Hana
tersenyum lembur. "Aku sudah tahu sejak pertama kali kalian mengetuk pondokku diUdang
perdu berduri. Nak. Kalian adalah sahabat baik satu sama lain.Ada
banyak sekali kekuatan besar di dunia paralel, salah satunya yang amar besar adalah kekuatan persahabatan. Berangkatlah dengan yakin.Alam
sekitarakan
membantu
kalian."Pertemuan itu tiba di penghujungnya. Sisanya,
Av
menjelaskan rencana perjalanan, dua minggu lap. hari Sabtu. Segala sesuatu akan disiapkan. Miss Selena akan mengurus izin sekolah.Kami
tidak bisa
menunggu
libur panjang seperti sebelumnya.Av
me-nyuruhku dan Ali untuk memberitahu orangrua kami masing-masing. Perjalanan itu memiliki tenggat tujuh hari. Jika kamigagal
menemukannya
dalam jangka waktu tersebut,Av
meme-rintahkan Miss Selena
membawa
rombongan kembali ke Klan Bulan.»**
Angkot akhirnya tiba di depan rumah.
Aku
beranjak turun,melambaikan tangan pada Seli.
Si Putih, kucingku, berlari
menyambut
saat akumembuka
pintu depan.
Aku
berjongkok, membiarkan kucing itu melompat ketangan-ku.
"Hei, Put.
kamu
sudahmakan
siang?"Sebagai jawaban, si Putih mengeong sambil mengibaskan ekor-nya. Kucingku ini seakan bisa mengerti kalimatku.
Aku
meng-27
gendongnya
masuk
ke dalam rumah. Tidak adaMama
di ruang tengah.Mungkin
ada di ruangmakan
atau dapur.Aku
terusmelangkah. Juga tidak ada
Mama
di sana.Kamu
tahu dimana Mama.
Put?"Kucing itu melompat dari tanganku, berlari menuju halaman
belakang. Si Putih mengeong, menunjuk
Mama
yang sedang berkutat memperbaiki mesin cuci."Eh, Ra?
Kamu
sudah pulang sekolah?"Aku
mengangguk.“Mama
sedang apa?"'Mesin cuci ini ngadat lagi. Ra. Padahal usianya dua tahun juga belum."
Mama
menyeka dahi yang berpeluh dan cemong.Tampilannya sudah seperti montir profesional,
membongkar
mesin cuci.Aku
mendekat. "Apa tidak sebaiknya menggunakan jasa servis resmi. Ma?"“Tidak perlu. Ra.
Mama
bisa memperbaikinya.""Perlu Raib bantu?"
“Tidak usah. Eh.
kamu
sudah makan?Mama
masak sup kesukaanmu.Kamu
ganti baju dulu sana."Mama
berseru daridalam tabung mesin cuci, kepalanya kembali masuk
meme-riksa.
Aku
mengangguk, menurut.Tadinya aku berencana hendak memberirahu
Mama
soal peijalanan itu. Mungkin siang ini waktu yang tepat. Tapi melihatMama
yang berkutat dengan mesin cuci, itu bukan ide baik.Mungkin menunggu
hingga sore.Aku
hafal kebiasaanMama.
Beberapa jam lagi
Mama
akan terus berusaha, lalu mengomelsendirian, kemudian
Mama
akan menyerah dan akhirnya menelepon teknisi.Setelah
makan
siang, sambilmenunggu Mama
sibuk denganmesin cuci, aku
membaca
buku di sofa ruang tengah, membiar-kan si Putih bermain di ujung kakiku. Kucing itu mengejar-ngejar, bergulingan, mengejar-ngejar lagi gumpalan benang wol yang kuberikan.Aku
memiliki kucing ini sejak ulang tahun ke-sembilan.Ada
yang meletakkan kardus berwarna pink dengan talam lembut di depan pintu rumah, berisi dua ekor kucing.Saru, dengan warna bulu hitam berbintik-bintik putih, aku
panggil si I litani. Satu lagi, dengan warna bulu putih berbintik-bintik hitam, aku panggil si Putih.
Aku
tidak pernah tahu siapa yang mengirimkan kardus itu.Aku
mengira itu kado ulang tahun dari kerabatMama.
Kedua kucing ini sepertinya akanbaik-baik saja, hingga akhirnya aku bertemu
Tamus
dari Klan Bulan. Salah satu kucing itu. si Hitam, ternyatahewan
Klan Bulan yang ditugaskan kamus untuk mengawasiku. SiHitam
kemudian kembali ke Klan Bulan. Kini kucingku tinggal satu, siPutih.
"Mama
tidak habis pikir, Ra."Aku
menoleh.Mama
sedang berjalan gontai mendekatiku."Mama
sudah mengotak-atik semuanya, tetap tidak ketemudi
mana
rusaknya."Mama
menyeka anak rambut di dahi. Wajah-nya semakin cemong.Aku
sebenarnya hampir tertawa melihat wajahMama.
“Panggil montir resmi saja. Ma.”
"Mama
belum menyerah, Ra. sebentar lagi."Mama
meraih gelas kosong, menuangkan air putih. Setelah beristirahat bebe-rapa menit, menghabiskan minuman.Mama
balik kanan dengan semangat baru, kembali menghadapi mesin cuci yang ngadat.Aku
melanjutkan membaca. Si Putih mulai bosan dengan gulungan benang wol. Dia melompat ke atas sofa, meringkuknyaman di sampingku.
29
"Kamu
mengantuk. Put?"Kucing itu mengeong sebagai jawaban.
Dua
kali lagiMama
bolak-balik mengambil airminum
hingga akhirnya dia menyerah, mengomel, meraih telepon rumah, danmenekan
nomor
pusat servis mesin cuci."Teknisinya bisa datang segera,
Ma?"
Mama
mengangguk, berjalan ke arahku, mengempaskan pung-gungnya di sofa, di sebelahku. "Tiga puluh menit lagi merekatiba."
Aku
menatapMama
lamat-lamat. Dia wanita usia empat puluh tahun, dengan rambut sebahu—
yang sekarang diikat karetgelang. Pakaian
Mama
kusut karena berjam-jam mengatasi mesin cuci tadi."Eh, ada apa, Ra?"
Mama
menyadari dia sedang diperhati-kan.Aku
menggeleng. "Tidak ada apa-apa.”"Kamu mau
bilangMama
terlihat berantakan, kan? Tidakcantik lagi?"
Mama
menyelidik."Mama
selalu cantik kok."Aku
tertawa."Lantas
kamu mau
bilang apa sih?""Di Klan Bintang, mereka tidak lagi mencuci pakaian, Ma."
aku berkata pelan. Setelah sebulan tidak bicara banyak, mungkin
ini
wakm
yang tepat memberitahuMama.
"Klan Bintang?"
Mama
berusaha mencerna kalimatku. "Oh.dunia paralel itu. Mereka tidak mencuci baju? Bagaimana mereka membersihkan pakaian kotor mereka?"
"Mereka punya teknologi bahan pakaian yang bisa membersih-kan sendiri. Sekali dibeli, pakaian itu tidak perlu dicuci lagi. Jika terkena kotoran, bisa bersih sendiri."
Bola mara
Mama
membesar."Oh
ya? Membersihkan sendiri?Itu pasti menyenangkan jika
Mama
punya pakaian seperti itu.Mesin cuci menyebalkan ini bisa dipensiunkan.'
Aku
tertawa, meletakkan buku di atas meja.Kami
diam sejenak."Seperti apa sebenarnya dunia paralel itu. Ra?"
Mama
ber-tanya
—
pertanyaan pertamanya.' Kurang-lebih sama seperti kota kita, Ma."
"Sama?"
' Iya. lapi dengan teknologi yang lebih maju. Klan Bulan dengan rumah-rumah
sepem
balon di atas tiang-tiang tinggi.Mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lain lewat kapsul terbang atau lorong berpindah. Klan Matahari dengan
rumah-rumah
kubus di lereng gunung. Ruangan-ruangan yang bisa melipat, menekuk. Mereka bisa berpindah lewat perapian.Sementara Klan Bintang lebih maju lagi, berada di perut bumi, mereka menyukai bentuk simetris, kota mereka paling canggih dibanding yang lain.
Makanan
yang bisa menyesuaikan rasa se-suai keinginan, sofa yang bisa bicara, dan baju yang bisa berubah warna atau model seperti imajinasi pemakainya."Bola mata
Mama
membesar. "Iru hebat sekali, Ra. Itu sepertiberada di luar negeri. Kota-kotanya jauh lebih maju dibanding kota kita."
Aku
mengangguk. Bedanya, dunia paralel tidak hanya beradadi luar negeri, tapi berada di dunia yang berbeda. Dunia paralel tidak bisa dicapai dengan pesawat terbang atau kapal laut, melintasinya harus melalui portal antarklan.
Hanya
ke Klan Bintang yang bisa didatangi dengan cara manual."Apakah semua warga dunia paralel punya kekuatan?
Meng-hilang?"
"Tidak semua. Lebih banyak yang seperti warga di kota kita.
Tapi mereka hidup hersama dengan para pemilik kekuatan."
'Apakah warga dunia paralel ramah-ramah. Ra?"