• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bersaksi tentang perbuatan Tuhan

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 188-191)

Judul: Bersaksi tentang perbuatan Tuhan

Orang Indonesia terkenal gemar bertukar cerita. Apa lagi jika seseorang baru melakukan perjalanan panjang, bahkan mencapai tempat-tempat yang jauh dan tak pernah dikunjungi kerabat dan kenalannya. Tentu saja, orang itu akan memilih cerita yang paling menarik perhatian. Makin seru dan aneh, makin bagus, walaupun belum tentu dirinya sendiri yang mengalaminya. Kepuasan tersendiri didapatkan ketika kerabat dan kenalan itu terpukau mendengar ceritanya.

Konteks Musa sedikit terbalik. Ia dan bangsa Israel sedang menempuh perjalanan jauh, tetapi Yitro, mertuanya, mendatangi dia beserta istri Musa dan kedua putranya (2-5). Saat bertemu, Musa menceritakan segala perbuatan Allah bagi Israel, mulai dari "segala sesuatu yang dilakukan Tuhan kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel, " dan juga segala kesusahan yang Israel alami dan "bagaimana Tuhan menyelamatkan mereka" (8). Setelah mendengar cerita itu, Yitro bersukacita (9) dan memuji Tuhan (10-11), lalu mempersembahkan korban bakaran dan sembelihan kepada Allah (12). Respons Yitro kontras dengan perbuatan Israel yang telah kita baca di dalam kisah sebelumnya. Yitro belum pernah melihat langsung perbuatan-perbuatan itu, hanya mendengar cerita Musa, tetapi ia memuji Allah karenanya. Bangsa Israel sudah berkali-kali melihat dan merasakan perbuatan ajaib Allah, tetapi masih saja menggerutu dan menunjukkan ketidakpercayaan.

Di dalam nas ini kita melihat teladan Musa, yang sigap menyampaikan kesaksian tentang perbuatan ajaib Allah. Sikap ini mesti kita contoh. Ada baiknya tiap perjumpaan dengan kerabat dan kenalan, kita isi dengan cerita-cerita yang menunjukkan anugerah penyertaan Allah di dalam hidup kita, dan bukan adu hebat cerita siapa yang paling menarik. Juga ada teladan dari Yitro. Meski tidak melihat langsung peristiwa yang disaksikan Musa, Yitro mengucap syukur kepada Allah. Kesiapan untuk bersyukur melihat anugerah penyertaan Allah pada orang lain merupakan bagian dari persekutuan kita dengan Allah dan sesama.

Diskusi renungan ini di Facebook:

189 Selasa, 25 Juni 2013 Bacaan : Keluaran 18:13-27

(25-6-2013)

Keluaran 18:13-27

Pendelegasian pelayanan

Judul: Pendelegasian pelayanan

Kadangkala persepsi orang tentang sosok seorang pelayan dicemari konsep dunia tentang

pemimpin. Seorang pemimpin tak jarang dianggap pahlawan super sekaligus artis mahaterkenal. Ia diberi berbagai penghargaan, karena dirinya, entah sukarela atau karena terpaksa, mau

menanggung semua beban. Akibatnya, pelayanan yang dilakukan nyaris menjadi aksi solo, sedangkan orang lain menjadi figuran atau penonton. Hal ini berdampak negatif, baik pada diri orang tersebut, dan juga pada orang-orang yang dilayani dan yang bekerja sama dengannya. Yitro mulai mengamati potensi munculnya dampak negatif pada diri Musa, juga pada bangsa Israel (18). Apa yang dilakukan Musa saat itu terlalu berat untuk dilakukan seorang diri saja, jika ia harus melayani mereka satu per satu seharian. Orang-orang yang datang mengadu pun akan kepayahan jika harus antri seharian. Karena itu, Yitro memberikan nasihat penting. Pertama, Musa mesti terus menjadi jembatan komunikasi dua arah antara Allah dengan bangsa Israel. Ia harus tetap mewakili Israel di hadapan Allah dan menyampaikan "perkara-perkara" mereka kepada Allah (19), juga mengajarkan kepada Israel "ketetapan-ketetapan dan

keputusan-keputusan" Allah, dan juga "jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan" (20). Kedua, Musa mesti melakukan pendelegasian dengan mencari orang-orang yang "cakap dan takut akan Allah, dapat dipercaya dan benci suap" (21). Merekalah yang akan

menangani kasus-kasus yang lebih ringan. Yitro menegaskan bahwa Allah pun "memerintahkan hal itu kepadamu" (23).

Pendelegasian seperti ini patut diteladani di dalam pelayanan, khususnya di dalam konteks gereja. Ketika tuntutan pelayanan makin bertambah, sewajarnyalah tugas-tugas tertentu didelegasikan kepada orang-orang yang terpilih, dilatih, dan selalu mengutamakan kehendak Allah (20). Dengan demikian, pelayanan di gereja takkan menjadi ajang aksi solo seorang hamba Tuhan tertentu, tetapi persekutuan yang saling melengkapi di dalam Allah Tritunggal.

Diskusi renungan ini di Facebook:

190 Rabu, 26 Juni 2013

Bacaan : Keluaran 19:1-25

(26-6-2013)

Keluaran 19:1-25

Tuhan akan datang

Judul: Tuhan akan datang

Bayangkan jika Anda tiba-tiba menerima pemberitahuan resmi bahwa presiden republik yang tercinta ini akan datang bertamu ke rumah Anda. Kira-kira apa yang akan Anda lakukan? Boleh jadi Anda akan merapikan penampilan diri dan rumah Anda. Namun bisa juga Anda

berkonsentrasi memberitahu sebanyak mungkin orang tentang kabar membanggakan ini. Bukankah ini yang terpenting, Anda bisa membanggakan sesuatu yang tak dialami orang lain? Di sini Allah menegaskan kepada Musa, bahwa Ia "akan datang kepadamu dalam awan tebal, " supaya ketika Allah berfirman kepada Musa, bangsa Israel bisa turut mendengar (9). Ayat ini mengilustrasikan satu hal yang diminta Allah dari Israel: memahami perintah Allah dan menaatinya. Karena itulah sebelumnya Allah, melalui Musa, meminta Israel untuk "sungguh-sungguh mendengar firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku" (5), dan kemudian menyuruh mereka menguduskan diri (10), bersiap (11), tidak menyentuh gunung itu (12-13, 21, 24), dan supaya para imam menguduskan diri (22). Karena itu, kedatangan Tuhan menuntut ketaatan Israel dengan cara mengerti kehendak-Nya dan melakukannya. Buah ketaatan ini didefinisikan melalui tiga janji Allah. Pertama, Israel akan menjadi "harta kesayangan" Allah di antara bangsa-bangsa lain (5). Kedua, Israel akan menjadi "kerajaan imam", dalam arti berperan sebagai imam yang melayani dan memuliakan Allah (6). Ketiga, mereka akan menjadi "bangsa yang kudus", terpisah dari dunia, dan menjadi contoh tentang bagaimana relasi perjanjian dengan Allah mengubah suatu bangsa.

Sebagai orang Kristen, kebanggaan kita tak terletak pada kebanggaan sosial yang kita dapat saat melayani Tuhan. Kebanggaan kita justru terletak pada ketaatan kita, walaupun sikap taat itu membuat orang lain mencemooh kita. Janji-janji Allah jauh lebih indah dari semua cercaan itu. Apa lagi semua janji kepada Israel sudah mulai kita rasakan melalui karya penebusan Kristus dan tuntunan Roh Kudus. Mestinya kita tak sibuk memikirkan apa yang bisa kita banggakan. Kita justru harus bertanya: bagaimana saya bisa taat kepada Allah hari ini?

Diskusi renungan ini di Facebook:

191 Kamis, 27 Juni 2013

Bacaan : Keluaran 20:1-17

(27-6-2013)

Keluaran 20:1-17

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 188-191)