Sistem Pengawasan Hakim Konstitusi dalam Persepektif Independensi Peradilan dan Akuntabilitas Peradilan
Teks penuh
Dokumen terkait
Berangkat dari latar belakang tersebut, penelitian ini bermaksud untuk mengetahui mekanisme pencalonan hakim Mahkamah Konstitusi dari Presiden, DPR, Mahkamah Agung
Kewenangan Mahkamah Agung dalam pengawasan perilaku hakim telah ditetapkan dapa Pasal 32 UU No.3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung, adalah pengawasan yang
Mencabut Peraturan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Nomor 02/PMK/2003, tanggal 24 September 2003, tentang Kode Etik dan Pedoman Tingkah Laku Hakim Konstitusi.
Dan sudah selayaknya pengawasan eksternal terhadap hakim konstitusi tersebut dilakukan oleh Komisi Yudisial sebagai lembaga negara konstitusi ( constitutional organ ) yang
Merujuk kepada judul sub pembahasan tersebut, maka dengan sendirinya beberapa hal yang berkaitan dengan kedudukan hakim MK, mekanisme pengisian hakim MK, dan pelaksanaan
Kewenangan dalam menentukan hakim konstitusi saat ini diberikan kepada 3 (tiga) lembaga negara, yaitu Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan Mahkamah Agung
Dewan Etik adalah perangkat yang dibentuk oleh Mahkamah Konstitusi yang bersifat tetap untuk menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat dan Kode Etik Hakim
Dalam hal rekrutmen hakim, meskipun konstitusi hanya memberikan kewenangan terhadap Komisi Yudisial untuk melakukan seleksi hakim agung saja, namun berdasarkan