• Tidak ada hasil yang ditemukan

Harapan bagaimana perusahaan harus menanggapi keterlibatan dalam dampak HAM

Dalam dokumen pedoman untuk perusahaan (Halaman 92-96)

93

Sifat dari tanggapan perusahaan berbeda untuk masing-masing dari ketiga skenario ini (penyebab, kontribusi, hubungan), menurut:

Apakah tindakan yang diperlukan tersebut hanya karena berpandangan ke depan (berdasarkan keterkaitan), atau juga memerlukan pemulihan (atau berkontribusi Apada pemulihan atas) dampak di masa lalu (karena menyebabkan atau berkontribusi);

Apakah perusahaan benar-benar perlu mengubah praktiknya (karena menyebabkan dan atas tindakannya sendiri di dalam skenario kontribusi), atau menggunakan daya ungkit untuk mempengaruhi perubahan praktik pihak ketiga (karena kontribusi dan keterkaitan).

Tabel kedua di halaman sebelum ini menggambarkan berbagai bentuk tanggapan yang diharapkan. Selanjutnya, bagian ini akan menguraikan beberapa contoh dari setiap skenario secara lebih rinci.

Penyebab

Satu usaha perusahaan kecil yang memiliki beberapa restoran menerima pengaduan dari pengunjungnya karena staf di salah satu restoran tersebut selalu mendiskriminasi pengunjung dari ras tertentu. Setelah dilakukan investigasi, termasuk mendengarkan masukan dari staf, ditemukan bahwa pengaduan ini terbukti. Dengan demikian perusahaan harus:

Mengambil tindakan untuk mencegah terus terjadinya praktik diskriminatif ini, misalnya, dengan berbicara dengan para staf dan memberikan pelatihan yang memadai, memastikan bahwa staf yang masih melakukan praktik ini akan diberikan peringatan dan dikenakan sanksi dan, jika ada yang menolak mengubah perilakunya, perusahaan akan mempertimbangkan untuk mengakhiri perjanjian kerja (tetapi di saat yang sama juga mempertimbangkan efek negatif lain terhadap HAM yang mungkin terjadi karena pemecatan ini); dan

Memperbaiki situasi dengan pengunjung yang di-diskriminasi, contohnya, melalui permohonan maaf resmi dari perusahaan, memberitahukan langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh manajemen restoran untuk mencegah agar perilaku ini tidak terjadi lagi di masa depan, dan jika memungkinkan menawarkan ganti rugi.

Kontribusi

Perusahaan pakaian membuat pesanan kaos oblong dalam jumlah besar ke satu pemasok. Di menit terakhir, perusahaan kemudian meminta pemasok melakukan perubahan jenis jahitan. Pemasok segera memastikan bahwa mereka memiliki cukup pekerja untuk membuat perubahan disain yang diminta tepat waktu agar bisa memenuhi tenggat waktu pengiriman.

Karena kapasitasnya sudah mencapai batas maksimal, pemasok memaksa pekerjanya untuk lembur dan tidak mengambil hak cuti mereka agar bisa memenuhi pesanan.

94

Ini skenario yang lazim terjadi di sektor pakaian dan alas kaki. Sejumlah besar perusahaan pemilik merek retail mulai meninjau praktik pembelian mereka untuk mengevaluasi bagaimana mereka berkontribusi pada pelanggaran hak-hak pekerja di tingkat pemasok karena perubahan keputusan di menit terakhir. Sebagai contoh, tindakan yang diambil oleh merek pakaian dari Amerika Serikat, Gap, untuk berusaha memitigasi risiko ini, diantaranya: 48

Pada saat lokakarya proyek di Turki, peserta membahas batasan program kepatuhan sosial tradisional dan kebutuhan pendekatan inovatif untuk menangani pelanggaran terhadap hak-hak pekerja di rantai pasokan.

Saran dari peserta, meliputi:

L Perusahaan pembeli tidak boleh hanya sekedar “memotong dan pergi” ketika ada masalah, tetapi, justru, harus berkomitmen untuk bekerja dengan para pemasok untuk memperbaiki praktik dan berinvestasi dalam hubungan mereka di jangka panjang;

L Perusahaan harus menghindari mengirim pesan yang berlawanan ke pemasok dengan di satu sisi, menekan pemasok untuk mengirimkan produk dalam jumlah besar dengan segera, sementara di sisi lain menentukan harapan yang tinggi untuk menghormati HAM;

L Kemungkinan ada kendala budaya bagi pemasok untuk mengakui kesalahan mereka: perusahaan pembeli harus mendorong dan memberikan insentif kepada pemasok untuk bertukar tantangan sehingga dapat diatasi bersama;

L Pemasok mungkin memerlukan dukungan yang spesifik untuk mengatasi permasalahan yang sistematis, seperti pekerja anak, kebebasan berserikat atau hak-hak perempuan.

Penjelasan lebih lanjut tentang ini, lihat cerita dari Turki di situs internet proyek ini. Lihat juga publikasi Shift, ‘From Audit to Innovation: Advancing Human Rights in Global Supply Chains’ (Dari Audit ke Inovasi: Memajukan HAM di Rantai Pasokan Global), 2013.49

Bekerja dengan basis pemasok kecil yang ter-konsolidasi dan mela-lui hubungan jang ka pan jang sehingga dapat membantu mem bangun rasa kemitraan dan memungkinkan adanya dis -kusi yang terbuka ten tang tekanan yang di alami pemasok karena praktik pembelian perusahaan;

Mengumpulkan data ten-tang kinerja pemasok untuk mengevaluasi ba-gai mana perusahaan da-pat membantu agar pe-masok memiliki sis tem manajemen yang lebih baik di fasilitas mereka;

Mengembangkan pela-tih an untuk staf pem-belian mengenai bagai-mana keputusan mereka dapat berdampak lang-sung pada pekerja di fasilitas pemasok dan ba-gai mana berusaha untuk menghindari situasi se-per ti ini.

Ketika situasi nyata seperti yang diceritakan di atas ini terjadi, Prinsip-Prinsip Panduan PBB meng harapkan agar perusahaan pembeli ber kontribusi ter hadap pemulihan pe-kerja yang terkena dampak sesuai dengan kontribusi mereka terhadap situasi tersebut, sebagai contoh, memastikan agar pemasok mengizinkan pekerja mengam bil semua hak cuti mereka dan memberikan kom pensasi langsung atas kerja lembur yang mereka lakukan.

48 www.goo.gl/Qqxh3m 49 www.goo.gl/2Y5BGy

WAWASAN TENTANG NEGARA: TURKI

‘Lebih dari sekedar audit’ untuk meningkatkan standar HAM dengan pemasok

Menerapkan penghormatan HAM:

Langkah-langkah praktis Mengintegrasikan dan bertindak 'Mewujudkan ucapan dalam tindakan'

95

Keterkaitan

Perusahaan kesehatan membuat mesin USG yang kecil dan portabel, yang dapat memberikan akses atas perawatan medis yang dapat menyelamatkan nyawa di kawasan terpencil. Di salah satu negara di mana perusahaan menjual mesin tersebut, terdapat diskriminasi endemis terhadap perempuan, yang menyebabkan adanya preferensi sosial terhadap anak laki-laki. Akibatnya, mesin perusahaan digunakan tidak hanya untuk mengidentifikasi dan mengobati penyakit dan cedera, tetapi juga untuk menentukan jenis kelamin janin agar bisa memudahkan aborsi dini terhadap janin yang berjenis kelamin perempuan.

Praktik ini bertentangan dengan hukum nasional, yang juga mengharuskan pabrik pembuat mesin memastikan bahwa praktisi medis yang membeli mesin mereka memiliki sertifikat pemerintah untuk menggunakan mesin tersebut.

Akan tetapi, hukum nasional ini penegakannya lemah dan jumlah kelahiran bayi perempuan menurun.

Ini adalah situasi nyata yang dialami GE Healthcare di India.

Perusahaan mengambil beberapa langkah untuk mengatasi situasi ini, dan untuk memastikan agar perusahaan tidak ikut berkontribusi pada kerugian HAM karena gagal mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti berikut:50

Meningkatkan pelatihan untuk semua agen penjualan yang menjual mesin USG, mendorong mereka untuk membawa permasalahan ke manajer jika ada keraguan tentang praktisi potensial, dan memperjelas bahwa, pada akhirnya, mereka sebaiknya tidak menjual peralatan jika keraguan ini tidak bisa ditangani;

Menambahkan peringatan eksplisit tentang persyaratan hukum di semua kontrak penjualan dan di semua kontrak hak jual di negara tersebut (karena produk banyak dijual lewat hak jual ini);

Memasang peringatan di mesin USG tentang hukum;

Bekerja dengan OMS dan pemangku kepentingan lokal lain mengenai tindakan yang harus dilakukan;

Mendorong tindakan dari seluruh pelaku industri tentang permasalahan ini melalui Konfederasi Industri India;

Berkolaborasi dalam kampanye pendidikan publik untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak perempuan dan anak perempuan.

50 www.goo.gl/FOAxQU

96

Pedoman pokok

Peranan dari daya ungkit51

Perusahaan diharapkan menggunakan daya ungkitnya ketika mereka berkontribusi pada suatu dampak bersama-sama dengan satu atau lebih pihak ketiga, atau ketika suatu dampak berhubungan dengan kegiatan operasional mereka, produk atau jasa mereka melalui suatu hubungan bisnis.

Daya ungkit dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perubahan atas praktik-praktik yang tidak baik yang dilakukan oleh pihak ketiga yang mengakibatkan kerugian. Dengan kata lain, daya ungkit adalah kemampuan perusahaan untuk mempengaruhi perilaku pihak lain.

Daya ungkit adalah inti dari apa yang dapat diharapkan dapat dilakukan oleh perusahaan secara realistis ketika berhadapan dengan tantangan HAM yang rumit. Posisi komersial yang dominan atau berpengaruh di dalam suatu hubungan bisnis mungkin dapat menolong kemampuan perusahaan untuk menggunakan daya ungkitnya. Akan tetapi, banyak perusahaan yang mungkin menghadapi situasi yang mana mereka tidak memiliki posisi seperti ini dan perlu berpikir kreatif mengenai bagaimana membangun daya ungkit yang cukup. Perusahaan perlu membedakan bagaimana mereka terlibat dalam suatu dampak HAM dari kemampuan mereka menggunakan daya ungkit untuk mengatasi dampak tersebut.

Pengalaman perusahaan menunjukkan bahwa ketika kedua diskusi ini dicampuradukkan, persepsi perusahaan tentang tanggung jawabnya untuk bertindak menjadi terikat pada apakah mereka memiliki daya ungkit yang nyata atau tidak. Sebagai contoh, dalam satu kasus, perusahaan telah mengidentifikasi bahwa mereka memiliki daya ungkit yang terbatas atas salah satu hubungan bisnisnya dan dengan demikian menyimpulkan bahwa mereka tidak memiliki tanggung jawab terhadap kerugian HAM yang diakibatkan oleh bisnis tersebut. Analisis yang lebih kuat sebenarnya akan menunjukkan bahwa tanggung jawab itu tetap ada: ada keterkaitan antara dampak yang diakibatkan pihak ketiga dengan jasa perusahaan tersebut. Hal ini akan menciptakan ruang untuk pembahasan yang lebih membangun dengan perusahaan tentang realita daya ungkitnya yang terbatas, serta di saat yang sama mendorong pemikiran kreatif mengenai bagaimana perusahaan dapat meningkatkan daya ungkitnya.

Tetapi, karena mencampuradukkan kedua hal ini, perusahaan justru menemukan dirinya berada dalam sengketa serius dengan para pemangku kepentingan mengenai tanggung jawab dan berakibat pada cedera reputasi.

Perusahaan sangat terbiasa menggunakan daya ungkit di konteks yang berbeda – misalnya, dalam upaya lobi mereka dengan pemerintah. Perusahaan juga perlu memikirkan tentang cara-cara lain untuk menggunakan daya ungkitnya dan mempertimbangkan apakah tindakan mereka selaras dengan tanggung jawab untuk menghormati HAM.

51 Pedoman pokok berikut diambil dari Shift, ‘Using Leverage in Business Relationships to Reduce Human Rights Risks’ (Menggunakan Daya Ungkit dalam Hubungan Bisnis untuk Mengurangi Risiko HAM), 2013, tersedia di www.goo.gl/vVtUoN.

Daya ungkit

Menerapkan penghormatan HAM:

Langkah-langkah praktis Mengintegrasikan dan bertindak 'Mewujudkan ucapan dalam tindakan'

Dalam dokumen pedoman untuk perusahaan (Halaman 92-96)