suku. Filosofi aturan adat dalam sejarah atau asal usulnya datang dari nilai ajaran agama Islam. Persoalannya dewasa ini adalah kelembagaan adat semakin menurun fungsinya sejalan dengan semakin memudarnya kepatuhan menjalankan norma dan nilai adat dalam masyarakat. Sehingga, semakin banyak masyarakat yang tidak mengenal dengan baik tentang fungsi, peran dan tujuan dari kelembagaan adat, terutama dikalangan generasi muda terdidik tentu akan parah lagi bagi mereka yang belum terpelajar.
Karena agama budaya orang Minangkabau adalah Islam, maka batas kesopan-santunan, nilai budaya dan agama untuk pergaulan menjadi dasar bagi jati diri Minangkabau, raso pareso, ereang jo gendeang. Semenjak masuknya arus globalisasi melalui aplikasi komunikasi dan informasi pola interaksi sosial semakin berkembang. Hal ini dapat dibuktikan dengan berkembangnya ikatan komunitas di luar batas kesatuan identitas sosial nagari, suku atau kaum. Ikatan sosial sudah berdasarkan kepada kepentingan politik dan ekonomi. Sementara ini, sejalan dengan perkembangan teknologi, peralatan canggih untuk menopang kehidupan sehari-hari ditengah masyarakat justru melahirkan perilaku sosial yang keluar dari nilai kemuliaan. Masyarakat berubah ke arah yang tidak menentu karena tidak dapat diukur menurut tuntutan nilai-nilai budaya Minangkabau.
Pelaksanaan RPJMD telah dilakukan untuk mencapai sasaran kinerja makro pembangunan Peningkatan Apresiasi sosial, seni dan Budaya Daerah. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai program yang dituangkan dalam kegiatan dengan capaian sebagai berikut : (1) Mengembangkan kehidupan sosial budaya menuju suatu peradaban yang bermartabat dan dilandasi akhlak yang mulia; (2) Memupuk rasa percaya diri serta mengembangkan identitas budaya di tengah keragaman masyarakat daerah, nasional dan global; (3) Memupuk rasa solidaritas sosial serta mengembangkan toleransi terhadap perbedaan budaya sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan dan kerukunan; (4) Mengembangkan pendidikan budaya mulai sejak usia dini dengan mendorong tumbuhnya partisipasi yang luas dalam masyarakat; (5) Mengembangkan kreatifitas budaya, baik yang bersifat kelompok maupun individu; (6) Mengembangkan iklim dan suasana kehidupan seni dan budaya yang kondusif, baik secara individual maupun komunal dan institusional; dan (7) Mengembangkan kelembagaan masyarakat adat dan meningkatkan peran ulama, ninik mamak dan cendikiawan dalam penerapan nilai-nilai adat, seni dan budaya.
Pengembangan nilai-nilai sosial dan budaya daerah di Sumatera Barat juga dilakukan terhadap lembaga-lembaga seni budaya yang tersebar di Daerah Kabupaten/ Kota, terutama lembaga seni budaya
50
tradisional yang masih aktif, dan secara konsisten ikut mempertahankan kelestarian nilai-nilai tradisional hampir 600 sanggar sampai tahun 2014.
Pada tahun ini juga secara konsisten dilakukan pembinaan terhadap nilai-nilai seni budaya langka yang masih tersimpan dan belum terpublikasikan secara baik di tengah-tengah masyarakat, dimana pada tahun 2013 telah dilakukan inventarisasi dan dokumentasi terhadap 31 jenis seni budaya langka, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 37 jenis budaya langka. Untuk mendukung pelaksanaan pembangunan dan budaya daerah, maka ada 5 (lima) prioritas utama pada program pembangunan dan budaya daerah, yaitu :
a. Mengembangkan kehidupan yang berbudaya Minang menuju peradaban yang bermartabat.
Cerminan dari prioritas ini akan terlihat maraknya pertumbuhan budaya di tengah-tengah masyarakat, baik dalam bentuk prilaku budaya, event budaya maupun khazanah budaya. Capaian pembangunan pada aspek ini belumlah maksimal seperti yang diharapkan. Budaya alternatif banyak menjadi prilaku sehari-hari oleh masyarakat. Lebih banyak masyarakat meninggalkan budaya lokal dan melaksanakan budaya luar, sehingga yang tercermin bukan budaya sendiri.
b. Tumbuhnya percaya diri dalam mengaplikasikan budaya daerah Hasil dari prioritas pembangunan ini akan tercermin dalam diri seseorang untuk kebanggaan melaksanakan budayanya sendiri. Sehingga pertumbuhan budaya di tengah-tengah masyarakat akan terlihat semakin lebih baik. Prioritas ini belum tercapai secara maksimal, figurasi oleh pemerintah sudah dilakukan seperti ornament bangunan kebijakan tentang kostum maupun event-event seni dan budaya, namun pada masyarakat masih dominan tampilan budaya alternatif. Hal itu terlihat pada tampilan kostum, seni suara, budaya tutur, seni gerak, ukir lebih dominan budaya dari luar.
c. Pendidikan budaya semenjak dini.
Cerminan (out put) prioritas ini akan terlihat pada tampilan (action) generasi muda dalam berbagai event. Program kearah itu sudah dimunculkan dalam agenda pembangunan, seperti: pengajaran mata pelajaran BAM dan lomba-lomba dalam kontek budaya. Namun capaiannya belum sempurna. Generasi muda sangat suka menampilkan budaya luar yang akarnya dan sosoknya tidaklah berasal dari budaya lokal. Generasi muda lebih banyak menampilkan budaya populer ketimbang budaya daerahnya.
d. Pengembangan kelompok-kelompok budaya dan individu.
Cerminan dari prioritas di atas akan terlihat merebaknya figur-figur seniman, budayawan, dan kelompok-kelompok budaya seperti sanggar di tengah-tengah masyarakat. Hasilnya sudah dapat dilihat dan dinikmati
51
oleh masyarakat. Semenjak “gerakan kembali ke nagari dan kembali ke surau” dicanangkan di daerah-daerah, sudah banyak tumbuh kelompok- kelompok budaya
e. Pengembangan kelembagaan masyarakat (adat, ulama dan cendekiawan)
Capaian prioritas ini akan terlihat pada keaktifan pemangku adat di
balairung, serta musyawarah “tali tigo sapilin” dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial, hukum, politik, budaya di nagari. Capaiannya dapat dilihat dengan sudah tumbuhnya aktivitas-aktivitas kelembagaan tersebut pada mayoritas nagari di Sumatera Barat.
Untuk mengevaluasi kinerja program peningkatan apresiasi seni dan budaya, mengalami kesulitan karena terkesan program yang dilaksanakan SKPD tidak mengacu kepada Perda Nomor 4 Tahun 2007. Berikut ini adalah capaian indikator versi SKPD mengenai pemberdayaan lembaga-lembaga budaya dan seni adalah:
a. Meningkatnya Tampilan Apresiasi dan Promosi Karya Seni.
Untuk itu telah dilakukan peningkatan sarana dan fasilitas Taman Budaya Sumatera Barat. Diharapkan dengan peningkatan sarana fasilitas dimaksud wajah tampilan seni akan semakin berkualitas sehingga mempengaruhi daya tarik kunjungan wisata ke daerah Sumatera Barat. Lokasi Taman Budaya semakin kondusif dengan adanya pembenahan lingkungan Taman Budaya seperti pembenahan sarana wisata pantai semakin dipercantik. Disamping hal yang diatas juga dilakukan pengkajian dan pengemasan seni budaya daerah dalam bentuk workshop tari, manajemen seni pertunjukan dan teater, dengan upaya lain yang dilakukan adalah pagelaran dan pementasan, pameran, festival, lomba karya seni budaya daerah serta dokumentasi dan publikasi produk seni budaya daerah.
b. Meningkatnya Apresiasi Terhadap Nilai-nilai Adat dan Budaya di Daerah
Untuk mencapai indikator itu telah direalisir kegiatan peningkatan kualitas sarana Pusat Kegiatan Adat dan Budaya dengan melakukan perbaikan dan peningkatan fungsi Balairungsari di Nagari Tabek Kecamatan Pariangan Kabupaten Tanah Datar.Hal seperti itu juga dilakukan di nagari Jawi-Jawi Kabubaten Solok dan Nagari Gunung Talang.
c. Peningkatan Pengenalan Apresiasi Seni dan Budaya Kepada Siswa dan Masyarakat.
Dalam rangka lebih jauh memperkenalkan warisan budaya lokal kepada masyarakat terutama masyarakat pendidikan, maka dilakukan pameran keliling warisan budaya seperti tenun sogket minangkabau, mesjid dan surau tua, pameran bersama museum se Indonesia dan
52
museum masuk sekolah. Untuk meningkatkan pelayanan informasi mengenai Museum dan warisan budaya lokal dilakukan penulisan koleksi Museum dan sistem informasi kebudayaan (audio visual) dan layar sentuh bagi pengunjung. Disamping itu dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap pengunjung, maka sarana dan fasilitas Museum ditingkatkan dengan pengadaan permainan anak dan penataan pameran tetap.
d. Peningkatan Diplomasi Seni dan Budaya
Program yang dilakukan adalah mengikuti dan menyelenggarakan event : Seni dan Budaya, Pekan Kesenian Bali, Gita Bahana Nusantara, Pawai Budaya Nusantara, Pekan Budaya Sumbar, Matta di Malaysia, Indonesia Night di Malaysia, Indonesia Today di Singapura. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan sebaran pengenalan seni dan budaya Minangkabau di Nusantara dan pasar utama wisatawan Sumatera Barat. Disamping itu juga dilakukan dokumentasi seni budaya langka, permainan anak tradisional, dan peninggalan sejarah dalam bentuk audio visual. Bahkan awal tahun 2014 kegiatan beberapa diplomasi seni dan budaya ditampil di Festival kerajaan Maroko.
e. Perkembangan Apresiasi Seni dan Budaya di Daerah
Dari hasil survey ke lapangan ditemukan bahwa semangat berbudaya dan mengapresiasi seni di daerah sudah tumbuh menuju kehidupan yang berbudaya dan bermartabat. Informasi berikut dapat dijadikan cerminan ke arah dimaksud seperti :
1. Pengembangan Makam Syekh Burhanuddin pembawa Islam pertama ke Sumatera bagian Barat terus menerus dibenahi oleh Kabupaten Padang Pariaman,
2. Penyuluhan Adat selalu dilakukan kepada generasi muda terutama, di Kabupaten dan kota di Sumatera Barat.
3. Penampilan budaya selalu dilakukan pada event-event seremonial seperti indang, tasa, barzanji, tabuik dan lainnya.
4. Sentra-sentra budaya juga menjadi perhatian Kab.Padang Pariaman seperti; adanya sasaran silek di nagari, kelompok indang. Adanya 35 sanggar yang memproduksi budaya suara, gerak, ukir dan instrumentalia lainnya.
5. Di Pesisir Selatan sudah tumbuh banyak sanggar budaya dan cagar budaya sudah dipelihara.
6. Pemda Pesisir memberikan bantuan terhadap seni rabab.
7. Apresiasi terhadap budaya lokal juga ditumbuhkembangkan oleh Kabupaten Pesisir Selatan seperti; pemakaian kostum baju minang dari bahan lokal yaitu batik tanah liek setiap hari Kamis dan setiap hari Jumat memakai baju dengan pola Minang.