• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ali mengembuskan napas

Dalam dokumen / f Mv. f.. &S v " 5 m (Halaman 122-127)

'Ayo. silakan dinikmati." Baar menyuruh kami mulai makan.

Aku

menatap anggota Pasukan Bayangan dan Pasukan Matahari. Mereka sedang takjub mencicipi bubur putih itu.

Dulu aku juga begiru. Bubur putih ini menyesuaikan dengan apa yang dibayangkan pemakannya. Jika kita bisa

membayangkan

masakan lezat, lezat pula bubur putih ini. lapi jika kita kesulitan konsentrasi, tercampur sana-sini, atau sama sekali tidak bisa

membayangkan

apa pun. akan seperti itulah rasanya.

Itulah yang sedang dialami Ali. Dia susah payah membayang-kan

makanan

lain

telanjur mual melihat bentuk bubur lengket

tersebut.

Dua

jam kemudian.

‘Aku tidak tahu-menahu soal dunia paralel, juga tidak

me-ngerti tentang rencana

Dewan

Kota Zaramaraz meruntuhkan pasak bumi." Baar

menemani

kami berjalan di lorong-lorong bangunan tempat pengawas Ruangan Padang

Sampah

tinggal.

"

lapi ada yang akan senang hati bertemu dengan kalian."

Setelah

makan

siang, menilai bahwa Baar dan rekan-rekannya tidak membahayakan misi kami. Miss Selena memutuskan

men-jelaskan apa tujuan kami memasuki Klan Bintang.

Dua

puluh pengawas ruangan saling tatap. Siir bilang, sebaiknya kami me-nemui Zaadercdaaz, pengawas paling senior di antara mereka, yang sudah tidak bisa ke mana-mana, hanya tinggal di ruangan-nya

dan tidak ikut

makan

siang.

Baar mengantar aku. Seli, Ali, dan Miss Selena. Anggota Pasukan Bayangan dan Pasukan Matahari yang lain memperbaiki kapsul terbang.

123

"Usianya mungkin empat rarus arau lima rarus raliun. Dia sudah lama sekali dikinm ke sini. Tidak punya keluarga di ruang-an lain, menghabiskan waktu sepanjang tahun sisa usianya di

Ruangan Padang Sampah. Ssrtt... dia agak gila." Baar berbisik.

'Gila? Kalau dia gila, kenapa kami diajak bertemu dengan-nyar" protes Seli.

'Eh, maksudku bukan gila sungguhan.

Zaad

retobsesi dengan

sesuatu.

Aku

susah menjelaskannya. Kalian akan mengerti jika

sudah bertemu dengannya."

Kami

tiba di ujung lorong, di kamar Zaad. Baar mendorong

pintu.

Kamar

iru cukup besar, kubus dengan sisi delapan meter.

Berbeda dengan bangunan pengawas sebelumnya yang penuh

teknologi tinggi, sofa bisa bicara, kursi bisa terbang, meja bisa

muncul dari lantai, kamar yang saru ini lebih

minp

dengan kamar di kota kami. Dengan perabotan dari kayu, semua terlihat

normal.

Ada

jendela besar yang terbuka menghadap keluar.

Kami

bisa menatap hamparan bangunan Padang Sampah. Di bingkai jendela iru berbaris sesuatu yang amat langka di Ruang-an Padang Sampah, pot bunga.

'Zaad. hci. kau di mana:" Baar berseru. "Zaad, ada yang

mau

bertemu denganmu!" Baar berkeliling.

Si penghuni kamar sedang

duduk

di pojok kamar, jatuh ter-tidur setelah

membaca

buku. Baar menggerak-gerakkan bahu Zaad. berusaha membangunkan.

Aku

memperhatikan sekitar.

Kamar Zaad

dipenuhi rak kayu dengan buku-buku

yang bentuknya seperti buku di kota kami.

Entah kapan terakhir kali warga Klan Bintang melihat buku

seperti mi. tapi di kamar ini jumlahnya ribuan.

'Mereka siapa?” suara pelan Zaad bertanya. Rambutnya sudah

putih.

Tubuhnya

kurus. Matanya menatap lamat-lamat kami berempat.

Para pemilik kekuatan." Baar berbisik

dengan intonasi suara

sengaja dibuat dramatis.

Bola mata

Zaad

membesar.

Mereka dari Klan Bulan. Klan Matahari, dan Klan Bumi."

Baar berbisik lagi.

Kali ini. seperti lampu seratus watt, mata Zaad menatap kami

tak berkedip.

Tapi kau tidak sedang menjadiku kan, Baar?"

Zaad

men-dadak menoleh, antusiasmenya padam. "Sebulan terakhir, kalian berkali-kali mengerjaiku di kamar ini."

Baar

menahan

tawa, menggeleng. "Kali ini asli, Zaad.

Aku

bersumpah.”

“Selamat siang," Miss Selena

memutuskan

menyapa lebih dulu.

"Maaf

jika kami mengganggu istirahat siang Anda.

Nama-ku Selena, dari Kota Tishri, Klan Bulan.”

"Apakah kalian sungguh para pemilik kekuatan?"

Zaad

masih

berhari-hati.

Miss Selena mengangguk mantap.

“Apakah kalian bisa menghilang?"

Zaad

menyelidik. "Maafkan aku yang ragu-ragu.

Minggu

lalu, salah satu dari mereka bilang ada kurcaci yang tersesat di Padang Sampah,

membawanya

mene-muiku.

Aku

sudah sangat percaya. Ternyata itu salah satu peng-awas paling pendek yang

memakai

kostum,

menyamar

jadi

kurcaci.”

I iba-riba Miss Selena menghilang.

"Ya ampun!"

Zaad

refleks

menutup

mulut dengan kedua tangannya.

Miss Selena kembali muncul.

125

"Yang remaja ini, Zaad. dia bahkan bisa menghilang cocaL mengelabui seluruh sipir penjara Klan Bintang, termasuk tiga level detektor penjara." Baar menunjukku, menambahkan.

Zaad

menatap kami bergantian. "Aku sudah lama sekali ridak

bertemu dengan para pemilik kekuatan. Apalagi dengan kekuat' an sebesar tadi. Itu teknik menghilang yang sangat sempurna.

Silakan duduk. Baar, ambilkan kursi-kursi. Jangan kursi yang melayang

aku membenci benda iru."

Kami duduk

berkeliling di depan Zaad.

"Kalian tentu penasaran dengan buku-buku ini, bukan?”

Zaad

tersenyum, memperhatikan aku, Seli, dan Ali yang sejak tadi

memperhatikan rak-rak buku. "Aku dapatkan semuanya di

Padang

Sampah

ini."

Aku

menatap Zaad.

Aku

tertarik mendengarkan kelanjutan ceritanya. Bagaimana dia mendapatkan buku-buku itu

?

"Dulu aku petugas di Perpustakaan Kota Zaramaraz.

Empat

ratus tahun lalu. Selain buku-buku digital, aku bertanggung jawab merawat ribuan buku lama dan

zaman

saat kertas masih digunakan.

Aku

hanya petugas rendahan, petugas pencatat, tapi

aku amat menyukai buku. Hingga suatu hari

Dewan

Kota mengeluarkan dekrit tentang pemusnahan massal buku-buku yang menulis tentang para pemilik kekuatan. Menyedihkan sekali melihat

buku-buku

itu

dimusnahkan. Diam-diam

aku menyimpan buku-buku yang paling berharga di ruangan rahasia perpustakaan.

"Sekretaris

Dewan

Kota

bukan yang sekarang berkuasa

mengetahui hal tersebut. Dia

mengamuk

dan mengirimku ke

Ruangan Padang Sampah. Usiaku waktu itu masih amat muda, mungkin seusia Baar.

Hidupku

yang baik-baik saja di Kota

Zaramaraz berbalik total.

Aku

harus bekerja dengan

sampah-sampah.''

Zaad

terdiam,

mengembuskan

napas perlahan, menatap ke luarjendela, menyaksikan ekskavator raksasa

membawa

konrai-ncr sampah keluar dari portal.

"Tetapi ternyata ada hikmah atas kejadian tersebut.”

Zaad

tersenyum. "Aku bisa kembali bertemu dengan buku-buku lama

ini. Buku-buku itu ternyata dikirim ke Padang

Sampah

untuk dimusnahkan.

Aku

segera mengumpulkannya. Seiring waktu, ratusan tahun berlalu, aku bahkan

menemukan

buku-buku lain

yang lebih berharga saat dikirim ke sini. Pemiliknya ketakutan

jika diketahui masih

menyimpan

buku-buku itu, dan bergegas

Dalam dokumen / f Mv. f.. &S v " 5 m (Halaman 122-127)