• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA DAN JENDER

4. Aksen Feminitas

Perbedaan bahasa laki-laki dan perempuan di antaranya banyak bersifat kategoris sebagian bentuk digunakan secara eksklusif oleh kaum laki-laki dan sebagian lain secara eksklusif oleh kaum perempuan. Perbedaan tersebut merupakan bentuk pembagian sosial yang terungkap dalam penggunaan bahasa (Furfey, 1994). Pembagian sosial yang dimaksudkan di atas masih ada

kaitannya dengan kualitas-kualitas yang dianggap bersifat bawaan pada perempuan atau laki-laki dalam kebudayaan (kesadaran status yang lebih besar pada perempuan misalnya, dan daya tarik laki-laki yang lebih besar pada prestise tertutup tuturan kelas pekerja).Penelitian-penelitian yang lebih mutakhir telah menunjukkan bahwa perbedaan pada jenis kelamin tertentu mungkin terjadi secara tidak sengaja atau merupakan efek samping pola-pola interaksi laki-laki dan perempuan yang berbeda. Dalam model semiotik, pola-pola interaksi merupakan indeks organisasi sosial.

Pembahasan identifikasi gender memperlihatkan bahwa hal ini mungkin merupakan sebuah aktivitas yang kompleks di mana ciri-ciri yang berbeda memiliki asosiasi yang berbeda-beda pula, dan bahwa sejumlah asosiasi mungkin bersifat khusus pada komunitas tertentu. Dalam beberapa hal perbedaan jenis kelamin dalam menggunakan ragam-ragam bahasa sepadan dengan perbedaan-perbedaan kualitas suara. Signifikansi sosial tampak dalam saling berpengaruhnya antara asosiasi indeksal dan simbolis dari suara-suara yang berbeda dan ragam-ragam bahasa yang berlainan. Aspek tuturan melibatkan gagasan-gagasan yang kompleks mengenai feminitas dan yang dapat membedakan atribut-atribut individu. Meskipun kualitas suara secara khusus terkait dengan gagasan biologis gender dan seksualitas, penelitian ragam-ragam bahasa mengintrodusir unsur-unsur asosiasi kelas yang kuat dan kondisi ekonomi maupun sosial yang ada kaitannya dengan pembagian gender.

5. Apakah Bahasa itu Seksis?

Holmes (1994) mengemukakan bahwa “Sexist Language” is one example of the way a culture or society conveys its values from one group to another and from one generation to the next”. Artinya bahwa bahasa seksis merupakan satu contoh dari cara sebuah budaya atau masyarakat menyampaikan nilai-nilainya dari satu kelompok ke kelompok yang lain dan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Holmes (1994) dalam buku “An Introduction to Sociolinguistcs” mengemukakan bahwa bahasa menyampaikan sikap. Stereotipe sikap-sikap seksis seseorang bergantung kepada Gender bukan menghakimi terhadap kebaikan-kebaikan individu. Bahasa seksis menjadikan sikap-sikap yang ditiru-tirukan atau distereotipkan kepada perempuan dan laki-laki. Prinsipnya bahwa studi Bahasa seksis berhubungan dengan cara mengungkapkan bahasa baik menggunakan strereotipe negatif maupun positif, baik kepada perempuan maupun kepada laki-laki. Prakteknya bahwa bahasa seksis itu merupakan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan sikap-sikap negatif kepada perempuan. Para feminis Inggris mengklaim bahwa bahasa Inggris memiliki bahasa seksis. Seksisme melibatkan tingkah laku yang mempertahankan ketidaksamaan sosial antara perempuan dan laki-laki. Contoh bahasa seksis dalam kalimat Bahasa Inggris sebagai berikut: ”The chicken metaphor tells the whole story of a girl’s life. In her youth she is a chick, then she marries and begins feeling cooped up, so she goes to hen parties where she cackles with her friends. Then she has her brood and begins to hen-peck her husband. Finally she turns into an old biddy”.

Perumpamaan binatang pada kalimat di atas merupakan satu contoh dari perumpamaan-perumpamaan perempuan yang nampak dengan pertimbangan kurang positif dari pada pertimbangan kepada laki-laki. Pertimbangan secara negatif dari kata bitch old biddy dan cow, bila dibandingkan dengan kata stud dan wolf. Perumpamaan Animal (binatang) yang merujuk kepada laki-laki seringkali memiliki beberapa komponen positif (seperti sexual prowess)= kegagalan seksual). Birds, secara luas digambarkan seperti bulu yang dipukulkan dan bertingkah laku tidak karuan, bahkan lebih positif dari kata chick dan kitten merupakan kata yang manis tetapi tidak membantu binatang-binatang.

Perempuan juga digambarkan dengan istilah-istilah dari perumpamaan makanan, seperti sugar, sweetie, honey, walaupun kata-kata tersebut secara eksklusif tidak dialamatkan kepada perempuan-perempuan.

Seksisme dikemukakan oleh Wardhaugh (2006) ialah segala macam diskriminasi terhadap perempuan maupun laki-laki dikarenakan jenis kelamin mereka dan dibuat dengan alasan-alasan yang relevan. Hal ini sama seperti dikemukakan oleh Cameron (2003) sebagai berikut: “sexist language that expresses bias in favor of one sex and thus treats the other sex in discrimination”. Artinya bahasa seksis mengungkapkan bias dalam menerima satu jenis kelamin dan kemudian memperlakukan kepada jenis kelamin yang lain. Hubungannya dengan bahasa seksis, Roger Scruton dalam Wardhaugh (2006) mengemukakan bahwa ada istilah yang menarik mengenai Emperialisme Linguistik Feminisme. Misalnya bagaimana seorang perempuan yang telah menikah harus memakai nama belakang suaminya, atau pencantuman embel-embel Mr dan Mrs versus miss atau kata-kata tertentu. Dalam area morfologis dan kosa kata dalam bahasa Inggris banyak kata-kata seksisme seperti : Lion/ Lioness, Count/Countess, Actor/Actress, Usher/Usherette, Hero/Heroine, Aviator/Aviatrix, kata-kata seperti diuraikan di atas, awalnya berasal dari bentuk dasarnya “laki-laki”, kemudian mendapatkan sebuah akhiran (suffix) yang menandakan kepada perempuan, juga kata ganti she, he dan it.

Seksisme terjadi atau ada di berbagai negara. Perhatian terhadap seksisme dalam bahasa, awal mulanya muncul berasal dari para feminis dari para ahli bahasa. Pada kenyataanya seksisme kerapkali berlaku dalam ambang yang secara konvensional eksis sebagai makna linguistik. Kata-kata Seksisme dikemukakan oleh Lakoff dalam Wardhaugh (2006) bahwa para wanita diumpamakan dengan kata-kata seperti : Lembayung muda, wol halus yang putih, hijau kebiru-biruan, dan warna merah ke ungu-unguan, tetapi kebanyakan pria tidak demikian. Para wanita juga sering menggunakan kata sifat seperti : adorable (manis sekali), charming (mempesona) dan sweet (manis) juga biasanya digunakan oleh para wanita, tetapi sangat jarang oleh para pria. Para wanita juga dikatakan mempunyai kosa kata mereka sendiri untuk menekankan efek tertentu pada laki-laki, kata-kata dan ungkapan

seperti so good, adorable, darling dan fantastic. Dalam bahasa inggris juga dibedakan suatu jenis yang berdasarkan jenis kelamin, misalnya actor-actress, waiter-waitress dan master-mistress. Sebagian dari perbedaan ini diperkuat oleh pola-pola pemakaian yang kokoh dan perkembangan semantik. Sebagai contoh master-mistress telah mengembangkan cakupan penggunaan dan makna yang sungguh berbeda, sehingga “Joan dapat digambarkan sebagai nyonya rumah si Fred”, tetapi si Fred tidak dapat digambarkan sebagai gurunya Joan. Pasangan kata-kata lain yang mencerminkan perbedaan serupa adalah boy-girl, man-woman, gentleman-lady, bachelor-spinster, dan bahkan widower-widow. Di dalam kasus yang terakhir, sebaliknya anda tidak dapat menyatakan “she’s Fred’s widow”, anda tidak dapat mengatakan we’s sally’s widower”. Hal ini dikatakan oleh Lakoff bahwa banyak contoh yang jelas menetapkan maksudnya bahwa kata-kata ‘equivalent’ yang mengacu pada para pria dan wanita benar-benar mempunyai asosiasi yang sungguh berbeda dalam bahasa inggris. Jadi berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan di atas dapat dipahami bahwa bahasa itu adalah seksis.