• Tidak ada hasil yang ditemukan

123 pengembangan wilayah provinsi MP3ESB 2012-2025 yang disusun juga

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar (Halaman 123-131)

menetapkan infrastruktur sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi pada 3 (tiga) koridor utama yang ditetapkan di Provinsi Sumatera Barat.

Di samping dokumen tersebut diatas, sektor teknis terkait juga telah menyusun perencanaan pengembangan infrastruktur melalui penyusunan berbagai kebijakan sektoral terkait infrastruktur, baik di tingkat pusat maupun daerah seperti rencana pengembangan jaringan jalan, rencana pengembangan jaringan perkeretaapian, rencana pengembangan jaringan kepelabuhanan, rencana pengembangan jaringan pengembangan air minum, dan rencana pengembangan jaringan sektor lainnya. Terkait dengan keberadaan dokumen perencanaan tersebut, yang menjadi tantangan adalah bagaimana mengintegrasikan semua perencanaan pembangunan infrastruktur tersebut, sehingga diperoleh perencanaan pembangunan infrastruktur yang terarah, fokus, dan berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi wilayah.

Pembangunan bidang Pekerjaan Umum salah satunya adalah dibidang Pembangunan Infrastruktur untuk menunjang pengembangan perekonomian rakyat. Indikator Kinerja pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi rakyat di sumatera Barat ditetapkan lima buah indikatornya. Pelaksanaan pembangunan Infrastruktur hingga tahun 2013, menunjukkan bahwa terdapat empat indikator dapat mencapai target dengan baik. Satu target berupa Cakupan Layanan Listrik tidak tercapai target yang ditetapkan bahkan mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun hal ini hanya diakibatkan oleh adanya pemekaran jumlah nagari sebagai dasar perhitungan indikator ini, sehingga nilai pembagi dalam perhitungan target menjadi lebih besar. Sehingga secara umum Pembangunan Infrastruktur hingga tahun 2013 dapat dikatakan masih cukup baik.

Tabel.2.55

Indikator pembangunan infrastruktur (2010 s/d 2013) No Indikator Utama Tahun

2010 Tar get Realis asi Targ et Real isasi Target Realisa si 2011 2012 2013

1 Panjang Irigasi Terbangun (Km)

2,311 2,313 6,015 2,316 7,015 2,319 6,015

2 Cakupan Layanan Listrik (%)

90 91 91 92 93,96 93 89,81

3 Jumlah Embung terbangun (per tahun)

7 2 1 2 2 2 2

2. PERUMAHAN

Memiliki perumahan tangga yang baik adalah merupakan idaman semua orang, termasuk masyarakat di Sumatera Barat. Untuk itu pemerintah Daerah Sumatera Barat harus memberikan layanan kepada

124

masyarakat untuk mendapatkan rumah yang baik. Perumahan dikatakan baik memenuhi beberapa kriteria berikut:

a. Akses, berupa jalan keluar-masuk, serta jalan ke tempat kegiatan sosial-ekonomi.

b. Berada pada Lingkungan yang baik hingga berdampak pada kenyaman penghuni.

c. Tersedianya sarana dan prasarana sosial seperti pasar, tempat ibadah dan pendidikan dan fasilitas pembuangan sampah.

d. Memiliki sanitasi yang baik berupa got dan saluran pembuangan air dan tidak banjir.

e. Layak huni dalam arti secar fisik kuat dan dalam kondisi bersih dan sehat.

f. Ketersediaan air dan listrik yang merupakan elemen penting dari rumah.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka kinerja pembangunan di Sumatera Barat selama ini dapat dikatakan cukup baik namun cenderung tidak meningkat. Kondisi perumahan yang baik rata-rata berada pada nilai lebih dari 50. Namun hal ini tentunya harus lebih ditingkatkan di masa yang akan datang.

0 20 40 60 80 100 2009 2010 2011 2012 2013

Rumah tangga pengguna air bersih Rumah tangga pengguna listrik Rumah tangga ber-Sanitasi Lingkungan pemukiman kumuh Rumah layak huni

125

3. PENATAAN RUANG

Kinerja tata ruang dalam studi ini ditinjau dari aspek penggunaan ruang berdasarkan alokasi peruntukannya yang disesuaikan dengan hirarki kota- kota sebagai pusat kegiatan yang ada di wilayah propinsi. Untuk Propinsi Sumatera Barat pengembangan pusat kegiatan berdasarkan tingkatannya adalah sebagai berikut:

a. Pusat kegiatan nasional (PKN); yaitu Kota Padang;

b. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW); yakni Kota Bukittinggi, Kota Pariaman, Kota Sawahlunto, Kota Solok dan Muara Siberut.

c. Pusat kegiatan Wilayah di Propinsi (PKWp); yaitu Kota Payakumbuh, Pulau Punjung, Tapan dan Simpang Empat.

d. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) sebagai pengembangan seluruh ibukota kabupaten dan kota.

PKN, PKW, PKWp dan PKL perlu didukung oleh ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang sesuai dengan skala pelayanannya. Hasil evaluasi kinerja PKN, PKW, PKWp dan PKL sesuai ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana sesuai skala pelayanannya dapat dilihat pada Tabel berikut.

- 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 2009 2010 2011 2012 2013

Persentase Rumah Tangga (RT) menggunakan air bersih

Persentase Rumah Tangga (RT) menggunakan air bersih

- 2 4 6 8 10 12 14 16 2009 2010 2011 2012 2013

Tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

126

Tabel 2.56

Evaluasi Kinerja Tata Ruang berdasarkan Sarana dan Prasarana yang dimiliki Kota sebagai Pusat Kegiatan di Propinsi Sumatera Barat

No Kota sebagai Pusat Kegiatan Fasilitas yang dibutuhkan Target Hasil Evaluasi / Capaian kinerja

I Pusat Kegiatan Nasional (PKN) 1 Kota Padang Pembangunan Terminal Regional Tipe A (AKAP) di ibukota Propinsi sudah wajib ada sebagai prasarana minimum PKN)

berfungsinya Terminal Regional Bengkuang (tipe A) di kawasan Aia Pacah

Tidak berfungsi peningkatan dan

pengembangan prasarana dan sarana terminal barang, serta prasarana dan sarana sistem angkutan umum massal

Belum terlaksana

2 Pembangunan pasar

induk antar wilayah dalam sistem angkutan barang dan jasa;

pengembangan sarana perdagangan Pasar Raya Padang sebagai pasar induk antar wilayah

Sudah terlaksana, tetapi tidak efektif 3 Pelabuhan Teluk Bayur sebagai pelabuhan laut internasional Belum terlaksana 4 Pengembangan Agroindustri dan Manufaktur di kawasan PIP Pengembangan Agroindustri dan Manufaktur di kawasan PIP, industri Semen {Padang di Kawasan Indarung Belum terlaksana 5 Peningkatan kapasitas Bandara Internasional Minangkabau Berfungsinya bandara udara sebagai bandara internasional Sudah terlaksana tetapi belum efisien?? 6 Peningkatan pelabuhan perikanan (pasar lelang ikan)

Peningkatan pelabuhan perikanan Samudera Bungus Sudah terlaksana 7 Peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan limbah terpadu Peningkatan dan pengembangan sistem pengelolaan limbah terpadu melalui pipanisasi

Belum terlaksana

Peningkatan TPA Regional Aie Dingin serta prasarana dan sarana persampahan

Sudah terlaksana 8 Pengembangan sarana pendidikan tinggi pengembangan sarana pendidikan tinggi Universitas Andalas dan Universitas Negeri Padang sebagai perguruan tinggi nasional

Sudah terlaksana

127

No Kota sebagai Pusat Kegiatan Fasilitas yang dibutuhkan Target Hasil Evaluasi / Capaian kinerja 9 Pengembangan

Rumah sakit Umum kelas A

pengembangan sarana kesehatan RSU dr. M. Djamil sbg salah satu rumah sakit kelas A di Indonesia

……… ….

pembangunan prasarana dan sarana air limbah kawasan RSH

Belum terlaksana

10 pemenuhan

kebutuhan dasar air minum (pemerataan distribusi dan kualitas terjamin)

peningkatan kapasitas pelayanan air minum sesuai kebutuhan masyarakat Sudah terlaksana 11 membangun lingkungan sehat pembangunan waste

water, ecodrain, dan ecosan 12 pengembangan permukiman yang sehat peningkatan dan pengembangan sarana dan prasarana permukiman

II Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan PKW Propinsi (PKWp)

1 Kota Bukittinggi Kota Pariaman Kota Sawahlunto Kota Solok Kota Siberut

terminal regional tipe B dan atau pelabuhan udara pengumpan atau pelabuhan laut nasional pembangunan atau peningkatan terminal regional tipe B menjadi tipe A

peningkatan fasilitas terminal regional tipe A atau B

peningkatan dan

pengembangan prasarana dan sarana terminal barang, serta prasarana dan sarana angkutan umum missal

pengembangan bandar udara pengumpan Pulau Punjung di kab.

Dharmasraya, Muara Siberut / Siberut Selatan di Kab. Kep. Mentawai pengembangan pelabuhan laut nasional Simpang Empat di Air Bangis Kab. Pasaman barat, Tapan di Air Haji Kab. Pesisir Selatan, dan Muara Siberut di Kab. Kepaulauan Mentawai

128

No Kota sebagai Pusat Kegiatan Fasilitas yang dibutuhkan Target Hasil Evaluasi / Capaian kinerja

3 Rumah sakit Umum

kelas B

Peningkatan pelayanan rumah sakit kelas A atau B Pembangunan atau peningkatan rumah sakit kelas B menjadi kelas A

4 Perguruan Tinggi

5 Perumahan dan

Permukiman

peningkatan kapasitas prasarana dan sarana permukiman

peningkatan kapasitas pelayanan air minum di perkotaan

pembangunan sistem drainase primer di Kota Solok, Kota Payakumbuh dan Kota Bukittinggi peningkatan TPA Regional serta prasarana dan sarana persampahan Peningkatan dan pengembangan instalasi pengelolaan air limbah (IPAL)

Pembangunan instalasi Pengelolaan Limbah Terpusat (IPLT) di Kota Bukittinggi

Pembangunan prasarana dan sarana air limbah kawasan RSH di Kota Pariaman, Kota Payakumbuh, dan Kota Solok

III Pusat Kegiatan Lokal (PKL)

1 Painan Padang Panjang Lubuk Sikaping Sarilamak Batusngkar Padang Aro Tua Pejat Muaro Sijunjung Lubuk Alung

terminal regional tipe C dan /atau

pelabuhan laut regional / lokal

pembangunan atau peningkatan pelayanan terminal regional tipe C menjadi tipe B

peningkatan dan

pengembangan prasarana dan sarana terminal barang, serta prasarana dan sarana sistem angkutan missal

pasar lokal peningkatan sarana pasar

rumah sakit umum kelas C

peningkatan pelayanan rumah sakit kelas B atau C

129

No Kota sebagai Pusat Kegiatan Fasilitas yang dibutuhkan Target Hasil Evaluasi / Capaian kinerja Parik Malintang Aro Suka prasarana perumahan dan permukiman yang meliputi jaringan air minum, tempat pembuangan sampah, IPAL, IPLT

pengembangan prasarana dan sarana permukiman peningkatan kapsitas pelayanan air minum perkotaan

pengembangan prasarana dan sarana agropolitan / minapolitan

Secara umum masih banyak kebutuhan fasilitas sarana dan prasarana pusat kegiatan nasional yang belum tersedia di Kota Padang sebagai PKN di Prop. Sumatera Barat. Kinerja tata ruang Propinsi Sumbar berpedoman kepada kriteria yang tertuang dalam RTRW ternyata memperlihatkan hasil ealuasi kinerja yang belum memuaskan, terutama untuk PKN.

Sehubungan dengan kinerja yang masih lemah dalam penataan ruang (lihat Tabel di atas), maka Kota Padang sebagai ibukota provinsi juga belum mampu menunjukkan eksistensinya sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Hirarki Kota Padang sebagai ibu kota provinsi masih sejajar dengan, dan kondisinya tidak jauh lebih baik dari Kota–Kota lainnya di Provinsi Sumatera Barat. Untuk lima tahun mendatang, perlu dilakukan perubahan cara pandang bahwa Kota Padang harus didorong dan mendapat perhatian dari pemerintah provinsi, agar ibu kota provinsi ini dapat memainkan perannya sebagi pusat kegiatan ditingkat nasional. Dengan terwujudnya Kota Padang sebagai PKN, akan membuka peluang Provinsi Sumatera Barat sejajar dengan kota besar lainnya di Indonesia dan menjadi daya tarik para investor untuk menanamkan investasinya. Selanjutnya, peluang Kota-kota lainnya di provinsi sebagai PKW atau PKWp, serta PKL dengan demikian menjadi lebih terbuka dan lebih didorong pertumbuhannya dengan berkembangnya PKN. Peluang lainnya yang akan terbuka dengan terwujudnya Kota Padang sebagai PKN adalah meningkatnya aktivitas sektor kepariwisataan karena secara nasional Sumatera Barat berada dalam sepuluh tujuan wisata nasional.

Faktor lingkungan internal yang dihadapi selama ini sebagai kendala dalam mewujudkan Pusat-pusat kegiatan melalui pengembangan hirarki perkotaan antara lain karena belum adanya komitmen bersama antara pemerintah provinsi dan kota, belum terealisasinya perencanaan wilayah yang terintegrasi secara vertikal dan horizontal, belum terbukanya masyarakat, swasta maupun pemerintah untuk pembaharuan dalam proses perencanaan dan pembangunan, serta belum otimalnya penerapan reformasi birokrasi. Faktor lingkungan dari luar yang mempengaruhi tidak terwujudnya tata ruang seperti yang diharapkan adalah karena kurangnya minat investor untuk berpartisipasi dalam pembangunan selama ini

130

4. TRANSPORTASI

A. Subsektor Jalan

Prasarana jaringan jalan masih merupakan kebutuhan pokok bagi pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri. Di era desentralisasi, jaringan jalan juga merupakan perekat kebutuhan bangsa dan negara dalam segala aspek sosial, budaya, ekonomi, politik dan keamanan. Sehingga keberadaan sistem jaringan jalan yang menjangkau seluruh wilayah Provinsi Sumatera Barat merupakan tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi. Fungsi jaringan jalan sebagai salah satu komponen prasarana transportasi sudah saatnya diletakkan pada posisi yang setara dalam perencanaan transportasi secara global. Untuk itu diperlukan keterpaduan dalam perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi dalam konteks sistem transportasi intermoda.

Gambar 2.6

Desireline Pergerakan Orang dan Barang

Berdasarkan gambar desireline pergerakan orang dan barang menujukkan bahwa Produksi perjalanan orang di Sumatera Barat mencapai 34.886.620 orang per tahun, sedangkan produksi barang 53.969.724 ton pertahun Total bangkitan dan tarikan perjalanan baik orang maupun barang di dominasi dari dan ke Kota Padang dengan jumlah produksi perjalanan orang sebesar 16,3% dari total produksi perjalanan keseluruhan, sedangkan barang sebesar 23,5%. Tingginya produksi perjalanan Kota Padang dinilai wajar karena Kota Padang merupakan Ibukota Provinsi sekaligus menjadi Pusat Kegiatan Nasional (PKN), disamping itu Kota Padang merupakan pusat industri baik industri semen, elektronik, pengolahan CPO,dll sehingga interaksi di sektor industri maupun sektor lain akan menimbulkan perjalanan baik dari maupun ke Kota Padang. Jika dilihat dari sisi Produk Domestik Bruto Sumatera Barat, Kota Padang memiliki PDRB paling besar dibandingkan Kota/Kab Kota lainnya. Dari data Sumatera Barat Dalam Angka Tahun

131

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar (Halaman 123-131)