang khusus lebih banyak memberi peluang bagi tenagakerjawanita. Tuntutan ekonomi yang mendesak dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutuin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenagakerjawanita. Tidak hanya pada tenagakerjawanita yang sudah dewasa yang sudah dapat digolongkan pada angkatan kerja. Tetapi sering juga wanita yang belum dewasa yang selayaknya masih harus belajar di bangku sekolah.
Berdasarkan hasil dari output SPSS diperoleh dari uji F bahwa semua variabel-variabel bebas berpengaruh nyata secara serempak terhadap pendapatan tenagakerjawanita. Sedangkan hasil melalui uji t hanya variabel pengalaman bekerja yang mempengaruhi nyata secara parsial variabel pendapatan tenagakerjawanita. Masalah yang ditemukan dalam proses pembuatan sapu ijuk antara lain adalah masalah keterampilan, masalah waktu, masal dalam pengerjaan, masalah jarak dan lokasi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam proses pembuatan sapu ijuk antara lain dengan melatih membuat sapu ijuk lebih sering, membagi waktu antara mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan pekerjaan membuat sapu ijuk, memilih satu anggota untuk dijadikan kepercayaan, serta membawa bahan-bahan dan peralatan membuat sapu ijuk ke rumah kemudian mengerjakannya di rumah.
para tenagakerjawanita yang tertimpa masalah. Faktor seperti kurang pahamnya para TKW dalam berbahasa Arab, etos kerja mereka yang kurang begitu disenangi oleh pengguna jasa, hingga tindakan seperti penganiayaan yang dilakukan tenagakerja yang kemudian menjadi kunci sebab dijatuhkannya mereka ke dalam proses hukum di sana. Dari pihak pemerintah pun juga sebenarnya telah berupaya untuk mendampingi hingga menyelesaikan persoalan TKW ini, namun kemudian ada hal yang menjadi perhatian dalam penanganannya yakni prosedur hukum yang beralaku kemudian di arab Saudi memiliki perbedaan. Yang Nampak mencolok adalah mekanisme pendampingan kuasa hukum yang kemudian bisa menjadi pendamping hukum TKW dimana dalam aturan arab Saudi adalah berasal dari warga Negara Arab Saudi sendiri dan ini kemudian sifatnya keharusan untuk diikuti. Kewajiban untuk menggunakan tenaga hukum warga Arab Saudi ini terkadang menjadi anggapan yang kurang menyenangkan dari kita selaku Negara yang menjadi pengirim, meskipun biaya yang dikeluarkan ditanggung Negara namun kuasa hukum yang mesti digunakan adalah kuasa hukum berketurunan arab Saudi. Fungsi KBRI kemudian dimana mereka harus menyiapkan pengacara yang berasal dari arab Saudi yang menjadi kekhawatiran. Hal ini kemudian sama dirasakan oleh pihak di BNP2TKI. Mereka terkadang ragu dengan apa yang dilakukan para kuasa hukum yang mendampingi para TKW Indonesia ketika sedang menghadapi kasus. Bahkan menurut Bapak Henry Prajitno Selaku kepala Unit Crisis Centre BNP2TKI mengatakan :
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya masalah-masalah yang terkait dengan ketenagakerjaan di Kota Pekanbaru khususnya tenagakerjawanita. Fenomena yang terlihat terkait dengan permasalahan ketenagakerjaan wanita ini, antara lain; jumlah tenagakerjawanita yang terus meningkat setiap tahunnya, masih banyaknya perusahaan-perusahaan dalam menggunakan tenagakerjawanita ini tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, masih banyaknya wanita yang dipekerjakan di malam hari, masih banyaknya hak-hak dari tenagakerjawanita ini yang tidak diberikan seperti hak menyusui bayi, cuti haid, dan lain sebagainya, serta masih banyaknya terdengar terjadinya kasus-kasus pelecehan seksual terhadap tenagakerjawanita, dan masih banyaknya tenagakerjawanita dibawah umur yang pekerjakan oleh perusahaan-perusahaan, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Sehingga berakibat terjadinya diskriminasi terhadap tenagakerjawanita dalam mendapatkan pekerjaan dan jabatan. Oleh karena itu tulisan ingin mengetahui bagaimana perlindungan pemerintah terhadap tenagakerjawanita ini. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang didalamnya secara jelas dan Tegas telah melindungi hak-hak dari tenagakerjawanita ini. Pemerintah Kota Pekanbaru juga telah berperan terhadap perlindungan tenagakerjawanita ini melalui pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenga kerja ini, dan memberikan sanksi terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan Undang-Undang Ketenagakerjaan ini dalam menggunakan tenagakerjawanita di perusahaannya. Pemerintah Kota Pekanbaru juga telah memberikan penyuluhan-penyuluhan terhadap tenagakerjawanita dan perusahaan pengguna tentang Undang-Undang Ketenagakerjaan. Namun demikian disarankan kepada Pemerintah Kota untuk lebih intensif dalam melindungi tenagakerjawanita ini, agar berbagai permasalahan yang terkait dengan tenagakerjawanita ini dapat diminimalkan, dan tenagakerjawanita dapat lebih difungsikan melalui perlindungan terhadap tenagakerjawanita tersebut.
Studi ini menemukan bahwa, para tenagakerjawanita; yakni wanita yang menjadi buruh pekerja pabrik di daerah Magelang, adalah individu-individu (actor) yang telah menghadapi tekanan “kemiskinan dan juga tekanan struktur hubungan hegemoni patriarchi” (condition) di desa asalnya yang ditunjukkan melalui indikator kepimilikan sumber produksi utama yaitu tanah pertanian (yang sempit), dan kesulitan memperoleh pekerjaan untuk mendapatkan pendapatan yang layak di desa asalnya serta kondisi keluarga yang “pas-pasan” dengan penghasilan keluarga yang “rendah” padahal harus memikul beban domestik yang makin berat. Para individu tenagakerjawanita di daerah penelitian ini berupaya meraih tujuan (goal), yakni meningkatkan income atau kesejahteraan keluarganya, melalui pengambilan keputusan bekerja ekstra di pabrik sampai tengah malam untuk memperoleh pekerjaan dan gaji yang lebih tinggi. Sebagian tenagakerjawanita ini terkendala oleh persyaratan pendidikan.
Dinas Kependudukan TenagaKerja dan Transmigrasi bertanggungjawab dalam penataan TenagaKerja Indonesia dan TenagaKerjaWanita. Maka dari itu perlu diadakannya pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Tenagakerja kepada para TKI/TKW yang akan bekerja di luar negeri. Hal ini dilakukan karena Dinas TenagaKerja bertugas untuk meningkatkan trilogi pembangunan, yaitu dengan cara menciptakan lapangan kerja dan menciptakan angkatan kerja yang disiplin dan produktif, yang nantinya dapat menunjang kemajuan industri atau produktivitas dan memberikan layanan kepada masyarakat.
organisasi yang rendah yang tidak membutuhkan ketrampilan yang khusus lebih banyak memberi peluang bagi tenagakerjawanita. Tuntutan ekonomi yang mendesak, dan berkurangnya peluang serta penghasilan di bidang pertanian yang tidak memberikan suatu hasil yang tepat dan rutin, dan adanya kesempatan untuk bekerja di bidang industri telah memberikan daya tarik yang kuat bagi tenagakerjawanita. Tidak hanya pada tenagakerjawanita yang sudah dewasa yang sudah dapat di golongkan pada angkatan kerja. Tetapi sering juga wanita yang belum dewasa yang selayaknya masih harus belajar di bangku sekolah. 2
Tulisan ini dilatarbelakangi oleh masih banyaknya masalah-masalah yang terkait dengan ketenagakerjaan di Kota Pekanbaru khususnya tenagakerjawanita. Fenomena yang terlihat terkait dengan permasalahan ketenagakerjaan wanita ini, antara lain; jumlah tenagakerjawanita yang terus meningkat setiap tahunnya, masih banyaknya perusahaan-perusahaan dalam menggunakan tenagakerjawanita ini tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, masih banyaknya wanita yang dipekerjakan di malam hari, masih banyaknya hak-hak dari tenagakerjawanita ini yang tidak diberikan seperti hak menyusui bayi, cuti haid, dan lain sebagainya, serta masih banyaknya terdengar terjadinya kasus-kasus pelecehan seksual terhadap tenagakerjawanita, dan masih banyaknya tenagakerjawanita dibawah umur yang pekerjakan oleh perusahaan-perusahaan, dan permasalahan-permasalahan lainnya. Sehingga berakibat terjadinya diskriminasi terhadap tenagakerjawanita dalam mendapatkan pekerjaan dan jabatan. Oleh karena itu tulisan ingin mengetahui bagaimana perlindungan pemerintah terhadap tenagakerjawanita ini. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang didalamnya secara jelas dan Tegas telah melindungi hak-hak dari tenagakerjawanita ini. Pemerintah Kota Pekanbaru juga telah berperan terhadap perlindungan tenagakerjawanita ini melalui pengawasan terhadap perusahaan-perusahaan yang menggunakan tenga kerja ini, dan memberikan sanksi terhadap perusahaan yang tidak melaksanakan Undang-Undang Ketenagakerjaan ini dalam menggunakan tenagakerjawanita di perusahaannya. Pemerintah Kota Pekanbaru juga telah memberikan penyuluhan-penyuluhan terhadap tenagakerjawanita dan perusahaan pengguna tentang Undang-Undang Ketenagakerjaan. Namun demikian disarankan kepada Pemerintah Kota untuk lebih intensif dalam melindungi tenagakerjawanita ini, agar berbagai permasalahan yang terkait dengan tenagakerjawanita ini dapat diminimalkan, dan tenagakerjawanita dapat lebih difungsikan melalui perlindungan terhadap tenagakerjawanita tersebut.
Ririn Marissa (2013) dimana penelitian berjudul “Peranan TenagaKerjaWanita Dalam Industri Sapu Ijuk dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Keluarga, Desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang”. Dalam penelitian ini didapat kesimpulan bahwa pendapatan tenagakerjawanita (istri) per bulan adalah sekitar Rp.725.733 dan Rp. 8.708.800 per tahun sedangkan pendapatan suami per bulan sekitar Rp. 1.219.433 dan Rp. 14.633.200 per tahun. Persentase kontribusi tenagakerjawanita terhadap total pendapatan keluarga adalah ≤ 50 % yaitu sebesar 37,30 % itu berarti kontribusi tenagakerjawanita terhadap total pendapatan keluarga masih kecil namun sudah sangat mempengaruhi pendapatan keluarga.
Tingkat fertilitas yang masih cukup tinggi di suatu negara cenderung mempengaruhi partisipasi kaum wanita dalam pasar kerja, hal ini dialami oleh beberapa negara, salah satunya di Korea.Penelitian yang dilakukan oleh Lee dan Chung (2008) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara fertilitas dengan tingkat partisipasi angkatan kerjawanita di Korea.Fertilitas memegang peranan penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi kerja wanita.Partisipasi tenagakerjawanita dari waktu ke waktu semakin menunjukkan bentuk yang mirip dengan tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki berdasarkan bidang pekerjaan yang ditekuni.Semakin banyak wanita yang juga mengerjakan pekerjaan yang pada umumnya dilakukan oleh laki-laki.Namun meskipun demikian wanita tetap cenderung memprioritaskan tanggung jawabnya dalam rumah tangga dan mengasuh anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan waktu jam kerja terhadap wanita yang dilaksanakan oleh Perusahaan Bule-Bule Garment Surakarta dan upaya yang dilakukan oleh Perusahaan Bule-Bule Garment Surakarta yang berdampak terhadap upah dan kesejahteraan para pekerja/buruh khususnya wanita. Metode penelitian menggunakan metode yuridis empiris yang bersifat deskriptif. Sumber data primer yaitu wawancara dan data sekunder yaitu berbahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Metode pengumpulan data dengan wawancara, studi kepustakaan dan observasi kemudian dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam pelaksanaan jam kerja yang dilakukan oleh Perusahaan Bule-Bule Garment Surakarta telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003. Upaya Perusahaan Bule-Bule Garment Surakarta terkait dengan upah dan kesejahteraan dengan memberikan hak yang sesuai dengan pekerjaan yang telah dikerjakan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh fertilitas terhadap tingkat partisipasi angkatan kerjawanita di Indonesia selama kurun waktu 1990-2012. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunderTotal Fertility Rate(TFR) dan Tingkat Partisipasi Angkatan KerjaWanita(TPAKW) yang diperoleh dari World Bank dan Badan Pusat Statistik (BPS)..Metode Pengerjaan yang dilakukan adalah analisis regresi sederhana Least Square, Cointegration Test dan Granger Causality Testmenggunakan program Eviews 6.0.Hasil estimasi
Daya intelektual dan wawasan yang dimiliki oleh seseorang akan menjadi Faktor bagaimana orang lain akan bersikap terhadap kita.Tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang kerap mendapatkan penyiksaan dan penganiayaan fisik, mayoritas berasal dari tenagakerja yang non terdidik dan biasanya dari kalangan pekerja rumah tangga yang kebanyakan kaum wanita. Orspektif negara-negara maju memandang Indonesia adalah sebuah negara besar yang masih miskin dan dilanda persoalan dalam negeri yang tak kunjung putus.
I ni berart i bahwa wakt u kerj a dibat asi hanya dalam j angka w akt u 7 j am sehari dan 40 j am sem inggu. Kenyat aannya banyak perusahaan yang m em perker j akan pekerj aannya m elebihi k et ent uan t ersebut diat as. Hal t ersebut diperbolehkan asal ada izin dari Depart em en Tenaga Kerj a sebagaim ana diat ur dalam pasal 12 ayat 1 perat uran pem erint ah No 4 t ahun 1951 pasal I I sub pasal 2 yang berbunyi sebagai berik ut : Dengan izin dari kepala j awat an perburuhan at au yang dit unj uk olehnya, bagi perusahaan yang pent ing unt uk penbangunan negara, m aj ikan dapat m engadukan at uran wakt u kerj a yang m enyom pang dari pasal 10 ayat 1, kalim at pert am a ayat dua dan t iga Undang – Undang kerj a t ahun 1948.
48 Grafik sebelah kanan diatas adalah data tahun 2008-2011, yang tidak ditemui pada sumber yang pertama. Fenomena untuk tenagakerja. Tapi merujuk pada data yang sudah ada, bahwa tenagakerja pada negara Thailand ada di bawah tingkat tenagakerja Indonesia. Bahkan pada kwartal kedua 2010 Thailand sempat berada dibawah garis positif. Kita ketahui bahwa tenagakerja masih termasuk jumlah angkatan kerja plus bukan angkatan kerja.Sehingga data diatas tidak seiring dengan uraian yang telah disebut diatas. Sehingga hal ini bisa menjadi celah untuk tulisan selanjutnya. Grafik disebelah kiri menggambarkan tentang pertumbuhan ekonomi pada negara Indonesia, Philipina, Malaysia dan Thailand. Hanya negara Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang stabil dari tahun 2000-2011.Sedangkan keempat negara lainnya seperti Thailand memiliki ketidakstabilan ekonomi. Bahkan Thailand ketidakstabilannya sangat fluktuatif.
Masalah perlindungan tenagakerja dalam pelaksanaannya masih jauh dari harapan. Kenyataan tersebut terjadi karena berbagai pemikiran inovatif yang muncul, baik dalam bentuk spesialisasi produk, efisiensi dan lain-lain. Permasalahan pekerja wanita menarik perhatian banyak pihak, terutama oleh ahli hukum. Seperti pendapat yang diutarakan oleh Mulyana W. Kusuma,8 yang menyatakan bahwa perspektif perlindungan hak-hak asasi buruh atau tenagakerja
Fenomena banyaknya para TenagaKerjaWanita (TKW) menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan ini demikian kronisnya. Terbatasnya lahan pekerjaan bagi perempuan di Indonesia menjadikan mereka lebih memilih untuk bekerja di luar negeri dengan asumsi mereka hanya ingin mendapatkan pekerjaan dan penghasilan lebih daripada yang mereka terima di negeri sendiri. Dan setelah mereka bekerja di luar negeri yang mereka temui justru kekerasan, penyiksaan, pelecehan, pendeportasian dan diskriminasi yang tiada henti. Jika kita ingin mencari siapa pihak yang paling bersalah dalam hal ini, maka saya akan menjawab pemerintah dan para kepala keluarga di rumah tangganya masing-masing.
Para TenagaKerjaWanita (TKW) seyogyanya tidak meninggalkan budaya asal agar tidak mudah terpengaruh dengan kebudayaan baru yang masuk. Disarankan untuk para TKW yang menjadi tenaga produktif agar bisa mengatur keuangan yang dihasilkan dari bekerja di luar negeri sehingga dapat mencapai tujuan utamanya yaitu dapat memperbaiki kualitas hidup menjadi lebih baik dibandingkan dengan sebelum bekerja di luar negeri. Serta menggunakan uang hasil bekerja di luar negeri sebagai modal usaha, sehingga nantinya tidak harus kembali lagi untuk bekerja ke luar negeri. Peran orang tua dan keluarga TenagaKerjaWanita (TKW) diharapkan bisa mengingatkan anggota keluarganya yang menjadi TKW agar tidak menggunakan kesuksesannya menjadi TKW untuk arogansi belaka.
Berdasarkan Tabel 11 di atas dapat diketahui bahwa rata-rata pendidikan tenagakerjawanita adalah 8 tahun (Lampiran 7). Hal ini berarti tenagakerjawanita telah menyelesaikan pendidikanya sampai tamat Sekolah Dasar (SD). Tidak adanya biaya menjadi salah satu alasan responden untuk tidak melanjutkan pendidikanya ke jenjang yang lebih tinggi, mereka lebih memilih untuk bekerja dan membantu orang tuanya daripada sekolah. Walaupun demikian ada 11 tenagakerjawanita yang telah menempuh pendidikan 9 tahun atau setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 3 tenagakerjawanita yang telah lulus Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Melalui pendidikan seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal keterampilan, dengan pendidikan seseorang dapat mengenal dan mengembangkan metode berpikir secara sistematik agar dapat memecahkan masalah yang suatu saat akan dihadapi.