lebih kecil bentuknya
—
mendekat. Beialainyamembawa
slang,lantas dari slang itu menyemprot aerosol, seperti semprotan tabung parfum. Kabut
punh
menyelimuti nga kapsul. Sejak tadi pintu kapsul kami terbuka, aerosol itu menerobos masuk dengan mudah.Aromanya
menyenangkan, seperti wangi rerumputan yang habis dipangkas. Atau entahlah.Aku
tidak tahu.Aku
per-lahan-lahan kehilangan kesadaran.Tubuhku
terkulai, jatuh ke dasar kapsul,juga Ali dan Seli.Kami
telah berhasil dilumpuhkan.115
Bataku
ada?
mcngerjap-ngerjap karena silau. Di
mana
akuber-Ini seperti kamar biasa di Klan Bintang. Bukan penjara,
menggerakkan tangan. Bisa! Tanganku tidak diikat sesuatu, sepertinya berbaring di ranjang
empuk —
bukan lantai keras, bisa bergerak bebas."Hei.
kamu
sudah siuman?" seseorang menyapa.Aku
menoleh.Dua
orang, dengan seragam berlogo Kota Zaramaraz.duduk
di kursi yang
mengambang
di sebelahku. Itu bukan seragam Pasukan Bintang, tapi jelas dua orang ini adalah petugas KlanBintang.
"Namamu
Raib, bukan?" salah satu dari mereka bertanya.Aku
menatapnya. Bagaimana dia tahu namaku?"Dia lupa siapa kita. Kawan." Yang
duduk
di belakang tertawakecil.
Aku
kenal dengan mereka? Tiba-tiba aku teringat Seli danAli. Di
mana
mereka?Aku
menoleh ke samping.Ada
dua ran*iang, Ali dan Seli berbaring di sana, belum siuman.
"
Temanmu
baik-baik saja.Jangan khawatir. Aerosol tadi tidakt f
f
berbahaya, hanya melumpuhkan.
Kami
tidak tahu siapa yangmasuk
ke Ruangan Padang Rumput, jadi kami tidakmau
mengambil risiko.
Dalam
hitungan menit, teman-temanmu akan siuman. Yang lain, delapan orang yang mengenakan seragam, adadi ruangan perawatan sebelah.
Omong-omong, kamu
fvru/au lupa siapa kami?"Aku
menggeleng.Aku
tidak ingat siapa mereka."Baiklah.
Namaku
Baaremeraab, bisa dipanggil Baar. Dibela-kangku adalah Bhaareneraahb. panggil dia Bhaar. Susah
memang
membedakannya, karena kami
memang
kembar. Entalah, apakah kami harus marah atau berterima kasih kepada kalian.Kami
sebulan terakhir dipindahkan berrugas di Ruangan Padang
Sampah
ini. Puuuh, kalianmembuat
kami mendapat masalahserius sekali sebulan lalu."
Eh?
Aku
sepertinya ingat siapa mereka.Aku
menatap dua wajah yang mirip. Usia mereka ndak lebih dari tiga puluh tahun.Tidak salah lagi, mereka berdua penjaga Ruangan Penjara Klan Bintang yang dulu bertugas menjagaku dan Ali di sel kaca yang tergantung di atas aliran
magma.
Walaupun dulu sipir penjara,mereka telah memiliki sikap yang berbeda. Salah satu dan mereka bahkan berkali-kali bilang tidak suka dengan kebijakan
Dewan
Kota Zaramaraz yang
menahan
kami—
saat aku danAh
me-nguping percakapan, pura-pura masih pingsan. Mereka juga yang sukarelamembuka
sel Faar dan Kaar. Ini sungguh kejutan.Aku
tidak menyangka akan bertemu lagi dengan mereka.
Kalian harus bertanggung jawab. Raib. Karena kejadian itu
kami
dihukum
dengan dipindahkan menjadi pengawas Ruangan Padang Sampah," B.ur tertawa, "berteman dengan truk-truk, kontainer-kontainer, ekskavator raksasa, dan sampah. Dimana-mana
ada sampah di sini."117
“Apa yang
kamu
harapkan. Baar?* rekannya menimpali. "Inimemang
tempat pembuangan sampah. Tapi setidaknya kita bisabebas menonton siaran langsung
Grand
Prix Benda Terbangke- 100. Di sini juga tidak ada pemimpin Pasukan Bintang yang
setiap saat meneriaki kita atau perintah-perintah konyol lain*
nya"
Aku
beranjak duduk, berusaha menatap mereka lebih baik—
Pasukan Bintang.
"Apakah portal Kota Zaramaraz sudah terbuka?* aku bertanya cemas.
“Naaahl Tidak." Bhaar menggeleng. Buat apa?"
"Armada Kedua Kota Zaramaraz?*
"Natufc, tidak ada. Lagi pula mereka tidak bisa ke sini. Se-luruh ruangan ini adalah kawasan larangan terbang. Itu yang
terjadi dengan kapsul kapsul kalian. Aduh, kalian tidak akan menduga, sistem keamanan ruangan ini sama seriusnya dengan Kota Zaramaraz. karena sebagian besar sampah-sampah ini
berbahaya. Saat kapsul kalian masuk, jaring perak otomatis aktif,
menangkap apa pun yang terbang di atas sana. 'Tidak ada benda terbang yang bisa selamat, kecuali bentuknya lebih kecil danpada
sekepal tangan. Kota Zaramaraz tidak bisa
membuka
portal ke sini Ruangan ini memiliki sistem portal lorong berpindahsendiri, untuk menerima sampah-sampah dari
mangan
lain Klan Bintang. Portalnya tidak disatukan dengan portal mengirim pasukan tempur atau orang. Siapa yangmau
bepergian bersama onggokan sampah?Hanya
kami, petugas Ruangan PadangSampah
yang melakukannya."Aku
mengeijap-ngerjap.Mataku
sudah melihat normalkem-bali.
Baar menatapku. "Aku kira kami tadi menangkap benda
terbang
Kelompok
Rebcl, ternyata kalian. Mereka sering kesini mencari suku cadang, senjata, atau sejenis itulah.
Aku
minta maaf sudah
membuat
kalian pingsan. Syukurlah, kalian baik-baik saja, sudah sehat. Terakhir kali di Ruangan Penjara, kondisi kalian sangat mencemaskan. Eh,kamu mau minum
apa, Raib?"
"Bagaimana
kamu
tahunamaku
Raib?" aku balik bertanya."Mudah
saja, kan? Saat di Ruangan Penjara kalian salingmemanggil. Yang satunya, remaja perempuan itu. namanya Scli.
Sedangkan yang laki-laki, dengan rambut berantakan tidak terurus, namanya Ali. Kalian datang dan klan lain, para pemilik kekuatan. Ada di
nomor
satu dalam daftar orang-orang yang sangat dibenciDewan
Kota. Tahunomor
duanya:"Aku
menggeleng.Petugas di Ruangan Padang Sampah.
Kami
ada dinomor
duanya." Baar tertawa, berdiri hendak mengambil minuman.
Di sebelahku, Seli dan Ali mulai siuman.
Sama
seperriku sebelumnya, mereka mengetjap-ngeijap menatap ruangan dengan bingung. Ali refleks mengeluarkan tongkat kasti miliknya daridalam ransel, mengacungkannya ke depan.
"Mereka bukan musuh. Ali!" aku berseru, menghentikan.
“Mereka siapa?" Ali menatapku, berjaga-jaga.
"Hei. Kawan! Selamat datang di Ruangan Padang Sampah!"
Bhaar tertawa kepada Ali.
***
Baar dan Bhaar
menjamu
kamimakan
siang di kantin bangunan pengawas, dengan meja-meja panjang. Ruangan itu besar,tinggi-nya tidak kurang dari lima belas meter.
Ada
puluhan kursi119
berbaris berhadapan di setiap meja panjang. Tetapi yang terisi hanya sepersepuluhnya.
"Ruangan ini dijalankan oleh mesin dan robot-robot. Nyaris semuanya otomatis. lotal pengawas ruangan ini dua puluh orang. Kalian sudah
menemui
semuanya. Satu lagi tidak bisa meninggalkan ruangannya karena sudah terlalu tua.’ Baarmen-jelaskan, menunjuk rekan-rekannya. Mereka mengenakan
sera-gam
pengawas yang sanu. Usia mereka jauh lebih tua dibanding Baar dan Bhaar.’Yeah, kami yang paling muda. Yang lain rata-rata sudah
dela-pan puluh tahun
— maksudku
sudah delapan puluh tahun bertugas di sini, bukan usianya." Baar tertawa, diikuti gelak tawadari meja-meja sebelah kami.
"Apakah semua yang bertugas di ruangan ini adalah orang yang dihukum-" Ali bertanya lagi.
Baar mengangguk.
Aku
ridak akan membantahnya.Kami
se-mua
orang buangan. Lihat, itu Siir. Dia dikirim ke ruangan inikarena keliru menyalakan lampu sorot saat Ketua
Dewan
Kota berpidato di depan jutaan warga Kota Zaramaraz. Seharusnya lampu yang dipakai adalah lampu dengan cahaya paling elegan, hebat, dan megah. Siir mengacaukannya. Dia justru menyalakan lampu diskotek. Bisamembayangkan
kekacauan yang dibuatSiir? Pidato yang seharusnya menggugah, menginspirasi, berubah
jadi lelucon. Nasib Siir tamat