• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pentingnya keluarga bagi Tuhan

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 167-173)

Judul: Pentingnya keluarga bagi Tuhan

Dalam pelayanan kepada Tuhan, bukan hanya diri kita yang penting, tetapi keluarga kita pun penting bagi Tuhan. Ini dapat dilihat dalam nas hari ini, keluarga orang yang melayani Tuhan dicatat dengan mendetail.

Dalam nas hari ini, kita melihat ketidakimbangan antara silsilah suku Lewi dengan yang lain karena dipaparkan dengan lebih mendetail. Perhatikanlah, hanya orang-orang yang terdapat dalam daftar Lewi saja yang disebutkan umurnya (15, 17, 19). Selain itu keturunan Lewi diberi catatan sampai lima generasi. Bandingkan dengan Ruben dan Simon yang diberi catatan hanya satu generasi.

Di antara suku Lewi, keturunan Harun lebih ditekankan. Misalnya, nama Harun didahulukan dari Musa (19); isteri Musa tidak disebut, tetapi isteri Harun disebut (22); hanya nama mertua Harun dan anaknya Eleazar yang disebut (22-24); hanya nama saudara ipar Harun yang dicatat (22); juga hanya nama keturunan Harun yang dicatat dan sampai generasi yang ketiga (22-24), sedangkan keturunan Musa sama sekali tidak dicatat. Dengan kata lain, dibandingkan suku lain, suku Lewi lebih ditekankan; di antara suku Lewi, Harun yang diutamakan; di antara keturunan Harun, Eleazar diutamakan; di antara keturunan Eleazar, Pinehas diutamakan. Jelas bahwa silsilah ini mengantisipasi keistimewaan suku Lewi yang akan dipakai melayani Tuhan; dari suku Lewi, keturunan Harun akan melayani sebagai imam; dari keturunan Harun, keturunan Eleazar menggantikan Harun menjadi imam besar (Bil. 20:28) dan dari keturunan Eleazar, Pinehas akan menggantikan Eleazar (Hak. 20:28).

Perhatikan bagaimana Alkitab memperhatikan keluarga sebagai suatu keutuhan. Alkitab juga memperhatikan anggota orang-orang yang ada di dalam keluarga itu sebagai suatu pribadi yang utuh. Keluarga memang merupakan bagian penting dalam pelayanan kita karena keluarga punya peranan dalam hidup kita. Tak heran bila Tuhan juga mementingkan keluarga hamba-hamba-Nya. Karena itu kita harus menyadari pentingnya keluarga dan berusaha membina keluarga agar menjadi keluarga yang memuliakan Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:

168 Selasa, 4 Juni 2013

Bacaan : Keluaran 6:27-7:13

(4-6-2013)

Keluaran 6:27-7:13

Tuhan yang berdaulat

Judul: Tuhan yang berdaulat

Seperti yang telah kita lihat dalam Keluaran 6:5-7, Allah akan menyatakan diri sebagai

Tuhan/Yahweh melalui peristiwa Keluaran. Maka Ia berkata bahwa "Aku akan mengeraskan hati Firaun". Untuk itu Ia akan memperbanyak tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat yang Ia lakukan di tanah Mesir, supaya Ia mengeluarkan umat-Nya dari Mesir dengan menjatuhkan hukuman yang berat terhadap Mesir (3-4).

Pernyataan "Aku akan mengeraskan hati Firaun" tentu menimbulkan pertanyaan, "Apakah berarti Firaun sebenarnya berhati lembut, tetapi Tuhan mengeraskan hatinya?" Tentu tidak. Pernyataan itu berarti Tuhan membiarkan Firaun terus mengeraskan hati sehingga akhirnya sepuluh tulah dijatuhkan atas Mesir. Ini dapat kita lihat dari bagian lain yang menyatakan bahwa "hati Firaun berkeras" (7:13) atau "Ia tetap berkeras hati" (Kel. 8:15). Namun mengapa

menyatakan bahwa Tuhan akan mengeraskan hati Firaun? Pertama, pernyataan ini mau menekankan kedaulatan Tuhan, bahwa sesuatu hanya dapat terjadi karena Allah yang memutuskan hal itu.

Kedua, pernyataan mengeraskan hati Firaun harus dimengerti sebagai tindakan Allah

menghukum Firaun yang telah lebih dahulu mengeraskan hatinya. Dan kerasnya hati Firaun terus berlanjut, seperti yang dipaparkan pada waktu tulah demi tulah terjadi satu per satu.

Perhatikanlah keterangan tentang kerasnya hati Firaun di setiap akhir tulah. Prinsip yang sama dijelaskan oleh Paulus dalam Roma 1:24-32, Allah menyerahkan orang berdosa pada

keberdosaan mereka sebagai hukuman-Nya kepada mereka.

Firaun berkeras hati dan Allah hanya membiarkan Firaun mengeraskan hatinya supaya maksud Allah dapat tercapai, yaitu menghukum orang Mesir dan allah-allah mereka karena kejahatan yang telah mereka lakukan terhadap Israel.

Allah berdaulat memakai dosa manusia sebagai penghukuman atas orang yang berdosa itu. Oleh karena itu, jangan keraskan hati saat kita ditegur karena dosa kita. Cepat bertobat agar kita segera menerima pengampunan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

169 Rabu, 5 Juni 2013 Bacaan : Keluaran 7:14-8:15

(5-6-2013)

Keluaran 7:14-8:15

Allah Mahakuasa

Judul: Allah Mahakuasa

Firaun tidak mengenal Allah Israel maka dia punya cukup alasan untuk menolak permintaan Musa dan Harun, seperti yang difirmankan Tuhan. Ia mengeraskan hati terhadap perkataan Tuhan yang Musa sampaikan. Setelah berulang kali menghadap Firaun, Musa tetap ditolak. Maka tiba saatnya Tuhan bertindak dengan kuasa-Nya. Tuhan akan menghukum Mesir dan Firaun dengan tulah.

Tulah pertama adalah air menjadi darah. Saat Firaun sedang berada di tepi sungai Nil, Musa menunjukkan kuasa hukuman Tuhan. Sungai Nil yang merupakan sungai suci bagi orang Mesir tiba-tiba berubah menjadi darah hanya dengan pukulan tongkat Musa. Ikan-ikan jadi mati. Orang Mesir tidak dapat meminum air sungai itu. Bau busuk ada di mana-mana. Air darah juga ada di mana-mana, bahkan di wadah kayu dan batu. Itulah kuasa Tuhan. Namun, Firaun tetap

mengeraskan hati karena para ahli Mesir dapat juga membuat hal yang sama (22).

Tulah kedua, yaitu katak yang muncul di mana-mana. Jumlahnya tak terkirakan dan memenuhi seluruh ruang di Mesir. Lebih buruk lagi, ahli-ahli Mesir dengan manteranya menambah jumlah katak yang bermunculan. Lalu Firaun memanggil Musa untuk berdoa agar Tuhan menghilangkan katak-katak dari bumi Mesir. Walaupun permintaan Firaun didengar. Ternyata kembali Firaun mengeraskan hati tidak mau melepaskan Israel.

Dari dua tulah itu, Musa dan Firaun belajar tentang kuasa Allah yang tak tertandingi. Ia dapat mengubah air menjadi darah dan memerintahkan katak-katak keluar dari persembunyiannya. Meski Firaun mempunyai ahli-ahli untuk membuat hal yang sama, tetapi mereka tidak dapat membuat segala sesuatu kembali seperti semula.

Jelas bahwa Allah Israel -yang juga adalah Allah kita- lebih besar kuasa-Nya daripada segala ahli sihir, ahli nujum, dan orang-orang sakti lainnya, baik yang ada di Mesir maupun yang ada di seluruh penjuru dunia ini. Karena itu, jangan pernah berpaling dari Allah kepada orang-orang yang mengaku atau diakui sakti. Mungkin saja mereka memiliki kuasa, tetapi Allah kita jelas Mahakuasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:

170 Kamis, 6 Juni 2013 Bacaan : Keluaran 8:16-32

(6-6-2013)

Keluaran 8:16-32

Perlindungan Allah

Judul: Perlindungan Allah

Pada tulah pertama dan kedua, Allah menyuruh Musa untuk memberi tahu Firaun mengenai tulah yang akan dijatuhkan. Tulah ketiga terjadi setelah Harun memukulkan tongkatnya ke debu tanah (18). Berbeda dari tulah pertama dan kedua, tulah ketiga tidak bisa dibuat dengan mantera-mantera para ahli Mesir. Sebab itu mereka mengakui, "Inilah tangan Allah" (19). Namun Firaun tetap tidak mau tahu.

Namun pada tulah keempat, para ahli Mesir itu tidak muncul lagi. Dan pada tulah keempat ini, Allah mengecualikan umat-Nya agar tidak terkena tulah (22-23). Tulah keempat ini

menyebabkan Firaun mulai memberi 'izin' kepada Israel untuk beribadah, tentu saja dengan catatan "hanya boleh dilakukan di dalam wilayah Mesir". Bagi Musa, izin ini seolah basa basi saja karena orang Mesir tidak menyukai cara ibadah Israel sehingga bisa-bisa orang Israel dilempari batu.

Namun, Allah melindungi mereka dengan membuat Musa dapat menjawab bijaksana (26). Sekali lagi, Firaun memohon belas kasihan Musa agar terbebaskan dari tulah lalat pikat. Allah

mendengar permohonan Musa untuk membebaskan Mesir dari tulah keempat tsb.

Firaun sedang bermain api dengan Tuhan. Jika ahli mantera sudah merasa kalah dari Allah sehingga terucap pujian bagi Allah, Firaun belum kapok. Dia mencoba mengulur-ngulur waktu. Pembebasan yang harusnya diberikan ditunda-tunda. Ia mengeraskan hati padahal dia sudah tahu betapa hebat dan dahsyatnya Allah Israel. Firaun mencoba mencurangi Israel, tetapi Allah melindungi umat-Nya.

Kita sering membaca di media massa betapa banyaknya umat Tuhan di Indonesia mengalami penderitaan. Pelakunya mencoba bermain api dengan Allah. Mereka tidak sadar betapa Allah sayang umat-Nya dan tak mungkin membiarkan umat mengalami pencobaan melebihi kekuatan mereka. Allah melindungi umat-Nya. Perlindungan-Nya melegakan hati. Menyadari

perlindungan Allah terhadap kita, seyogianya hidup kita semakin dekat dan memautkan hati kita hanya kepada Allah. Hidup ini benar-benar anugerah, Allah menjagai anugerah yang Ia curahkan kepada kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

171 Jumat, 7 Juni 2013 Bacaan : Keluaran 9:1-12

(7-6-2013)

Keluaran 9:1-12

Mengeraskan hati

Judul: Mengeraskan hati

Tulah sampar menyerang ternak-ternak bangsa Mesir (3). Akibatnya, Mesir tidak memiliki ternak untuk dimakan atau dipekerjakan. Namun Allah menjauhkan penyakit itu dari bangsa Israel. Allah melindungi umat-Nya dari kesulitan mendapat makanan dan bekerja. Meski demikian, Firaun tidak juga melembutkan hati. Mungkin karena tetap tersedia makanan di lumbung istananya, bagi seluruh penghuni istana. Ini berarti Firaun tidak menggubris

penderitaan rakyatnya karena Ia tetap mengeraskan hati terhadap peringatan Tuhan tersebut (7). Belum usai penderitaan rakyat Mesir, tulah barah merebak di seluruh negeri (10-11). Barah itu berasal dari debu jelaga dapur yang dihamburkan ke udara di depan Firaun, dan kemudian

menjangkiti manusia dan hewan di Mesir. Bagaimana dengan para ahli Mesir? Jangankan meniru untuk membuat barah yang sama, untuk dapat tetap berdiri di hadapan Musa saja mereka tidak sanggup (11). Barah itu juga menjangkiti mereka dan mereka tidak sanggup menangkalnya. Pada saat itu baik para ahli Mesir maupun seluruh rakyat Mesir dapat melihat bahwa tidak ada satu orang pun yang dapat melawan Allah Israel. Bahkan allah Mesir sekalipun tidak dapat menahan Allah Israel saat Ia menunjukkan kuasa-Nya.

Lalu bagaimana respons Firaun, sang allah Mesir, menyaksikan tulah yang semakin parah? Mulai dari tulah pertama sampai tulah keenam disebutkan bahwa Firaun berkeras hati setelah ia menyaksikan tulah-tulah tersebut. Seolah ia tidak peduli pada dampak tulah-tulah yang menimpa diri dan rakyatnya. Seolah juga ia memandang enteng tulah-tulah yang jatuh atas bangsanya, atau lebih jauh lagi ia memandang enteng pada Allah yang mendatangkan tulah-tulah tersebut.

Namun setelah serangkaian tulah -mulai dari tulah kesatu sampai tulah yang keenam ini- untuk pertama kalinya disebutkan bahwa Tuhan mengeraskan hati Firaun (12).

Ini pelajaran berharga tetapi juga pernyataan keras! Siapa mengeraskan hati terhadap teguran Allah, siap-siap menghadapi hukuman-Nya yang juga keras! Karena itu mari peka pada suara dan teguran Tuhan.

Diskusi renungan ini di Facebook:

172 Sabtu, 8 Juni 2013

Bacaan : Keluaran 9:13-35

(8-6-2013)

Keluaran 9:13-35

Jangan keraskan hati!

Judul: Jangan keraskan hati!

Tulah demi tulah yang dijatuhkan atas Mesir bukan semata-mata dimaksudkan agar Firaun dan rakyat Mesir menderita. Kalaupun mereka jadi menderita karena datangnya tulah-tulah tersebut, bukan penderitaan itu yang menjadi tujuan akhir.

Sebelum menjatuhkan tulah yang ketujuh, Allah terlebih dahulu memerintahkan Musa dan Harun untuk memperingatkan Firaun (13-21). Sesudah itu, Tuhan mengirimkan hujan es yang sangat dahsyat (18) disertai dengan guruh (23) dan kilat (24) yang menyambar-nyambar ke bumi. Tuhan menyebutkan bahwa kedahsyatan hujan es ini belum pernah terjadi sejak Mesir dijadikan (18). Sungguh tak terbayangkan!

Kedahsyatan tulah itu dimaksudkan agar Firaun secara pribadi mengenal kedahsyatan kuasa Allah (14) dan supaya seluruh dunia mengetahuinya juga (16; bdk. Rm. 9:17). Namun pertobatan Firaun begitu dangkal. Ia memang mengetahui kesalahan dan kecurangan yang dia lakukan, tetapi ia tetap tidak mau bertobat (27). Ia belum mau percaya sepenuhnya bahwa Allah itu berkuasa dan berdaulat (29). Takut akan Allah berarti tunduk dalam penyerahan kepada Dia, yang berkuasa atas alam semesta (30).

Mengetahui tentang Allah dan mengalami kuasa-Nya ternyata tidak serta merta membuat Firaun membuka mata dan hatinya untuk segera bertobat. Bahkan mengalami sendiri penyataan kuat kuasa tangan Allah tidak membuat Firaun beranjak dari kedegilannya. Ia tetap mengeraskan hati dan tidak mau berubah sikap. Jadi yang penting dari sebuah pertobatan bukanlah pengalaman atau pertemuan orang orang dengan Allah, melainkan adanya kemauan orang untuk bertobat. Kisah Firaun yang mengeraskan hati menjadi peringatan bagi kita, jika kita tahu bahwa Allah itu benar dan berkuasa, tetapi kita tak kunjung meninggalkan dosa maka kita patut waspada. Jangan sampai Tuhan menunjukkan kuasa-Nya yang lebih besar lagi kepada kita. Karena jika demikian, bisa-bisa kita celaka. Sebelum itu terjadi, lebih baik kita mengakui segala dosa kita dan

memohon pengampunan-Nya.

Diskusi renungan ini di Facebook:

173 Minggu, 9 Juni 2013

Bacaan : Mazmur 106:1-12

(9-6-2013)

Mazmur 106:1-12

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 167-173)