• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkabungan nasional

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 90-93)

Judul: Kesiapan sebagai wujud kesetiaan

Apa yang membedakan lima gadis bodoh dan lima gadis bijaksana yang dipakai Yesus dalam perumpamaan ini? Apakah lima gadis bijaksana lebih tahu kapan sang mempelai laki-laki datang? Apakah karena mereka tidak tertidur? Apakah mereka membawa pelita yang lebih baik dibanding yang lainnya? Ternyata tidak! keduanya sama-sama tidak tahu kapan mempelai itu datang. Mereka sama-sama tertidur (5); Mereka sama-sama setia menanti kedatangan sang mempelai; sama-sama kaget ketika mendengar mempelai datang (6-7). Pelita yang dibawa kelima gadis bijaksana sama saja dengan pelita yang dibawa kelima gadis lainnya. Lalu apa yang membedakannya? Kelima gadis bijaksana tidak hanya membawa pelita mereka, tetapi mereka juga mempersiapkan minyak tambahannya.

Peristiwa penyambutan mempelai laki-laki bukanlah sesuatu yang asing bagi mereka. Mereka tahu bahwa sang mempelai laki-laki akan datang di malam hari, tetapi waktu kedatangannya tersebut tidak diketahui. Mereka tahu bahwa ada kemungkinan mempelai laki-laki datang cepat, tetapi bisa juga datang lebih lambat. Sebagai orang yang sudah tahu akan situasi seperti ini, pasti akan dengan bijaksana mempersiapkan minyak tambahan yang dibutuhkan agar ketika sang mempelai datang, pelita mereka tetap menyala. Tidak demikian dengan kelima gadis yang bodoh itu. Mereka disebut bodoh bukan karena mereka tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman menanti kedatangan sang mempelai. Mereka tahu, tetapi mereka tidak menyiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Persiapannya hanya ala kadarnya dan bukan persiapan yang terbaik.

Tak seorang pun tahu kapan Tuhan datang. Yang kita tahu adalah Tuhan pasti datang. Kesiapan diri yang baik dalam menyambut kedatangan Tuhan adalah cermin dari kesetiaan. Hanya menantikan dengan setia dalam arti sabar menanti dan tidak mempersiapkan diri dengan baik adalah sia-sia. Kesetiaan perlu diwujudkan dalam sikap hidup yang konkret. Bukankah kita ingin seperti lima gadis bijaksana yang masuk ke dalam pesta perjamuan Tuhan?

Diskusi renungan ini di Facebook:

91 Selasa, 19 Maret 2013

Bacaan : Matius 25:14-30

(19-3-2013)

Matius 25:14-30

Fokus pada Tuhan

Judul: Tanggung jawabku = kepercayaan-Mu

Apa yang salah dengan hamba yang mendapatkan kepercayaan satu talenta itu? Mengapa ia tidak mau mengembangkan satu talenta yang dipercayakan padanya? Apakah itu merupakan bentuk protes kepada tuannya karena ia hanya diberi sedikit talenta sedangkan teman-temannya mendapatkan lebih banyak?

Persoalan mengenai talenta tersebut sebenarnya bukanlah persoalan mengenai uang atau harta semata. Dalam perumpamaan tersebut kita diberitahu bahwa sang Tuan yang akan bepergian ke luar negeri tidak memberikan hartanya melainkan memercayakan hartanya untuk dikelola. Tuan itu bukanlah pilih kasih. Ia memercayakan sejumlah harta yang berbeda kepada setiap hamba sesuai dengan kemampuan mereka (15). Bagi sang Tuan, memercayakan pengelolaan talenta itu adalah semacam ujian yang pada akhirnya akan menentukan apakah para hamba tersebut layak dipercaya mengerjakan perkara-perkara/tanggung jawab yang besar (21, 23). Ia sebenarnya tidak menuntut bertambahnya harta, melainkan bagaimana para hamba menunjukkan kesetiaan

kepadanya melalui tindakan pengelolaan talenta yang bertanggungjawab.

Bagaimana respons para hamba? Kedua hamba yang menerima 5 dan 2 talenta itu

mengembangkan apa yang dipercayakan kepada mereka dengan bertanggungjawab. Keduanya berhasil mengembangkan apa yang dipercayakan kepada mereka seratus persen (20, 22). Respons hamba yang ketiga berbeda. Ia tidak berhasil mengembangkan satu talenta bukan karena ia tidak mampu. Akan tetapi, hamba ini malas mengerjakannya. Oleh karena itu di mata sang Tuan, hamba itu adalah hamba yang malas, tidak bertanggung jawab dan tidak dapat dipercaya.

Bertanggung jawab dalam pekerjaan dan pelayanan adalah cermin dari kesetiaan kita kepada Tuhan. Kesetiaan kita seharusnya ditunjukkan dengan mengerjakan pekerjaan atau pelayanan kita sebaik mungkin, sesederhana apa pun pekerjaan kita, dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh rasa tanggung jawab.

Diskusi renungan ini di Facebook:

92 Rabu, 20 Maret 2013 Bacaan : Matius 25:31-46

(20-3-2013)

Matius 25:31-46

Hari Tuhan

Judul: Cinta Tuhan = peduli sesama

Segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku" (45).Pernyataan Tuhan ini tentu merupakan jawaban yang sangat mengagetkan bagi banyak orang. Bagaimana mungkin Tuhan mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang yang paling hina, orang-orang yang dipinggirkan? Bagaimana mungkin Tuhan mengidentikkan diri-Nya dengan orang asing, gelandangan, bahkan para narapidana? (bdk. 36-40, 42-45). Bukankah mereka adalah orang-orang yang tidak penting dan tidak pantas diidentikkan dengan Tuhan?

Jawaban Tuhan tersebut tidak akan dimengerti jika kita berpikir bahwa kesetiaan dan pelayanan kita pada Tuhan hanya persoalan yang menyangkut hubungan vertikal kita dengan Tuhan dan tidak ada kaitannya dengan hubungan kita dengan manusia. Sebaliknya, kesetiaan dan pelayanan kepada Tuhan akan terlihat dari bagaimana kita melayani sesama kita. Tentu yang menjadi persoalan di sini bukanlah siapa dan mengapa Tuhan mengidentikkan diri dengan orang-orang yang tidak dipandang itu. Yang mau ditunjukkan oleh Tuhan melalui pernyataan itu adalah bagaimana kecintaan dan kesetiaan kepada Tuhan seharusnya terwujud melalui cinta dan kepedulian kepada sesama.

Siapa sesama kita? Tentu sesama tidaklah dibatasi dengan pemahaman "yang sama dengan saya" dalam arti "status sosial yang sama", "agama yang sama", "suku yang sama". Orang-orang yang miskin, bahkan yang paling hina sekalipun adalah sesama manusia juga. Sebagai orang yang dipandang hina, mereka memerlukan cinta kasih dan kepedulian dari orang-orang yang hidup lebih baik dari mereka.

Kepedulian kepada sesama, khususnya pada orang-orang yang dipinggirkan dan dipandang hina oleh orang lain adalah cermin dari kesetiaan kepada Tuhan. Cinta yang tulus kepada Tuhan adalah cinta yang kita tunjukkan kepada sesama kita yang menurut kacamata kita tidak layak untuk mendapatkan cinta.

Diskusi renungan ini di Facebook:

93 Kamis, 21 Maret 2013 Bacaan : Matius 26:1-16

(21-3-2013)

Matius 26:1-16

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 90-93)