• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kami memang menemukan warga ramah di sana, yang mem-

Dalam dokumen / f Mv. f.. &S v " 5 m (Halaman 32-39)

mem-bantu perjalanan, tapi di dunia paralel selalu saja ada orang-orang jahat. Di Klan

Bumi

juga ada. Semakin besar kekuasaan seseorang,

maka

dia cenderung semakin rakus, menginginkan kekuasaan yang lebih besar lagi. Tidak peduli jika itu me-ngorbankan orang banyak.

Itu yang

membuatku

sebulan terakhir kesulitan membicarakan tentang ini kepada

Mama

dan Papa. Petualangan kami bukan

seperti karyawisata atau jalan-jalan.

Mama

dan Papa hanya tahu

bahwa

aku pergi ke dunia paralel untuk belajar banyak hal,

melatih kekuatanku.

Kami

diam sejenak.

"Apakah

kamu

sudah

menemukan

tentang..." Kalimat

Mama

terhenti.

Aku

menggeleng

aku tahu

maksud

kalimat itu.

Mama

me-nanyakan soal orangtua kandungku.

Mama

menatapku lamat-lamat. "Apakah

kamu

merindukan mereka?"

Aku

menunduk. Ent.thl.ih.

Aku

sudah punya

Mama

dan Papa

di Klan Bumi.

"Mama

bisa merasakannya, Ra.

Kamu

pasti ingin mengetahui

siapa ibu dan ayah kandungmu, merindukan mereka. Bertanya-tanya apakah

ayahmu

masih hidup. Jika masih ludup. ada di

mana? Seusiamu

Mama

hanya memusingkan penampilan, wajah yang jerawatan, dan model rambut, ya masalah remaja. 'lapi. Ra.

kamu

punya pertanyaan yang jauh lebih besar."

Aku

terus menunduk.

"Sini. Ra...‘

Mama

meraih pundakku,

memelukku

erat-erat.

'Maafkan

Mama

tidak bisa

membantumu

banyak. Seandainya dulu

Mama

masih bisa

menemui

orang-orang di kamar sebelah persalinan, masih bisa bertanya, mungkin

kamu

bisa tahu jawab-annya."

I idak apa. Ma. Bagi Ra,

Mama

dan Papa adalah orangtua Ra. selalu

membantu

Ra."

Mama

tersenyum.

Kami

diam lagi sejenak.

"Sabtu ini kami akan pergi lagi. Seli dan Ali juga ikut pergi."

aku berkata pelan.

"Pergi? Ikut orangtua Seli berlibur ke pantai?"

"Kami pergi lagi ke Klan Bintang," aku menjelaskan.

Apakah

Mama

mengizinkan?"

Mama

berusaha mencerna kalimatku. "Tapi bukankah

kamu

baru sebulan lalu dari sana?”

"Ra tahu, kami baru pulang dari sana sebulan lalu.

Ma.

Im mendadak sekali. Tapi perjalanan ini amat penting. Miss Selena

33

akan mengurus izin sekolah kami. Juga ada kenalan dari Klan Bulan dan Klan Matahari yang menemani perjalanan kali ini.

Kami

harus pergi, Ma.”

"

lapi untuk apa?'

Mama

menatapku.

Aku

terdiam.

Aku

tidak bisa menjelaskan lebih detail tujuan perjalanan ini. Jika

Mama

mendesak untuk apa kami segera kembali ke Klan Bintang, aku akan kesulitan.

Beruntung

Mama memahami

ekspresi wajahku, tidak bertanya

lagi. Setelah terdiam, dia mengangguk perlahan. "Jika itu yang

kamu

inginkan,

Mama

mengizinkan. Nanti

Mama

akan bicara

dengan Papa.

Kami

tahu, hanya soal waktu

kamu

akan kembali bertualang ke tempat-tempat tersebut, belajar banyak hal.

me-latih kekuatan, dan bertemu orang-orang baru di sana.

"Mama

tahu,

rumahmu

bukan hanya di sini, di kota ini.

me-lainkan di dunia paralel.

Kamu

punya kehidupan yang berbeda.

Kami

tidak akan

mencegahmu menemukan

jawaban-jawaban di luar sana. Jawaban yang tidak pernah bisa kami berikan.

Mama

yakin, besok-besok

kamu

akan tahu siapa orangtua kandungmu.

Ayahmu

masih hidup, Ra. Suatu saat

kamu

bisa memeluknya

erat-erat dan dia akan bangga melihatmu.”

"

Terima kasih, Ma.”

"Berjanjilah

kamu

akan selalu berhati-hati."

‘Ra berjanji. Ma.”

Terdengar suara bel dari pintu depan. Montir mesin cuci se-pertinya sudah tiba.

Mama

beranjak berdiri, bersiap

membuka

pintu.

"Oh

iya,

sebelum lupa, boleh

Mama

minta oleh-oleh dan perjalananmu

kali ini?”

"Oleh-oleh apa, Ma?”

"Bisakah

kamu membawakan Mama

pakaian yang tidak perlu

dicuci itu?

Mama

ingin tahu sehebat apa pakaian tersebut.

Mama

bosan dengan mesin cuci kita yang suka ngadat."

Aku

tertawa, mengangguk.

JG/UJAN

turun

membungkus

kota sepanjang sore hingga malam. I)i tangan teknisi profesional, mesin cuci itu beres dalam waktu linu belas menit. "I ain kali, sebaiknya segera memanggil kami. Bu. Jangan mencoba memperbaiki sendiri, atau mesin cuci

ini rusak total tidak bisa digunakan lagi.'

Mama

mengangguk-angguk seolah menurut.

Aku

tahu, besok-besok

Mama

tetap bandel, berusaha memperbaiki sendiri peralatan di rumah.

Pukul setengah

enam

Papa menelepon, memberitahu

bahwa

dia terlambat pulang, masih ada pekerjaan di pabrik. Papa me-nyuruh kami

makan malam

lebih dulu, tidak usah

menunggui-nya.

Aku

dan

Mama makan malam

berdua. Sejak berhasil

memberitahu

Mama

tentang perjalanan hari Sabtu, suasana

hariku jauh lebih baik.

Kami

berbincang-bincang santai tentang

makanan

di klan lain.

Mama menyimak

antusias. Sesekali dia berseru tidak percaya.

Setelah

membantu

membereskan meja makan, mencuci

piring-piring, aku

masuk

ke kamar, melanjutkan

membaca

buku, ditemani si Putih yang tiduran di ujung kaki.

Mama

menonton

televisi di lamai bawah,

menunggu

Papa pulang.

Malam

ini

sepertinya akan berlalu dengan damai hingga

mendadak

pintu jendela kamarku diketuk.

Aku

menoleh. Siapa yang bertamu malam-malam, datang lewat jendela kamar di lantai dua pula?

Aku

bangkit mendekat, mendorong daun jendela. Tidak ada siapa-siapa di sana selain hujan deras, angin menderu, tempias

air mengenai wajahku. Siapa?

Suara mendesing pelan terdengar. Kapsul perak muncul di

depanku begitu saja.

Ada

belalai yang keluar dari kapsul. Belalai itu yang mengeruk jendelaku.

Ali. Siapa lagi kalau bukan si biang kerok itu. Kepalanya muncul dari balik pintu kapsul terbang yang sekarang terbuka.

"Ikut denganku. Ra!

Ada

yang hendak kutunjukkan.'’ Ali berteriak, berusaha mengalahkan suara hujan.

"Astaga, Ali! Ini baru pukul tujuh malam. Banyak orang

melintas di jalan raya. Kapsul ini bisa dilihat semua orang!” aku

berseru. Tidakkah si genius ini

mau

berhati-hati.

Apa

reaksi

te-tangga sebelah jika mereka tidak sengaja melihat ada benda

ter-bang berbentuk kapsul bulat di halaman

rumah

kami? Mereka akan menyangka ada

UFO

datang ke bumi.

"Berhenti protes. Segera naik, Ra! Semakin cepat

kamu

naik

ke kapsul, semakin cepat aku bisa mengaktifkan posisi menghilangnya.”

Aku

melotot. Tabiat Ali yang suka menyuruh-nyuruh tidak

pemah

hilang. Baiklah, aku mengalah, bergegas melewati jendela kamar, dan melompat ke dalam kapsul.

Aku

sedikit terpeleset, tapi belalai kapsul menangkap bahuku,

membantu

berdiri.

Begitu aku berada di dalam kapsul. Ali menekan tombol di

37

papan kemudi. Desing pelan terdengar. Kapsul itu kembali menghilang. Pintunya menutup.

"Selamat datang di ILV versi 3.0. Ra. Ini pertama kali aku

membawanya

terbang."

Aku

menepuk-nepuk ujung rambut yang basah.

"Duduk, Ra. Kenakan sabuk pengaman. Kita menuju tujuan berikutnya."

Tanpa

menunggu

aku

duduk

mantap. Ali mendorong tuas kemudi. Seperti peluru, kapsul perak itu melesat cepat me-nembus langit gelap.

Aku

berseru jengkel, hampir tet^atuh. Ali nyengir.

Tujuan berikutnya adalah

rumah

Seli. Sahabatku itu sudah

menunggu

di teras belakang, seperti tahu akan dijemput. Seli naik ke dalam kapsul tanpa masalah.

"Aku sudah menelepon Seli. Jadi dia tahu akan dijemput.” Ali menjelaskan santai.

"Lantas kenapa

kamu

tidak memberitahuku lebih dulu juga?'

"Buat apa?

Kamu

paling mengajakku bertengkar, menyuruhku

langan menjemput dengan kapsul perak, nanti dilihat orang lain.

Atau bilang besok-besok saja,jangan

malam

ini. Iya. kan? Lebih baik aku langsung muncul di depan jendela kamarmu,

me-maksamu

segera naik,” Ali menjawab santai.

Seli tertawa melihat wajah masamku. Dia

memasang

sabuk pengaman.

Kapsul perak kembali melesat

menembus

hujan deras. Gerak-annya lincah. Suaranya lebih senyap. Ini generasi lebih canggih dibanding kapsul perak ILY versi 2.0 sebelumnya.

Aku

tahu, -.cbulan terakhir, Ali

membuat

kapsul perak ini,

menambahkan

teknologi baru yang dia pelajari di Klan Bintang. Interior kapsul

terasa lebih lapang.

Ada

banyak rombol baru di papan kemudi.

Layar kaca besar terlihat jernih.

Kami

bisa menatap leluasa keluar, menyaksikan rumah-rumah, bangunan di kota kami, juga jalan raya yang dipadati kendaraan, perempatan. Kapsul perak terbang lima belas meter di atasnya, meliuk tidak terlihat,

melewati gedung-gedung, menara

BTS.

Dalam dokumen / f Mv. f.. &S v " 5 m (Halaman 32-39)