• Tidak ada hasil yang ditemukan

Air Bersih

Dalam dokumen BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 134-142)

Halaman 4 - 28

4.2.9 Konsep Penataan Utilitas Lingkungan

Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah akan berdampak pada peningkatan pelayanan terhadap masyarakat, di antaranya adalah sistem utilitas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka diperlukan suatu sistem utilitas yang efisien, yaitu dapat mengantisipasi kebutuhan dan kondisi utilitas baik (tidak cepat rusak). Adapun sistem utilitas yang akan dikembangkan meliputi pelayanan air bersih, jaringan drainase, pengelolaan limbah, jaringan listrik dan telepon, serta jaringan air limbah.

Konsep Makro Utilitas

Konsep dan rencana utilitas pada kawasan perencanaan meliputi : 1. Terjaganya aspek estetika lingkungan binaan.

2. Sistem perawatan yang mudah.

3. Pemenuhan kebutuhan / kapasitas utilitas kawasan yang memadai.

4. Menciptakan sistem infrastruktur terpadu melalui koordinasi antar sektor instansi.

Infrastruktur yang direncanakan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan kawasan koridor jalan utama Kota Simpang Ampek.

A. Air Bersih

Rancangan sistem penyediaan air bersih meliputi; rancangan jaringan luar (Site

Engineering) yang mengakomodasikan hitungan kebutuhan air dan layout sistem

penyediaan air bersih.

Kebutuhan air bersih dapat dipenuhi oleh jaringan PDAM dengan sistem perpipaan dan non perpipaan, dan individu yang bersumber dari sumur air dangkal dan sumur air dalam.

Zona Pusat Kegiatan dilayani dengan jaringan perpipaan dari PDAM.  Zona Permukiman dapat dengan jaringan PDAM.

Pada kawasan perencanaan ini hidran merupakan salah satu fasilitas yang perlu disiapkan dan penyiapannya sangat dipengaruhi oleh rencana pengembangan

Halaman 4 - 29 jaringan air bersih. Fasilitas hidran ini sangat diperlukan untuk penanggulangan bahaya kebakaran. Lokasi hidran ini sangat ditentukan oleh luas daerah yang akan dilayani serta intensitas bangunan dan kepadatan penduduk dalam setiap blok atau sub bloknya. Untuk blok atau sub-blok dengan intensitas pembangunan yang tinggi, pada umumnya dalam satu kilometer pipa distribusi terdapat 4 - 5 buah hidran. Ketentuan dalam penempatan hidran ini adalah sebagai berikut :

• Sebaiknya hidran diletakkan pada jarak 60-80 cm dari tepi jalan dan hidran diletakkan 1 m dari bangunan permanen.

• Penempatan hidran diprioritaskan di titik persimpangan sehingga jarak jangkaunya lebih luas.

Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter dari jalan lingkungan, harus dilengkapi dengan hidran tersendiri yang memenuhi syarat sebagai berikut :

• Kapasitas hidran minimum 1000 liter/menit.

• Tekanan air dari mulut hidran minimum 2 (dua) kg/ cm2. • Hidran harus dapat digunakan minimum 30 menit.

Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter terhadap jalan lingkungan harus dilengkapi dengan hidran. Apabila hidran ditempatkan disepanjang jalan, maka hidran harus mempunyai jarak maksimum 3 (tiga) meter dari garis tepi jalan. Bangunan yang berjarak lebih dari 10 meter terhadap jalan lingkungan harus dilengkapi dengan hidran. Apabila hidran ditempatkan disepanjang jalan, maka hidran harus mempunyai jarak maksimum 3 (tiga) meter dari garis tepi jalan.

B. Drainase

Rancangan sistem drainase meliputi; perhitungan debit run off, layout jaringan utama yang direncanakan dengan memperhitungkan adanya imbuhan buatan untuk mengefisienkan konstruksi dan lingkungan.

Konsep dari perencanaan sistem drainase adalah secepat mungkin mengalirkan air hujan yang masuk kedalam saluran dengan memanfaatkan saluran yang ada.

Halaman 4 - 30 Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sistem drainase adalah :

• Di awal saluran, limpasan dihambat selama belum terlalu membahayakan agar ada kesempatan untuk terjadi proses infiltrasi dan perkolasi semaksimal mungkin sehingga limpasan ke arah hilir dapat berkurang

• Kecepatan di dalam saluran drainase di rancang sedemikian rupa sehingga tidak terjadi penggerusan dinding/alas dan pengendapan partikel pada dasar saluran. Kecepatan tidak boleh terlalu besar sebab akan menyebabkan penggerusan dan tidak boleh terlalu kecil karena dapat mengakibatkan terjadinya pengendapan/pendangkalan yang menyebabkan berkurangnya luas efektif penampang saluran.

• Air yang jatuh ke dalam saluran diusahakan secepat mungkin menuju badan air penerima tanpa hambatan untuk menghindari genangan/luapan.

Saluran drainase di buat dari konstruksi permanen (pasangan batu kali dengan perkerasan) dengan arah aliran mengikuti kontur tanah ke arah yang lebih rendah. Untuk saluran drainase sekunder bentuk saluran segiempat dengan kombinasi setengah lingkaran, agar aliran dapat terus mengalir pada saat minimum, pada bagian atas saluran di pasang ring besi untuk mencegah agar sampah atau kotoran masuk ke saluran drainase sedang saluran drainase primer direncanakan akan berada di bawah tanah dengan konstruksi tertutup, saluran dapat terbuat dari konstruksi permanen (pasangan batu kali dengan perkerasan) atau dengan menggunakan pipa beton.

Khusus untuk wilayah perencanaan drainase kawasan diarahkan dengan sistem jaringan tertutup dan terbuka yang ditempatkan di sepanjang jalan. Dimensi yang diarahkan adalah :

• Saluran sekunder dengan dimensi lebar 80 cm dan kedalaman 75 cm. • Saluran tersier, dimensi lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.

Fasilitas penunjang yang sangat penting untuk pemeliharaan dan pemantauan jaringan ini adalah lubang inspeksi yang dikenal dengan manhole. Penempatan

manhole ini dilakukan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

Halaman 4 - 31 • Pada perubahan kemiringan saluran.

• Pada perubahan diameter saluran.

Jarak antar manhole sesuai dengan kelas dari saluran yang ada di wilayah perencanaan adalah antara 75 - 100 m. Tipikal saluran drainase untuk kawasan perencanaan dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.9. Penampang Tipikal Saluran Drainase C. Listrik

Jaringan listrik di kawasan perencanaan sedapat mungkin dilayani dengan kabel-kabel bawah tanah dimana beberapa jaringan akan merupakan Saluran Utama Tegangan Menengah (SUTM) sesuai dengan kapasitasnya. Pendistribusian jaringan listrik melalui jaringan bawah tanah berasal dari gardu induk, jaringan operasi, jaringan tegangan menengah dan hantaran bawah tanah, kemudian masuk ke masing-masing bangunan atau fasilitas lain untuk lingkungan. Ketentuan-ketentuan yang perlu ditetapkan adalah dalam penentuan jarak antara kabel listrik dengan kabel telepon, kabel listrik dengan bangunan, dan kabel listrik dengan jalan.

Untuk kebutuhan listrik, ada dua sumber listrik, yaitu jaringan PLN.

 Zona pusat kegiatan : dilayani dengan jaringan PLN.

 Zona Permukiman dapat dengan jaringan PLN dan juga individu (genset).

D. Telepon

Jaringan telepon di kawasan perencanaan akan dilayani dengan kabel-kabel bawah tanah. Hal terpenting yang perlu diatur dalam pengembangan jaringan

Saluran Drainase Pasangan Batu Kali Lebar Jalan 100 100 D B 20 20 Ring Besi

Halaman 4 - 32 telepon di wilayah perencanaan adalah dalam hal penentuan pola jaringan dan ketentuan khusus tentang penempatan rumah kabel. Pokok-pokok peraturan yang berkaitan dengan pengembangan jaringan telepon di wilayah perencanaan mengikuti petunjuk teknis dari instansi terkait. Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan di dalam penyediaan telepon umum pada kawasan perencanaan, antara lain :

• Lokasi penempatan yang terjangkau dan aman.

• Radius pelayanan yang meliputi jarak layan dan jumlah penduduk maupun pengunjung yang dilayani.

Kebutuhan telepon dipenuhi oleh PT. Telkom.

 Zona pusat kegiatan: dilayani dengan jaringan Telkom.

Zona Permukiman dapat dilayani dengan jaringan Telkom dan Telpon

Selular (individu).

Untuk mendapatkan lingkungan yang nyaman untuk dinikmati serta tampak „bersih‟ maka jaringan utilitas harus diatur dengan teknologi yang lebih maju dan baik, ditinjau dari segi kemudahan dan pemakaian. Prinsip penenmpatan jaringan infrastruktur yang melalui udara terutama di jalan-jalan Arteri seperti jaringan istrik dan telepon dibuatkan jalur di bawah tanah sehingga aman dan memudahkan pengontrolan apabila terjadi kerusakan.

Halaman 4 - 34

Gambar 4.10 : Konsep Penataan Jaringan Drainase di Koridor Jalan Utama Kota Simpang Ampek

Halaman 4 - 35

E. Persampahan

Sistem persampahan di lingkungan di kawasan koridor jalan utama kota Simpang Ampek dikelola sebagai berikut :

1. Untuk tempat-tempat yang berada di pinggir jalan utama, pengelolaan sampah digunakan sistem “Door to Door” dimana truk sampah menjemput timbulan sampah dari kawasan perdagangan, perkantoran, rumah tangga dan fasilitas umum dan social untuk diangkut dan dibuang ke TPA.

2. Untuk tempat-tempat yang tidak terjangkau oleh kendaraan truk sampah digunakan sistem depo dimana timbulan sampah dikumpulkan pada bak/tong sampah tiap rumah tangga, kemudian dijemput oleh petugas kebersihan dengan menggunakan becak sampah untuk diangkut dan ditumpuk di TPS sebelum diangkut ke TPA.

3. Menyediakan lokasi TPS di beberapa tempat yang didesain dan dikelola agar diangkut setiap hari.

Pelayanan sampah dilakukan oleh Dinas Kebersihan dengan menggunakan angkutan.

Zona pusat kegiatan: pengangkutan sampah dari TPS dilakukan oleh Dinas

Kebersihan.

 Zona permukiman: Sampah diangkut oleh Dinas Kebersihan dan individu (sistem pengolahan sampah)

4.2.10 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Ruang terbuka hijau yang ditetapkan sebagai kawasan perencanan adalah ruang terbuka hijau publik meliputi :

Halaman 4 - 36

Dalam dokumen BAB PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang (Halaman 134-142)