• Tidak ada hasil yang ditemukan

Allah memperhatikan penderitaan umat

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 160-165)

Judul: Allah memperhatikan penderitaan umat

Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderitaan kita. Tentu salah jika kita berpikir demikian. Allah kita adalah Allah yang sangat peduli terhadap penderitaan manusia, terutama penderitaan umat-Nya. Ini dapat kita lihat dalam nas hari ini. Setelah ratusan tahun di Mesir, umat Israel -yang merasa menderita- berseru kepada Allah (23-24). Allah pun mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Ia kemudian menjalankan rencana-Nya untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir. Dalam bahasa Ibrani kata "mengingat" bukan berarti hanya secara pemikiran/kognitif, yaitu bahwa tadinya lupa dan sekarang ingat, tetapi mencakup tindakan juga. Jadi ini berarti, telah tiba waktunya bagi Allah untuk bertindak seturut dengan perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub. Allah kemudian memanggil Musa dan menyatakan bahwa "Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka" (7). Allah kita memang adalah Allah yang sangat peduli dengan kesengsaraan umat-Nya, terutama mereka yang ditindas. Sebab itu Allah berkata bahwa jika kita menindas janda dan anak yatim lalu mereka berseru kepada Allah, maka Allah akan mendengar seruan mereka dan akan menyatakan murka-Nya kepada mereka yang menindas janda dan anak yatim tersebut (Kel. 22:22-24). Kita harus mengerti bahwa Allah sangat peduli dengan penderitaan kita, karena itu jangan berhenti berseru kepada Allah untuk memberikan pertolongan kepada kita. Jika pertolongan tidak datang seturut yang kita inginkan, maka kita harus percaya bahwa itu bukan karena Allah tidak peduli, tetapi pasti ada rencana Allah dibalik penderitaan tersebut. Sebaliknya, kita juga harus berhati-hati jangan sampai kita menindas mereka yang lebih lemah karena ketika mereka berseru kepada Allah, maka Allah pasti akan mendengar seruan mereka dan akan menunjukkan murka kepada kita, yang menindas mareka yang lemah.

Diskusi renungan ini di Facebook:

161 Selasa, 28 Mei 2013 Bacaan : Keluaran 3:11-22

(28-5-2013)

Keluaran 3:11-22

Kesempatan melayani

Judul: Kesempatan melayani

Kesempatan untuk melayani Allah tidak selalu dianggap sebagai kesempatan emas. Banyak orang yang berusaha untuk menolak kesempatan itu, dengan berbagai macam alasan.

Musa, pada masa empat puluh tahun sebelumnya, menyadari benar bahwa ia adalah seorang Ibrani sekaligus pangeran Mesir, yang merupakan alat pilihan Allah untuk membebaskan Israel. Namun setelah masa empat puluh tahun menggembalakan kambing domba di padang gurun di wilayah Midian, Musa tidak lagi memiliki rasa percaya diri yang sama seperti sebelumnya. Karena itu, ketika Allah mengutus Musa, dia justru mempertanyakan dirinya, "Siapakah aku....?" (11).

Bagaimana jawaban Allah? Kalau kita perhatikan, jawaban Tuhan seolah tidak 'nyambung' dengan pertanyaan Musa karena Tuhan menjawab, "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (12). Dengan jawaban ini, Tuhan bermaksud mengalihkan perhatian Musa dari dirinya sendiri kepada Tuhan. Karena dalam hal ini identitas Tuhanlah yang jauh lebih penting (14). Dan memang, ketika kita tahu bahwa Tuhan beserta kita maka kita dapat maju melaksanakan kehendak Tuhan, bukan dengan keyakinan pada diri kita sendiri melainkan pada Tuhan yang kuat dan berkuasa.

Selain itu perkataan Tuhan, "Dan bilamana mereka mendengarkan perkataanmu ..." (18), bagai janji yang menenangkan hati Musa. Karena pada masa empat puluh tahun sebelum itu, saat ia meyakini panggilannya, orang Israel justru menolak dia. Lalu bagaimana mungkin mereka memercayai dia saat ia tidak lagi memiliki apa-apa. Mengenai raja dan bangsa Mesir, Allah berjanji akan menangani mereka (19-22). Lihatlah bagaimana Tuhan sudah mengatur segala sesuatunya. Musa hanya tinggal menjalankannya saja. Namun bukan berarti segala sesuatu akan berlangsung tanpa masalah (19), tetapi Tuhan tidak akan tinggal diam.

Kiranya ini membangkitkan semangat kita ketika ada kesempatan untuk melayani Tuhan. Ingatlah bahwa Tuhan sendiri yang akan menolong kita sehingga kita dimampukan untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

162 Rabu, 29 Mei 2013

Bacaan : Keluaran 4:1-17

(29-5-2013)

Keluaran 4:1-17

Tidak boleh ditolak

Judul: Tidak boleh ditolak

Tampaknya banyak paradoks dalam kehidupan Kristen yaitu hal-hal yang terlihat bertentangan, tetapi sesungguhnya tidak. Di satu pihak, kita harus sadar bahwa kita tidak layak dipakai Allah. Di pihak lain, kita harus menerima panggilan Allah dalam kesadaran bahwa kita tak layak. Karena pengalaman pahitnya di masa lampau, saat saudara-saudaranya menolak

kepemimpinannya (Kel. 2:14), Musa mati-matian menolak panggilan Tuhan untuk membawa umat-Nya keluar dari Mesir. Allah kemudian memberikan dua tanda, yaitu tongkat yang mejadi ular dan tangan yang menjadi putih oleh kusta. Tanda ini dapat dilakukan Musa saat orang Israel meragukan panggilan Allah terhadap Musa. Bahkan Allah juga menjanjikan bahwa jika orang Israel masih tidak percaya, maka dia dapat mengubah air dari sungai Nil menjadi darah untuk meyakinkan mereka. Namun Musa tetap tidak mau percaya, dan malah berdalih bahwa ia tidak pandai bicara. Namun Tuhan masih dengan sabar mengatakan bahwa Dialah yang membuat lidah, maka Dia pula yang akan menyertai lidah Musa dan mengajari Musa tentang apa yang harus dia katakan. Namun Musa masih tetap tidak mau. Ia malah meminta Tuhan untuk mencari orang lain. Tentu saja ini membuat Tuhan murka dan berkata bahwa Ia telah mengutus Harun -kakak Musa- untuk menjadi juru bicara Musa. Nah, apa lagi alasan yang dicari-cari Musa? Maka pada akhirnya, Musa tidak dapat menghindari lagi panggilan Allah tersebut. Sayang sekali jika orang menerima pelayanan karena terpaksa atau dipaksa.

Dari penolakan Musa, kita belajar memahami bahwa kita memang tidak layak dipakai Allah. Namun jika kita yang tidak layak ini diperkenan Allah untuk melayani Dia maka kita seharusnya tidak menolak panggilan itu. Kita justru harus melihat panggilan Allah tersebut sebagai suatu hak istimewa dan anugerah yang perlu disyukuri. Jika Allah melayakkan dan memampukan kita untuk melayani Dia, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak. Maka marilah melayani Tuhan sesuai dengan panggilan yang dipercayakan pada kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

163 Kamis, 30 Mei 2013

Bacaan : Keluaran 4:18-31

(30-5-2013)

Keluaran 4:18-31

Dituntut untuk taat

Judul: Dituntut untuk taat

Tugas utama seorang hamba Tuhan adalah menaati perintah Tuhan. Tak heran jika di tengah kisah persiapan Musa untuk pergi ke Mesir, perjumpaan Musa dan Harun, serta pertemuan mereka dengan tua-tua di Mesir, kita diberikan suatu kisah yang menarik tentang murka Allah terhadap Musa karena ketidaktaatannya (24-26).

Dalam ayat 24-26, sesungguhnya naskah aslinya tidak memakai kata Musa, kecuali dalam ayat 25. Jadi ayat 24 menyatakan bahwa Tuhan bertemu dengan "dia" (tidak disebutkan "Musa" seperti terjemahan dalam LAI) dan berikhtiar membunuhnya. Begitu pula, ayat 26 seharusnya adalah "Lalu Tuhan membiarkan 'dia'" [bukan 'Musa']. Jadi kurang jelas sebenarnya apakah Tuhan bermaksud membunuh Musa atau anak Musa yang belum disunat. Entahkah "dia" merujuk kepada Musa atau anaknya, kisah itu jelas menunjukkan bahwa murka Allah reda setelah Zipora menyunat anak itu.

Kita tidak tahu mengapa Musa tidak menyunat anak itu. Ini seharusnya merupakan anak kedua Musa (di ayat 20 dikatakan bahwa Musa membawa "anak-anaknya lelaki, " berarti lebih dari satu anak lelaki), yang mungkin belum lama dilahirkan sehingga belum disunat. Allah memang sudah memerintahkan Abraham untuk menyunat setiap anak laki-laki keturunan Abraham pada hari ke delapan (Kej. 17:12) dan sunat merupakan "tanda perjanjian" antara Allah dengan Abraham dan keturunannya. Karena Musa akan menjadi pemimpin umat Tuhan, maka dia harus menaati perintah Tuhan. Maka Allah menunjukkan murka yang begitu hebat karena pelanggaran sunat itu.

Pemimpin umat memang dituntut untuk taat kepada Allah. Jika pemimpin tidak taat, bagaimana mungkin dia mengarahkan umat untuk taat? Jika kita menjadi pemimpin rohani, dalam keluarga atau dalam pelayanan, milikilah hati yang taat jika kita mau dipakai untuk melayani Tuhan dengan efektif. Jika kita berada di bawah pimpinan, doakanlah orang yang memimpin kita -baik orang tua maupun pendeta atau majelis di gereja- agar mereka terlebih dahulu taat kepada Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:

164 Jumat, 31 Mei 2013 Bacaan : Keluaran 5:1-24

(31-5-2013)

Keluaran 5:1-24

Peperangan rohani

Judul: Peperangan rohani

Dalam dunia kuno, ketika dua bangsa bertempur maka yang terutama bertempur adalah allah-allah sesembahan bangsa itu. Maka kita perlu melihat bahwa pertempuran yang terjadi dalam kitab Keluaran adalah pertempuran antara Allah Israel dengan para allah Mesir.

Firaun merupakan salah satu allah Mesir dan karenanya tidak mengherankan bila Firaun

menyombongkan diri dengan tidak mau mengenal dan mengakui Yahweh. Ia berkata "Siapakah TUHAN (terjemahan dari kata Yahweh) itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk

membiarkan orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan

membiarkan orang Israel pergi" (2). Bahkan dengan murka Firaun kemudian memberi perintah agar pekerjaan orang Israel diperberat. Orang Israel disuruh membuat batu bata dalam kuota yang sama, tetapi pekerjaan mereka ditambah dengan harus mengumpulkan jerami sendiri (7-8). Orang Israel tentu saja tidak dapat memenuhi tuntutan Firaun. Akibatnya, mandur-mandur Israel kemudian dipukul oleh pengerah-pengerah Firaun (14).

Para mandur yang dipukul kemudian marah kepada Musa dan Harun setelah mengetahui bahwa semua ini terjadi sebagai akibat pertemuan Musa dan Harun dengan Firaun. Musa kemudian juga kesal kepada Tuhan dan mengeluh bahwa Tuhan tidak melepaskan umat-Nya dari penderitaan tersebut. Namun sesungguhnya semua itu ada dalam rencana Tuhan, karena memang Tuhan akan memaksa Firaun untuk membiarkan umat-Nya pergi dengan tangan yang kuat (24).

Dalam kehidupan iman kita pun selalu ada peperangan rohani. Namun Allah tidak akan menyelamatkan kita dengan bernegosiasi dengan Iblis dan pengikutnya. Kita tidak perlu berkeluh kesah atau bersungut-sungut karena Allah akan menyelamatkan kita dengan tangan-Nya yang kuat, yaitu dengan mengalahkan Iblis dan pengikutnya. Dengan demikian kita harus melihat bahwa kesulitan yang kita alami dalam hidup -terutama ketika kita mau taat kepada Tuhan- merupakan hal yang wajar dan pasti terjadi karena memang akan ada peperangan rohani ketika kita mau taat kepada Allah.

Diskusi renungan ini di Facebook:

165 Sabtu, 1 Juni 2013

Bacaan : Keluaran 6:1-12

(1-6-2013)

Keluaran 6:1-12

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 160-165)