• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAN REGISTER

3. Hakikat Genre

Istilah genre memiliki peranan yang sangat sentral dalam pengenalan pendekatan sebagai retorika baru. Perhatian pendekatan ini diberikan pada komunitas wacana di mana genre direalisasikan. Genre, dalam pengertian ini adalah praktek-praktek kebudayaan yang berorientasi pada tujuan-tujuan sosial. Selanjutnya, genre tidak dilihat sebagai tipe-tipe teks sosial atau statis tetapi sebagai praktek-praktek kebudayaan yang berkembang.

Pendekatan-pendekatan di dalam paradigma retorika baru cenderung dihubungkan dengan ilmu mendidik atau melek huruf. Flowerdew (2002) membuktikan bahwa perhatian pendekatan ini lebih pada situasi sosial dan budaya di atas teks, di mana keunggulan atau keutamaan diberikan pada tujuan sosial sebuah teks dibandingkan dengan realisasi linguistiknya. Fokus yang meningkat pada ciri-ciri tekstual ditetapkan dalam suatu pendekatan pengenalan sebagai linguistik komunikasi. Bagaimanapun dalam pendekaran

ini struktur umum sebuah teks dipandang dalam istilah-istilah situasi dan wacana. Dalam genre, linguistik komunikasi digunakan apa yang dapat dipertukarkan dengan register. Secara essensial, register merujuk pada susunan sumber-sumber makna linguistik, di mana anggota-anggota suatu tipe budaya dihubungkan dengan situasi umum yang diberikan (Gregory dalam Yule (1983). Penganalisaan teks dan struktur pada umumnya, para linguis di atas menggunakan istilah-istilah phase dan transition. Secara umum, phase merujuk pada bagian teks yang mengungkapkan ukuran tertentu yang konsisten di dalam istilah-istilah realisasi linguistik. Di lain pihak, transition merujuk pada pergerakan dari phase yang satu ke phase yang lainnya.

Konsep strategi retorika dikembangkan pada catatan tentang tipe-tipe wacana literatur, seperti : deskripsi, analisis genre mengolah catatan tentang teks dan konteks menjadi suatu premis sentral di mana tipe-tipe konteks berbeda direalisasikan dalam tipe-tipe berbeda dari pola-pola bahasa. Dalam sistem fungsional bahasa, genre dipandang sebagai aktivitas sosial dan sering dihubungkan dengan enam karakteristik sebagai berikut: 1) genre berorientasi pada tujuan; 2) genre berhubungan dengan istilah-istilah tingkatan fase-fase : 3) rangkaian genre mengambil realisasi potensi budaya atau semua konteks budaya yang memungkinkan; 4) genre terdiri atas families, yang menyangkut batasan-batasan yang tak jelas; 5) genre sering berpola sama membentuk apa yang diistilahkan makro genre; dan 6) genre berhubungan dengan mode-mode semiotik yang bervariasi, seperti : bahasa lisan atau tulisan, bayangan (image), posisi tubuh, dan yang lainnya.

Pandangan Hasan dalam Ibrahim (1994) bahwa teks harus memiliki satu genre khusus yang mempunyai beberapa unsur umum. Genre dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur yang wajib dari pernyataan linguistik khusus yang membiarkan kita membentuk teks-teks ke dalam kelompok bentuk teks yang berbeda. Misalnya, unsur-unsur pendefinisikan genre bagi transaksi penjualan adalah permohonan penjualan, pembelian dan pembelian penutupan. Hasan menambahkan bahwa genre dan register memiliki

persamaan. Nosi genre tidak dielaborasi di bawah potensi struktur generik. Baginya, semua nilai-nilai yang dipilih untuk variabel-variabel konteks situasi, lapangan, tenor, dan mode, menyediakan bentuk kontekstual teks dengan 2 ciri, yaitu : a) cirinya sebagai milik register tertentu dan b) struktur teksnya sebagai pernyataan unsur-unsur genre dan unsur-unsur pilihan, yakni potensi struktur generik. Perhatikan contoh percakapan interaksi sosial antara penjual buku dan pembeli buku (orang yang datang ke konter buku) blok M UNJ sebagai berikut:

Penjual : Pedagang buku

Pembeli : Seorang mahasiswi Program Pasca Sarjana (S3) UNJ Jurusan PB

Tempat : di Blok M UNJ

Waktu : Siang hari selesai kuliah. Penjual : Silahkan bukunya, Bu!

Ada buku baru, Bu? Pembeli : Mau lihat-lihat saja, Pak! Penjual : Tidak apa-apa, Bu!

Ini buku barunya, Bu! Pembeli : Buku apa, Pak?

Penjual : Psikolinguistik dan sosiolinguistik terbitan tahun 2017.

Pembeli : Coba saya lihat ya Pak?

Penjual : Dua-duanya karangan Abdul Chaer dan Leony Agustina.

Pembeli : Berapa harga buku psikolinguistik dan sosiolinguistik, Pa?

Penjual : Harganya sama Bu, Rp. 125.000,- Pembeli : Saya baca dulu daftar isinya ya Pak? Penjual : Silahkan, Bu!

Pembeli : Isinya bagus

Penjual : Murah lho Bu, biarlah kalau Ibu beli dua-duanya dikorting Rp. 7.500,-

Pembeli : Pak, maaf ya pak, hanya lihat-lihat saja. Penjual : Engga apa-apa, Bu.

Pembeli : Mari Pak! Penjual : Iya Bu.

Ketika penulis melihat contoh 1 dan contoh 2 sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka mungkin konteks itu sama dalam teks. Namun ketika kita melihat contoh 3, mungkin kita akan menemukan penjelasan apa yang sedang berlangsung dalam teks dalam istilah-istilah yang sama, tetapi mungkin juga memiliki istilah kerangka potensi struktur yang berbeda. Contoh 3, tidak terjadi pembelian, namun yang ada penjualan. Meskipun demikian harus memiliki pelanggan yang harus dibukukan selama pertemuan (interaksi sosial terjadi), yakni memiliki sebuah penjualan yang dihargai yang sesuai dengan nilai, sehingga, unsur-unsur kewajiban pendefinisian genre tidak nampak sebagai contoh 1 dan 2 atau hal itu untuk dibentuk sebagai genre yang berbeda dengan unsur wajib pendefinisian genre. Dalam contoh 3 telah lengkap berisi pernyataan-pernyataan bidang yang berbeda. Jika kita menyatakan bahwa contoh 3 sebagai milik genre yang sama sebagai contoh 1 dan 2, maka penulis memiliki kesulitan penjelasan karena teks 3 kurang memiliki unsur-unsur pendefinisian genre. Oleh karena itu, penulis menyebutnya sebagai genre yang berbeda. Dengan demikian teks memiliki perbedaan dari satu pentas yang lain dan menjelaskan variasi dalam pentas-pentas yang berbeda dari pernyataan interaksi sosial.

Dalam contoh 3 (tiga) percakapan diawali oleh penjual dalam menawarkan barang-barang dagangannya. Dan percakapan ditutup oleh ucapan pembeli. Dalam contoh 3, menurut penulis tidak sama dengan contoh 1 dan 2, karena dalam contoh 1 dan 2, memiliki pembelian, sementara dalam

contoh 3 hanya memiliki penjualan (barang-barang yang akan dijual). Artinya dalam contoh 3, selama proses percakapan (interkasi) tidak terjadi pembelian yang harus dibukukan. Hal ini jelas, bahwa contoh 3 dikatakan memiliki genre yang berbeda dengan contoh 1 dan 2.

III. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas mengenai percakapan antara penjual dan pembeli di mana menghadapi beberapa refleksi register dan genre, maka dalam kesimpulan ini dapat dikatakan bahwa register mengacu pada situasi dengan bahasa terbatas (yakni variasi bahasa yang digunakan menurut penggunaannya). Register dapat pula merujuk pada susunan sumber-sumber makna linguistik, di mana anggota-anggota suatu tipe budaya dihubungkan dengan situasi umum yang diberikan. Sementara genre mengacu pada praktik-praktik kebudayaan yang berorientasi pada tujuan-tujuan sosial. Genre juga dapat dipahami sebagai unsur-unsur yang wajib dari pernyataan linguistik khusus yang membiarkan untuk membentuk teks ke dalam kelompok bentuk teks yang berbeda. Dalam percakapan interaksi sosial antara penjual dan pembeli pada contoh 1 dan contoh 2 menggunakan register yang sama yakni ketika percakapan itu dimulai dan berakhir ditutup dengan variasi yang sama. Di dalam contoh 1 dan contoh 2 telah terjadi pembelian. Sementara pada contoh 3 percakapan dimulai oleh penjual dengan mempersilahkan pembeli untuk melihat-lihat barang dagangannya dan ditutup oleh penjual, yakni “iya Bu”, tentu saja bahasa yang digunakan berbeda dari contoh 1 dan contoh 2. Di dalam contoh 3 tidak terjadi pembelian, yang ada hanya penjualan, sehingga percakapan 1 dan 2 berbeda dengan contoh 3 karena memiliki genre yang berbeda.

Dalam analisis percakapan sangat berbeda dengan analisis yang lainnya, karena analisis percakapan menggunakan metodologi dan teori yang berbeda dengan analisis-analisis yang lain. Apalagi analisis percakapan yang fenomenanya adalah interaksi sosial antara penjual dan pembeli, ini sangat

dipengaruhi oleh pendekatan register dan genre, walaupun menurut para linguis bahwa genre-register memiliki persamaan. Namun, dalam praktiknya genre-register agak sedikit berbeda.

Demikianlah tulisan yang sangat sederhana ini, mudah-mudahan bermanfaat, khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca yang menikmati topik tersebut.

REFERENSI

Brown, Gillian & George Yule. 1983. Discourse Analysis. USA: Cambridge University Press.

Douglas, H and Susan Conrad. 2009. Register, Genre and Style. New York: Cambridge University Press.

Duranti, Alessandro. 1997. Linguistic Anthropology. Australia: Cambridge University Press.

Halliday, MAK and Hasan R . 1989. Language in a Social Semiotic. London: Cambridge University Press.

Holmes, Janet. 1992. Introduction to Sociolinguistics. New York: Longman Group Limited Uk.

Hymes. 1972. Models of the Interaction of Language and Social Life in Gumpers and Hymes. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.

Huriyah. 2010. Pembelajaran Bahasa Inggris Kontekstual di SMA Sekar Kemuning Islamic Boarding School Cirebon (Disertasi). Jakarta: UNJ. Ibrahim, Abd Syukur. 1994. Panduan Penelitan Etnografi Komunikasi.

Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

Markee, Numa. 2000. Conversation Analysis. London: Lawrence Eilbaum Associates,Inc.

Michael Stubbs. 1984. Discourse Analysis: The Sociolinguistic Analysis Of Natural Language. England : Basil Blackwell.

Piddicoat, Anthony. 2007. An Introduction to Conversation Analysis. London: Continuum the Tower Building.

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. USA: Blackwell Publisher. Wardhaugh, Ronald. 2006. An Introduction to Sociolinguistics. USA: Blackwell

BAB VI