• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

2. Analisis data partisipan 2

a. Dukungan sosial yang dibutuhkan

Partisipan 2 juga membutuhkan dukungan sosial ketika menjalani rangkaian pengobatan. Menderita kanker pada usia 41 tahun ketika anak-anaknya berusia 10 serta 2 tahun serta diwajibkan untuk beristirahat total, tentunya membuat P2 membutuhkan pertolongan terkait dengan keperluan rumah tangga dan mengurus anak-anaknya. Bukan hanya bantuan terkait keperluan rumah tangga, P2 juga membutuhkan bantuan untuk dirinya sendiri yang masih terbaring di rumah sakit. Meninggalkan keluarga dan pekerjaan bukan hal yang mudah bagi P2, tak jarang ia merasa kesepian pada masa pemulihannya, oleh karena itu P2 merasa ia membutuhkan orang untuk membantunya dalam mengurus rumah tangga dan mendampinginya dalam masa pemulihan.

Selain itu, dengan rangkaian pengobatan yang terbilang panjang, P2 membutuhkan anak-anaknya dapat lebih mandiri dan tidak menggantungkan segalanya pada dirinya. Menurut P2 hal-hal kecil seperti belajar maupun mencari barang yang hilang merupakan hal yang sederhana yang bisa menjadi kesadaran sendiri untuk anaknya. Padahal dalam masa pengobatan ini, P2 membutuhkan semangat yang besar, terkhusus dari orang-orang terdekat yaitu keluarga.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, P2 merupakan seorang karyawan yang masih memiliki tanggung jawab, meskipun berada dalam proses pengobatan. Ada hari di mana P2 harus menjalani rawat inap ketika melakukan kemoterapi maupun transfusi darah. Tidak dapat hadir pada hari kerja, mendorong P2 membutuhkan bantuan rekan-rekan kantornya untuk membantu ia dalam bekerja. Dengan membagi tugas, tentunya tanggung jawab yang harus dilaksanakan menjadi lebih ringan.

Perilaku datang untuk menjenguk orang yang sedang sakit menjadi hal yang lumrah dilakukan, namun sering kali orang-orang yang menjenguk membombardir P2 dengan pertanyaan-pertanyaan. Dalam hal ini, tidak terlalu berbeda dengan P1, P2 membutuhkan agar orang-orang di sekitarnya lebih peka atau sensitif terhadap situasinya, terutama ketika mereka datang untuk menjenguk. Jika ingin menjenguk pasien, P2 merasa lebih nyaman jika ia dikabari terlebih dahulu agar dapat mempersiapkan diri. Bagi P2 setelah berbagi tentang penyakitnya, keluarga maupun teman tidak perlu melebih-lebihkan cerita seolah membuat dirinya tampak sengsara, oleh sebab itu P2 membutuhkan orang di sekitarnya untuk lebih peka terhadap situasinya.

b. Dukungan sosial efektif yang diterima

Bagi P2 menjalani pengobatan tak terlepas dari dukungan-dukungan yang ia terima. Salah satu dukungan sosial yang ia terima adalah instrumental support dalam bentuk materi, fasilitas serta pelayanan dari tenaga kesehatan, maupun bantuan mengurus kebutuhan rumah tangga. P2 menerima bantuan dalam bentuk materi yang dapat dicontohkan melalui dana yang diberikan

oleh orang tua dan kakaknya untuk mencukupi kebutuhan pengobatan. Selain itu, P2 juga menerima fasilitas berupa pemeriksaan umum gratis dari rumah sakit tempat ia bekerja. Lewat pemeriksaan gratis tersebut akhirnya P2 mengetahui bahwa ia juga memiliki kanker serviks. Bantuan yang diberikan suaminya untuk mengurus kedua anak dan rumah tangga menjadi contoh instrumental support yang P2 terima.

Tidak hanya menerima bantuan berupa materi, P2 juga menerima informational support berupa informasi yang bermanfaat dalam menjalani pengobatan. Bahkan informasi mamografi yang disampaikan oleh mendiang kakaknya sebelum meninggal menjadi langkah awal bagi P2 mengetahui tentang kanker payudara yang dideritanya. Selama menjalani pengobatan, P2 juga tergabung dalam komunitas kanker payudara yang terhubung lewat media whatsapp. Melalui media tersebut, P2 mendapatkan berbagai informasi mulai dari pemeriksaan yang lebih murah bahkan gratis. Selain itu, berkat komunitas ini, P2 juga dapat bertemu dengan teman baru yang sesekali bertukar informasi mengenai informasi apotek dan harga obat-obatan.

P2 juga menerima emotional support yang diberikan oleh anak-anaknya. P2 dan kedua anaknya sering mengagendakan untuk minum susu pada waktu yang bersamaan, hal tersebut tentunya memacu semangat P2 dalam mengatasi efek kemoterapi. P2 juga merasa bahwa keluarganya juga turut memberikan perhatian, kadang-kadang dilakukan dengan menanyakan kabar lewat telepon. Ketika berada di rumah, sikap suaminya yang berubah menjadi lebih sabar juga memberikan dukungan tersendiri bagi P2. Tidak

hanya dari keluarga, teman-teman kantornya juga tak kalah memberikan perhatian pada P2, seperti mengingatkan pola makan juga tentang makanan yang dikonsumsinya. P2 juga menerima semangat dari teman-temannya di komunitas kanker payudara. Baginya komunitas ini tempat untuk saling memberikan semangat dan saling mengontrol teman-teman seperjuangan.

Kemudian, P2 juga menerima esteem support dari rekan-rekan kerjanya.

Meski menjalani pengobatan dan beberapa kali tidak hadir pada hari kerja, P2 tetap mengabdi pada rumah sakit tempat ia bekerja. Menjalani pengobatan kanker tidak serta-merta menjadikan P2 memiliki kemampuan di bawah karyawan lainnya, ia bahkan dipercaya untuk mengawasi junior-junior yang ada pada divisinya.

Selama menjalani pengobatan, P2 juga menerima companionship support dari sekelilingnya. Beberapa kali anak sulung P2 bersikeras menemani dirinya yang menjalani rawat inap di rumah sakit, bahkan menemani P2 pada kontrol rutin bersama dokter. Ketika melakukan kemoterapi, suami dan anak-anaknya menginap di rumah sakit untuk menemani dirinya. Hal ini juga berlaku ketika P2 melakukan suntik vitamin D, suami dan kedua anaknya turut hadir meluangkan waktu untuk menemaninya.

c. Dukungan sosial tidak efektif yang diterima

Ternyata, dukungan sosial yang diterima berakhir menjadi hal yang tidak membantu. Salah satu contohnya dalam instrumental support, menerima bantuan dalam bentuk dana dari orang lain justru memberikan

dampak negatif bagi P2. Tidak hanya uang, P2 juga menerima tawaran suplemen dari rekan-rekan kerja yang berguna untuk meningkat daya tahan tubuhnya.

Menerima emotional support dari orang-orang yang peduli terhadap kesehatannya memang menyenangkan, namun ketika orang-orang yang menemuinya memberikan pertanyaan-pertanyaan hanya seputar penyakit yang sedang dideritanya, bagi P2 hal tersebut tidak menyenangkan untuk dialaminya yang sedang menjalani pengobatan. Selain itu, mengetahui berita tentang penyakit yang dideritanya dan menyebarluaskan pada orang lain membuat P2 tampak seolah begitu tersiksa, padahal hal tersebut tentunya berbeda dengan kenyataannya.

P2 juga menerima companionship support dari teman-teman yang peduli dengan kesehatannya, hanya saja ketika datang menjenguk, para tamu bersikap kurang sensitif terhadap keadaan P2 saat itu. Ketika berkunjung, para tamu cenderung memberikan pertanyaan mengenai penyakit yang dideritanya. Seolah menuntut P2 untuk memberikan cerita lengkap mengenai kanker yang dideritanya, akhirnya P2 memilih untuk menjawab tidak tahu.

d. Dampak dukungan sosial

P2 menyebutkan kedua anaknya sebagai penyemangat pada saat menjalani kemoterapi, ia bahkan bisa merasa seperti di rumah dengan kehadiran mereka di rumah sakit. Berbagai dukungan yang diberikan untuk dirinya juga menjadi penyemangat tambahan bagi P2 dalam menjalani pengobatannya. Partisipan 2 bersyukur atas kehadiran keluarga yang ada

untuk saling menguatkan dan saling mendukung dirinya yang sedang melewati proses pengobatan.

Akan tetapi bantuan yang diberikan ternyata tidak selalu berdampak baik, justru membuat P2 merasa kurang nyaman. P2 memang mengatakan jika orang lain memberikan bantuan secara ikhlas hal tersebut tentu akan membantunya, akan tetapi menerima bantuan dalam bentuk dana membuat P2 merasa berhutang dan merepotkan orang lain. Pemberian suplemen yang begitu beragam menjadi tidak terlalu berguna karena belum tentu sejalan dengan pengobatan yang diberikan oleh dokter. Menerima suplemen yang tidak berdasarkan anjuran dokter membuat P2 merasa serba salah, sungkan untuk menolak tetapi jika diterima juga tidak dapat dikonsumsi. Terkadang P2 tidak nyaman ketika orang lain menjenguknya dan bertanya tentang stadium kanker yang dialaminya. Bagi P2 ketika menjenguk orang yang sedang sakit tidak perlu mempertanyakan begitu rinci mengenai penyakit yang dideritanya.

e. Hasil member checking

Pada P2 terdapat penambahan informasi terkait hasil yang sudah peneliti sebutkan. P2 menambahkan informasi mengenai support group yang berada pada grup Whatsapp yang diikutinya. Grup media sosial ini terbukti memberikan informasi yang berguna bagi partisipan, akan tetapi tak dapat dihindari, terdapat informasi lain yang membuat P2 merasa tidak nyaman, sehingga P2 cenderung mengabaikan grup tersebut (rincian dapat dilihat pada Tabel 7, halaman 114).