• Tidak ada hasil yang ditemukan

175 dapat menolak sendiri dan menghindari perbuatan maksiat secara

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar (Halaman 175-179)

mandiri; (2) Membangun “immunitas budaya” masyarakat, yang

merupakan suatu mekanisme internal masyarakat dalam menyaring dan menyeleksi serbuan budaya asing ke tengah masyarakat Sumatera Barat; (3) Memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat terhadap jati diri sebagai masyarakat Minangkabau yang berbudaya, bersih dari pengaruh negatif globalisasi dan perubahan zaman; dan (4) Meningkatkan koordinasi antara berbagai lembaga yang terkait dengan pemberantasan perbuatan maksiat, sehingga tercipta keterpaduan program yang lebih terarah, berdaya guna dan berhasil guna.

5. KEBUDAYAAN

a. Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah

Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 dan dilanjutkan tahun 2011 – 2015 telah dirumuskan 8 (delapan) dan tetap rumusan ini menjadi kebijakan tahun 2015-2019 untuk prioritas pembangunan peningkatan apresiasi seni dan budaya daerah, yaitu ;1. Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya, 2 Pengembangan Nilai Budaya, 3 Pengelolaan Keragaman Budaya, 4 Pengelolaan Keragaman Budaya Lokal, 5 Pengembangan Produk Wisata Budaya, 6 Pemberdayaan Kelembagaan Masyarakat Adat, 7. Pengelolaan Kekayaan Budaya dan 8 Pengelolaan Keragaman Budaya.

Isu-isu strategis dalam hal pencapaiannya Sejak awal pelaksanaan RPJMD, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran pembangunan Peningkatan Apresiasi Seni dan Budaya Daerah. Upaya- upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan capaian sebagai berikut : (1) Mengembangkan kehidupan budaya menuju suatu peradaban yang bermartabat dan dilandasi moralitas yang tinggi; (2) Memupuk rasa percaya diri serta mengembangkan identitas budaya di tengah keragaman masyarakat daerah, nasional dan global; (3) Memupuk rasa solidaritas sosial serta mengembangkan toleransi terhadap perbedaan budaya sehingga dapat menumbuhkan kebersamaan dan kerukunan; (4) Mengembangkan pendidikan budaya mulai sejak usia dini dengan mendorong tumbuhnya partisipasi yang luas dalam masyarakat; (5) Mengembangkan kreatifitas budaya, baik yang bersifat kelompok maupun individu; (6) Mengembangkan iklim dan suasana kehidupan seni dan budaya yang kondusif, baik secara individual maupun komunal dan institusional; dan (7) Mengembangkan kelembagaan masyarakat adat dan meningkatkan peran ulama, ninik mamak dan cendikiawan dalam penerapan nilai-nilai adat, seni dan budaya. Selain aspek di atas isu-isu menghadapi RPJMD 2015-2019 adalah mengoptimalnya peran serta tokoh masyarakat dan pemerintah dalam mewujudkan Sumbar sebagai pusat ABS SBK terutama dalam bidang seni budayanya, menyiapkan sarana dan prasarana pendukung untuk tranformasi nilai-nilai budaya dalam

176

kehidupan keseharian dan menampakan nilai-nilai budaya dalam masyarakat melalui papanisasi yang bernuansa nilai-nilai agama dan budaya Minangkabau.

b. Pencegahan dan Pemberantasan Perbuatan maksiat

Dalam RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006-2010 yang juga rumusan 2011 – 2014 dan dilanjutkan tahun 2015-2019 telah dirumuskan 4 (empat) program untuk prioritas pembangunan pencegahan dan pemberantasan maksiat sebagaimana sebagai berikut; 1 Peningkatan Koordiasi Penanganan Perbuatan Maksiat, 2 Penyediaan Sistem Pendukung Pemberantasan Perbuatan Maksiat, 3 Penataan Peraturan dan Kebijakan Pemberantasan Perbuatan Maksiat, 4 Peningkatan Penghayatan dan Kesadaran Masyarakat Terhadap Perbuatan Maksiat dan 6 pada RPJMD 2014-2019 adalah melibatkan berbagai komponen dalam pendidikan masyarakat secara formal, informal dan non formal.

Sejak awal pelaksanaan RPJMD, berbagai upaya telah dilakukan untuk mencapai sasaran kinerja pencegahan dan pemberantasan perbuatan maksiat. Upaya-upaya tersebut dilaksanakan melalui berbagai kegiatan dengan capaian sebagai berikut : (1) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap akibat perbuatan maksiat sehingga pada akhirnya dapat menolak sendiri dan menghindari perbuatan maksiat secara

mandiri; (2) Membangun “immunitas budaya” masyarakat, yang

merupakan suatu mekanisme internal masyarakat dalam menyaring dan menyeleksi serbuan budaya asing ke tengah masyarakat Sumatera Barat; (3) Memperkuat identitas dan kebanggaan masyarakat terhadap jati diri sebagai masyarakat Minangkabau yang berbudaya, bersih dari pengaruh negatif globalisasi dan perubahan zaman; dan (4) Meningkatkan koordinasi antara berbagai lembaga yang terkait dengan pemberantasan perbuatan maksiat, sehingga tercipta keterpaduan program yang lebih terarah, berdaya guna dan berhasil guna dan 5 membekali tokoh agama, adat, bundo kandung dan pemuda dengan meningkatkan kewaspadaan terhadap pekat tersebut.

177

6. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

Perencanaan dan penganggaran di Propinsi Sumatera Barat masih belum responsive gender dan belum berbasis pada pemenuhan hak anak. Hal ini terlihat dari minimnya keterlibatan perempuan dan anak dalam proses perencanaan pembangunan mulai dari tingkat nagari sampai dengan tingkat provinsi, sehingga kebutuhan-kebutuhan spesifik perempuan dan anak belum semuanya terakomodir dalam program- program pembangunan.

Disamping itu pemenuhan hak dan perlindungan perempuan dan anak masih rendah.Penanganan korban kekerasan yang dilakukan ditingkat masyarakat dan di pelayanan lainnya masih tidak terekam dengan baik, sehingga diyakini masih lebih banyak lagi anak dan perempuan korban kekerasan yang tidak terdeteksi.

7. KEPENDUDUKAN, KB DAN PEMBANGUNAN KELUARGA

(KKBPK)

Issu-issu strategis dalam KB dan KS yaitu Jumlah Penduduk yang masih diatas proyeksi. Dimana penduduk Sumbar bertambah 1,34 % pertahun dengan laju pertumbuhan penduduk yang sama, dalam 30 tahun kedepan penduduk Sumbar akan bertambah DUA KALI LIPAT. Selanjutnya TFR yang masih tinggi. Dimana TFR Sumatera Barat berdasarkan SDKI tahun 2010 sudah mengalami penurunan yaitu menjadi 2,8 namun masih jauh dari target 2,1. Kecenderungan menurunnya usia kawin pertama wanita dan meningkatnya AngkaKelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) 15-19 tahun. Dibdang pembangunan keluarga masih rendahnya partisipasi orang tua dalam program pengasuhan anak balita, remaja dan lansia.

2.2.2. Ekonomi

Isu-isu yang terkait dengan Ekonomi Makro daerah Sumatera Barat adalah:

a. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat dilihat dari sisi pengeluaran masih didominasi oleh pertumbuhan pengeluaran masyarakat. Kemudian dilihat dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi didominasi oleh dua sektor yaitu sektor bangunan dan sektor pengangkutan dan komuikasi. Dengan demikian kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat tidak bisa dilepas dari faktor-faktor tersebut.

b. Harga BBM dan harga komoditi pangan strategis menjadi isu strategis bagi pemerintah Sumatera Barat dalam upaya menstabilkan harga untuk mencegah tingginya inflasi. Karena diyakini kedua faktor tersebut akan menjadi sangat dominan dalam mendorong dan

178

berkurangnya inflasi yang terjadi di Sumatera Barat, yang pada akhirnya akan berdampak terhadap rendahnya daya beli masyarakat. c. Masih rendahnya Pendapatan perkapita penduduk Sumatera Barat

dibanding dengan pendapatan nasional serta tidak terpenuhinya target yang telah ditetapkan dalam RPJM selama tahun 2010-2013, manjadi isu strategisbagi pemerintah dalam upaya untuk mendorong perekonomian yang lebih baik. Terutama dalam mendorong usaha- usaha skala kecil dan menengah (UMKM) yang mendominasi perekonomian Sumatera Barat.

d. Trend ketimpangan pendapatan yang terus meningkat setiap tahun menjadi isu strategis bagi pemerintah daerah Sumatera Barat, perlu kebijakan dan program yang jelas untuk mengatasi masalah tersebut.

1. PENANAMAN MODAL

Banyak potensi investasi yang belum mampu dimanfaatkan secara optimal di Sumatera Barat. Bukan hanya potensi sumberdaya alamnya, seperti energi panas bumi, pertambangan, dan pariwisata, tetapi juga potensi SDM dan kuliner. Sangat menyedihkan jika kerupuk Sanjai (Singkong) dalam bentuk potongan kecil di ekspor oleh Pengusaha Bandung Jawa Barat. Sehari-hari banyak makanan kecil didatangkan dari Medan. Walaupun produk sejenis sudah dihasilkan di Sumatera Barat sejak dahulu kala. Sampai-sampai Rendang pun di Patenkan oleh Malaysia. Semuanya itu harus diupayakan, bagaimana makanan kuliner asli Minangkabau menjadi makanan khas dan bisa dipasarkan dibanyak Negara di Dunia.

Meskipun perekonomian daerah menampakkan berbagai kemajuan, namun masih diperlukan berbagai upaya untuk mendorong kegiatan ekonomi lima tahun mendatang. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja perekonomian daerah, strategi dalam urusan penanaman modal ditempuh melalui peningkatan investasi serta menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan investasi dan dunia usaha. Disamping itu, bagaimana mendorong peningkatan masuknya arus investasi yang mengarah kepada upaya kegiatan di bidang pengembangan industri pengolahan yang berbasiskan sumberdaya alam.

Beberapa isu-isu strategis penanaman modal Provinsi Sumatera Barat, antara lain masalah perijinan karena masih ditemui kesulitan untuk menggalang upaya koordinasi yang sinergis dengan para stakeholder investasi, mengingat banyaknya kepentingan dan belum dilandasi semangat kebersamaan untuk pengembangan investasi sehingga Kepastian hukum dan usaha belum optimalyang berdampak terhadap minat investor untuk menanamkan investasi di Provinsi Sumatera Barat.

179

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar (Halaman 175-179)