• Tidak ada hasil yang ditemukan

197 yang merupakan komponen dari Index Pembangunan Manusia

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar (Halaman 197-200)

(IPM)untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Angka Gizi kurang merupakan indikator terhadap kualitas SDM, yang diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia berkualitas, amanah dan berdaya saing.Selanjutnya Jaminan Pelayanan kesehatan merupakan indikator ketersediaan pelayanan kesehatan.Dan kepuasan pasien merupakan indikator mutu pelayanan di bidang kesehatan.

Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Strategi

Intensitas beberapa penyakit menular dan tidak menular serta Gizi lebih yang semakin meningkat dan terjadi Penyebaran beberapa penyakit menular (multiple burden of desease) diluar sasaran MDGs 2015, ada ancaman meningkatnya atau munculnya penyakit lain (new emerging dan re-emerging)

serta kejadian luar biasa yang diakibatkan adanya perubahan perilaku manusia dan lingkungan Mewujudkan sumber daya manusia berkualitas, amanah dan berdaya saing untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Adapun sasaran yang diusulkan hanya 4 yaitu: meningkatnya Umur Harapan Hidup yang merupakan komponen dari Index Pembangunan Manusia (IPM) untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera. Menurunnya Angka Gizi kurang merupakan indikator terhadap kualitas SDM, yang diharapkan dapat mewujudkan sumber daya manusia berkualitas, amanah dan berdaya saing. Selanjutnya meningkatnya cakupan Jaminan Pelayanan kesehatan merupakan indikator ketersediaan pelayanan kesehatan. Dan meningkatnya kepuasan pasien merupakan indikator mutu pelayanan di bidang kesehatan. Strategi pertama, Menguatkan pemberdayaan masyarakat, kerjasama dan kemitraan serta penyehatan lingkungan dengan arah kebijakan Penguatan

pemberdayaan masyarakat, kerjasama dan kemitraan serta penyehatan lingkungan.

Sistem Kesehatan belum responsif terhadap kebutuhan masyarakat, berdasarkan jumlah sarana pelayanan kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan penduduk di kabupaten/kota. Disamping itu kualitas SDM yang juga dirasakan masih belum optimal

Strategi kedua Menguatkan pelayanan kesehatan, Pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi dengan arah kebijakan penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan, pengendalian penyakit menular dan tidak menular gangguan mental serta gizi masyarakat. Sistem pelayanan kesehatan

belum efektif dan efisien, masih berorientasi kepada kuratif daripada promotif dan preventif, hal ini terlihat dari proporsi anggaran lebih tinggi

untuk kuratif Strategi ketiga,

Menguatkan pembiayaan, Sumber daya kesehatan dengan arah kebijakan Penguatan Pembiayaan dan sumber daya kesehatan. Belum optimalnya Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Masyarakat Belum terpenuhinya Sumber Daya Kesehatan sesuai dengan standard dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang prima

Strategi keempat, Menguatkan manajemen, regulasi, teknologi

198

Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Strategi

Belum optimalnya aspek Regulasi dan Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung manajemen kesehatan

informasi kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan dengan arah kebijakan Penguatan Managemen, regulasi, system infomasi bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan. Pembiayaan Kesehatan

seluruh Kabupaten/Kota yang masih dibawah amanat Undang-Undang Kesehatan belum mencapai 10%

Tabel 3.2.

Indikator Makro Bidang Kesehatan Propinsi Sumatera Barat

No INDIKATOR Sat

TARGET SUMBAR

2015 2016 2017 2018 2019

1. Meningkatnya Umur Harapan Hidup;

%

70.19 70.28 70.37 70.45 70.54

2. Angka Gizi Kurang (BB/TB); % 5.37 4.80 4.23 3.67 3.10

3. Jaminan pemeliharaan kesehatan (%)

% 81.10 85.00 88.90 92.80 96.70

4. Index Kepuasan Pasien Rumah Sakit

%

32 42 52 62 72

3. KEMISKINAN

Tujuan dan sasaran yang terkait dengan kemiskinan dapat dijelaskan pada tabel berikut:

No Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Strategi

1. Sinergi kebijakan pemerintah dalam pengentasan kemiskinan Mengurangi tingkat kemiskinan yang terutama di daerah tertinggal Berkurangnya jumlah penduduk miskin di kota dan kabupaten terutama daerah tertinggal

Sinkronisasi dan koordinasi pemerintah kota dan kabupaten dengan provinsi dalam pengentasan kemiskinan 2 Penyediaan lapangan

kerja yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan penduduk miskin

Memberikan pekerjaan untuk penduduk miskin supaya keluar dari kemiskinan

Meningkatnya partisipasi angkatan kerja terutama penduduk miskin

Melatih dan memperkuat kemampuan penduduk miskin yang potensial untuk masuk ke dunia kerja 3 Pendataan penduduk

miskin yang komprehensif

Mempersiapkan data potensi penduduk miskin supaya mudah diintervensi oleh kebijakan pemerintah Terdatanya jumlah dan potensi penduduk miskin yang akurat Pendataan penduduk miskin yang berkelanjutan

4 Peningkatan peran UMKM dalam pengetasan kemiskinan Meningkatkan peran UMKM dalam pengentasan kemiskinan Meningkatnya jumlah penduduk miskin yang terserap pada usaha UMKM

SKPD terkait berkoordinasi dengan UMKM dalam membuat kegiatan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan

199

4. AGAMA

a. Terwujudnya ketaatan beragama, berakhlak mulia, jujur, peduli sesama manusia, menerapkan tata kehidupan beragama dan berbudaya yang baik, rukun dengan agama lain, serta peduli terhadap masa depan dan keselamatan masyarakat dan bumi ciptaan Tuhan.

b. Terwujudnya tata-kehidupan beragama yang baik, tetapi juga pada terbentuknya hubungan sosial yang harmonis antar berbagai golongan masyarakat. Disamping itu, tata-kehidupan beragama yang baik juga dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan ibadah individual mkenuju seterusnya pada ibadah sosial dan spiritual serta berlaku saleh antar sesama individu dan antar kelompok masyarakat. c. Terwujudnya Sumatera Barat Sebagai Pusat Pendidikan Bernuansa Islam dengan melanjutkan pemikiran keilmuan yang digali dari sumber Al-quran dan hadis, dan menjadikan sumber keilmuan tersebut sebagai dasar pijak memasuki era globalisasi. dan memerlukan generasi akan datang yang memiliki karakter, kekuatan keilmuan, keterampilan, dan terarahnya kesalehan emosional, spiritual dan kesalehan sosial.

d. Terwujudnya kesalehan dan kepedulian sosial merupakan salah satu petanda penting bagi terwujudnya perilaku agama dan budaya sebagai energi pembangunan. Terwujudnya kesalehan dan kepedulian sosial ini ditandai oleh meningkatnya jumlah kaum muslimin yang membayar zakat sesuai dengan ketentuan dalam Agama Islam.

e. Adanya Madrasah Moderen yang terkategori boarding school bertaraf Internasional

f. Berdirinya pendidikan agama yang berstandar internasional yang disain otaknya mengedepankan nilai-nilai spritual dan sosial.

6. KEBUDAYAAN

Sasaran pembangunan yang akan dicapai dalam pembangunan peningkatan apresiasi seni dan budaya daerah adalah sebagai berikut : a. Meningkatnya pemahaman dan apresiasi social budaya sesuai

dengan keragaman kekayaan social budaya lokal.

b. Meningkatnya aktualisasi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah.

c. Berkembangnya social budaya demokratis sehingga keberagaman memiliki peluang yang relatif sama untuk menuju suatu kehidupan social budaya yang dialogis dan harmonis serta berkembangnya

200

konsep-konsep adat dalam mengantisipasi globalisasi dan peningkatan kinerja pembangunan.

d. Terbangunnya iklim, suasana, sarana dan prasarana yang memadai bagi pengembangan potensi social budaya guna memupuk kreatifitas masyarakat, baik secara kelompok maupun individual. e. Terbangunnya wadah kerjasama dan sinergi antara lembaga adat

antar nagari untuk peningkatan kapasitas pemangku adat, penguatan kelembagaan, menangani permasalahan adat dan social budaya yang bersifat lintas nagari.

f. Berkembangnya nilai social budaya yang mendorong semangat nasionalisme seperti rasa kebanggaan terhadap bangsa, pahlawan, lambang-lambang dan simbol negara, produk sendiri dan identitas bangsa.

7. PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

Sasaran pembangunan yang akan dicapai pada tahun 2019 dalam rangka peningkatan kualitas hidup dan peran perempuan dan kesejahteraan keluarga adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kualitas SDM perempuan, kedudukan dan peranan perempuan termasuk dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan secara adil dan profesional di berbagai bidang kehidupan. 2. Terlaksananya berbagai upaya perlindungan perempuan.

3. Meningkatnya kesejahteraan dan perlindungan anak

4. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk melaporkan tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak

5. Terwujudnya pembangunan sektor yang responsif gender melalui upaya pengarus-utamaan gender yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi baik di tingkat propinsi maupun kabupaten / kota.

6. Tersedianya data dan statistik gender dan anak yang lengkap. 7. Mantapnya kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender

(PUG) dan anak di tingkat kabupaten / kota.

8. Tersusunnya kebijakan dan program pembangunan daerah yang responsif gender dan peduli anak di tingkat propinsi dan kabupaten / kota.

9. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam melakukan Keluarga Berencana

Dalam dokumen BAPPEDA Sumbar (Halaman 197-200)