• Tidak ada hasil yang ditemukan

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS SWOT

BAB VI ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG,

D. FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN BERDASARKAN HASIL ANALISIS SWOT

Strategi Kekuatan terhadap Peluang (Strategi SO)

 Pengembangan produk unggulan pada skala UMKM dengan pola pemanfaatan sumberdaya alam secara optimal.

 Pengembangan produk unggulan berdasar pada keunggulan sumberdaya per wilayah.

 Pemasaran komoditi unggulan dengan memanfaatkan potensi pasar di kawasan Kota Jayapura sebagai pasar terdekat dari Kabupaten Jayapura.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pemb. Ek. Daerah  Page 121   Pengembangan kawasan agropolitan dengan memberikan

tawaran investasi kepada swasta untuk turut serta membangun kawasan unggulan per produk tertentu.

Strategi Kelemahan terhadap Peluang (Strategi WO)

 Peningkatan pemberdayaan penduduk lokal (Papua Asli) dalam mengembangkan komoditi unggulan daerah.

 Peningkatan kemampuan dan kualitas SDM penduduk lokal (Papua Asli) dalam mengelola dan mengembangkan komoditi unggulan.

 Intensifikasi sosialisasi pemberian bantuan modal dari lemabaga keuangan bank dan non bank kepada petani, peternak, nelayan maupun pengusaha lokal.

 Pembinaan terhadap petani, peternak, nelayan dan pengusaha lokal, khususnya dalam produksi dan penanganan pasca panen serta pemasaran produk-produk unggulan.

 Pengolahan produk-produk mentah komoditi unggulan menjadi produk setengah jadi maupun produk jadi yang dapat memberikan peningkatan nilai tambah produk dan margin profit yang diterima produsen.

 Peningkatan penyediaan bahan baku yang dibutuhkan, utamanya penyediaan bibit dan pakan melalui penyediaan pembibitan bibit ikan air tawar, bibit ternak sapi unggul, serta industri pakan ternak dan pakan ikan air tawar.

 Pendirian industri pengolahan komoditi unggulan, seperti industri pengolahan kakao yang berskala IKM pada kluster-kluster.

Strategi Kekuatan terhadap Ancaman (Staregi ST)

 Peningkatan kemampuan penduduk lokal (Papua Asli) dalam mengelola komoditi unggulan daerah guna mencegah kecemburuan sosial.

 Sinergitas industri besar dengan industri kecil dan menengah guna memberikan dampak positif dari dominasi industri bersar dalam perekonomian daerah.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pemb. Ek. Daerah  Page 122   Peningkatan kualitas hasil pertanian guna memenuhi standar

kelayakan produk pertanian.

 Penindakan terhadap aktivitas usaha pengelolaan komoditi unggulan yang menimbulkan pencemaran lingkungan yang cukup tinggi.

 Peningkatan daya saing komoditi unggulan melalui intensifikasi dan penyebaran aktivitas agroindustri pada masing-masing kluster.

Strategi Kelemahan terhadap Ancaman (Strategi WT)

 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan produksi dan produktivitas komoditi unggulan daerah.

 Peningkatan kualitas dan kemampuan SDM lokal dalam upayanya untuk meningkatkan produktivitas

 Sosialisasi bantuan permodalan serta pembinaan pemasaran komoditi unggulan daerah.

 Peningkatan aksesibilitas dan kemudahan memperoleh informasi pasar

 Peningkatan kemampuan akses masyarakat terhadap permodalan dan input lainnya.

 Pengembangan aktivitas agroindustri untuk pengolahan komoditi unggulan daerah, sehingga memiliki nilai tambah dan peningkatan daya saing.

 Optimalisasi diversifikasi produk untuk menghasilkan produk-produk turunan masing-masing konoditi unggulan daerah.

 Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan lingkungan khususnya dalam turut serta mengawasi pencemaran lingkungannya.

Selanjutnya, hasil analisis SWOT terhadap pengembangan komoditi unggulan Kabupaten Jayapura saat ini dapat dirangkum dalam bentuk matriks, sebagaimana yang nampak pada tabel berikut:

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pemb. Ek. Daerah   Page 123  Tabel 6. 2

Hasil Analisis SWOT Komoditi Unggalan Daerah di Kabupaten Jayapura

KOMODITI Kekuatan Kelemahan Peluang Tantangan INTERNAL INTERNAL EKSTERNAL EKTERNAL

Tanaman Pangan

 Ketersediaan lahan yang untuk budi daya Pertanian tanaman pangan,

utamanya komoditi ubi kayu dan ubi jalar

 Ketersedian Tenaga Kerja  Dekat Dengan Pasar

Lokal dan Wilayah Sekitar  Kondisi lingkungan (Iklim)

yang cocok untuk budidaya berbagai tanaman pangan.

 Ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah untuk mengelola dan mengembangkan usaha di sektor pertanian;

 Permintaan konsisten meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dengan laju yang sangat cepat.  Ketidakstabilan harga Jual komoditi  Ketidakstabilan harga Input produksi (Pupuk/Bibit/ Pestisida)  Diversifikasi komoditas masih rendah  Kuatnya pengaruh ketidakstabilan iklim/cuaca terhadap kinerja produksi  Rendahnya kualitas dan perawatan infrastruktur pertanian  Kurangnya infrastruk-tur dasar, utamanya irigasi, serta jalan dan jembatan yang menghubungkan sentra produksi dengan pasar.

 Permintaan konsumen dari luar daerah yang tinggi;  Pertambahan jumlah penduduk luar Kabupaten Jayapura, utamanya Kota Jayapura, mendorong peningkatan permintaan komoditi ini;

 Peluang pasar yang semakin besar dengan adanya pasar bebas ASEAN (MEA);  Menyusutnya lahan

pertanian di luar wilayah Kab. Jayapura

 Komitmen pemerintah pusat (MP3I) dan Provinsi Papua cukup kuat untuk mendorong perkembangan produksi pertanian tanaman pangan di Koridor Papua

 Perubahan harga input (pupuk dan festisida) yang cepat

 Menghasilkan berbagai produk turunan hasil olahan komoditi tanaman pangan, utamanya ubi kayu dan ubi jalar, seperti mokap  Tertekannya aktivitas

pemasaran komoditi unggulan tanaman pangan di pasar-pasar tradisional, termasuk di pasar Phaara karena belum diolah.

 Peningkatan kecenderungan

masyarakat Asli Papua untuk merubah

konsumsinya dari ubi ke beras.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pemb. Ek. Daerah   Page 124   Nilai tambah (value

added komoditi yang rendah karena belum diolah.

 Keterbatasan modal para pengelola usaha penghasil komoditi unggulan ini.  Rendahnya kualitas dan kapasitas SDM petani. Perkebunan  Ketersediaan Tenaga kerja dan lahan yang melimpah.

 Harga jual relatif stabil  Mudah memasarkan

produknya.

 Komoditi yang dihasil-kan belum diolah, sehingga nilai tambahnya rendah  Variasi komoditi yang

dihasilkan masih rendah

 Serangan hama yang tinggi, sehingga merusak tanaman dan menurunkan semangat/motivasi kerja petani.  Kurang terhubungan dengan industri pengolahan (hilir)  Margin profit yang

diterima petani masih rendah.

 Permintaan pasar ekspor cukup tinggi, utamanya komoditi kakao

 Pengembangan pasar lebih terbuka

 Perkembangan tekhnologi pengolahan semakin pesat yang membuka peluang untuk menghasilkan berbagai produk olahan komoditi perkebunan, utamanya kakao dan kelapa, yang bernilai tinggi semakin terbuka.  Pemberantasan hama penyakit untuk meningkatkan produktivitas tanaman, utamanya pada komoditi kakao.

 Perbaikan pasca panen  Pengolahan komoditi pada agroindustri sebelum dijual.  Pembangunan dan pengembangan infrastruktur dasar, utamanya jalan dan jembatan yang

menghubungkan sentra produksi dengan pasar.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pemb. Ek. Daerah   Page 125  Peternakan

 Kemampuan pasar lokal menopang permintaan terus meningkat

 Permintaan pasar lokal dan antar daerah serta antar pulau yang tinggi.  Ketersediaan bibit ternak,

tenaga kerja, dan lahan masih serta pakan mencukupi;  Kestabilan politik,

keamanan dan ekonomi, sehingga keamanan ternak cukup terjamin.  Adanya gap antara jumlah

permintaan dan jumlah supply di pasar domestik yang cukup tinggi.

 Variasi produk yang kurang berkembang  Masih rendahnya akumulasi modal permodalan dan teknologi  Membutuhkan dana investasi yang relatif besar

 Masih dikelola secara tradisional.  Dukungan infrastruktur masih terbatas  Tingkat produktivitas peternak masih rendah

 Permintaan pasar lokal, antar daerah dan antar pulau meningkat secara terus menerus.

 Peluang pasar domestik masih sangat besar dan lebih mudah diakses.  Adanya regulasi dan

kebijakan pemerintah untuk mendorong peningkatan produksi komoditi peternakan dalam negeri.  Perubahan metode produksi peternak dari tradisional ke semi modern, seperti dikandangkan.  Penyediaan bibit/

bakalan unggul yang mudah diakses peternak.

 Konsumen semakin kritis terhadap kualitas dan keamanan produk  Pengembangan dan

pengarahan investasi para investor pada subsektor peternakan.

Perikanan

 Permintaan lokal, domestik dan ekspor cenderung Meningkat pesat  Ketersediaan infrastruktur transportasi yang memudahkan pemasaran produk.  Ketersediaan SDA, utamanya Danau sentani dan laut dalam, dan SDM.

 Permodalan yang dimilik nelayan dan petani keramba masih rendah

 Produk belum diolah  Produksi bibit ikan

terbatas

 Harga pakan relatif mahal dan tidak stabil

 Sinergi dengan program ketahanan pangan pemerintah pusat

 Sinergi dengan kebijakan penetapan koridor Papua sebagai pusat pengem-bangan perikanan.  Peluang pasar domestik

dan ekspor yang sangat besar.

 Persaingan dengan produsen di Kota Jayapura dan

Kabupaten/Kota lainnya di Papua yang semakin meningkat.

 Keterbatasan energi listrik yang tersedia, sehingga industri pengolahan belum dapat dikembangkan.

Laporan Akhir Hasil Penyusunan Master Plan Pemb. Ek. Daerah  Page 126