• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tuhan memerintah dan menyertai

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 113-117)

Judul: Kuat dan lemah

Paulus meminta kita untuk meneladani Yesus dalam hal lebih memperhatikan sesama dibandingkan memperhatikan diri sendiri (3). Permintaan Paulus ini berkenaan dengan kewajiban kita sebagai orang yang dianggap kuat (1). Kita diminta untuk menanggung

kelemahan orang yang lemah dengan cara memperhatikan mereka dan mendukung mereka agar tidak jatuh ke dalam pencobaan. Kita yang kuat diharuskan untuk memperhatikan dan menerima mereka yang lemah agar iman mereka dibangun.

Paulus menggunakan istilah "kuat" dan "lemah" untuk menggambarkan keadaan rohani orang percaya. Istilah "kuat" menunjuk pada iman orang yang telah dewasa dalam Kristus sehingga peka terhadap masalah orang lain. Orang yang "kuat" adalah orang yang memahami kebebasan rohani mereka di dalam Kristus dan tidak mau lagi diperbudak aturan hukum Taurat. Mereka yang kuat adalah mereka yang peka pada hati nurani yang telah diterangi oleh firman Allah, lebih dari ketaatan mereka akan ritual dan tradisi hukum Taurat.

Istilah "lemah" mengacu pada orang percaya yang imannya belum dewasa, yaitu yang masih percaya pada ritual dan tradisi hukum Taurat. Mereka merasa berkewajiban untuk mematuhi aturan dan tradisi hukum Taurat tentang apa yang boleh mereka makan dan minum dan kapan mereka harus beribadah. Mereka yang lemah iman berkeyakinan bahwa orang Kristen yang dewasa rohani menghidupi kekristenannya dengan cara mengikuti aturan ketat dan seringkali menghakimi sesama yang tidak sejalan dengan pandangan mereka.

Nasihat ini mengingatkan kita yang merasa kuat iman agar peka terhadap pergumulan saudara seiman kita yang lemah. Kita harus membantu mereka, misalnya dengan cara mendampingi atau mendoakan ketika mereka jatuh atau dalam pencobaan. Hendaknya kita menjadi panutan, bukan celaan bagi mereka yang lemah! Tentu kita berkerinduan agar orang yang lemah iman suatu saat menjadi kuat juga. Maka marilah kita belajar peka serta memberi perhatian dan dukungan kepada saudara-saudara seiman kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:

114 Kamis, 11 April 2013

Bacaan : Roma 15:14-21

(11-4-2013)

Roma 15:14-21

Fokus dan fokus

Judul: Fokus dan fokus

Dari Yerusalem sampai ke Ilirikum, Injil Kristus (19) telah diberitakan oleh Rasul Paulus. Pemberitaan ini merupakan hasil pemahaman Paulus akan esensinya sebagai rasul bahwa Tuhan memberinya kasih karunia untuk menjadi pelayan Kristus bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ia mengemban tugas imam dalam mewartakan Injil Allah supaya bangsa-bangsa bukan Yahudi diterima oleh Allah sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya, serta yang disucikan oleh Roh Kudus (15-16). Itu sebabnya Paulus tidak melakukan penginjilan ke Roma, karena sudah ada Petrus di sana.

Paulus tidak mau membangun di atas dasar yang telah didirikan oleh orang lain (20). Ini bukan karena menghindari persaingan, melainkan agar daerah-daerah lain yang belum tersentuh oleh Injil dapat dijangkau juga. Paulus memang fokus pada panggilan untuk menjangkau bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kesadaran akan panggilan itulah yang membuat Paulus memusatkan pikiran, usaha, dan kekuatannya untuk memenuhi panggilan yang telah dia terima.

Sejarah mencatat bahwa banyak gereja yang berhasil didirikan oleh Paulus, serta banyak jiwa yang dia menangkan. Jemaat Korintus, Efesus, Galatia, Filipi, Kolose, dan Tesalonika

merupakan jemaat-jemaat hasil penginjilan Paulus. Tidak sedikit pula orang yang bertobat oleh pelayanannya, lalu menjadi murid dan kemudian meneruskan pelayanannya. Misalnya Timotius dan Titus.

Dimulai dari Yerusalem, Paulus memulai penginjilannya dengan berkeliling ke Asia Kecil, Makedonia, Yunani, dan bahkan ke Ilirikum. Wilayah yang Paulus kunjungi mempunyai rentang jarak sejauh 1.400 mil. Paulus juga memberdayakan para pemimpin gereja lokal untuk menginjili ke wilayah-wilayah sekitar.

Fokus, fokus, dan fokus. Tanpa mengecilkan arti penyertaan Roh Kudus, fokus merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam menjalankan panggilan Tuhan. Tidak ada pekerjaan, sekecil apa pun, yang bisa terselesaikan bila kita tidak fokus untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Diskusi renungan ini di Facebook:

115 Jumat, 12 April 2013

Bacaan : Roma 15:22-33

(12-4-2013)

Roma 15:22-33

Bukan hanya di bibir

Judul: Bukan hanya di bibir

Paulus memberi informasi kepada jemaat di Roma bahwa ia dan rekan-rekannya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem (25). Mereka sedang melakukan misi khusus yaitu mengantarkan bantuan dari jemaat nonYahudi di Yunani kepada orang-orang percaya Yahudi yang menderita di Yerusalem (26).

Kata "bantuan" yang digunakan Paulus dalam suratnya ini menginformasikan bahwa

persembahan yang dia antar mempunyai nilai yang cukup besar. 2 Korintus 8-9 mencatat secara lengkap rincian tentang persembahan ini. Melalui informasi ini, Paulus memotivasi jemaat Roma untuk turut serta meringankan kesulitan saudara-saudara seiman mereka di Yerusalem.

Melalui persembahan ini Paulus mengingatkan orang-orang percaya nonYahudi bahwa keselamatan yang mereka miliki datangnya dari bangsa Israel. Itu sebabnya mereka memiliki kewajiban moral untuk membantu orang-orang percaya Yahudi yang mengalami penganiayaan karena iman mereka di dalam Kristus. Orang yang kaya didorong untuk membantu orang yang berkekurangan, orang yang kuat haruslah membantu orang yang lemah.

Meskipun berbeda bangsa, orang-orang nonYahudi itu mau menyatakan kasihnya kepada saudara-saudara mereka yang Yahudi. Sebagai saudara seiman, mereka memiliki kerinduan untuk bersama-sama menanggung beban yang saat itu diderita saudara seiman mereka yang berbangsa Yahudi. Dukungan kasih yang dinyatakan melalui pengiriman bantuan ini

memperlihatkan kesatuan dan ikatan di antara saudara seiman. Citra Kristus juga nyata di dalamnya.

Hari ini kita diingatkan bahwa di antara saudara seiman memang harus terdapat kasih. Namun, kasih itu jangan hanya di bibir saja melainkan harus juga dinyatakan melalui tindakan praktis dan nyata. Misalnya dengan menyatakan keprihatinan, mendampingi, menolong, atau memberikan dukungan. Dukungan sekecil apa pun mempunyai nilai yang besar bagi mereka yang dibantu. Kepedulian kita setidaknya menunjukkan bahwa kasih di antara saudara-saudara seiman ada dan sungguh nyata.

Diskusi renungan ini di Facebook:

116 Sabtu, 13 April 2013 Bacaan : Roma 16:1-16

(13-4-2013)

Roma 16:1-16

Orientasi pelayanan

Judul: Orientasi pelayanan

Pada bagian terakhir dari suratnya kepada jemaat di Roma, Paulus memberi salam paling tidak kepada dua puluh enam orang yang menetap di Roma (3-15). Ia menutup suratnya dengan salam dari sembilan orang percaya yang bersama dengannya di Korintus ketika ia menulis surat itu (21-23). Mereka yang mendapat salam dan ikut memberi salam adalah orang Romawi dan Yunani, Yahudi dan nonYahudi, laki-laki dan perempuan, tahanan dan warga terkemuka.

Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dimulai dan bermuara pada orang, karena memang sasaran atau esensi pelayanan kita adalah orang. Kita perlu ingat bahwa orientasi pelayanan kita bukanlah pada program-program yang kita buat. Bila kita berorientasi pada program maka kita akan merasa berhasil dan puas bila program yang kita canangkan bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan standar keberhasilan yang telah ditentukan. Namun bila pelayanan kita

berorientasi pada orang maka selesainya program bukan berarti selesainya kerja, dan keberhasilan pelaksanaan program pada saat itu tidak lantas membuat kita merasa puas.

Pelayanan yang berorientasi pada orang akan membuat kita terus bergumul hingga orang-orang yang dilayani memperlihatkan kerinduan untuk mengalami pertemuan dengan Tuhan, untuk menerima Kristus sebagai Juruselamatnya pribadi, atau untuk bertumbuh di dalam firman dan doa hingga dari hari ke sehari makin menuju keserupaan dengan Kristus. Dan orientasi yang semacam ini tidak dapat terwujud hanya dengan program yang dilakukan satu kali saja. Perlu program yang berkesinambungan, perlu dukungan doa dari jemaat, perlu tim kerja yang melayani dengan sepenuh hati. Lihatlah Paulus, ia bukan seorang single fighter atau one man show (orang yang lebih suka bekerja sendiri). Paulus adalah seorang team player (seorang yang senang bekerja dalam tim).

Maka bukalah kesempatan kepada sebanyak mungkin orang untuk terlibat dalam berbagai program pelayanan karena kerja dalam tim memungkinkan banyak juga orang yang dapat kita layani.

Diskusi renungan ini di Facebook:

117 Minggu, 14 April 2013

Bacaan : Mazmur 103

(14-4-2013)

Mazmur 103

Dalam dokumen publikasi e-sh (Halaman 113-117)