• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. KONDISI PEREKONOMIAN

10. Aktivitas Ekonomi Daerah

Aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi yang ada di Kabupaten Jayapura saat ini pada umumnya masih terkonsentrasi pada sektor-sektor ekonomi utama yang dapat diuraikan sebagai berikut:

(1) Sektor Pertanian

Pada tahun 2013, sektor Pertanian memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten Jayapura, yakni sebesar 31,04%. Jika dilihat menurut subsektor yang dalam sektor pertanian, maka kontribusi subsektor Tanaman Bahan Makanan mengalami peningkatan dengan laju pertumbuhannya sebesar 7,39% di tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 7,14%. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.17

Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Pertanian di Kabupaten Jayapura, Tahun 2012-2013 (Dalam Persen)

Sektor Ekonomi Pertumbuhan

Ekonomi Kontribusi Sektor 2012*) 2013**) 2012*) 2013**) Pertanian 8.74 8.38 31.22 31.04 Tanaman Bahan Makanan 7.14 7.39 10.35 10.20 Tanaman Perkebunan 13.44 12.94 6.07 6.31 Peternakan dan hasilnya 12.75 6.78 2.12 2.10 Kehutanan 2.23 4.45 8.84 8.53 Perikanan 18.78 12.97 3.84 3.89

Sumber: PDRB Kabupaten Jayapura, Tahun 2014

Pada tabel di atas terlihat pula bahwa jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Jayapura untuk seluruh subsektor pada tahun 2013, maka subsektor Tanaman Bahan Makanan memberi kontribusi terbesar ketiga, yaitu sebesar 10,20%, menurun dibanding tahun 2012 yang mencapai 10,35%. Selain itu, terlihat pula bahwa subsektor

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 56 

Tanaman Perkebunan mengalami perlambatan laju pertumbuhan pada tahun 2013, yakni sebesar 12,94% dibandingkan laju pertumbuhan yang dicapai pada tahun 2012 sebesar 13,44%. Pada tahun 2013, subsektor Tanaman Perkebunan ini memberikan kontribusi sebesar 6,31 persen terhadap Nilai total PDRB Kabupaten Jayapura atau meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemudian laju pertumbuhan subsektor Peternakan dan hasilnya sebesar 6,78% pada tahun 2013, turun bila dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2012, yakni sebesar 12,75%. Demikian pula kontribusinya terhadap PDRB yang lebih kecil pada tahun 2013, yakni sebesar 2,10% dibandingkan dengan yang dicapai pada tahun 2012 yang mencapai 2,12%. Selanjutnya, jika dibandingkan dengan keempat subsektor yang lainnya, maka subsektor Peternakan dan hasilnya memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Jayapura yang paling rendah selama periode 2012 - 2013.

Pada tabel 3.17 terlihat pula bahwa secara umum, dari kelima subsektor yang tercakup dalam sektor Pertanian, maka subsektor ekonomi yang paling rendah laju pertumbuhannya selama periode 2012-2013 adalah subsektor Kehutanan, yakni hanya mencapai 4,45%. Namun demikian, subsektor ini telah mampu memberikan kontribusi terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura yang lebih besar dibanding subsektor perkebunan, peternakan dan perikanan, yaitu sebesar 8,53 persen. Kemudian jika dilihat dari aspek laju pertumbuhannya, maka subsektor Perikanan merupakan sebsektor ekonomi di daerah ini yang tertinggi dibandingkan dengan subsektor lainnya pada periode 2012 – 2013, yakni sebesar 18,78% pada tahun 2012 dan sebesar 12,97% pada tahun 2013, tetapi subsektor ini hanya mampu memberikan kontribusi yang relatif kecil terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura pada periode ini, yakni hanya sebesar 3,84% pada tahun 2012 dan sebesar 3,89% pada tahun 2013. Selain itu, laju pertumbuhan subsektor perikanan ini mengalami pula penurunan pada tahun 2013 dibandingkan yang dicapai pada tahun 2012. Tentu hal ini merupakan indikator perlunya segera dilakukan upaya optimal oleh pemerintah Kabupaten Jayapura untuk

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 57 

mendorong pengembangan aktivitas ekonomi masyarakat yang mengelola usaha di bidang perikanan, baik perikanan darat maupun perikanan laut dengan memanfaatkan ketersediaan potensi sumberdaya alam yang sangat melimpah, yakni dengan adanya Danau Sentani serta sumber-sumber air yang tersebar di beberapa distrik yang sangat potensil untuk mengembangkan usaha budidaya perikanan air tawar. Demikian pula potensi sumberdaya kelautan yang dimiliki daerah ini yang cukup besar dan secara alami di dalamnya terdapat potensi maritim yang luar biasa besarnya, seperti ikan tuna ekor kuning dengan ukuran yang cukup besar, yakni mencapai 65 kg per ekor, dan merupakan salah satu komoditi ekspor unggulan Indonesia selama ini.

Demikian pula dengan potensi luas lahan tanaman pangan dan hortikultura yang dimiliki daerah ini yang mencapai sekitar 163.900 ha, dan yang sudah tergarap seluas 9.307 ha. Potensi lahan di daerah ini untuk budidaya usaha sawah, baik yang telah beririgasi teknis maupun semi teknis, mencapai 1.450 ha, tetapi yang telah tergarap baru mencapai 1.050 ha untuk padi sawah irigasi teknis/semi teknis, dengan tingkat produksi rata-rata per panen sebesar 3,5 ton/ha. Luas potensial padi ladang adalah 11.250 ha, tetapi yang tergarap baru mencapai 304 ha dengan tingkat produksi rata-rata per panen 2,59 ton/ha. Rata-rata produksi untuk sawah irigasi semi teknis adalah 3,1 – 3,2 ton/ha, sawah irigasi teknis 3,2 – 3,5 ton/ha, sawah tadah hujan 2,7-2,8 ton/ha. Infrastruktur irigasi teknis yang tekah terbangun di daerah ini hanya terdapat di Distrik Nimboran yang mampu mengairi sawah seluas 500 ha dan di Distrik Nimbokrang yang mampu mengairi sawah seluas 650 ha dengan produksi rata-rata 3,5-3,6 ton/ha. Kemudian infrastruktur irigasi Semi Teknis terdapat di Distrik Kaureh yang mampu mengairi sawah saat ini seluas 180 ha dan di Sentani Barat dengan kemampuan mengairi sawah hanya seluas 52 ha dengan jumlah produksi rata-rata sebanyak 3,1-3,2 ton/ha. Sawah Tadah Hujan terdapat di Distrik Kaureh seluas 42 ha.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 58 

Adapun luas tanaman dan produksi komoditi pertanian tanaman pangan di Kabupaten Jayapura dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.18

Luas Lahan Tanaman Komoditi, Tahun 2013

No. Komoditi Luas Lahan(Ha) Produksi

(Ton) 1. Padi Sawah 1020 Ha 6.548 2. Padi Ladang 320 Ha 332 3. Jagung 178 Ha 816 4. Kedelai 406 Ha 509 5. Kacang Tanah 75 Ha 107 6. Kacang Hijau 30 Ha 9 7. Ubi Jalar 280 Ha 2.205 8. Ubi Kayu 285 Ha 2.583

Sumber: Profil Kabupaten Jayapura, Tahun 2014

Salah satu subsektor pertanian yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Kabupaten Jayapura adalah subsektor perkebunan. Luas potensial lahan perkebunan di daerah ini mencapai 177.900 ha, tetapi yang telah tergarap hanya sekitar 16.254,02 ha, dengan rata-rata kepemilikan lahan oleh petani seluas 0,65 ha. Luas lahan potensial komoditi kakao di daerah ini mencapai 60.000 ha, tetapi yang telah tergarap baru seluas 12.279,33 ha dengan jumlah produksi sebesar 5.474,90 ton dan melibatkan petani sebanyak 14.222 orang, sehingga kepemilikan lahan kakao di Kabupaten Jayapura saat ini adalah 0,86 ha/petani. Pada tahun 2006 Bupati Jayapura mengeluarkan Instruksi tentang Gerakan Wajib Tanam Kakao (GWTK). Sejak itu diberikan bantuan bibit kako sebanyak 10,9 juta kepada lebih dari 12.469 KK. Pada tahun 2009, areal kakao di daerah ini mencapai 12.234 ha dengan kepemilikan rata-rata 0,83 ha/KK, tanaman yang berproduksi seluas 6.174 ha dengan jumlah produksi mencapai 5.474 ton biji kering, pendapatan petani yang sudah berproduksi berkisar Rp. 1,6 juta – 2,5 juta per bulan yang telah dinikmati oleh 5.124 KK dengan asumsi harga biji kakao kering Rp. 18.000- 20.000 per kg. Kemudian pemerintah Kabupaten Jayapura mentargetkan setiap KK telah mempunyai lahan seluas dua ha pada tahun 2017.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 59 

Komoditi perkebunan lainnya yang memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan di daerah ini adalah kopi. Luas lahan potensi untuk perkebunan kopi di daerah ini mencapai 215,56 ha, tetapi yang tergarap hanya sekitar 191,66 ha dengan jumlah produksi sebanyak 80,03 ton dan jumlah petani sebanyak 317 orang. Hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini belum digarap secara serius oleh masyarakat di daerah ini, padahal memiliki potensi lahan yang sangat melimpah serta ketersediaan pasar yang luas dengan tingkat harga yang relatif stabil. Komoditi kelapa sawit di Kabupaten Jayapura telah dikembangkan oleh Perusahaan Swasta Nasional (PT. Sinar Mas Group) seluas 12.000 ha. Lahan potensial teridentifikasi di daerah ini mencapai 60.000 ha, sehingga masih terbuka peluang bagi investor lainnya untuk masuk berinvestasi di daerah ini untuk mengelola usaha perkebunan sawit.

Nilai produksi tanaman perkebunan telah meningkat dari Rp.70.933,39 (2007) menjadi Rp.85.743,74 (2008), Rp.95.517,52 (2009), Rp. 111.521,93 (2010) dan Rp. 130.361,03 (2011). Kontribusi perkebunan terhadap PDRB dan PDRB pertanian cenderung meningkat 6,19% dan 16,26% (2007), naik menjadi 6,42% dan 17,90% (2008), lalu turun menjadi 5,94% dan 17,74% (2009), 5,77% dan 18,21% (2010) dan 5,83% dan 18,61% (2011).

Komoditi ternak merupakan pula salah satu komoditi pertanian yang banyak dihasilkan oleh masyarakat di Kabupaten Jayapura selama ini. Ternak yang banyak diusahakan masyarakat di daerah ini adalah sapi, babi, kambing, ayam dan itik. Lahan potensial untuk pengembangan usaha peternakan di daerah ini mencapai 66.558,13 ha yang merupakan padang ilalang, dan telah dimanfaatkan seluas 2.818,4 ha atau baru 4,35%. Dari beberapa jenis ternak yang dihasilkan selama ini, maka jenis ternak sapi merupakan komoditii unggulan dengan jumlah populasinya sebanyak 14.526 ekor pada tahun 2011 yang dikelola oleh 3.632 KK yang tersebar di 18 Distrik. Ternak kerbau populasinya hanya 140 ekor yang berada di Distrik Yapsi dan Kaureh dan selama ini lebih banyak digunakan sebagai tenaga pengangkut di perkebunan kelapa sawit yang dikelola oleh

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 60 

PT. Sinar Mas. Kemudian ternak babi diperkirakan populasinya saat ini mencapai 9.750 ekor dengan jumlah peternak 1.950 KK, dan populasi ternak kambing 3.873 ekor dengan jumlah peternak 646 KK. Selanjutnya, populasi ayam buras saat ini mencapai 52.085 ekor yang dikelola oleh 5.209 KK, dan ternak ayam ras potong dihasilkan sebanyak 265.853 ekor yang dikelola oleh 34 KK, serta ternak itik mampu dihasilkan sebanyak 1.653 ekor yang melibatkan peternak sebanyak 207 KK peternak, dan jenis ternak kelinci dihasilkan sebanyak 117 ekor yang dikelola oleh 25 KK peternak.

Tingkat produksi daging dan telur relatif rendah dibanding tingkat konsumsi. Pada tahun 2010 produksi daging 501.750 kg sementara konsumsi mencapai 813.750 kg atau kekurangan 38,3%. Produksi telur tahun 2010 sebanyak 16.165 kg sementara konsumsi 133.165 kg atau kekurangan 87,9 %. Rata-rata konsumsi daging penduduk daerah ini sekitar 6,1 kg/kapita/tahun atau masih lebih rendah dari rata-rata tingkat nasional (data LPPM IPB Bogor rata-rata tingkat konsumsi daging nasional Indonesia 7,1 kg/kapita/tahun, Malaysia 46,87 kg, Thailand 24,96 kg, sementara standar konsumsi yang dicanangkan FAO tahun 2008 sebesar 33 kg/kapita/tahun). Hal ini merupakan indikasi masih terbuka lebarnya peluang usaha untuk mengembangkan subsektor peternakan di daerah ini guna memenuhi kebutuhan konsumen di pasar lokal, sehingga dengan sendirinya akan turut pula membantu pemerintah dalam menciptakan stabilitas harga sembilan bahan pokok yang senantiasa menjadi pemicu peningkatan laju inflasi di Kabupaten Jayapura selama ini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas penyuluh lapangan Dinas Peternakan Kabupaten Jayapura, maka dapat diketahui bahwa ada beberapa penyakit hewan yang berjangkit pada sapi selama ini, yakni brucellosis, demam sapi dan scabies; dan pada ternak kecil, seperti kambing dan babi adalah scabies dan cacing, pada unggas adalah ND. Kemudian penyakit hog cholera pada babi dan penyakit flu burung pada unggas telah menyerang ternak di daerah ini secara sporadis.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 61 

Berdasarkan data dalam profil Kabupaten Jayapura, tahun 2014, maka dapat diketahui bahwa nilai produksi peternakan dan hasilnya

meningkat dari Rp. 23.796,13 juta pada tahun 2007 menjadi Rp. 27.976,55 juta pada tahun 2008, dan sebesar 31.939,37 juta pada

tahun 2009, serta sebesar Rp. 37.599,94 juta pada tahun 2010 dan sebesar Rp.45.142,71 juta pada tahun 2011). Adanya peningkatan Nilai

produksi peternakan dan hasilnya yang dicapai selama periode 2007 – 2011, menunjukkan bahwa usaha budidaya ternak di daerah ini

memiliki potensi yang cukup besar, sehingga sangat layak dan berpeluang besar untuk dikembangkan secara optimal di masa datang, sehingga kontribusinya terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura dan terhadap PDRB pertanian dapat pula meningkat di masa datang, yakni rerata di atas 10,00% mulai pada tahun 2015, dimana kondisi kontribusinya pada tahun 2011 baru mencapai 6,44%.

Potensi lainnya yang dimiliki daerah ini adalah hutan, dimana luas total hutannya mencapai 1.353.406,92 ha, yang terdiri dari cagar alam 15.066,02 ha, suaka margasatwa 69.774,13 ha, hutan lindung 498.469,20 ha, hutan produksi 145.917,70 ha, hutan produksi konversi 304.553,40 ha, hutan produksi terbatas 278.477,90 ha, areal penggunaan lain 31.209,95 ha dan danau/perairan 8.938,62 ha. Adanya potensi yang sangat besar ini telah menarik beberapa perusahaan lokal dan nasional untuk berinvestasi di daerah ini dalam mengelola sumberdaya hutan di daerah ini. Saat ini, telah ada 8 (delapan) perusahaan yang terlibat dalam pengolahan/industri kayu dengan jumlah produksi sebesar 165,231,026 M3. Nilai produksi kehutanan dalam PDRB meningkat dari Rp.142.750,79 pada tahun 2007 menjadi sebesar Rp. 150.767,90 pada tahun 2008, dan sebesar Rp.165.623,64 pada tahun 2009, dan sebesar Rp. 185.475,86 pada tahun 2010, serta sebesar Rp.205.645,86 pada tahun 2011. Namun demikian, kontribusi kehutanan terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura dan PDRB pertanian terus menurun dari 12,47% dan 32,76% pada tahun 2007) menjadi 11,28% dan 31,45% pada tahun 2008, serta 10,29% dan

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 62 

30,73% pada tahun 2009, dan sebesar 9,60% dan 30,30% pada tahun 2010 serta hanya sebesar 9,20% dan 29,36% pada tahun 2011.

Potensi lainnya yang cukup besar untuk dikembangkan usaha budidayanya di daerah ini adalah subsektor perikanan. Nilai produksi perikanan umum di Kabupaten Jayapura selama ini senantiasa meningkat dari 1.311,86 ton pada tahun 2009 menjadi 1.563,3 ton pada tahun 2010, dan turun menjadi 1.169 ton pada tahun 2011. Kemudian Nilai produksi perikanan laut (perikanan tangkap) pada tahun 2006 mencapai 9.380,25 ton, dan meningkat menjadi 11.659,80 ton pada tahun 2009, tetapi mengalami penurunan pada tahun 2011 menjadi hanya sebanyak 11.104,65 ton. Padahal daerah ini memiliki perairan laut yang sangat potensil untuk dikembangkan, yakni perairan Tanah Merah yang berada pada wilayah empat distrik di daerah ini, yaitu Distrik Raveni Rara, Depapre, Yokar dan Demta dengan potensi produksi sekitar 44.840,3ton/tahun dan luas yurisdiksi perairan laut sebesar 689,5km² (panjang garis pantai 76 mil). Selain itu, terdapat pula potensi perairan umum, yakni Danau Sentani seluas 9.360 ha yang dikelilingi empat distrik, yakni Distrik Sentani Timur, Sentani, Waibu dan Ebungfauw dengan potensi produksi sekitar 8.922,8 ton/tahun. Adanya potensi sumberdaya peraiaran yang dimiliki tersebut, maka daerah ini telah mampu menyediakan lapangan kerja bagi penduduk untuk mengelola usaha budidaya perikanan dengan jumlah pembudidaya ikan dan nelayan sebanyak 7.246 orang pada tahun 2011 dengan rincian pembudidaya ikan untuk keramba 782 orang, pembudidaya kolam 785 orang dan nelayan 5.679 orang. Demikian pula terlihat pada Nilai produksi perikanan dalam total PDRB Kabupaten Jayapura yang meningkat dari Rp. 42.754,90 pada tahun 2007) menjadi Rp.46.877,61 pada tahun 2008), dan sebesar Rp. 57.631,51 pada tahun 2009, dan sebesar Rp.69.137,48 pada tahun 2010), serta sebesar Rp.82.076,37 pada tahun 2011. Kontribusi perikanan terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura dan PDRB pertanian adalah mencapai 3,73% dan 9,8% pada tahun 2007, dan sebesar 3,51% dan 9,79% pada tahun 2008, serta sebesar 3,58% dan 10,69% pada tahun

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 63 

2009, dan sebesar 3,58% dan 11,30% pada tahun 2010, serta sebesar 3,67% dan 11,71% pada tahun 2011.

(2) Sektor Industri Pengolahan

Laju pertumbuhan sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Jayapura mengalami penurunan pada tahun 2013, yakni hanya mampu tumbuh sebesar 4,53% dengan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Jayapura sebesar 7,76%. Dalam periode 2009 - 2013, laju pertumbuhan subsektor Industri Besar/Sedang selalu lebih kecil dibanding subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga. Selama periode tersebut, rerata laju pertumbuhan subsektor Industri Besar/Sedang adalah sebesar 6,40% dengan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013, yakni hanya sebesar 4,27% dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012, yakni mencapai 8,01%. Kemudian rerata laju pertumbuhan subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga selama periode 2009 – 2013 adalah sebesar 16,04% dengan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013, yakni hanya sebesar 6,56% dan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012, yakni mencapai 22,36%. Kontribusi subsektor Industri Besar/Sedang terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura pada tahun 2013 lebih tinggi dibandingkan dengan kontribusi subsektor Industri Kecil Kerajinan Rumah Tangga, yakni masing-masing sebesar 6,87 % dan 0,89%. Untuk lebih jelasnya hal ini, maka dapat dilihat datanya pada tabel berikut:

Tabel 3.19

Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Jayapura, Tahun 2012 - 2013 (persen)

Sektor Ekonomi Pertumbuhan

Ekonomi Kontribusi Sektor 2012*) 2013**) 2012*) 2013**) Industri Pengolahan 9.46 4.53 8.04 7.76 Industri Besar/Sedang 8.01 4.27 7.14 6.87

Industri Kecil Kerajinan RT

22.36 6.56 0.90 0.89 Industri Pengilangan

Minyak Bumi

0.00 0.00 0.00 0.00

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 64  3) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Dalam perekonomian Kabupaten Jayapura, sektor yang pertumbuhannya tidak stabil adalah sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Hal ini dapat dilihat pada laju pertumbuhan sektor selama periode 2009 - 2013 dengan laju pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2011, yakni hanya 7,88% dan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yang mencapai 20,15%. Laju pertumbuhan sektor ini pada tahun 2013 adalah sebesar 16,45%, dimana kinerja yang dicapai pada tahun ini mengalami peningkatan yang drastis dibandingkan yang dicapai pada tahun 2012 yang hanya sebesar 8,78% laju pertumbuhannya. Kemudian jika dilihat pada aspek kontribusinya terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura, maka nampak bahwa kontribusi sektor ini merupakan sektor terbesar kelima dengan rerata kontribusinya sebesar 4,93% selama periode 2009 - 2013.

Ketidakstabilan laju pertumbuhan sektor ini dalam perekonomian Kabupaten Jayapura selama periode 2009 - 2013, cenderung disebabkan oleh faktor ketidakstabilan laju pertumbuhan masing-masing subsektor yang ada di dalamnya. Hal ini dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan subsektor Bank pada tahun 2013 yang mencapai 17,13%, dimana laju pertumbuhannya ini cukup tinggi dibandingkan yang dapat dicapai pada tahun 2012, yakni hanya sebesar 7,24%. Bila dilihat dalam kurung waktu yang lebih panjang, yakni selama periode 2009 – 2013, maka nampak bahwa laju pertumbuhan subsektor Bank yang tertinggi dicapai pada tahun 2009, yakni sebesar 19,97%. Kemudian laju pertumbuhan subsektor ini melambat menjadi hanya sebesar 9,24% pada tahun 2010 dan indikasi pelambatan laju pertumbuhan subsektor ini terjadi sampai pada tahun 2012 dengan laju pertumbuhan hanya sebesar 3,57%. Namun demikian, rupanya ada signal perbaikan kinerja subsektor ini pada tahun 2013, sehingga laju pertumbuhannya pada tahun ini mengalami sedikit peningkata, yakni mencapai 3,75% atau lebih tinggi dibandingkan dengan yang mampu dicapai pada tahun 2012. Kecenderungan peningkatan laju pertubuhan subsektor bank di daerah sangat diharapkan

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 65 

dapat berlanjut di tahun-tahun mendatang mengingat bahwa subsektor ini merupakan kontributor paling besar dalam sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kabupaten Jayapura selama ini, sehingga sangat diharapkan dapat menjadi penopang penggerak aktivitas perekonomian daerah ini di masa datang. Apalagi kinerja subsektor lembaga keuangan bukan bank di daerah belum mampu menunjukkan kecenderungan yang membaik yang terlihat pada indikator penurunan laju pertumbuhan kontribusinya, yakni sebesar 18,83% pada tahun 2012 yang kemudian turun menjadi hanya 15,77% pada tahun 2013, meskipun kontribusinya terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura pada tahun 2012 dan 2013 adalah sama, yakni sebesar 0,11%. Untuk lebih jelasnya hal ini, maka dapat dilihat datanya pada tabel berikut:

Tabel 3.20

Pertumbuhan Ekonomi dan Kontribusi Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Kabupaten Jayapura, Tahun 2012 - 2013 (persen)

Sekto Ekonomi Pertumbuhan

Ekonomi

Kontribusi Sektor 2012*) 2013**) 2012*) 2013**)

Keuangan,Persewaa, dan Jasa Perusahaan

8.78 16.45 4.72 4.93 Bank 7.24 17.13 3.57 3.75 Lembaga Keuangan Bukan Bank 18.83 15.77 0.11 0.11 Sewa Bangunan 12.75 13.99 0.93 0.96 Jasa Perusahaan 18.81 16.68 0.11 0.11

Sumber: PDRB Kabupaten Jayapura, Tahun 2014

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa subsektor yang paling besar kedua kontribusinya dalam sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan adalah subsektor Sewa Bangunan. Peranannya terhadap total PDRB Kabupaten Jayapura meningkat dari 0,93% pada tahun 2012 menjadi 0,96% pada tahun 2013. Selain itu, laju pertumbuhan subsektor ini pada tahun 2013 adalah sebesar 13,99%, sehingga lebih tinggi dibandingkan yang dicapai pada tahun 2012 dengan laju pertumbuhan sebesar 12,75%. Kemudian subsektor Jasa Perusahaan hanya mampu memberikan kontribusi sebesar 0,11% pada tahun 2012 dan tetap

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pembangunan Ek. Daerah  Page 66 

sebesar 0,11% pada tahun 2013. Namun demikian laju pertumbuhannya pada tahun 2013 mengalami penurunan, yakni hanya sebesar 16,68 persen dibandingkan dengan laju pertumbuhannya pada tahun 2012 yang mencapai 18,81%.