• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dialek Regional sebagai Variasi Bahasa

Ternyata masih menimbulkan perdebatan terhadap penggunaan istilah bahasa dan dialek seperti telah diuraikan di atas, sehingga banyak

2. Dialek Regional sebagai Variasi Bahasa

Wardhaugh (1998) mengemukakan bahwa setiap bahasa mempunyai variasi. Variasi Regional di mana suatu bahasa diucapkan nampaknya menjadi satu cara yang paling jelas untuk mengamati variasi bahasa. Bila kita berpergian melewati daerah yang luas secara geografis di mana suatu bahasa digunakan, khsususnya bahasa yang sudah dipakai di daerah tersebut ratusan tahun, maka hampir dapat dipastikan kita mengenali perbedaan-perbedaan pengucapan, pemilihan kata dan bentuknya, juga pada pemilihan sintaksisnya, terutama jika kita berpergian dari satu daerah ke daerah lainnya. Kita akan menemukan variasi-variasi yang biasa disebut sebagai dialek Regional suatu bahasa.

Selanjutnya bagaimana untuk mengetahui dan menentukan banyaknya variasi yang ada dan bagaimana untuk mengklasifikasikan masing- masing variasi tersebut? Wardhaugh (1998) dalam hal ini menyebutkan dengan istilah “ geography dialect”, yakni untuk menjelaskan usaha yang dibuat untuk memetakan distribusi variasi fitur-fitur linguistik yang menunjukkan asal geografis mereka. Sebagai contoh untuk menentukan dari atau fitur dialek bahasa Inggris dan untuk menunjukkan distribusinya, maka para geografer dialek telah berusaha untuk memproduksi temuan-temuan mereka di dalam peta-peta yang mereka sebut dengan atlas-atlas dialek. Mereka mencoba untuk menunjukkan batas-batas geografis distribusi fitur linguistik tertentu dengan menggambar garis di atas peta garis yang demikian disebut isoglos: dalam

salah satu sisi garis, orang mengatakan sesuatu dengan suatu cara sesperti melafalkan kata bath dengan vokal pertama father, dan di sisi lain, mereka menggunakan pelafalan yang lain, seperti vokal cat. Para geografer dialek juga memperhatikan perbedaan pengucapan [r], pada kata car dan cart dari satu daerah ke daerah lain, bentuk lampau (past tense) dari kata kerja drink menjadi drank, eat menjadi ate yang lebih disukai nama suatu subyek tertentu. Di sebagian daerah di Inggris misalnya, orang-orang lebih suka melafalkan kata yang memiliki arti sama seperti kata lift, sedangkan di daerah yang lain, lebih memilih untuk melafalkan elevator, bag atau handbag, sofa atau settee, relations atau relatives, lavatory atau toilet, sitting room atau lounge, dan lain sebagainya. Apakah masyarakat di daerah tersebut mengatakan “do you have?” atau “have you got?” “did you eat?” atau “have you eaten?”, “ I haven’t any” atau “I don’t have any” dan seterusnya.

Kemudian para geografer dialek juga membuat peta yang menggambarkan ciri-ciri atau batasan-batasan (boundaries) yang sesungguhnya. Batasan-batasan (boundaries) ini disebut isoglos seperti telah dijelaskan di atas yang fungsinya membedakan di satu daerah dan tidak ditemukan pada daerah lain. Bila beberapa isoglos ini serupa maka disebut a dialect boundary. Dari dialect boundary ini dapat disimpulkan bahwa penutur daerah tersebut mempunyai satu dialek dan penutur di daerah lainnya mempunyai dialeknya sendiri yang berbeda dengan dialek penutur di daerah lain. Wardhaugh (1998) mengingatkan bahwa istilah dialek yang dimaksudkan adalah untuk menunjukkan variasi regional, maka dalam hal ini tidak boleh tertukar dengan istilah aksen (accent).

Untuk menunjukkan perbedaan antara fonologi dan fonetik pada suatu regional, khususnya bila digunakan untuk menunjukkan variasi regional sering disebut dengan istilah aksen (accent). Aksen dalam kamus webster’s New Collegiate Distionary diartikan sebagai berikut: “Accent is a distinctive manner of expression as the inflection, tone, or choice of words taken to be unique in or highly characteristic of an individual”. Artinya aksen adalah keadaan ungkapan

yang berbeda, seperti infleksi (imbuhan), tone (nada), atau pilihan kata-kata yang digunakan menjadi unik atau ciri individual yang tinggi. Dalam kaitan ini Meyerhoff (2006) memberikan perbedaan antara accent dan dialect sebagai berikut:” Accents, they are referring only to how speakers pronunce words. Where speakers differ (or vary) at the level of pronunciation only (phonetics and/or phonology), they have different accents. Their grammar may be wholly or largely the same. Accents can index a speaker’s regional/geographic origin, or social factors such level and type of education, or even their attitude”. Artinya aksen merujuk pada bagaimana para penutur mengucapkan kata-kata yang berkaitan dengan (fonetik dan fonologi), mereka mempunyai aksen-aksen yang berbeda. Tata bahasa (grammar) mereka secara keseluruhan sama. Aksen dapat berupa keaslian geografis penutur, atau faktor-faktor sosial, misalnya tingkat dan bentuk pendidikan, atau bahkan sikap para penutur. Aksen pada hakikatnya bagaimana cara penutur melafalkan kata-kata yang dipengaruhi oleh keadaan geografis, politik dan kultural. Selanjutnya Meyer mengartikan dialect sebagai berikut: “Dialect refers to distinctive features at the level of pronunciation, vocabulary and sentence structure”. Artinya dialek mengacu pada fitur-fitur yang berbeda digunakan oleh para penutur pada tingkat pengucapan, kosakata dan struktur kalimat. Dialect juga diartikan sebagai “A term widely applied to what are considered sub-varieties of a single language. Generally, dialect and accent are distinguished by how much of the linguistic system differs. Dialects differ on more than just pronunciation, i.e., on the basis of morphosyntactic structure and/or how semantic relations are mapped into the syntax”. Dialek juga diartikan sebagai istilah yang diterapkan pada sub-variasi dari bahasa tunggal. Pada umumnya, dialek dan aksen dibedakan oleh bagaimana banyaknya system linguistik yang berbeda. Dialek berbeda lebih dari hanya sekedar pengucapan, yakni pada dasar struktur morfosintaktik dan atau bagaimana relasi semantik dipetakan ke dalam kalimat. Kembali pada aksen bahwa istilah aksen juga digunakan untuk menunjukkan karakteristik dari suatu ujaran yang memberikan informasi

tentang dialek si penutur yang dapat juga menunjukkan asal Negara dan dari bagian atau wilayah mana ia dibesarkan atau dari kelompok sosial mana ia berasal. Sebagai contoh orang-orang Australia berbicara bahasa Inggris dengan aksen British, bahasa Inggris mereka disebut British accent, atau dapat juga disebut bahasa Inggris mereka dengan bahasa Inggris American Accent, bila aksen bahasa Inggris mereka seperti aksen bahasa Inggris orang Amerika. Misalnya : para pembicara bahasa Inggris mengucapkan vokal yang sama pada kata-kata berikut ini : [bag], [map], dan [bad], yakni melafalkan huruf [a] dengan pelafalan seperti huruf yang sama pada kata-kata tersebut yakni [e]. Sementara para pekerja di belfast Inggris mengucapkan kata-kata tersebut dengan cara seperti suara [beg], [ma:p], dan [bod]. Orang-orang yang berasal dari latar belakang ekonomi sosial lebih rendah biasanya mereka membuang inisial [h] pada kata-kata seperti [house], dibaca [aus], [high], dibaca [aig], atau ketika membaca kata last [la:st] dibaca [la:s], next [nekst] dibaca [neks], meeting [meeting] dibaca seperti suara [meeding], dan seterusnya.