• Tidak ada hasil yang ditemukan

AFRIK A SEL ATAN

Dalam dokumen pedoman untuk perusahaan (Halaman 151-156)

Ringkasan lokakarya

AFRIK A SEL ATAN

152

Karena pertimbangan logistik, diputuskan bahwa lokakarya akan diadakan dalam dua waktu yang terpisah. Lokakarya pertama selama 1.5 hari untuk kalangan bisnis dipimpin oleh Shift di Johannesburg pada bulan Juli 2015, dengan tuan rumah Global Compact Network South Africa. Lalu dilanjutkan dengan pembahasan informal dan produktif selama setengah hari dengan multi pemangku kepentingan termasuk segelintir perwakilan masyarakat sipil (termasuk Oxfam di Afrika Selatan). Pada bulan Oktober 2015, Oxfam menindaklanjuti hasil dari lokakarya pertama ini dan memimpin sesi serupa untuk pelaku masyarakat sipil selama 1.5 hari. Kemudian, sesi kembali dilanjutkan dengan pembahasan informal tentang hasilnya dengan beberapa perusahaan di dalam diskusi setengah hari.

Sekitar 40 peserta dari berbagai sektor termasuk pertam-bangan, keuangan, konstruksi, energi, dan makanan &

minuman berpartisipasi dalam lokakarya untuk kalangan bisnis. Harapan sosial terhadap perusahaan agar ikut mengatasi ketidaksetaraan yang berakar dari masa apartheid dan tetap menjadi masalah besar di Afrika Selatan, menjadi tema utama selama diskusi. Hari kedua difokuskan pada topik-topik yang memiliki relevansi khusus di dalam konteks Afrika Selatan: semakin tingginya kekhawatiran tentang hak atas air dan sanitasi; dampak terkait lahan (termasuk proses realokasi lahan yang terjadi setelah apartheid); dan remediasi serta mekanisme penanganan keluhan, yang memiliki arti khusus karena adanya proses hukum yang masih berjalan dan proses pemulihan lain atas ketidakadilan yang melibatkan perusahaan pada masa apartheid. Untuk pembahasan informal dengan multi pemangku kepentingan, sekelompok kecil peserta bisnis bergabung dengan beberapa perwakilan organisasi masyarakat sipil untuk memfasilitasi pembahasan. Topik yang dibahas termasuk: peran, dan tantangan untuk bisnis di dalam konteks pelayanan publik yang tidak memadai; bagaimana mengadakan pelibatan pemangku kepentingan yang bermakna dengan pekerja dan masyarakat lokal; dan bagaimana pelibatan dengan pemerintah untuk membahas bisnis dan HAM. Untuk sejumlah peserta dari kalangan bisnis, ini adalah pertama kalinya mereka terlibat dalam dialog tentang bisnis dan HAM di Afrika Selatan. Peserta sepakat bahwa pertukaran seperti ini penting untuk dilanjutkan, dan lokakarya yang berfokus pada OMS yang diadakan pada bulan Oktober menyediakan peluang pertemuan berikutnya.

Lokakarya dengan OMS pada bulan Oktober melibatkan lebih dari 15 peserta dari berbagai organisasi. Hari pertama digunakan untuk diskusi dan latihan yang membantu membangun pemahaman peserta tentang konsep-konsep dasar dari Prinsip-Prinsip Panduan PBB, serta apa dan

Lampiran A Prinsip-Prinsip Panduan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

153

bagaimana hal ini dapat membantu mencapai sasaran OMS.

Sebagian hari kedua digunakan untuk diskusi sore dengan perwakilan bisnis untuk memastikan terjadinya dialog yang bermakna. Banyak OMS yang hadir adalah yang aktif bekerja di daerah pertambangan di mana dampak HAM menjadi perhatian utama. Bagi sebagian dari OMS ini, kesempatan ini adalah pertama kalinya mereka berada dalam format diskusi bersama-sama dengan perusahaan mengenai permasalahan tersebut.  敬

TURKI

Lokakarya proyek yang terakhir diadakan di Istanbul pada tanggal 26 dan 27 Januari 2016, bermitra dengan Global Compact Network Turkiye dan Oxfam Turki, dan fokus pada tanggung jawab untuk menghormati HAM di rantai pasokan. Selama dua hari, lebih dari 70 peserta terlibat dalam pembahasan tentang dampak HAM terhadap pekerja di rantai pasokan Turki, bagaimana menangani tantangan ini sesuai dengan Prinsip-Prinsip Panduan PBB, dan bagaimana para peserta lokakarya dapat bekerja sama untuk mempromosikan Prinsip-Prinsip Panduan PBB di kalangan perusahaan dan aktor lain yang relevan pada umumnya.

Sesi pembukaan mengimbau adanya kolaborasi dan kemitraan yang lebih baik antara sektor swasta dan organisasi nonpemerintah, yang dilihat sebagai hal yang sangat penting untuk upaya masyarakat sipil lokal dalam mengurangi kemiskinan dan ketidaksetaraan. Bagi kalangan bisnis, organisasi nonpemerintah dilihat sebagai mitra penting dalam memenuhi tanggung jawab HAM mereka.

Setelah pengantar tentang Prinsip-Prinsip Panduan PBB dan diskusi peserta, lokakarya kemudian menggali contoh upaya perusahaan untuk memperkuat penghormatan HAM di rantai pasokan serta perspektif masyarakat sipil tentang kecenderungan industri di Turki. Peran konsumen, perlunya peraturan pemerintah yang efektif dan perlunya untuk fokus ke usaha kecil dan menengah (UKM) diidentifikasi sebagai bidang-bidang penting. Beberapa peserta juga mengamati bahwa beberapa kecenderungan terkini yang

TURKI

154

mengarah pada berkurangnya penghormatan atas hak, seperti meningkatnya prevalensi penggunaan pekerja anak dan kecenderungan lain untuk mengurangi upah pekerja.

Lokakarya hari kedua difokuskan pada pendekatan inovatif untuk menghormati HAM di rantai pasokan – yang lebih dari sekadar audit kepatuhan sosial. DeFacto berbagi pengalaman mereka sebagai perusahaan yang relatif masih muda dalam menyusun program, yang ditampilkan sebagai cerita dari Turki di pedoman dan situs internet proyek ini. Diskusi berikutnya diperluas dengan pengalaman dari industri lain, termasuk makanan, kapas dan produk-produk pertanian lainnya.

Sesi sore melihat lebih dekat tentang hak-hak perempuan.

Fair Wear Foundation (FWF) berbagi pengalaman mereka bekerja dengan pemasok Turki untuk memperbaiki praktik perburuhan mereka. Salah satu tantangan utama yang dialami perempuan di rantai pasokan pakaian adalah mereka biasanya tidak terdaftar resmi, yang berarti mereka tidak memiliki akses atas jaminan sosial dan perlindungan sosial lain, dan lebih terpapar untuk mengalami eksploitasi, seperti diupah lebih rendah. Meskipun perusahaan anggota FWF bertanggung jawab untuk mengelola pemasok mereka, FWF menawarkan beragam alat bantu dan program pendukung agar mereka dapat mencapai standar minimum FWF. Pada sesi penutup dalam lokakarya ini, peserta mendiskusikan cara-cara yang dapat dilakukan untuk semakin mempromosikan penghormatan HAM di lintas sektor. Peserta merasa ini adalah saat yang tepat untuk melibatkan organisasi lain dalam diskusi, termasuk berbagai lembaga pemerintah, agar bisa memanfaatkan contoh-contoh yang sudah ada dan meningkatkan kemajuan di lapangan. 敬

Lampiran A Prinsip-Prinsip Panduan

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

155

Lampiran B

Contoh-contoh komitmen

kebijakan

156

Dalam dokumen pedoman untuk perusahaan (Halaman 151-156)